Search by property

From BASAbaliWiki

This page provides a simple browsing interface for finding entities described by a property and a named value. Other available search interfaces include the page property search, and the ask query builder.

Search by property

A list of all pages that have property "Place information text id" with value "Lomba Perahu Layar Tradisional (Jukung) di Batumulapan, Batununggul, Nusa Penida, 21 Mei 2021". Since there have been only a few results, also nearby values are displayed.

Showing below up to 26 results starting with #1.

View (previous 50 | next 50) (20 | 50 | 100 | 250 | 500)


    

List of results

  • Pantai Kedonganan  + (Pantai Kedonganan terletak di Desa Tuban, Pantai Kedonganan terletak di Desa Tuban, Kecamtan Kuta Selatan. Pantai ini memiliki karakteristik berupa pantai pasir putih dan terkenal dengan kampung nelayan. Beberapa atraksi wisata yang dapat dilakukan oleh wisatawan selaian menikmati pamanadangan pantai dan menikmati suasaa sunset adalah bersantai di pinggir pantai, berjemur, dan berlayar dengan menyewa jukung (perahu tradisional) nelayan setempat. Selain itu Pantai Kedonganan juga merupakan pantai yang terkenal dengan kuliner lautnya sehingga merupakan tempat favorit bagi wisatawan. Dalam pengembangnnya Pantai Kedonganan dikelola oleh BPKP2K dengan tetap berkoordinasi dengan desa adat setempat. </br>Jarak dari pusat Kabupaten Badung menuju Pantai Kedonganan sekitar 21.3 km dan memerlukan waktu tempuh kurang lebih 58 menit. Sedangkan jarak Pantai Kedonganan dengan Bandara Internasional Ngurah Rai adalah sekitar 5 km yang dapat ditempuh dengan waktu kurang lebih 13 menit.tempuh dengan waktu kurang lebih 13 menit.)
  • Pantai Labuan Sait  + (Pantai Labuan Sait terletak di Desa PecatuPantai Labuan Sait terletak di Desa Pecatu Kecamatan Kuta Selatan merupakan salah satu pantai pasir putih yang memiliki ombak yang cukup besar sehingga cocok digunakan untuk kegiatan berselancar. Beberapa atraksi wisata yang dapat dilakukan oleh wisatawan selian surfing adalah menelusuri lautan dengan menyewa jukung (perahu tradisional) dari nelayan setempat, memancing,menikmati pemandangan matahari terbenam, serta terdapat beberapa wisatawan yang menggunakan pantai ini sebagi lokasi untuk melaukan preweding. Dalam pengembangannya, pantai ini telah dikelola oleh desa adat setempat. Jarak dari pusat Kabupaten Badung menuju Pantai Labuan Sait sekitar 35.3 km dan memerlukan waktu tempuh kurang lebih 1 jam 31 menit. Sedangkan jarak Pantai Labuan Sait dengan Bandara Internasional Ngurah Rai adalah sekitar 19.1 km yang dapat ditempuh dengan waktu kurang lebih 44 menit.tempuh dengan waktu kurang lebih 44 menit.)
  • Pantai Nusa Dua  + (Pantai Nusa Dua adalah pantai pasir putih Pantai Nusa Dua adalah pantai pasir putih dan merupakan salah satu spot yang tepat untuk menikamti suasana sunrise di Kabupaten Badung. Pantai Nusa Dua ini terletak di Desa Benoa, Kecamatan Kuta Selatan. Objek wisata ini telah dikelola oleh BTDC sehingga fasilitas-fasilitas pendukung pariwisata di Pantai Nusa Dua ini sudah lengkap dan sudah dapat memenuhi keutuhan wisatawan. </br>Jarak dari pusat Kabupaten Badung menuju Pantai Nusa Dua sekitar 29.3 km dan memerlukan waktu tempuh kurang lebih 1 jam 9 menit. Sedangkan jarak Pantai Nusa Dua dengan Bandara Internasional Ngurah Rai adalah sekitar 12 km yang dapat ditempuh dengan waktu kurang lebih 30 menit. Fasilitas akomodasi yang terletak di sekitar Pantai Nusa Dua khususnya yang terletak di Desa Benoa terdiri dari 41 hotel berbintang, 5 hotel melati, dan 134 pondok wisata. Fasilitas makanan dan minuman berupa restaran dan rumah makan masing-masing berjumlah 5 dan 25 buah.kan masing-masing berjumlah 5 dan 25 buah.)
  • Pasar Badung  + (Pasar Badung termasuk pasar tradisional diPasar Badung termasuk pasar tradisional di Bali. Pasar ini juga termasuk pasar terbesar di Bali. Aktivitas pasar terus berjalan selama 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu tanpa henti. Pasar ini berlokasi di Jl. Sulawesi No. 1, Dangin Puri Kangin, Dauh Puri Kangin, Kota Denpasar, Bali - Indonesia.</br>Pasar Badung yang letaknya di Kawasan Pusaka Jl.Gajah Mada, merupakan kawasan pusat kota Denpasar sejak jaman kerajaan Jambe Ksatrya. Secara kosmologi sebuah kota, Pasar Badung memiliki peran penting dalam struktur ruang Kota Denpasar. Pasar Badung merupakan bagian dari konsep Catuspatha Kota Denpasar. Catuspatha diartikansebagai simpang empat (crossroads) yang disepadankan dengan pempatan agung yang memiliki nilai dan makna sakral dalam tradisi Bali. Catuspatha memiliki empat unsur yaitu: 1) Puri/keraton sebagai pusat pemerintahan, 2) Pasar tradisional sebagai pusat perekonomian; 3) Wantilan sebagai pusat budaya; 4) Alun-alun/ruang publik/RTH sebagai rekreasi. Catuspatha kota Denpasar berpusat di Patung Caturmuka di Jl. Gajah Mada, yang berjarak kurang lebih 400 meter sebelah timur Pasar Badung.ebih 400 meter sebelah timur Pasar Badung.)
  • Bebandem  + (Pasar hewan tradisional Bebandem)
  • Pelestarian Penyu Deluang Sari  + (Pelestarian Penyu Deluang Sari terletak diPelestarian Penyu Deluang Sari terletak di Kelurahan Tanjung Benoa Kecamatan Kuta Selatan merupakan salah satu tempat penangkaran serta konservasi penyu di Pulau Bali. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan di lokasi wisata diantaranya adalah menyaksikan proses penangkaran penyu, berfoto bersama penyu, dan menyaksikan pertunjukan tari yang ditampilkan oleh masyarakat setempat. Untuk mencapai lokasi penangkaran penyu tersebut, apabila dalam kondisi laut pasang maka wisatawan dapat mencapai lokasi dengan menggunkan perahu dengan waktu tempuh sekitar 15 menit, sedangkan apabila laut dalam kondisi surut wisatawan dapat mencapai lokasi wisata dengan berjalan kaki. Dalam pengembangannya pengelolaan penyu dikelola oleh kelompok nelayan Deluang Sari. Jarak dari pusat Kabupaten Badung menuju Pelestarian Penyu Deluang Sari sekitar 32 km dan memerlukan waktu tempuh kurang lebih 1 jam 30 menit. Sedangkan jarak Pelestarian Penyu Deluang Sari dengan Bandara Internasional Ngurah Rai adalah sekitar 13 km yang dapat ditempuh dengan waktu kurang lebih 25 menit.</br></br>Alamat: Tj. Benoa, Kec. Kuta Sel., Kabupaten Badung, Balioa, Kec. Kuta Sel., Kabupaten Badung, Bali)
  • Desa Banjarangkan  + (Pementasan Sanghyang Jarang di Pura Puseh Sari, Desa Banjarangkan, Klungkung pada hari piodalan di hari Buda Umanis Medangsia, atau Rabu malam 1 Desember 2021. Tarian Sakral untuk menetralisir Semesta.)
  • Desa Penglipuran  + (Penglipuran merupakan salah satu desa adatPenglipuran merupakan salah satu desa adat dari Kabupaten Bangli. Desa ini terkenal sebagai salah satu destinasi wisata di Bali karena warganya yang masih menjalankan dan melestarikan budaya tradisional Bali di kehidupan mereka sehari-hari. Desa Panglipuran merupakan desa wisata yang paling populer di Bali. Akan tetapi warga Penglipuran tetap menjaga budaya, tradisi dan hutan bambu mereka sesuai dengan prinsip Tri Hita Karana. Hal itu kemudian menjadi daya tarik tersendiri bagi para turis untuk berkunjung, sehingga tahun 1993 Pemerintah Bali mempromosikan Desa Penglipuran sebagai tempat tujuan wisata.</br> Penglipuran pun berhasil membangun wisata yang menguntungkan warga setempat tanpa menghilangkan budaya dan tradisi mereka. Pada 1995, Desa Penglipuran mendapat penghargaan Kalpataru dari Pemerintah Indonesia atas usahanya melindungi hutan bambu di ekosistem lokal mereka. Warga Penglipuran menyadari potensi mereka dan mengaplikasikan pariwisata berbasis komunitas untuk menghindari kapitalisme pariwisata di desa mereka.</br> Desa Panglipuran memiliki luas wilayah sekitar 112 hektare, namun hanya 9 hektare yang digunakan sebagai pemukiman warga, sedangkan sisanya adalah hutan dan tanah tegalan atau ladang. Ditempat ini wisatawan akan melihat bagaimana konsep Tri Mandala diterapkan. Tri Mandala adalah konsep yang membagi desa menjadi tiga bagian: 1) Utama Mandala, yakni bagian paling suci yang terletak di bagian Utara desa di mana candi berada. 2) Madya Mandala, yaitu tempat penduduk desa hidup dan melakukan kegiatan mereka. 3) Nista Mandala, yaitu tempat pengkuburan.</br> Desa Panglipuran menjadi salah satu wisata budaya yang wajib dikunjugi saat berlibur ke Bali. Rumah-rumah di desa ini dari Utara ke Selatan tampak indah dan unik dengan pintu masuk tradisional Bali yang dibuat mirip satu sama lain. Potensi budaya yang hingga kini masih dilestarikan di Penglipuran dalam bentuk Rumah Adat Tradisional semakin menambah kekhasan dan keeksotisan dari Penglipuran.</br> Apa lagi Desa Penglipuran dikelilingi hutan bambu yang memberikan udara pedesaan yang sejuk dan segar dengan bunyi gesekan pohon bambu yang unik bila bersentuhan satu sama lain saat angin berhembus. Wisatawan yang datang kebanyakan ingin mengambil foto terbaik mereka ketika ada di sini. Jalan yang memecah kerimbunan hutan laksana jalan panjang bak sebuah lukisan.</br> Desa ini juga menawarkan paket wisata yang terdiri dari tiga macam, di anataranya: paket 2 hari 1 malam, paket 3 hari 2 malam dan paket 4 hari 3 malam. Sementara untuk penginapan di Desa Penglipuran ada dua macam, yaitu guest house dan homestay.dua macam, yaitu guest house dan homestay.)
  • Nusa Lembongan  + (Pulau Lembongan atau dalam bahasa Bali disPulau Lembongan atau dalam bahasa Bali disebut Nusa Lembongan adalah sebuah pulau kecil terletak di 8°40.906′S 115°27.067′E yang berdekatan dengan Nusa Ceningan dan 2 km di sebelah barat laut Nusa Penida terletak di Selat Badung sebelah tenggara Pulau Bali.</br></br>Foto ini diambil pada tahun 1984.u Bali. Foto ini diambil pada tahun 1984.)
  • Pulau Menjangan  + (Pulau Menjangan adalah sebuah pulau kecil,Pulau Menjangan adalah sebuah pulau kecil, terletak di sebelah barat Pulau Bali, Sesuai dengan namanya, pulau ini di huni oleh menjangan (jenis rusa liar). Pulau ini merupakan bagian dari wilayah Taman Nasional Bali Barat. Daya tarik utama pulau ini terdapat pada keindahan pemandangan alam bawah laut, selain itu pulau ini tidak berpenghuni. Karena keindahan pemandangan bawah laut, maka pulau ini menjadi salah satu lokasi terbaik untuk tempat diving di pulau Bali.Pulau ini sangat kecil dan terpisah dari daratan pulau Bali. Oleh karena itu anda harus menggunakan perahu untuk menyeberang. Sebagian besar wisatawan yang ingin liburan ke pulau Menjangan, akan menuju ke wilayah Labuan Lalang & Pemuteran, baru kemudian menyebrang menggunakan perahu menuju pulau.an menyebrang menggunakan perahu menuju pulau.)
  • Serangan  + (Pulau Serangan merupakan wilayah pesisir yPulau Serangan merupakan wilayah pesisir yang terletak di Kelurahan Serangan Kecamatan Denpasar Selatan, dan berdekatan dengan kawasan wisata Sanur dan Nusa Dua. Pulau Serangan secara geografis terletak di Kelurahan Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Propinsi Bali.sar Selatan, Kota Denpasar, Propinsi Bali.)
  • Pura Agung Manik Batu  + (Pura Manik Batu terletak di kawasan Subak Pura Manik Batu terletak di kawasan Subak Kerdung, Pedungan, Denpasar. Pura Manik Batu ini termasuk dalam kategori pura swagina atau pura fungsional tepatnya sebagai pura subak sebagai tempat pemujaan kepada Dewi Sri. Walaupun demikian, pura ini bisa juga dikategorikan sebagai pura umum karena terdapat beberapa manifestasi Tuhan yang turut dipuja di pura ini seperti Tri Murti (Brahma, Wisnu, Siwa) beserta Sakti-nya (Dewi Sarasvati, Dewi Sri, Dewi Uma/ Durga ), Pesimpangan Ratu Gede Dalem Nusa dan Dewi Kwan Im.gan Ratu Gede Dalem Nusa dan Dewi Kwan Im.)
  • Pura Merajan Selonding  + (Pura Merajan Slonding tergolong salah satuPura Merajan Slonding tergolong salah satu dari kompleks Pura Besakih yang memiliki kedudukan yang cukup penting. Pura ini terletak di sebelah utara Pura Ulun Kulkul atau masyarakat menyebutnya di sebelah barat Pura Ulun Kulkul. Pura ini sebagai tempat menyimpan suatu alat musik tradisional yang disebut Slonding. Slonding adalah sejenis gamelan Bali yang digunakan saat ada upacara keagamaan yang penting di pura ini.pacara keagamaan yang penting di pura ini.)
  • Pura Tegal Suci Pagenian  + (Pura Tegal Suci Pagenian, Stana Hyang MahePura Tegal Suci Pagenian, Stana Hyang Maheswara: </br>NAPAS, PARU-PARU, DAPUR API SUCI DI BESAKIH</br>“… RING Usabha Badrawada, pyosan ring Batang Angsoka, céléng pajuwit 1, kebo bulén 1….” demikian, antara lain, secara jelas disuratkan dalam lembar 24a naskah rontal Raja Purana Pangandika ring Gunung Agung, koleksi I Dewa Wayan Pucangan dari Jero Kangin Sidemen, Karangasem. Rontal dengan judul dan isi sama juga ditemukan dalam koleksi Gedong Kirtya, Singaraja, bernomor 1341, serta rontal koleksi Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bali nomor 958. </br></br>Kutipan isi rontal Raja Purana Pangandika ring Gunung Agung pada awal tulisan ini kurang lebih berarti: “… Pada bulan Purnama Badrawada [sasih Karo, sekitar bulan Agustus] dipersembahkan upacara usaba, sebagai pemujaan ke hadapan Bhatara yang berstana di Batang Angsoka, berupa babi pajuwit 1 ekor, kerbau berbulu putih 1 ekor….”. </br>Rontal Raja Purana Pangandika ring Gunung Agung secara keseluruhan berisi perihal ketentuan dan kewajiban-kewajiban yang mesti dilaksanakan di Pura Besakih, di lambung Giri Tolangkir (Gunung Agung), yang tercantum dalam Piagam Raja (Dalem). Pada lembar 7b yang disambung ke lembar 8a secara jelas dinyatakan bahwa Piagam ini dikeluarkan pada Tahun Saka 929 😊 1007 Masehi). “Hai kamu manusia, taatilah titahku! Piagam ini telah direstui oleh para Dewata Nawasangga. Jika tidak menaati Piagam ini, semoga kamu sirna dan menjadi lintah,” demikian sangat jelas disuratkan. </br></br>Tidak ditemukan secara eksplisit dalam rontal ini siapa nama Raja/Dalem Bali yang mengeluarkan Piagam Besakih dimaksud. Namun, data-data efigrafi berupa prasasti-prasasti tembaga masa Bali Kuno mencatatkan bahwa pada tahun 1007 Masehi tersebut Gumi Bali dipimpin oleh Raja Dharma Udayana Warmadewa bersama permaisuri Gunapriya Dharmapatni (989-1011). Raja Udayana lantas digantikan oleh Ratu Śri Ajñadewi (1016), Dharmawangsa Wardhana Marakatapangkaja (1022-1025), Anak Wungsu (1049-1077). Pada masa kepemimpinan Dharma Udayana Warmadewa bersama Gunapriya Dharmapatni yang didampingi Senapati Mpu Kuturan ini Bali tercatat mencapai zaman keemasan, dengan penataan ulang tatanan kehidupan secara komprehensif yang mencakup eko-sosio-budaya-religius (alam—masyarakat—budaya dan keagamaan).</br></br>Piagam Raja/Dalem sebagaimana disuratkan dalam rontal Raja Purana Pangandika ring Gunung Agung ini mencatatkan secara jelas, tegas, rapi, dan terperinci bagaimana tatanan (tata titi) tata kelola ritual, sosial, bahkan asset padruwen Pura Agung Besakih mesti dilaksanakan: oleh siapa, kapan, di mana, apa jenis upakara yang utama mesti dipersembahkan. Di mana, berupa apa, berapa, dan digarap atas nama siapa asset (padruwen) Pura Agung Besakih juga dicatatkan sangat rapi dan terperinci. Bahkan bentuk bangunan palinggih utama sampai pertanda alam terkait dengan Dewata atau Bhatara yang hadir saat dihaturkan upacara tertentu di masing-masing Pura/Palinggih dalam lingkup Pura Agung Besakih pun diperinci sangat jelas. Raja Purana Pangandika ring Gunung Agung ini tak ubahnya dengan “buku pegangan” (handbook) yang memuat lengkap dan terperinci tentang tatanan dan tata kelola Pura Agung Besakih. </br></br>Dalam rontal yang tiada ubahnya dengan “buku pegangan” (handbook) Raja Purana Pangandika ring Gunung Agung inilah Batang Angsoka secara jelas disuratkan. Ada apa dengan Batang Angsoka? </br>Secara geografis, Batang Angsoka berada tepat di sisi sebelah tenggara Pura Panataran Agung Besakih. Meskipun agak “tersembunyi” atau “terpencil”, namun Batang Angsoka masih sebagai bagian utuh tak terpisahkan dari wewidangan [wilayah] Desa Adat Besakih dan Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem. Batang Angsoka kini menjadi dua Banjar Adat, yakni Banjar Adat Batang di bagian selatan, dan Banjar Adat Angsoka di bagian utara. Krama/Warga di kedua Banjar Adat ini hidup rukun, tenang, damai. Lahan pertaniannya pun sangat subur, dengan hasil utama yang sangat khas endemik Gunung Agung, antara lain, berupa bunga kasna berwarna abu-abu layaknya warna Dewa Sambhu, dan ubi kuning nan lezat serta manis. </br>Penyebutan secara eksplisit nama Batang Angsoka dalam rontal Raja Purana Pangandika ring Gunung Agung menunjukkan betapa penting posisi, peran, fungsi, dan makna Batang Angsoka dalam kesatuan kosmologi dan eko-sosio-kultural-religius-spiritual kawasan suci Pura Agung Besakih. Tentu Pura yang ada di Batang Angsoka pun sangat penting, karena Raja Purana Pangandika ring Gunung Agung memasukkan Pura ini menjadi bagian siklus pelaksanaan pyosan Usaba yang bersiklus setahun sekali pada bulan yang sangat khusus: Badrawada, yakni bulan penuh waranugraha kemuliaan, bulan terakhir Matahari berada di posisi sebelah utara garis Katulistiwa—sebelum akan tegak lurus (equinox) dengan garis Katulistiwa/Equator pada 21-23 September.</br></br>Pura apakah yang dimaksudkan di Batang Angsoka itu? </br>Satu-satunya pura kahyangan jagat yang sampai sekarang ini ada di wewidangan Batang Angsoka adalah Pura Tegal Suci – Pagenian di Banjar Angsoka. Pura Tegal Suci ini memiliki beji berupa mata air (klebutan) di suatu lembah di sebelah timur jalan yang menembus Banjar Adat Batang. Pura Tegal Suci di Angsoka dengan mata air beji di Batang ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, karena itu dalam rontal Raja Purana Pangandika ring Gunung Agung disebutkan sebagai satu-kesatuan nan harmonis: Batang Angsoka. </br>Ilmu arsitektur tradisional kuno yang tersurat dalam Wastu Sastra menegaskan betapa pentingnya tempat suci pura berelasi dengan sumber mata air (klebutan). Bila tidak ada sumber mata air (klebutan) di kawasan terdekat, maka air bisa dialirkan di sekitar tempat suci yang dibangun. Itu sebab dalam tradisi Bali pura sebagai tempat suci, terlebih yang berkategori Pura Kahyangan Jagat, senantiasa berkaitan erat dengan sumber air, berupa Pura Beji, Telaga, Taman, atau Tirta. </br>Di Kawasan Suci Pura Agung Besakih, rata-rata Pura yang berkategori Sungsungan Jagat, bersifat umum, seperti Catur Lawa, Catur Lokapala (Pangempat/Dik), Catur Eswarya (Panyirang/Widik) berelasi dengan Pura Beji, Telaga, Taman, atau Tirta. Tak terkecuali Pura Tegal Suci – Pagenian di Banjar Angsoka memiliki relasi satu-kesatuan dengan Pura Beji di Banjar Batang—yang kini dinamakan Pura Beji Bhatara Giri Tohlangkir. Dalam bentuk tinggalan arkeologis, di lokasi Pura Beji ini ditemukan tinggalan kuno berupa genta dan mangkuk kecil berbahas dasar tembaga. Artefak ini ditemukan dari onggokan batu yang terbelah di areal Beji. </br></br>Tinggalan kuno berupa genta dan mangkuk kecil tersebut membuktikan bahwa Beji di Banjar Adat Batang ini di masa lampau memang merupakan bagian integral Kawasan Suci Pura Tegal Suci di Banjar Adat Angsoka. Dari Beji di Banjar Adat Batang inilah tirta wangsuh pada Ida Bhatara Sasuhunan yang di-sungsung di Pura Tegal Suci – Pagenian katunas untuk setiap upacara di Pura Tegal Suci – Pagenian, termasuk juga untuk upacara lingkup keluarga Krama di Banjar Batang dan Banjar Angsoka. </br></br>Diyakini Batang-Angsoka inilah di kawasan Besakih yang lebih awal ditapaki dan dijadikan tempat tinggal oleh Rsi Markandeya beserta para pengiring dari Gunung Raung, Banyuwangi, sebelum akhirnya sang Guru Suci ini mendem pancadatu di situs yang dinamakan Basukihan. Di Angsoka ini ketajaman jnana batin Ida Rsi Markandeya melihat api padupaan, sehingga kelak di situs ini dinamakan Tegal Suci. Artinya, sepadan dengan Dapur Suci. </br></br>Kenapa Pura Tegal Suci dan mata air beji di Batang-Angsoka menjadi penting dalam tatanan kosmologis, ritual, dan spiritual Kawasan Suci Pura Agung Besakih? </br></br>Secara kosmologis, Pulau Bali divisikan oleh Guru-Guru Spiritual Suci di masa silam sebagai Padma Bhuwana: pulau yang ditata sebagaimana layaknya bunga teratai (bunga Padma/lotus) yang terpola, terstruktur rapi, dan tersistem berlapis-lapis ke delapan penjuru arah angin dan satu di tengah-tengah sebagai putik sari bunga padma/tunjung. Bunga padma/tunjung ini saban hari mengembang dan menguncup. Gerakan mengembang dan menguncup bunga padma/tunjung ini dalam kepustakaan susastra Bali disepadankan dengan gerakan jantung (padma hredaya) manusia. </br></br>Secara fisik di delapan penjuru arah angin kosmologi Bali ditandai dengan bangunan pura kahyangan jagat, tempat suci untuk memuja Hyang Widhi Wasa dalam aspek perwujudan Dewata tertentu (istadewata), masing-masing, Pura: Lampuhyang (timur, Dewa Iswara/Hyang Gni Jaya); Andakasa (selatan, Dewa Brahma/Hyang Tugu), Batukaru (barat, Dewa Mahadewa/Hyang Tumuwuh); Hulun Danu Batur (utara, Dewa Wisnu). Ini empat pura di arah Pangempat/Dik ([empat arah utama/tanda tambah/+]. Adapun empat Panyirang/Widik (empat arah diagonal/tanda silang/X) masing-masing, Pura: Goa Lawah (tenggara, Dewa Maheswara/Mahesora); Huluwatu (barat daya, Dewa Rudra); Pucak Mangu (barat laut, Dewa Sangkara); dan Pangubengan, Besakih (timur laut, Dewa Sambhu). Sebagai titik pusat Padma Bhuwana adalah gunung (lingga acala, lingga yang tidak bergerak) yang tertinggi di Balidwipa Mandala. Itulah: Giri Tohlangkir atau Gunung Agung. Karena itu, Pura Agung Besakih merupakan titik pusat di tengah-tengah tatanan kosmologi Pulau Bali, sehingga disebutkan sebagai “madyanikang bhuwana”, sentrum dunia.</br></br>Sebagai titik pusat atau madyanikang bhuwana, Pura Agung Besakih pun ditata sedemikian rupa, menyerupai tatanan bunga padma/tunjung yang terpola, terstruktur, dan tersistem berlapis-lapis. Ada Catur Lawa sebagai empat helai kelopak daun terluar, masing-masing, Pura: Ratu Dukuh, Ratu Pasek, Ratu Panyarikan, dan Ratu Pande. Lebih dalam lagi ada Catur Lokapala, empat helai Pangempat/Dik, masing-masing, Pura: Gelap (timur); Kiduling Kreteg (selatan); Ulun Kulkul (barat), dan Batu Madeg (utara). Lalu, ada Catur Eswarya, empat helai Panyirang/Widik. </br>Dalam konsep Dik Widik atau Pangempat—Panyirang tatanan Padma Bhuwana Kuncup-Kembang di Kawasan Suci Pura Agung Besakih, Pura Tegal Suci Pagenian di Banjar Angsoka ini menempati posisi arah GNENYA/Tenggara. Dalam konsep Dewata Nawa Sangga, 9 (Sembilan) Dewata utama penyangga 9 penjuru arah mata angin, arah Gnenya merupakan Stana/Linggih Dewa/Bhatara MAHESWARA/Mahesora. Warna: DADU/merah muda/pink sebagai perpaduan warna putih (arah timur/Purwa/Dewa Iswara/berupa Angin/Bayu) dan merah (arah selatan/Daksina/Dewa Brahma/berupa Api/Gni/Teja). Senjata: PAGENIAN/DUPA. Aksara suci: NANG. Dalam konsep Padma Bhuwana Bali, posisi ini ditempati Pura Goa Lawah di ujung timur wilayah Kabupaten Klungkung. </br>Selain Pura Tegal Suci – Pagenian, Catur Eswarya lainnya di Kawasan Suci Pura Agung Besakih, masing-masing, Pura: Pasimpangan (barat daya, Rudra); Paninjoan (barat laut, Sangkara); dan Pangubengan (timur laut, Sambhu). </br></br>Sebagai putik sari Padma Bhuwana Kuncup-Kembang di Kawasan Suci Pura Agung Besakih adalah Pura Panataran Agung Besakih dengan palinggih Padma Tiga di titik pusat terinti. </br></br>Dewa MAHESWARA yang distanakan di Pura Tegal Suci – Pagenian merupakan sumber kesejahteraan, kemakmuran. Sakti-NYA: DEWI LAKSMI, Dewi Kemakmuran, Keberuntungan (lucky). </br>Dalam tubuh manusia/Bhuwana Alit/mikrokosmos, DEWA MAHESWARA menempati organ sangat vital: PARU-PARU. Menjadi penghubung utama tubuh/Bhuwana Alit dengan Alam Semesta Raya/Bhuwana </br>Agung/makrokosmos. Menyerap PRANA, energi penghidup kehidupan, lewat napas yang terdiri atas unsur: angin/bayu, api/agni/teja, dan air/apah. Prana lewat napas inilah yang menjadikan manusia hidup. </br>Dapatkah manusia hidup tanpa PRANA, NAPAS, dan PARU-PARU? Tidak! Dapatkah keluarga melanjutkan kehidupan tanpa API DAPUR? Tidak! Sedemikian vital-lah sejatinya posisi Pura Tegal Suci Pagenian dalam Kawasan Suci Pura Agung Besakih. Dapat dipahami kenapa rontal Raja Purana Pangandika ring Gunung Agung menyuratkan: “Pada bulan Purnama Badrawada [sasih Karo, sekitar bulan Agustus] dipersembahkan upacara usaba, sebagai pemujaan ke hadapan Bhatara yang berstana di Batang Angsoka”. Upacara usaba ini sebagai rangkaian upacara usaba yang dilaksanakan secara bergiliran di Pura Dik-Widik atau Pangempat-Panyirang [Catur Lokapala—Catur Eswarya] sampai di Catur Lawa. Dimulai dari usaba Srawana (Juli, sasih Kasa) sampai pada usaba Waisaka (Maret, sasih Kadasa) berupa upacara Batara Turun Kabeh yang dipusatkan di titik sentrum: Padma Tiga Panataran Agung Besakih. </br></br>Terlupakan Sejak Gunung Agung Meletus Tahun 1963</br>Para panglingsir Desa Adat Besakih yang sempat diwawancarai memberikan kesaksian bahwa sebelum Giri Tohlangkir/Gunung Agung meletus tahun 1963, tatanan upacara Pura Tegal Suci – Pagenian di Banjar Adat Angsoka berjalan sepatutnya, sebagai bagian tak terpisahkan dengan tatanan upacara Pura Agung Besakih. Dalam ingatan para panglingsir Besakih yang sudah berusia belasan tahun saat Giri Tohlangkir/Gunung Agung meletus tahun 1963, di sebelah barat Pura Tegal Suci ada jalan setapak cukup lebar tembus sampai di depan Pura Kiduling Kreteg—sebelah kanan dari Panataran Agung Besakih. Jalan tembus inilah yang lazim dilalui oleh Krama Adat Besakih secara umum manakala hendak tangkil ke Pura Tegal Suci di Banjar Adat Angsoka. Begitu pula sebaliknya, bila Krama Banjar Adat Batang dan Angsoka hendak nangkil mabhakti ke Pura Kiduling Kreteg hingga ke Pura Panataran Agung Besakih dan Pura lain yang ada di sebelah barat Banjar Adat Batang dan Banjar Adat Angsoka. </br></br>Saat Giri Tohlangkir/Gunung Agung meletus mulai 18 Februari 1963 sampai Januari 1964, seluruh Krama Banjar Adat Batang dan Angsoka pun mengungsi jauh, menyelamatkan diri. Pura Tegal Suci di Angsoka hancur. Tidak terurus. Kondisi ini berlanjut menyusul terjadi peristiwa G-30S/PKI tahun 1965-1966. Baru sekitar akhir dasawasra 1960-an atau awal 1970-an, beberapa Krama Adat Batang dan Angsoka mulai pulang ke kampung asal. Dalam masa paceklik ekonomi, Pura Tegal Suci terabaikan. Ketika Pemerintah Daerah Tingkat I Bali menata kembali Kawasan Suci Pura Agung Besakih pascagempa 1963 dan seterusnya, Pura Tegal Suci tetap saja terabaikan, karena lokasinya memang lumayan jauh, “terpencil” di sebelah tenggara Pura Panataran Agung Besakih. Para pemimpin formal dan pemimpin nonformal Bali, termasuk pamucuk-pamucuk di Desa Adat Besakih pun, lupa, melupakan, atau tidak tahu tentang keberadaan Pura Tegal Suci linggih stana Hyang Widhi Wasa dalam manifestasi Maheswara/Mahesora dalam tatanan Padma Bhuwana Kembang-Kuncup di Kawasan Suci Pura Agung Besakih. Yang mengetahui keberadaan Pura Tegal Suci di Angsoka ini pun tidak menginformasikan kepada pihak yang berwenang untuk mengembalikan Besakih ke dalam tatanan sepatutnya. Krama Adat Angsoka dan Batang yang rata-rata masih polos, tampak kimud menyuarakan perihal linggih stana Hyang Maheswara/Mahesora. </br>Kini, hampir 60 tahun Pura Tegal Suci terabaikan dalam kesatuan tatanan ritus dan situs Padma Bhuwana Kembang-Kuncup Pura Agung Besakih. Padahal, dalam setiap ritus berskala besar di Pura Agung Besakih, sulinggih senantiasa menguncarkan puja stuti stawa Nawa Graha, mengundang Dewata Nawa Sangga [Dewata dari sembilan penjuru arah] untuk menurunkan Tirta Nawa Ratna sebagai tirta utama. Namun, dalam aspek situs Pura Tegal Suci di Angsoka sebagai stana Hyang Maheswara tidak katuur dan/atau katuran apa pun secara Sakala. Ada yang kurang jangkep, tentu, dalam konteks tatanan kehidupan masyarakat Bali yang sangat mengedepankan prinsip Niskala-Sakala. </br>Hangayubagia, ada sejumlah Krama Adat Angsoka dan Batang yang terpanggil untuk ngaturang ayah dan mapunia sakasidan secara perseorangan. Kumpulan Krama ini sebagai Sekaa Demen, kelompok sukarelawan, mencoba berswadaya nangiang mawali linggih stana Ida Bhatara Sasuhunan di Pura Tegal Suci, sejak 5 tahun terakhir. Didukung oleh Krama Bali yang mendapat tuntunan, panggilan, dan/atau petunjuk dari luar Besakih agar ngélingin linggih stana Ida Bhatara Sasuhunan di Pura Tegal Suci, Sekaa Demen ini pun mampu membeli lahan seluas ± 14 are untuk tegak linggih Pura Tegal Suci. Meskipun masih dalam kondisi yang sangat sederhana—tinimbang palebahan Pura lain di Kawasan Suci Pura Agung Besakih yang difasilitasi resmi lewat APBD—secara Sakala terwujudlah kini Pura Tegal Suci – Pagenian di wewidangan Banjar Adat Angsoka. Jajaran kemiri palinggih utama yang ada, antara lain: Padmasana, gedong simpen, gedong masari mascatu, sapta patala. Adapun palinggih pagenian atau pasucian berupa tungku pembakaran (dalam bahasa Bali: jalikan) sebagai ciri khas Pura Tegal Suci yang merupakan Lingga Stana Hyang Maheswara, sampai kini masih berupa turus lumbung. </br></br>Pujawali atau piodalan di Pura Tegal Suci – Pagenian dilaksanakan setiap Sukra Paing, wuku Gumbreg, bersamaan dengan pujawali Pura Beji di Banjar Batang. Berlangsung hanya satu malam, langsung masineb. Biaya pujawali setiap 210 hari sekali (6 bulan kalender Pawukon Bali) dikumpulkan dari aturan punia atau sumbangan sukarela di antara Sekaa Demen serta Krama Bali lain yang terpanggil untuk ngaturang bhakti sakasidan.</br></br>Dumugi, Sameton dan Sahabat, berkesempatan ngaturang rasa suksmaning manah, rasa hangayubagia ke Pura Tegal Suci - Pagenian di Angsoka, Besakih ini: menyadari anugerah sang Maha Penghidup Kehidupan berupa Napas, Paru-paru, Dapur Suci Diri ini. Bila "tangkil" ke Pura Tegal Suci Pagenian ini, sempatkanlah terlebih dahulu tangkil dan malukat di Pura Beji Giri Tolangkir di Banjar Batang, sekitar 200 meter di sebelah selatan Banjar Angsoka, di sisi timur jalan. Untuk menuju ke lokasi Pura Tegal Suci - Pagenian ini, Sameton dan Sahabat bisa ketik di google maps: Pura Tegal Suci Pagenian, Angsoka, Besakih, Karangasem. Rahayu sareng sami. </br>Besakih, Saniscara Pon, Matal, 22.01.2022</br>@ I Ketut Sumartaa Pon, Matal, 22.01.2022 @ I Ketut Sumarta)
  • Pura Puncak Mundi  + (Pura ini terletak di Dusun Rata, Desa KlumPura ini terletak di Dusun Rata, Desa Klumpu, Nusa Penida. Lokasinya berada di Puncak Bukit Mundi yang menjadi daratan tertinggi di Nusa Penida. Ketinggian pura ini 521 meter di atas permukaan laut dan menempuh perjalanan sekitar 45 menit dari Pelabuhan Nusa Penida. Biasanya umat Hindu yang akan melakukan tirta yatra ke Nusa Penida terlebih dahulu sembahyang di pura ini. Setelah itu, mereka akan menuju ke Pura Dalem Ped. Pura ini terdiri dari tiga pura yaitu Pura Krangkeng, Pura Beji, dan Pura Puncak Mundi.angkeng, Pura Beji, dan Pura Puncak Mundi.)
  • Pantai Sanur  + (Sanur merupakan salah satu ikon pariwisataSanur merupakan salah satu ikon pariwisata Bali yang sudah terkenal. Menetapnya pelukis Belgia bernama Adrien-Jean Lemayur de Merpres di Sanur merupakan sejarah perkembangan kawasan pesisir Sanur. Seiring perkembangan pariwisata yang semakin meningkat, pada tahun 1957 dibangunlah hotel pertama di Desa Sanur dengan nama Hotel Sindhu Beach, disusul pembangunan Hotel Bali Beach yang mulai beroparasi pada tahun 1966. Meskipun wisata bahari belum dikenal saat itu, di Sanur sudah terbentuk suatu proyek pengembangan Sanur yang disebut Beach Market pada tahun 1971. Beach Market tersebut menyajikan jasa pelayaran dengan jukung yaitu perahu-perahu tradisional, pameran patung-patung, lukisan, pertunjukan tari-tarian dan pengelolaan kafe dan restoran.-tarian dan pengelolaan kafe dan restoran.)
  • Taman Pancing Denpasar  + (Saya selaku generasi milenial bersedia membangun desa dengan mengikuti lomba Wikithon Partisipasi Publik #5 Ngwangun Desa. Masi lihat tempat potensial Taman Pancing Denpasar ini.)
  • Ped  + (Sejarah Desa Ped tergolong sangat unik. DaSejarah Desa Ped tergolong sangat unik. Dalam penulisan sejarah Desa Ped ini, penulis hanya menggunakan sumber lisan, artefak dan selebihnya dari berbagai media. Hal ini disebabkan karena penulis tidak menemukan sumber tertulis yang bisa dijadikan sumber. Artefak yang dimaksud di sini adalah adanya tiga buah tapel yang sekarang di’linggih’kan di Pura Dalem Ped. Seperti uraian di atas, dengan adanya tiga buah tapel ini melahirkan sebuah nama “Ped”, yang pada awalnya dari kesaktian tiga buah tapel yang sangat populer ke pelosok Bali pada saat itu dan sampai didengar oleh seorang Pedanda yaitu Ida Pedanda Abiansemal, sehingga Ida Pedanda Abiansemal bersama pepatih dan pengikutnya secara beriringan (mapeed) datang ke Nusa dengan maksud menyaksikan langsung kebenaran informasi atas keberadaan tiga tapel yang sakti di Pura Dalem Nusa. Dulu bernama Pura Dalem Nusa tetapi sudah ada pergantian nama setelah Ida Pedanda Abiansemal beriringan (mapeed) ke Pura Dalem Nusa kemudian digantikan oleh seorang tokoh Puri Klungkung pada zaman I Dewa Agung menjadi Pura Dalem Ped.</br></br>Informasi tentang keberadaan Pura Dalem Ped atau Pura Penataran Ped pada awalnya masih sangat simpang siur. Hal ini disebabkan karena dalam penggalian sumber untuk mencari informasi tentang keberadaan pura ini, sumber-sumber yang ada sangat minim. Dengan demikian hal ini memicu timbulnya perdebatan yang cukup lama di antara beberapa tokoh-tokoh spiritual. Perdebatan yang timbul yakni mengenai nama pura. Kelompok Puri Klungkung, Puri Gelgel dan Mangku Rumodja Mangku Lingsir, menyebutkan pura itu bernama Pura Pentaran Ped. Yang lainnya, khususnya para balian di Bali, menyebut Pura Dalem Ped.</br></br>Menurut Dewa Ketut Soma seorang penekun spiritual dan penulis buku asal Desa Satra, Klungkung, dalam tulisannya berjudul “Selayang Pandang Pura Ped” berpendapat, kedua sebutan dari dua versi yang berbeda itu benar adanya. Menurutnya, yang dimaksudkan adalah Pura Dalem Penataran Ped, Jadi, satu pihak menonjolkan “penataran”-nya, satu pihak lainnya lebih menonjolkan “dalem”-nya.</br></br>Kembali pada tiga buah tapel. Saking saktinya, tapel-tapel itu bahkan mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit, baik yang diderita manusia maupun tumbuh-tumbuhan. Sebelumnya, Ida Pedanda Abiansemal kehilangan ‘ tiga buah tapel. Begitu menyaksikan tiga tapel yang ada di Pura Dalem Nusa itu, ternyata tapel tersebut adalah miliknya yang hilang dari kediamannya. Namun, Ida Pedanda tidak mengambil kembali tapel-tapel itu dengan catatan warga Nusa menjaga dengan baik dan secara terus-menerus melakukan upacara-upacara sebagaimana mestinya.</br></br>Kesaktian tiga tapel itu bukan saja masuk ke telinga Ida Pedanda, tetapi ke seluruh pelosok Bali, termasuk pada waktu itu warga Subak Sampalan yang saat itu menghadapi serangan hama tanaman seperti tikus, walang sangit dan lainnya. Ketika mendengar kesaktian tiga tapel itu, seorang klian subak diutus untuk menyaksikan tapel tersebut di Pura Dalem Nusa. Sesampainya di sana, klian subak memohon anugerah agar Subak Sampalan terhindar dari berbagai penyakit yang menyerang tanaman mereka, Permohonan itu terkabul. Tak lama berselang, penyakit tanaman itu pergi jauh dari Subak Sampalan. Hasil panenpun menjadi berlimpah.</br></br>Kemudian warga menggelar upacara mapeed. Langkah itu diikuti subak-subak lain di sekitar Sampalan. Kabar tentang pelaksanaan upacara mapeed itu terdengar hingga seluruh pelosok Nusa. Sejak saat itulah I Dewa Agung Klungkung mengganti nama Pura Dalem Nusa dengan Pura Dalem Peed (Ped).</br></br>Meski pun ada kata “dalem”, namun bukan berarti pura tersebut mempakan bagian dari Tri Kahyangan. Yang dimaksudkan “dalem” di sini adalah merujuk sebutan raja yang berkuasa di Nusa Penida pada zaman itu. Dalem atau raja dimaksud adalah penguasa sakti Ratu Gede Nusa atau Ratu Gede Mecaling.</br></br>Ada lima lokasi pura yang bersatu pada areal Pura Penataran Agung Ped. Persembahyangan pertama yakni Pura Segara, sebagai tempat berstananya Bhatara Baruna, yang terletak pada bagian paling utara dekat dengan bibir pantai lautan Selat Nusa. Persembahyangan kedua yakni Pura Taman yang terletak di sebelah selatan Pura Segara dengan kolam mengitari pelinggih yang ada di dalamnya yang berfungsi sebagai tempat penyucian. Kemudian persembahyangan ketiga yakni ke baratnya lagi, ada pura utama yakni Penataran Ratu Gede Mecaling sebagai simbol kesaktian penguasa Nusa pada zamannya. Persembahyangan terakhir yakni di sebelah timurnya ada Ratu Mas. Terakhir di jaba tengah ada Bale Agung yang merupakan linggih Bhatara-bhatara pada waktu ngusaba.</br></br>Masing-masing pura dilengkapi pelinggih, bale perantenan dan bangunan-bangunan lain sesuai fungsi pura masing-masing. Selain itu, di posisi jaba ada sebuah wantilan yang sudah berbentuk bangunan balai banjar model daerah Badung yang biasa dipergunakan untuk pertunjukan kesenian.</br></br>Seluruh bangunan yang ada di Pura Penataran Agung Ped sudah mengalami perbaikan atau pemugaran, kecuali benda-benda yang dikeramatkan. Contohnya, dua area yakni Area Ratu Gede Mecaling yang ada di Pura Ratu Gede dan Area Ratu Mas yang ada di Pelebaan Ratu Mas. Kedua area itu tidak ada yang berani menyentuhnya. Begitu juga bangunan-bangunan keramat lainnya. Kalaupun ada upaya untuk memperbaiki, hal itu dilakukan dengan membuat bangunan serupa di sebelah bangunan yang dikeramatkan tersebut.belah bangunan yang dikeramatkan tersebut.)
  • Desa Batununggul  + (Sentana Ida Dukuh Segening - Ngaben di Pantai Batumulapan Kauh, Nusa Penida 12 agustus 2016)
  • Subak Anggabaya  + (Subak Anggabaya yang terletak di kota DenpSubak Anggabaya yang terletak di kota Denpasar. Anggota Subak Anggabaya yang juga otomatis adalah warga Banjar</br>Anggabaya. </br>Subak merupakan suatu kelembagaan tradisional bersifat otonom yang mengatur pengairan pertanian di Bali. Subak di Kota Denpasar memiliki peran penting dalam pendekatan-pendekatan teknis pertanian dalam upaya mensukseskan program-program pembangunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Denpasar.</br>Subak merupakan salah satu lembaga yang bersifat sosio religius yang sangat berperan dalam mensukseskan program-program di bidang pertanian, dimana subak merupakan lembaga yang dapat mengatur rumah tangganya sendiri (otonom ). Di Kota Denpasar terdapat 41 subak yang tersebar di empat kecamatan masing-masing Denpasar Barat 8 subak, Denpasar Timur 13 subak, Denpasar Selatan 10 subak dan Denpasar Utara 10 subak.atan 10 subak dan Denpasar Utara 10 subak.)
  • Subak Renon  + (Subak merupakan suatu kelembagaan tradisioSubak merupakan suatu kelembagaan tradisional bersifat otonom yang mengatur pengairan pertanian di Bali. Subak di Kota Denpasar memiliki peran penting dalam pendekatan-pendekatan teknis pertanian dalam upaya mensukseskan program-program pembangunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Denpasar.</br>Subak merupakan salah satu lembaga yang bersifat sosio religius yang sangat berperan dalam mensukseskan program-program di bidang pertanian, dimana subak merupakan lembaga yang dapat mengatur rumah tangganya sendiri (otonom ). Di Kota Denpasar terdapat 41 subak yang tersebar di empat kecamatan masing-masing Denpasar Barat 8 subak, Denpasar Timur 13 subak, Denpasar Selatan 10 subak dan Denpasar Utara 10 subak.</br>Subak Renon terdiri dari 4 munduk yang terletak di 4 Banjar Adat di Desa Adat Renon. Luas pertanian yang tersisa pada Kelurahan Renon adalah 90 Ha(Pagiarta, 2011). Batas-batas Munduk Muntig di Subak Renon yang menjadi lokasi Penelitian, meliputi, Utara(pemukiman penduduk), Timur(Subak Intaran), Selatan(SubakSidakarya), dan Barat(Pemukiman Penduduk).Sidakarya), dan Barat(Pemukiman Penduduk).)
  • Taman Nusa  + (Taman Nusa Bali berdiri di atas lahan seluTaman Nusa Bali berdiri di atas lahan seluas 15 hektar di jalan Taman Bali, Banjar Blahpane Kelod, Desa Sidan, Kabupaten Gianyar – sekitar 30 km arah timur laut kota Denpasar. Taman Nusa merupakan taman wisata budaya yang memberikan pengetahuan menyeluruh tentang budaya dari berbagai etnis Indonesia dalam suasana alam pulau Bali. Taman Nusa menyuguhkan panorama perjalanan waktu bangsa Indonesia yang dimulai dari masa prasejarah dengan alamnya yang tua dan primitif, jaman perunggu dan masa kerajaan dengan salah satu mahakaryanya yang berbentuk Candi Borobudur. Taman Nusa juga menampikan keanekaragaman budaya dari beragam kelompok etnis di Indonesia dengan suasana kehidupan kampung yang sederhana dan menyaksikan berbagai keterampilan serta pertunjukkan seni tradisional di kawasan kampung budaya. Tidak hanya itu, Tama Nusa juga menggambarkan tentang masa awal Indonesia pada era kemerdekaan, di mana terdapat figure Bapak Proklamator Soekarno dan Hatta dengan latar belakang teks proklamasi kemerdekaan Indonesia. Hingga akhirnya sampai diharapan masa depan Indonesia, di mana terdapat perpustakaan dan dua museum yang menampilkan berbagai warisan budaya Indonesia seperti: wayang, batik, tenunan dan sulaman.</br> Selain itu, Taman Nusa menyuguhkan pemandangan alam pegunungan Gianyar di Bali yang berpadu dengan arsitektur Indonesia yang tidak hanya satu bentuk, tetapi dari berbagai daerah yang mempunyai identitas khas dari satu masa ke masa lain. Mulai dari adat vernacular kuno, masa Hindu dan Budha, kemudian arsitektur islam dan arsitektur colonial atau gaya Hindia. Ke semuanya membentuk alam surgawi yang mengagumkan dan menjadi saksi bahwa lingkungan alam bisa dipertahankan. Misi Taman Nusa adalah untuk menjadikan taman budaya sebagai sarana pelestarian, rekreasi dan didaktika bagi para pengunjung, baik lokal maupun mancanegara untuk lebih memahami budaya Indonesia dengan cara yang menarik dan interaktif.</br>http://www.taman-nusa.com dan interaktif. http://www.taman-nusa.com)
  • Taman Laut Pemuteran  + (Wisata Bahari Pemuteran terletak di desa PWisata Bahari Pemuteran terletak di desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Bali Utara atau sekitar 56 km arah barat kota Singaraja merupakan daerah wisata diantara gugusan perbukitan serta hamparan laut utara Bali sehingga membuat daerah ini indah, tenang, jauh dan dari keramaian.</br>Wilayah desa Pemuteran terkenal sebagai kawasan dengan konservasi laut untuk proyek terumbu karang artifisal “Biorock” yang terbesar di dunia. Beberapa yayasan beserta masyarakat setempat yang bergerak secara aktif dalam mengelola usaha pelestarian terumbu karang. Selain terumbu karang, posisi Desa Pemuteran terletak di pesisir Barat Pulau Bali membuat daerah wisata itu memiliki posisi yang sangat strategis.</br>Wisata Bahari Pemuteran menyuguhkan taman bawah laut kelas dunia di Pulau Menjangan yang ditempuh sekitar 15 menit dari Pemuteran dengan perahu sewaan. Kegiatan diving dan snorkeling menjadi andalan wisata di sini dengan suguhan taman bawah laut kelas dunia di Pulau Menjangan. Banyak gua besar serta kecil di lokasi bawah laut tersebut dapat ditemui keanekaragaman terumbu karang dalam berbagai tipe dan warna serta biota laut yang lain.</br>Ada yang menarik bagi penyelam yaitu pemandangan Pura (Candi) di tengah laut. Pura bawah laut menjadikan keindahan bawah laut yang unik dan elok dipandang mata. Untuk bisa ke Pura bawah laut itu, wisatawan dapat menyewa perahu untuk menuju lokasi . Setelah sampai di lokasi tersebut, kedalamannya hanya sekitar 30-40 meter sehingga sangat tepat dinikmati dengan menyelam.ga sangat tepat dinikmati dengan menyelam.)
  • Badung  + (Badung merupakan kabupaten yang juga melipBadung merupakan kabupaten yang juga meliputi Kuta dan Nusa Dua yang menjadi objek wisata cukup terkenal di Bali. Kabupaten Badung berbatasan dengan Kabupaten Buleleng di sebelah utara, Tabanan di Barat. Samudera Hindia di sebelah selatan. Kabupaten Bangli, Gianyar dan kota Denpasar di sebelah timur. Cukup banyak objek wisata di Kabupaten Badung yang menarik untuk dikunjungi, seperti pantai Kuta Bali, pantai Dreamland, pantai Batubalong dengn pemandangan yang eksotis, Bumi Perkemahan Dukuh yang merupakan peninggalan dari Kerajaan Mengwi dan masih banyak lagi.</br></br>Kabupaten Badung dulunya bernama Nambangan sebelum diganti oleh I Gusti Ngurah Made Pemecutan menjadi Badung pada akhir abad ke-18. I Gusti Ngurah Made Pemecutan Sakti merupakan raja pertama dari Kerajaan Badung sejak tahun 1779. Awalnya ibu kota dari Kabupaten Badung adalah Denpasar. Namun setelah terjadi pemekaran pada 1992, Denpasar beralih status menjadi Kota Madya dan ibu kota Kabupaten Badung berpindah ke Mengwi. Berdasarkan PP 67 tahun 2009 tentang pemindahan ibu kota Kabupaten Badung dari wilayah Denpasar ke Kecamatan Mengwi, lahirlah Kota Mangupura yang meliputi empat desa dan lima keluruhan. Tanggal 16 November ditetapkan sebagai hari ulang tahun Kabupaten Badung. HUT Kabupaten Badung ini sebenarnya diadakan untuk memperingati hari jadi Kota Mangupura yang diresmikan pada 16 November 2009 oleh mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono. </br>Di Badung ada peristiwa sejarah yang terkenal, yaitu Perang Puputan Badung yang terjadi pada 20 September 1906. Perang ini dipicu ketika kapal Cina berbendera Belanda bernama Sri Komala kandas di pantai Sanur pada tahun 1904, yang menjadi bagian dari kekuasaan kerajaan Badung. Pemerintah Hindia Belanda menuduh masyarakat setempat telah melucuti, merusak dan merampas isi kapal Sri Komala. Sehingga pemerintah Hindia Belanda menuntut agar Raja Badung bertanggung jawab atas segala kerusakan dengan membayar ganti rugi sebesar 3000 dolar perak dan menghukum orang-orang yang merusak kapal. Akan tetapi Raja Badung menolak untuk membayar ganti rugi. Karena penolakan Raja Badung tersebut, pemerintah Hindia Belanda melakukan ekspedisi militer ke Bali pada 20 September 1906. Mereka mendaratkan tiga batalyon infantry dan dua batalyon arteleri untuk menyerang Badung. Pada akhirnya ketika militer Belanda memasuki pintu gerbang kota, mereka dihadang oleh segerombolan orang berpakaian serba putih yang siap menyerang. Maka meletuslah perang antara masyarakat Badung yang dipimpin oleh Raja Badung dengan militer Hindia Belanda yang disebut Perang Puputan yang berarti perang sampai titik darah penghabisan.</br>https://www.badungkab.go.id/ penghabisan. https://www.badungkab.go.id/)
  • Pura Goa Giri Putri  + (Pura Goa Giri Putri merupakan salah satu pPura Goa Giri Putri merupakan salah satu pura yang ada di Bali tepatnya di Desa Suana, kecamatan Nusa Penida, kabupaten Klungkung, provinsi Bali. Goa giri putri adalah sebuah ruang sebagai tempat bersemayam kekuatan tuhan dalam manifestasinya berupa wanita yang disebut Hyang Giri Putri yang merupakan sakti dari kekuatan tuhan dalam wujudnya sebagai siwa. </br>Pura ini sudah ada sejak masa pemerintahan Dalem Bungkut pada tahun 200 Çaka. Nama pura ini diambil dari lokasi pura yaitu goa serta Giri Putri yang tergabung dari dua kata yaitu Giri yang berarti bukit/gunung serta Putri yang berarti perempuan. Dari dua kata tersebut tercipta suatu arti dari nama Giri Putri yaitu simbol kekuatan Tuhan Yang Agung serta memiliki sifat keibuan. Lokasi goa ini berada pada ketinggian 150 meter dari permukaan laut dan memiliki panjang sekitar 300 meter. </br>Pura Goa Giri Putri memiliki lima areal yang berbeda. Yang pertama Pelinggih Hyang Tri Purusa, sebelum masuk areal pura para pamedek harus menaiki puluhan tangga untuk mencapai areal pelinggih pertama. Setelah sembahyang di pelinggih pertama ini para pamedek akan melewati lubang kecil untuk masuk ke goa dan menuju pelinggih kedua yaitu Pelinggih Hyang Wasuki. Meskipun lubang untuk masuknya terlihat kecil, namun setiap pamedek yang memiliki badan yang besar dapat dengan mudah memasuki lubang tersebut. Yang ketiga Pelinggih Hyang Giri pati/Siwa, sebelum sembahyang di pelinggih ini para pamedek akan melakukan penglukatan terlebih dahulu. Setelah sembahyang di pelinggih ketiga para pamedek akan menaiki tangga lagi untuk menuju pelinggih keempat yaitu Pelinggih Hyang Giri Putri, dan yang kelima Pelinggih Hyang Siwa Amertha, Hyang Sri Sedana dan Dewi Kwam Im. Setelah pamedek selesai melakukan persembahyangan akan dicolekan abu suci dan diberikan benang tri datu. </br>Pura goa giri putri tidak hanya dikunjungi oleh umat beragama hindu saja, para wisatawan dari berbagai daerah juga dapat berkunjung ke pura ini karena pura ini juga dijadikan sebagai objek wisata spiritual sehingga mampu menarik perhatian para wisatawan yang berkunjung ke Pulau Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali.au Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali.)
  • Desa Batununggul  + (Lomba Perahu Layar Tradisional (Jukung) di Batumulapan, Batununggul, Nusa Penida, 21 Mei 2021)
  • Desa Kayuputih  + (Bali terkenal sebagai tempat destinasi wisBali terkenal sebagai tempat destinasi wisata yang populer di Indonesia bahkan mancanegara. Sebagian besar orang mengenal Bali sebagai tempat yang ramai dengan kunjungan wisatwannya, sehingga membuat Bali tak ubahnya seperti kota-kota besar yang ada di Indonesia dengan segala hiruk-pikunya. Akan tetapi tak semua daerah di Bali melulu penuh kebisingan. Jika Anda sedang berlibur ke Bali dan ingin mencari tempat yang sunyi dan tenang dari keramaiaan, maka datanglah ke Bali bagian Utara, tepatnya di Desa Kayuputih, Buleleng.</br> Lokasi Desa Kayuputih dekat dengan pantai Lovina dan berada di tengah-tengah lanskap tropis hutan perbukitan kondisi dan suasana alam yang menakjubkan. Desa Kayupautih menyuguhkan spot-spot wisata dan pemandangan-pemandangan indah yang dibalut dengan suasan hening untuk tempat liburan Anda yang romantis. Tak hanya wisata alamnya, Desa Kayuputih juga menawarkan wisata budaya yang ikonik dari kebudayaan Bali Utara yang sudah ada sejak masa prasejarah. </br> Anda dapat mengunjungi sebuah Bangunan Cagar Budaya yang berada di Banjar Dinas Taman yang merupakan warisan dari zaman prasejarah di Desa Kayuputih. Berdasarkan penelitian arkeologi, Desa Kayuputih sudah ada sejak zaman prasejarah dengan bukti peninggalan berupa sakofagus (peti mayat) yang dahulunya ditemukan dipusat pemukiman penduduk. Selain itu, terdapat pula pabrik-pabrik tenun tradisional, museum-museum dan pura, seperti Bale Agung, Munduk Duwur, Taman Suci dan lain-lain serta kuil-kuil yang unik yang memberi ciri khas ke eksotisan Bali.</br> Tak hanya itu, di Desa Kayuputih juga terdapat tradisi unik yang disebut dengan “Nyakan Diwang.” Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Desa Kayuputih saat Ngembak Geni, yang termasuk dalam rangkaian Hari Raya Nyepi. Tradisi ini digelar saat nyepi berakhir pukul 24.00 Wita, di mana lampu di seluruh rumah mulai menyala. Suasana gelap gulita yang sebelumnya berbaur dengan ketenangan, berubah menjadi terang. Saat itulah warga mulai keluar rumah, layaknya laron yang mencari sinar. Mereka sibuk menyiapkan peralatan memasak untuk dibawa ke tungku luar rumh atau yang disebut “Diwang” yang dibuat saat Pengerupukan. Hal ini dilakukan secara serempak oleh seluruh masyarakat, dari anak-anak sampai orang tua tak mau melewatkan momen yang unik dan rutin setiap tahun ini.</br>Saat suasana demikian, rasa kekeluargaan mulai terasa, antarwaga saling mengunjugi, bersenda gurau, bertegur sapa dan tidak ada yang memakai kendaraan, tetapi semuanya berjalan kaki. Tradisi Nyakan Diwang memberikan dampak positif bagi masyarakat Desa Kayuputih, khususnya untuk mempererat rasa kekeluargaan. Selain itu, tradisi ini juga berkaitan dengan penyucian diri dari segala hal-hal yang negatif. </br>Oleh sebab itu, Desa Kayuputih, Buleleng, Bali Utara merupakan tempat yang sangat disayangkan untuk dilewatkan saat Anda berada di Bali. Karena Desa ini akan menjadi tempat yang sempurna untuk mengalami keajaiban Bali yang sebenarnya, sebuah pengalaman yang tak terlupakan dengan melihat sebuah permata sejati di Utara Bali, yakni Desa Kayuputih.ejati di Utara Bali, yakni Desa Kayuputih.)
  • Desa Benoa  + (Benoa adalah desa bekas nelayan, sekarang Benoa adalah desa bekas nelayan, sekarang menjadi pantai utama di Bali yang terletak di pantai timur pulau. Tempat ini memiliki perairan tenang dengan pantai berpasir yang bagus. Ini adalah tempat yang bagus untuk olahraga air seperti snorkeling dan scuba diving. Dari Benoa, seseorang dapat berlayar dengan perahu berlantai kaca yang berlayar di sepanjang terumbu karang. Setidaknya ada 5 pusat spa untuk memanjakan diri dan ada sekolah memasak Bali, Bumbu Bali, yang menawarkan pelajaran seni memasak Bali secara teratur. Di dekatnya ada kuil Cina Caow Eng Bio kuno yang menarik. kuil Cina Caow Eng Bio kuno yang menarik.)
  • Desa Celuk  + (Celuk merupakan desa yang berada di KecamaCeluk merupakan desa yang berada di Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali. Desa Celuk adalah produsen karya seni kerajinan perak dan emas. Celuk juga dikenal sebagai desa kerajinan dan sudah resmi menjadi desa wisata yang bisa dikunjungi oleh wisatawan. Selama berabad-abad Desa Celuk telah identik dengan emas dan perak, sehingga menjadi salah satu desa yang makmur di Bali. </br>Jika mempunyai kegemaran terhadap hasil kerajinan perak dan emas, maka Desa Celuk adalah lokasi yang cocok untuk dikunjungi. Karena desa ini adalah surganya kerajinan perak dan emas di Bali. Ketika pengunjung memasuki jalan raya Celuk, toko perhiasan atau kerajinan berbahan dasar logam mudah ditemukan di sepanjang jalan yang menawarkan berbagai macam perhiasan perak dan emas serta benda-benda dekoratif yang dapat menambah estetika rumah. Ada pula toko souvenir khusus kerajinan perak yang siap melayani wisatawan dalam mencari cinderamata.</br>Sampai sekarang ini, kebanyakan wisatawan yang datang di Desa Celuk adalah mereka yang tertarik dengan kerajinan perak. Ditempat ini, wisatawan bisa melihat langsung proses pembuatan karya seni di rumah tradisional dengan kamar remang-remang yang dipenuhi oleh banyak seniman logam. Hampir semua keluarga dan penduduk Desa Celuk memiliki kemampuan professional dan jiwa seni yang tinggi dalam mengembangkan desain kreatif dan berbagai produk terkait dengan emas dan perak. </br>Desa kerajinan ini memiliki sejarah panjang dalam kemahirannya megolah emas dan perak menjadi produk berkelas dan mampu menembus pasar lokal, nasional hingga internasional. Sebagai desa wisata di bagian selatan pulau Bali, Desa Celuk banyak dikunjungi wisatawan saat pagi dan sore hari. Kunjungan ini dilakukan baik pada awal tour atau ketika wisatawan kembali ke penginapan setelah tour seharian.mbali ke penginapan setelah tour seharian.)
  • Desa Batununggul  + (Desa Batununggul terletak di Pulau Nusa PeDesa Batununggul terletak di Pulau Nusa Penida, sebelah selatan Pulau Bali, merupakan salah satu desa di Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. Secara administratif desa ini memiliki luas wilayah 1.345 Km2 yang terbagi atas 4 (empat) Dusun yaitu Batununggul, Kutapang Kangin, Kutapang Kauh, dan Batumulapan serta 13 (tiga belas) Banjar Adat. </br>Desa Batununggul merupakan pusat kota dari Kecamatan Nusa Penida.</br>Jarak desa/kelurahan yang terjauh sekitar 35 km atau dapat ditempuh selama 1 jam perjalanan. Jarak pusat pemerintahan Desa Batununggul dari ibu kota kabupaten Klungkung sekitar 15 km dan dapat ditempuh selama 2 jam perjalanan.an dapat ditempuh selama 2 jam perjalanan.)
  • Dalung  + (Desa Dalung merupakan bagian wilayah KecamDesa Dalung merupakan bagian wilayah Kecamatan Kuta Utara dengan Batas-batas desa meliputi sebelah utara Desa Kelurahan Abianbase, sebelah Timur Kelurahan Sempidi dan Desa Padangsambian Kaja, sebelah Selatan Desa Kelurahan kerobokan Kaja dan Desa Tibubeneng, sedangkan sebelah barat Desa Buduk dan Desa sebagian Canggu.</br>Cikal bakalnya berdirinya Desa Dalung sangat erat hubungannya dengan Desa Padangluah yang merupakan bagian dari kerajaan Meliling. Kerajaan ini awalnya diperintah oleh I Gusti Gede Meliling, yang merupakan putra ke empat dari Raja ke-III Mengwi yaitu I Gusti Agung Nyoman Alangkajeng. Permasalahan perebutan tahta terjadi dan puncaknya ketika pada masa I Gusti Gede Tibung cucu dari I Gusti Gede Meliling, menjadi Yuwe Raja (raja muda) di Padangluah. Pada waktu itu terjadi kegiatan upacara berkabung (ngaben) I Gusti Gede Tegeh I putra dari I Gusti Gede Meliling dan ayah dari I Gusti Gede Tibung. Perang saudara tidak dapat dihindari. Saudara tiri I Gusti Gede Tegeh, yaitu I Gusti Gede Mangku dari Tibubeneng melakukan penyerangan terhadap Padangluah, yang menyebabkan Gugurnya I Gusti Gede Tibung di Kwanji. Wafatnya I Gusti Gede Tibung meninggalkan empat putra laki-laki. Keempat putra tersebut pergi ke Dauh Tukad Yeh Poh (sebelah barat Sungai Yeh Poh, sekarang: Banjar Kaja) bersama anggota keluarganya masing-masing. Keempat putra tersebut adalah I Gusti Gede Tegeh (III), I Gusti Nengah Tegeh, I Gusti Gede Dauh, dan I Gusti Ketut Dauh. Dari tempat ini, mereka menghitung sisa-sisa keluarga dan rakyat yang masih ada. Mereka tidak mau jauh dari Padangluah, agar dapat memantau perkembangan Padangluah dan menyelamatkan rakyatnya yang masih di Padangluah serta memerlukan pertolongan. Ternyata tempat yang paling strategis adalah Dauh Tukad Yeh Poh tersebut (sekarang Banjar Kaja, Dalung). Akhirnya diputuskan untuk tetap tinggal sementara disana sambil membangun strategi lebih lanjut. Perasaan sedih harus kehilangan rakyat, saudara, orangtua, kerabat, sahabat, dan wilayah. Keempat putra I Gusti Gede Tibung berusaha untuk meyakinkan diri dan memperkuat keyakinan tersebut untuk tidak patah semangat. Dalam suasana seperti ini muncul istilah “De Elung” atau "Da Elung" yang berarti "Jangan Patah", kemudian kata-kata itu didengungkan dari mulut kemulut keseluruh masyarakat, untuk membangun mental dan semangat. Maka muncul istilah Dalung yang kemudian menjadi nama Desa yaitu Desa Dalung. Diperkirakan terjadi antara tahun 1823-1825. </br>Secara Administrasi Desa Dalung dibagi menjadi 23 Banjar Dinas yang terdiri dari:</br>1. Banjar Dinas Tegaljaya </br>2. Banjar Dinas Celuk</br>3. Banjar Dinas Pendem</br>4. Banjar Dinas Gaji</br>5. Banjar Dinas Untal-Untal</br>6. Banjar Dinas Kwanji</br>7. Banjar Dinas Tegeh</br>8. Banjar Dinas Kaja</br>9. Banjar Dinas Cepaka </br>10. Banjar Dinas Lebak</br>11. Banjar Dinas Kung</br>12. Banjar Dinas Padangbali</br>13. Banjar Dinas Dukuh</br>14. Banjar Dinas Penglian</br>15. Banjar Dinas Pegending</br>16. Banjar Dinas Tuka</br>17. Banjar Dinas Linggabumi</br>18. Banjar Dinas Bhineka Nusa Kauh</br>19. Banjar Dinas Bhineka Nusa Kangin</br>20. Banajr Dinas Campaun Asri Kangin</br>21. Banjar Dinas Campuan Asri Kauh</br>22. Banjar Dinas Tegal Luwih</br>23. Banjar Dinas Taman Tirtas Tegal Luwih 23. Banjar Dinas Taman Tirta)
  • Desa Wisata Kapal  + (Desa Kapal terletak di Kecamatan Mengwi diDesa Kapal terletak di Kecamatan Mengwi di bagian tengah Kabupaten Badung yang dilintasi jalur jalan utama Denpasar - Tabanan. Desa Kapal merupakan desa yang banyak terdapat kerajinan terutama kerajinan yang terkait dengan pembangunan tempat ibadah maupun rumah tradisional, serta peralatan upacara Agama Hindu. Selain itu Desa Kapal memiliki Pura Kahyangan Jagat yang terkenal di Desa Kapal, Mengwi, Badung adalah Pura Sada. Terletak di daerah pemukiman di Banjar Pemebetan Desa Kapal, Mengwi, Badung.njar Pemebetan Desa Kapal, Mengwi, Badung.)
  • Kutampi  + (Desa Kutampi merupakan salah satu desa yanDesa Kutampi merupakan salah satu desa yang berada di wilayah kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali, Indonesia. Secara administratif Desa ini terbagi atas 6 (enam) dusun, yang meliputi: Dusun Bayuh, Dusun Jurangpait, Dusun Panjok, Dusun Geragah, Dusun Pulagan, Dusun Jurangaya.n Geragah, Dusun Pulagan, Dusun Jurangaya.)
  • Nongan  + (Desa Nongan adalah salah satu desa yang teDesa Nongan adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali. Desa Nongan memiliki jarak yang cukup jauh ke ibu kota Kabupaten. Desa Nongan memiliki batas-batas Desa meliputi: Sebelah Utara (Desa Rendang); Sebelah Timur (Desa Rendang); Sebelah Selatan (Desa Pesaban); dan Sebelah Barat (Desa Bangbang). Desa Nongan memiliki berbagai sumber daya alam yang dapat dikembangkan. Selain hal tersebut, sektor pertanian dan perkebunan di desa Nongan didominasi oleh tanaman Salak Bali, Kelapa, Padi, dan umbi-umbian. Di sektor Industri, masyarakat kebanyakan membuka usaha di bidang Jajanan tradisional, dan Jasa.a di bidang Jajanan tradisional, dan Jasa.)
  • Desa Pedawa  + (Desa Pedawa yang terletak di Kecamatan BanDesa Pedawa yang terletak di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. Di Desa Pedawa ini tidak mengenal sistem kasta seperti di Bali umumnya. Nama Desa Padawa rupanya bukanlah dari jaman dahulu, terdapat beberapa nama yang terkait dengan Desa Pedawa seperti Gunung Tambleg dan Gunung Sari. Desa Pedawa secara administratif merupakan satu dari Tujuh belas desa yang berada di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng-Bali dengan Luas wilayah 16.680 Ha. Dari Luas 16.680 Ha Desa Pedawa dibagi menjadi 6 dusun. Sepeti halnya desa tua lainnya di Bali, Desa Pedawa memiliki potensi cukup besar dikembangkan menjadi desa wisata. Seperti rumah tradisional di Desa Pedawa yang bernama Bandung Rangki. </br>Rumah Bandung Rangki memiliki Atap bambu, dindinya gedeg, lantainya tanah, dan pondasinya dari batu padas. Tak hanya itu, bagian dalamnya juga tak seperti bangunan modern atau rumah pada umumnya. Kamar tidur utama, kamar anak, dapur, dan tempat pemujaannya tidak ada sekat. Hanya posisinya diatur sedemikian rupa.</br></br>Informasi lebih lanjut:</br></br>https://pedawabuleleng.blogspot.com/jut: https://pedawabuleleng.blogspot.com/)
  • Pejukutan  + (Desa Pejukutan adalah salah satu dari 16 (enam belas) desa yang ada di Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Desa ini termasuk kawasan perbukitan.)
  • Desa Penglipuran  + (Desa Penglipuran memiliki kekhasan budaya Desa Penglipuran memiliki kekhasan budaya dan arsitektur yang menyatu dengan alam. Falsafah ini diimplementasikan menjadi tiga aspek yaitu aspek Parahyangan, Pawongan dan Palemahan, yaitu hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, antar sesama manusia, dan manusia dengan lingkungannya. rumah warga yang ramah lingkungan yaitu angkul-angkul (pintu masuk) yang berbahan tanah dan beratap bambu, paon (dapur tradisional) yang dindingnya terbuat dari gedeg (anyaman bambu) dan bale saka enem yang juga beratap bambu. Untuk menjaga kenyamanan dan keasrian lingkungan, masyarakat setempat membuat taman di depan rumah mereka (telajakan) yang ditanami dengan aneka ragam tanaman bunga serta adanya pelarangan masuknya kendaraan bermotor di pekarangan induk pada jam-jam tertentu.</br>Konsep desa yang asri dan alami menjadi daya tarik Desa Penglipuran. Kearifan warga lokal terkait pola penataan ruang menjadikan desa ini rapi dan bersih. Selain hal tersebut, desa ini berstatus salah satu Desa Bali Aga dengan adanya kekhasan konsep kepemimpinan ulu apat.</br>Beberapa cinderamata dari desa ini yakni minuman loloh cemcem, loloh teleng, dan kudapan klepon.</br></br></br></br>Sumber:</br>Andriyani, Anak Agung Istri. 2017. “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Desa Wisata dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Sosial Budaya Wilayah (Studi di Desa Wisata Penglipuran Bali)”. Jurnal Ketahanan Nasional Volume 23 Nomor 1 Halaman 1-16.n Nasional Volume 23 Nomor 1 Halaman 1-16.)
  • Tanglad  + (Desa Tanglad merupakan salah satu dari 16 Desa Tanglad merupakan salah satu dari 16 desa yang ada di kecamatan Nusa Penida. Terletak di wilayah dataran tinggi yang berjarak kurang lebih 20 kilometer dari pelabuhan Sampalan. Desa ini memiliki 4 dusun yang terdiri dari Dusun Anta, Dusun Watas, Dusun Julingan dan Dusun Tanglad. Mata pencaharian dari penduduk di Desa Tanglad adalah petani.ri penduduk di Desa Tanglad adalah petani.)
  • Tenganan Pegringsingan  + (Desa Tenganan Pegringsingan merupakan desaDesa Tenganan Pegringsingan merupakan desa wisata dan menjadi salah satu dari tiga desa di Bali yang masuk ke dalam susunan Bali Aga. Bali Aga merupakan konsep desa tradisional yang masih dijaga sejak dahulu hingga saat ini. Desa Tenganan berada di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Bali. Dalam peta kawasan wisata Bali Timur, Desa Tenganan menjadi salah satu tujuan wisata budaya unik yang bisa dikunjungi. </br>Desa Tenganan sendiri memiliki dua, yaitu Desa Tenganan Pegringsingan dan Dauh Tukad. Kedua desa Tenganan tersebut memiliki daya tarik yang sama, meyimpan berbagai budaya dan tradisi unik dan eksotis. Dengan tampilan arsitektur bangunan rumah-rumah yang tradisional ala budaya Bali Kuno dan dibalut dengan alam pedesaan yang kental seakan Desa Tenganan belum tersentuh kemajuan zaman. </br>Sejumlah hal yang membuat Tenganan menjadi populer di antaranya adalah keunikan tradisi Mekare-kare (Megeret Pandan) atau biasa dikenal dengan Perang Pandan. Tradisi ini digelar setahun sekali dan menjadi salah satu atraksi wisata terpopuler bagi wisatawan di Bali. Berikutnya adalah hasil kerajinan tradisional berupa kain Gringsing yang menggunakan teknik double ikat yang sudah mulai langka.</br>Hal yang menarik lainnya di Tenganan adalah penduduknya yang tidak merayakan Hari Raya Nyepi dan Hari Raya Galungan. Warga Tenganan hanya mengenal satu hari besar, yakni Aci Sambah, seperti saat digelarnya tradisi Perang Pandan. Kalender yang digunakan Desa Tenganan juga berbeda dengan kalender yang biasa digunakan oleh umat Hindu Bali. Desa Tenganan memiliki kalender sendiri yang disebut sasih Sambah. Sasih atau bulan dari tahun Isaka tersebut dikelompokkan menjadi menjadi tiga bagian tahun, di antaranya: Tahun I Sambah Biasa (360 Hari), Tahun II Sambah Biasa (352 Hari), dan Tahun III Sambah (383 Hari).</br>Keunikan lainnya warga Tenganan, yakni tidak mengenal warna ataupun kasta seperti desa-desa lainnya di Bali. Hal itu karena Tenganan sama sekali tidak terpengaruh budaya luar, termasuk juga saat pengaruh Majapahit saat datang ke Bali. Keduduk anak perempuan di Tenganan juga memiliki hak yang sama dengan laki-laki sebagai ahli waris karena warga Desa Tenganan tidak memandang gender. Berbeda halnya dengan tatanan masyarakat Bali umumnya yang patrilineal. Selain itu, warga Desa Tenganan tidak mengenal poligami maupun perceraian.</br>Desa Tenganan juga memiliki alat musik tradisional yang disakralkan bernama Slonding. Alat musik Slonding hanya digunakan saat ada upacara keagamaan tertentu, seperti tradisi Megeret Pandan, mengiringi tari Rejeng dan tari Mabuang. Selain itu, di Desa Tenganan tidak ada upacara Ngaben yang biasa dilakukan warga Hindu lainnya di Bali ketika ada yang meninggal. Di Tenganan jika da orang meninggal maka jasadnya langsung dikubur saat itu juga. Tidak ada kremasi atau menunggu hari baik, kecuali hari sudah sore maka akan dikubur esok harinya sebelum jam 12 siang.</br>Saat penguburan mayat, jasad dikuburkan tertelungkup dengan kepala pada bagian selatan. Tidak ada bekal kubur dari materi dunia seperti uang dan lainnya, pun tidak ada pakaian atau kain sebagai pembungkus jasad. Keburan di Desa Tenganan juga memiliki keunikan karena dibagi menjadi dua, yaitu Kangin yang diperuntukkan untuk mengubur jasad orang biasa dan Setra yang diperuntukkan untuk mengubur jasad oran suci sepeti pemangku.</br>Begitu menariknya Desa Tenganan dengan berbagai budaya dan tradisi unik yang masih terpelihara hingga sekarang. Desa Tenganan juga masih menerapkan sistem tradisional dalam transaksi jula beli, yaitu dengan barter. Umumya profesi masyarakat Tenganan adalah sebagai petani dan seniman. Jika ada sebuah agenda untuk berwisata ke Karangasem maka Tenganan adalah tujuan wajib yang harus dikunjungi di wilayah Bali Timur.ng harus dikunjungi di wilayah Bali Timur.)
  • Tianyar Barat  + (Desa Tianyar Barat, Kecamatan Kubu, KarangDesa Tianyar Barat, Kecamatan Kubu, Karangasem, terus berupaya mengembangkan potensi sumber daya alam untuk pengembangan pariwisata. Setelah sebelumnya membuka wisata trecking dan desa wisata, kini desa tersebut tengah menggarap potensi wisata bahari yakni memancing dan penggaraman tradisional.kni memancing dan penggaraman tradisional.)
  • Desa Warnasari  + (Desa Warnasari adalah desa yang berada di Desa Warnasari adalah desa yang berada di Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali. Wilayah Desa Warnasari terdiri dari 3 banjar diantaranya Banjar Warnasari Kelod, Banjar Warnasari Kaja, dan Banjar Pucaksari. Mayoritas penduduk Desa Warnasari bermata pencaharian sebagai petani dan peternak. Hasil pertanian yang banyak dijumpai di Desa Warnasari antara lain padi, kakao, kopi, dan palawija. Sedangkan peternakannya seperti sapi, babi, ayam, dan bebek. Desa Warnasari, memiliki beragam potensi seni dan budaya seperti baleganjur, tari tradisional (joged bumbung), kerajinan tangan (kerajinan lampu dari bambu) terakhir dekorasi. Serta memiliki potensi spiritual seperti tempat dan alat peninggalan sejarah. Pada tempat peninggalan sejarah khususnya pura berfungsi sebagai tempat persembahyangan seperti Pura Puseh, Pura Mrajapati, Pura Dalem serta Pura Kawitan. Sedangkan alat peninggalan sejarah yaitu keris, batu besar, tedung (payung besar), kain kasa dan arca lainnya.payung besar), kain kasa dan arca lainnya.)
  • Desa Taro  + (Desa Wisata Taro ini merupakan desa tua diDesa Wisata Taro ini merupakan desa tua di Bali yang kaya akan kisah dan peninggalan budaya masa lampau. Keberadaan desa ini berkaitan erat dengan lawatan seorang yang sakti di masa lalu dari Jawa Timur ke Bali sekitar abad ke 8.</br></br>Desa Wisata Taro ini memiliki alam yang hijau dan asri. Udara yang sejuk serta pepohonan membuat suasana menjadi rindang. Serta rumah penduduk dengan ciri khas rumah tradisional Bali. Selain menikmati suasana alam, para pengunjung juga dapat belajar banyak hal dari desa ini.ga dapat belajar banyak hal dari desa ini.)
  • Dawan, Klungkung-Bali  + (Garam adalah salah satu produk alami yang Garam adalah salah satu produk alami yang diproduksi secara lokal oleh masyarakat Bali. Dengan teknik secara tradisional, seperti yang terjadi selama beberapa generasi, produk ini hanya bergantung pada beberapa hal: laut, pasir, matahari, dan keringat petani lokal.</br>Dalam Episode pertama 'Made in Bali', seri dokumenter singkat yang mengulas tentang petani garam laut. Now! Bali Magazine berbincang dengan Nyoman Warta, salah satu dari sedikit petani garam laut yang tersisa. Di pasir hitam vulkanik di Kabupaten Klungkung, Bali Timur, ia melanjutkan perdagangan nenek moyangnya - tetapi ia akan menjadi petani garam laut terakhir dari keluarganya. Dalam video ini ia berbagi kisah hidupnya, proses pembuatan dan masa depan perdagangan garam laut khas Bali.sa depan perdagangan garam laut khas Bali.)
  • Jembrana  + (Jembrana merupakan salah satu Kabupaten yaJembrana merupakan salah satu Kabupaten yang ada di Bali yang terletak pada Bali bagian Barat. Jemrana memiliki burung khas yang tidak dimiliki oleh Kabupaten lainnya yaitu burung Jalak Bali yang terletak pada daerah Gilimanuk. Kabupaten Jembrana memiliki ciri khas atau tradisi tradisional yaitu Tradisi Makepung, dimana tradisi ini merupakan tradisi leluhur dengan menggunakan dua ekor kerbau yang disimbulkan sebagai alat bantu petani di sawah. Makepung ini dilakukan dengan cara memecut 2 kerbau tersebut agar bisa berlari kencang dan dalam bahasa Bali diistilahkan dengan kepung kepungan (balap balapan). Dan perlu diketahui, di daerah Jembrana juga memiliki yang namanya Tari Makepung sebagai salah satu simbol tradisi Makepung yang sering dilaksanakan.tradisi Makepung yang sering dilaksanakan.)
  • Jimbaran  + (Jimbaran adalah sebuah desa nelayan dan reJimbaran adalah sebuah desa nelayan dan resort pantai di selatan Kuta, Bali, Indonesia. Teluk Jimbaran memiliki pantai yang panjang dengan perairan yang tenang. Di ujung utaranya, perahu berwarna-warni ditarik oleh pasar ikan Kedonganan terbuka yang ramai. Barat daya teluk adalah Pantai Dreamland dan Pantai Balangan, yang terkenal dengan ombak selancarnya yang kuat.rkenal dengan ombak selancarnya yang kuat.)
  • Kebun Raya Bali  + (Kebun Raya Bali atau Kebun Raya Eka Karya Kebun Raya Bali atau Kebun Raya Eka Karya Bali berlokasi di kawasan wisata Bedugul, desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan – sekitar 60 km dari kota Denpasar. Kebun Raya Bali juga dikenal dengan sebutan Kebun Raya Bedugul. Kebun Raya ini merupakan sebuah taman botani tropis yang luas dan besar di Bali. Pengelolaannya dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan secara struktur organisasi berada di bawah pembinaan Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. Pembuatan kebun raya Bali diresmikan oleh Prof. Ir. Kusnoto Setyodiwiryo selaku presiden dari Badan Pusat Penelitian Lingkungan pada tanggal 15 Juli 1959 dengan luas 50 ha, namun saat ini kebun raya telah mengalami perluasan dan menjadi 157,5 ha. Nama dari kebun raya “Eka Karya” diusulkan oleh I Made Taman yang menjabat sebagai Kepala Badan Konservasi Lingkungan dan Pelestarian. “Eka” berarti satu dan “Karya” berarti hasil kerja. Kebun Raya Eka Karya diartikan sebagai kebun raya pertama yang merupakan hasil kerja bangsa Indonesia setelah merdeka. </br>Kebun raya ini dikhususkan untuk mengumpulkan gymnosperma (tanamn berdaun jarum) dari seluruh dunia. Selain itu, lebih dari 2000 spesies tanaman yang diawetkan di kebun raya Bali – di antaranya merupakan tanaman dari daerah pegunungan Indonesia Timur, seperti Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua. Adapun koleksi tenaman yang terdapat di kebun raya Bali seperti: anggrek, tumbuhan paku dan lumut, Begonia, kaktus, tanaman obat, tanaman air, bambu, Rhododendron, Araceae, Harbarium dan 79 ekor spesies burung yang hidup bebas di kawasan kebun raya ini. Kebun Raya Bali merupakan tempat yang unik di Bali yang memadukan penelitian botani, pelestarian tumbuhan atau konservasi, edukasi dan tempat wisata. Cocok untuk bersantai menikmati keindahan alam, melihat tumbuhan hutan hujan tropic dan kehidupan burungnya sembari mempelajari manfaat tumbuhan bagi kehidupan masyarakat.</br>http://www.kebunrayabali.com/ masyarakat. http://www.kebunrayabali.com/)
  • Museum Le Mayeur  + (Kembali lagi memberi refrensi tentang permKembali lagi memberi refrensi tentang permuseuman di Bali, kini akan membahas sekilas tentang Museum Le Mayeur. Museum yang memiliki keunikan tersendiri karena lebih bercita rasa rumah tempat tinggal namun menyimpan hasil seni yang indah. </br></br>Museum ini sebenernya tempat tinggal dari pelukis yang bernama Adrien Jaen Le Mayure. Siapa dia? Le Mayeur adalah pelukis yang berasal dari Bruxelles Belgia yang datang ke Bali pada tahun 1932. Beragam lukisan mulai dari kehidupan sang istri Ni Pollok hingga keindahan alam Sanur terekam dalam lukisan.</br></br>Lukisan tertua di Museum Le Mayeur tercatat pada tahun 1921 dan termuda adalah satu tahun sebelum Le Mayeur meninggal yakni 1957. Jumlah lukisannya semasa hidup tercatat sebanyak 88 buah. Di museum ini tersebut terdapat 6 ruangan yang diantaranya ruang studio tempat melukis, ruang untuk tamu yang ingin melihat lukisan, ruang untuk berkumpul keluarga, ruang untuk tempat istirahat (kamar tidur), ruang untuk Ni Polok merias diri beserta kamar mandi, ruang untuk menyiapkan sesajian dan menyimpan alat – alat upacara.</br></br>Selain hal tersebut, museum ini terletak di pinggir pantai Sanur Denpasar. Dari pantai ini kita dapat menikmati matahari terbit dan hiruk pikuk orang-orang yang akan menyebrang dari pulau Bali ke Nusa Penida atau Nusa Lembongan. Pantai dengan pasir putih ini akan cukup mudah ditemukan lokasinya sehingga alasan untuk tidak mampir ke museum jelas tidak ada salahnya.</br></br>Museum Le Mayeur buka setiap hari kecuali Jumat, pukul 08.30 sampai 12.30 WITA, dan hari libur resmi tutup. Jadi silahkan berkunjung ke museum sambil menikmati pemandangan pantai Sanur.sambil menikmati pemandangan pantai Sanur.)
  • Pura Purancak  + (Lokasi Pura Purancak terletak di Desa PeraLokasi Pura Purancak terletak di Desa Perancak Kecamatan Negara. Ketika Danghyang Nirartha melintasi Selat Bali dengan perahu dari labu, dan mendarat di pantai yang sekarang dikenal dengan nama Perancak. Saat menanti kedatangan istri dan tujuh putranya, Nirartha berteduh di bawah pohon ancak. Di situlah sampai sekarang berdiri Pura Purancak.lah sampai sekarang berdiri Pura Purancak.)
  • Desa Batununggul  +
  • TiTian Art Space  + (Lukisan ini memperlihatkan dua anak laki-lLukisan ini memperlihatkan dua anak laki-laki menebang pohon dengan kapak. Pohon-pohon yang masih berdiri dan yang sudah ditebang memperlihatkan ki wajah yang menderita. Seniman Batuan I Made Sujendra menjelaskan karya dengan pertanyaan sederhana: "Bagaimana rasanya menjadi pohon?" </br>Sujendra mengatakan lukisan itu dipicu oleh orang-orang yang menghancurkan pohon secara sembarang. Tujuannya bukan untuk membangun atau memahat serta tanpa menanam kembali ataupun memelihara tunas baru. Semisal, memotong dan membakar sawah, ladang, dan hutan untuk kepentingan perkebunan kelapa sawit di hutan Sumatra dan Kalimantan. Alam semakin rusak, pohon mulai langka. </br></br>Seniman Batuan I Made Sujendra menuangkan semuanya dalam lukisannya. Ini sebagai bentuk kepeduliannya terhadap alam Bali. Gayanya juga sebagian besar dalam lingkup Bali, meskipun tidak dalam gaya tradisional daerah Kamasan yang sama dari lukisan Kerta Ghosa yag terkenal, Sujendra penganut gaya Batuan yang lebih modern dan sekuler yang ia pelajari dari ayahnya.</br></br>Lukisan-lukisan khas Batuan memiliki banyak sekali tokoh-tokoh berwarna cerah dengan latar belakang hitam, dan membiarkan mata untuk mengembara dari sosok ke sosok tanpa pusat perhatian yang jelas. Tanpa menyimpang dari formula ini, Sujendra telah menyederhanakan dan mengintensifkan efek gaya Batuan dengan menunjukkan lebih sedikit tokoh di atas kanvas yang jauh lebih besar dan kembali ke tema-tema keagamaan. besar dan kembali ke tema-tema keagamaan.)
  • Nusa Penida  + (Nusa Penida merupakan sebuah kawasan di wiNusa Penida merupakan sebuah kawasan di wilayah Kabupaten Klungkung Provinsi Bali yang berbentuk kepulauan, sehingga Kabupaten Klungkung merupakan satu-satunya Kabupaten di Bali yang memiliki wilayah kepulauan. Kepulauan Nusa Penida sendiri secara administratif berada dalam satu kecamatan yang diksebut dengan Kecamatan Nusa Penida. Kepulauan Nusa Penida terdiri dari tiga pulau yang berpenghuni yakni Pulau Nusa Penida, Pulau Lembongan dan Pulau Ceningan. ecamatan Nusa Penida sendiri terdiri dari 16 Desa Dinas dan 48 Desa Adat. Adapun nama-nama desa dinasnya adalah Desa Batununggul, Batukandik, Batumadeg, Bungamekar, Jungutbatu, Klumpu, Kutampi, Kutampi Kaler, Lembongan, Ped, Pejukutan, Sakti, Sekartaji, Suana, Tanglad, dan Kampung Toyapakeh.</br>Objek-objek wisata terkenal diantaranya: Klingking Beach, Broken Beach, Angel Billabong di Desa Bungamekar;</br>Atuh, Diamong Beach, Rumah Pohon di Desa Pejukutan; Crystal bay di Desa Sakti; Devil Tear’s, Jembatan Kuning di Desa Lembongan;</br>Wisata Mangrove di Desa Jungutbatu.ongan; Wisata Mangrove di Desa Jungutbatu.)