Putu Bonuzs’ social conscientiousness finds voice at times humorously, pointing out ironies within the controversial topics that arise across our social and political landscape of Indonesia. However, mindful of boundaries, and possesses a principle of diplomacy whereby art may be a vessel of commentary to pose questions but is mindful not to incite division.
This balanced consideration of arts’ consequence is also one that makes his private works a necessary part of his creative folio when we look at the art of Putu Bonuz. Because it is here that we see a more complete representation of who he is as an artist. What is left unsaid and what remains hidden reveals the balance of the artist’s intellectual process that merges with his intuitive creative one.
An artist who understands the landscape of art not only within his private process but also in its place within a political and social landscape.
Kehati-hatian sosial Putu Bonuzs terdengar lucu, menunjukkan ironi dalam topik kontroversial yang muncul di lanskap sosial dan politik kita di Indonesia. Namun, memperhatikan batas-batas, dan memiliki prinsip diplomasi dimana seni dapat menjadi wadah komentar untuk mengajukan pertanyaan tetapi berhati-hati untuk tidak memicu perpecahan.
Pertimbangan konsekuensi seni yang seimbang ini juga yang menjadikan karya pribadinya sebagai bagian penting dari folio kreatifnya ketika kita melihat seni Putu Bonuz. Karena di sinilah kita melihat representasi yang lebih lengkap tentang siapa dirinya sebagai seorang seniman. Apa yang tidak terucapkan dan apa yang tetap tersembunyi mengungkapkan keseimbangan proses intelektual seniman yang menyatu dengan proses kreatif intuitifnya.
Seorang seniman yang memahami lanskap seni tidak hanya dalam proses privatnya tetapi juga pada tempatnya dalam lanskap politik dan sosial.
Enable comment auto-refresher