Property:Place information text id

From BASAbaliWiki
Showing 50 pages using this property.
A
Air Terjun Blangsinga terletak di Banjar Blangsinga, Desa Saba, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar Bali. Jaraknya kurang lebih 15 km dari pusat Kota Denpasar atau 25 km dari Bandara Internasional Ngurah Rai. Air terjun ini memiliki debit air yang besar, walaupun tidak terlalu tinggi.  +
Air terjun Nung-Nung terletak di Desa Plaga Kecamatan Petang merupakan satu-satunya air terjun yang terdapat di Kabupaten Badung yang memiliki ketinggian sekitar 70 m. Dalam pengembangannya, Air Terjun Nung-nung dikelola oleh kelompok sadar wisata serta desa adat setempat. Beberapa atraksi wisata yang dapat dilakukan oleh wisatawan di objek wisata diantaranya adalah menikmati pemandangan sekitar air terjun yang rindang dan asri, selain itu wisatawan juga dapat mandi dibawah air terjun tersebut. Jarak dari pusat Kabupaten Badung menuju Air Terjun Nung-Nung sekitar 35.7 km dan memerlukan waktu tempuh kurang lebih 1 jam. Sedangkan jarak Air Terjun Nung-nung dengan Bandara Internasional Ngurah Rai adalah sekitar 55.4 km yang dapat ditempuh dengan waktu kurang lebih 1 jam 49 menit  +
Letak air terjun ini ada di Desa Menyali, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Jarak tempuh dari kota Singaraja kurang lebih 15 km. Air terjun ini terletak di wilayah perkebunan dan persawahan yang masih produktif. Tersedia fasilitas yang memadai seperti jalan, parkir, jalan setapak menuju air terjun dengan 185 anak tangga. Air terjun campurasa yang mempunyai 3 (tiga) tingkatan: 1. Tingkat I kurang lebih 20 meter; 2. Tingkat ke II kurang lebih 10 meter; 3. Tingkat ke III kurang lebih 12 meter.  +
Jika Anda mencari sepotong surga yang masih terpencil, Amed, Bali harus ada dalam radar Anda. Desa nelayan yang sepi ini belum menjadi pokok di setiap rencana perjalanan Bali, jadi Anda akan bisa melihat sekilas ke Bali asli yang "nyata" dan menikmati suasana santai. Kami membagikan hal-hal terbaik yang dapat dilakukan di Amed serta tempat tinggal dan tempat makan! Lihat selengkapnya di https://www.twowanderingsoles.com/blog/amed-bali  +
Desa Anturan dahulu merupakan bagian dari wilayah Pandan Banten (Desa Selat ) yang disebut Banjar Asatan. Tempat ini merupakan peristirahatan (Bebaturan) bagi para rombongan kerajaan sebelum sampai di Puri Buleleng. http://anturan-buleleng.desa.id/  +
B
Badung merupakan kabupaten yang juga meliputi Kuta dan Nusa Dua yang menjadi objek wisata cukup terkenal di Bali. Kabupaten Badung berbatasan dengan Kabupaten Buleleng di sebelah utara, Tabanan di Barat. Samudera Hindia di sebelah selatan. Kabupaten Bangli, Gianyar dan kota Denpasar di sebelah timur. Cukup banyak objek wisata di Kabupaten Badung yang menarik untuk dikunjungi, seperti pantai Kuta Bali, pantai Dreamland, pantai Batubalong dengn pemandangan yang eksotis, Bumi Perkemahan Dukuh yang merupakan peninggalan dari Kerajaan Mengwi dan masih banyak lagi. Kabupaten Badung dulunya bernama Nambangan sebelum diganti oleh I Gusti Ngurah Made Pemecutan menjadi Badung pada akhir abad ke-18. I Gusti Ngurah Made Pemecutan Sakti merupakan raja pertama dari Kerajaan Badung sejak tahun 1779. Awalnya ibu kota dari Kabupaten Badung adalah Denpasar. Namun setelah terjadi pemekaran pada 1992, Denpasar beralih status menjadi Kota Madya dan ibu kota Kabupaten Badung berpindah ke Mengwi. Berdasarkan PP 67 tahun 2009 tentang pemindahan ibu kota Kabupaten Badung dari wilayah Denpasar ke Kecamatan Mengwi, lahirlah Kota Mangupura yang meliputi empat desa dan lima keluruhan. Tanggal 16 November ditetapkan sebagai hari ulang tahun Kabupaten Badung. HUT Kabupaten Badung ini sebenarnya diadakan untuk memperingati hari jadi Kota Mangupura yang diresmikan pada 16 November 2009 oleh mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Di Badung ada peristiwa sejarah yang terkenal, yaitu Perang Puputan Badung yang terjadi pada 20 September 1906. Perang ini dipicu ketika kapal Cina berbendera Belanda bernama Sri Komala kandas di pantai Sanur pada tahun 1904, yang menjadi bagian dari kekuasaan kerajaan Badung. Pemerintah Hindia Belanda menuduh masyarakat setempat telah melucuti, merusak dan merampas isi kapal Sri Komala. Sehingga pemerintah Hindia Belanda menuntut agar Raja Badung bertanggung jawab atas segala kerusakan dengan membayar ganti rugi sebesar 3000 dolar perak dan menghukum orang-orang yang merusak kapal. Akan tetapi Raja Badung menolak untuk membayar ganti rugi. Karena penolakan Raja Badung tersebut, pemerintah Hindia Belanda melakukan ekspedisi militer ke Bali pada 20 September 1906. Mereka mendaratkan tiga batalyon infantry dan dua batalyon arteleri untuk menyerang Badung. Pada akhirnya ketika militer Belanda memasuki pintu gerbang kota, mereka dihadang oleh segerombolan orang berpakaian serba putih yang siap menyerang. Maka meletuslah perang antara masyarakat Badung yang dipimpin oleh Raja Badung dengan militer Hindia Belanda yang disebut Perang Puputan yang berarti perang sampai titik darah penghabisan. https://www.badungkab.go.id/  
Pulau Bali adalah salah satu pulau dari 17.000 lebih kepulauan yang ada di Indonesia. Dengan luas pulau sepanjang 153 km dan selebar 112 km dan luas pulau 123,98 km2. Secara geografis ditengah-tengah Pulau Bali terbentang pegunungan memanjang dari barat ke timur. Diantara pegunungan tersebut terdapat sejumlah gunung sebagai puncaknya seperti : Gunung Agung (3.142 m ) meter, Gunung Batur (1.717)meter, Gunung Abang (2.276)meter, Gunung Batukaru (2.276)meter. Gunung Agung dan Gunung Batur merupakan gunung berapi. Disebelah utara dan selatan pegunungan tersebut terbentang tanah daratan. Danau-danaunya adalah danau batur dengan luas 1.607,5 hektar, Danau Beratan 375,6 hektar, Danau Buyan 336 hektar dan Danau Tamblingan 110 hektar. Sungai-sungai yang bersumber dari hutan dan danau tersebut kebanyakan mengalir ke daerah selatan, seperti sengai Unda, Sungai Petanu, Sungai Ayung, Sungai Pulukan, Sungai loloan, dan lain-lain.  +
Kabupaten Bangli terletak di timur laut kota Denpasar, sekitar 40 km dari pusat Kota Denpasar dan merupakan satu-satunya kabupaten di Bali yang tidak mempunyai wilayah laut. Kabupaten Bangli berbatasan dengan Kabupaten Buleleng di sebelah utara, Klungkung dan Karangasem di timur, Klungkung dan Gianyar di selatan, serta Badung dan Gianyar di sebelah barat. Salah satu objek wisata yang popular di Bangli adalah Gunung Batur dan Danau Batur yang merupakan danau terluas di Bali dengan hiasan dinding megah gunung Batur. Selain itu ada pula Toyo Bungkah yang merupakan objek pemandian air panas yang dipercaya masyarakat Bali dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, khususnya penyait kulit. Sejak tahun 1991, Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli menetapkan tanggal 10 Mei 1204 sebagai hari jadi kota Bangli. Tanggal itu dirunut dari prasasti Pura Kehen C yang dikeluarkan raja Sri Adikunti Ketana yang menjadi penguasa Bangli pada 1126 tahun Saka atau 1204 tahun Masehi. Sebelumnya, di Bangli pada abad 11 berkembang wabah penyakit yang membuat masyarakat Bangli berbondong-bondong meninggalkan Bangli. Setelah keadaan kembali pulih, raja Sri Adikunti Ketana memberikan perintah kepada putranya pada 10 Mei 1204, sebagaimana yang termuat dalam prasasti Pura Kehen C. Prasasti yang tersimpan di Pura Kehen ini memuat perintah raja agar mengajak penduduk kembali ke Desa Bangli guna bersama-sama membangun dan memperbaiki rumah masing-masing. Raja juga memerintahkan agar penduduk menambah keturunan, mengizinkan membabat hutan untuk membuat sawah dan saluran air. Selain itu, raja juga menghapuskan pajak pada penduduk dan menetapkan batas-batas wilayah kramanil Bangli. Dipilihnya 10 Mei 1453 sebagai hari jadi Kabupaten Bangli didasari atas pemikiran bahwa Prasasti Kehen C menunjukkan Bangli saat itu sudah menjadi sebuah kesatuan menyusul adanya penetapan batas-batas wilayah oleh raja. Selain itu, prasasti ini pulalah yang pertama kali menyebut nama Bangli. Dalam babad dan cerita rakyat, asal-usul nama Bangli berasal dari kata Jarak Bang atau Bangkliki. Konon, Bangli didirikan di atas hutan jarak, namun ada pula yang menyebutkan kalau Bangli berasal dari kata banggi yang berarti kurang ramah. http://www.banglikab.go.id/  
Banjar ini terletak di Kota Semarapura tepatnya di jalan Puputan No.39, Semarapura Kangin, Kec. Klungkung, Kabupaten Klungkung, Bali.  +
Bayunggede yang berasal dari kata “Bayung” yang berati “Bayu”, atau tenaga sedangkan kata “Gede” dapat dipersonifikasi menjadi “kuat”. Sehingga jika diterjemahkan, kata Bayunggede berarti “tenaga yang kuat”. Sebelum bernama desa Bayunggede, dahulu merupakan tempat pemukiman kecil di Bali yang disebut sebagai padukuhan yang letaknya ditenggah hutan dengan jumlah penduduk yang sangat kecil (tidak disebutkan jumlahnya). Padukuhan ini dipimpin dan dikelola oleh suatu struktur pemerintahan adat yang disebut “Ulu Apad” atau kepala suku dengan tugas pokok dan fungsinya dari penyelenggaraan kegiatan dan kepentingan pelaksanan upacaran dan upakara adat.  +
Gamelan Gambang Desa Bebandem  +
Tari Rejang Desa Adat Bebandem  +
Pasar hewan tradisional Bebandem  +
Sejarah Bebandem berawal dari masa pemerintahan kerajaan di Bali yang diperintah oleh Ida Dalem Waturenggong yang kemudian setelah perkembangnya diperintah lagi oleh keturunan beliau yang bernama Ida Dalem Kepakisan dan pelanjut dinasti raja terakhir adalah Ida Dalem Ketut yang wilayah kerajaan berada di Kabupaten Klungkung. Nama Desa Bebandem yang sekarang, adalah diambil dari nama I Gusti Bandem yang sudah terkenal sebagai seorang pandeta ( Dukuh Bujangga), dan tentu sebagai penghormatan bagi beliau yang telah berjasa nama beliau ditetapkan menjadi nama desa dengan imbuhan ‘Be’ yang apabila diartikan dalam bahasa sansekerta mengandung arti bertempat tinggal/diam diatas.  +
Prasasti Bebetin (atau Bebetin AI) bertarikh 818 çaka (896 M), adalah sebuah prasasti yang ditemukan di desa Bebetin, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, Bali. Prasasti ini berbahasa Bali Kuno. Prasasti ini berisi keterangan tentang suatu desa (banwa) bharu, atau secara lengkapnya kuta di banwa bharu, yang bermakna desa bharu yang berbenteng. unculnya nama Bebetin sudah disebut-sebut sejak tahun 1260. Sebelum tahun 1260 nama Bebetin tidaklah pernah disebut, tetapi justru nama Banua Baru yang mengalami kerusakan dari tahun 989-1050, lalu dikatakan tipe desa yang punah, berubah wajah menjadi semak belukar (Betbetan). Setelah ditata kembali menjadi Betbetin-Bebetin  +
Saat mendengar kata bedugul, tentu yang terbayang di benak anda adalah keberadaan danau Beratan dan Pura Ulun Danu yang sekarang menjadi tujuan wisata tour paling populer di Bali atau juga Kebun Raya Bedugul yang menjadi tujuan rekreasi favorit bagi keluarga.  +
Badhahulu atau sekarang dikenal dengan nama Bedulu sejatinya adalah sebuah desa kuno dan unik di Gianyar, Bali. Desa ini diyakini banyak kalangan pernah menjadi pusat peradaban di Bali, bahkan sudah menjadi pemukiman sejak masa prasejarah, terbukti dengan ditemukannya Sarkofagus di salah satu rumah warga. Desa Bedulu pernah menjadi pusat pemerintahan Bali sejak dari Dinasti Warmadewa yaitu saat pemerintahan Maharaja Sri Astasura Ratna Bumi Banten (Asta= Delapan, Sura= Dewa, Ratna= Permata, Bumi Banten= Tanah Bali) artinya raja yang membawahi delapan wilayah kekuasaan di Bali.  +
Bendungan Gerokgak merupakan salah satu obyek wisata buatan yang menjadi favorit di gerokgak selain dari pada Pura Pulaki Atau Pura Melanting. Banyak turis manca negara yang memuji dan berkunjung ke kecamatan ini khususnya ke Bendungan Gerokgak. Tujuan utama pembuatan bendungan ini adalah untuk membantu para petani yang ketika musim kemarau selalu kekurangan air. Jadi ketika musim hujan, bendungan ini akan menyimpan banyak air, namun setelah musim kering datang airnya akan digunakan petani untuk mengairi sawahnya. Bendungan yang terletak 159 meter dari permukaan air laut ini berlokasi di desa gerokgak, kecamatan gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali dengan jarak Kurang Lebih 43 Km dari pusat kota Singaraja.  +
Berlokasi di Kabupaten Tabanan, bendungan ini berfungsi untuk memenuhi kebutuhan irigasi seluas 1.335 Ha. Kawasan bendungan yang hijau dan indah itu sering dijadikan tempat selfie bagi anak-anak muda selain itu bendungan Telaga Tunjung juga biasa dijadikan tempat untuk mancing.  +
Bendungan sekaligus waduk terbesar di Pulau Bali, yaitu Bendungan Titab Ularan efektif mulai beroprasi hari ini. Selain sebagai saluran irigasi, bendungan ini juga difungsikan sebagai sebagai penyedia air baku sebesar 300 meter kubik per detik, dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) mikrohidro sebesar 1,5 megawatt (MW). Bendungan Titab Ularan membendung aliran Sungai Saba (baca: Sabe) dan menggenangi 6 desa di 2 Kecamatan di Kabupaten Buleleng. Dari pusat kota Singaraja kita bisa menempuh jarak 30 Km dengan waktu tempuh 55 menit.  +
Bentara Budaya Bali (BBB) adalah sebuah tempat berkesenian yang berlokasi di Jl. Profesor Ida Bagus Mantra No.88A, Ketewel, Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali 80237, Telepon: (0361) 294029. BBB berdiri pada tanggal 9 September 2009 dan merupakan bagian dari Kompas-Gramedia. Kegiatan yang sering digelar oleh BBB antara lain pameran lukisan, pementasan seni, diskusi buku, pemutaran film. Info lebih lanjut: http://www.bentarabudaya.com/  +
Besakih terkenal dengan nama Mother Temple of Bali dan sederhanaya sebagai pura yang paling utama di pulau ini. Sebenarnya pura ini terdiri dari beberapa pura yang dibangun di wilayah yang sangat luas tepat di sebelah selatan Gunung Agung.  +
Lokasi tempat wisata Relief Bebitra Gianyar terletak di Banjar Roban, Desa Bebitra, Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Bali. Dari pusat Kota Gianyar kira-kira Anda dapat menempuh perjalanan kurang lebih sekitar 2,5 km dengan kendaraan bermotor. Perkiraan Asal Usul Pertapaan Gunung Kawi Bebitra Menurut tokoh-tokoh adat, konon pertapaan Gunung Kawi Bebitra atau Relief Bebitra merupakan peninggalan dari Desa Peling dengan pimpinannya yang bernama Mas Pahit dengan patihnya Wedang Serawah. Mas Pahit merupakan pimpinan yang bijaksana dan selalu melakukan musyawarah ketika memutuskan permasalahan. Beliau juga memiliki istri-istri yang cantik yang siap mendampinginya. Suatu ketika Wedang Serawah menyukai salah satu istri Mas Pahit. Hubungan terlarang tesebut membuat Mas Pahit dan Wedang Serawah bekelahi. Meski Wedang Serawah sudah melarikan diri, namun Mas Pahit dapat menemukannya. Ketika menemukannya beliau membunuh Wedang Serawah. Setelah beberapa lama peninggalan patihnya tersebut, kerajaan tersebut mengalami kemunduran dengan munculnya berbagai masalah seperti wabah penyakit hingga terjadi serangan oleh tentara gaib ke desa. Konon, pertapaan Gunung Kawi Bebitra tersebut merupakan tempat dimana Mas Pahit menenangkan diri dari permasalahan yang menimpanya.  +
Bitera adalah kelurahan yang berada di kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar.  +
Bukit Campuhan atau lebih dikenal dengan Bukit Cinta Ubud  +
Bukit Campuhan terletak di sebelah barat Puri Ubud, tepatnya di jalan Bangkiang Sidem, Kabupaten Gianyar. Bukit Campuhan ini tidak terpisah dari salah satu pura di Ubud, yaitu Pura Gunung Lebah. Gunung lebah itu sendiri memiliki makna bukit kecil yang berada di lembah. Selain itu Bukit Campuhan ini berada diantara dua aliran sungai di Ubud Bali, yaitu sungai Oos dan sungai Cerik.  +
Kabupaten Buleleng terletak di Bali bagian utara dan ibu kotanya adalah Singaraja. Sejarah Kabupaten Buleleng bermula saat Ki Gusti Ngurah Panji Sakti mendirikan kerajaan Buleleng di tahun 1600an. Sebelumnya wilayah Buleleng dikenal dengan nama Den Bukit. Buleleng adalah nama istana yang dibangun Panji Sakti pada 30 Maret 1604 di tengah tegalan jagung gambal yang disebut buleleng. Selanjutnya istana itu disebut Singaraja yang berarti “tempat singgah sang raja”. Kemudian Pemerintah Kabupaten Buleleng menetapkan 30 Maret 1604 sebagai hari lahirnya kota Singaraja. Sedangkan nama Buleleng adalah nama asli jagung gambal atau jagung gambah yang banyak ditanam oleh penduduk pada waktu itu. Kabupaten Buleleng dikenal sebagai penghasil pertanian terbesar di Bali dengan produksi salak bali dan jeruk keprok Tejakula. Kabupaten Buleleng berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Selat Bali di sebelah barat, Karangasem di sebelah timur, dan Kabupaten Jembrana, Bangli, Tabanan serta Badung di sebelah Selatan. Di Buleleng juga terdapat tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi, seperti: Danau Buyan, Danau Tamblingan dan Danau Beratan yang merupakan tiga danau kembar yang terbentuk di dalam sebuah kaldera besar; pantai Lovina dengan lumba-lumba dan dolphinya yang jinak; pulau Menjangan dengan keindahan bawah lautnya dan berbagai macam objek wisata alam yang ada di Buleleng. https://bulelengkab.go.id/  +
Bumi Perkemahan ini berada di desa Blahkiuh Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung, sekitar 19 Km dari Kota Denpasar dan sekitar 2 Km ke arah Barat dari jalan raya Denpasar-Petang. Bumi perkemahan ini selain dipakai untuk perkemahan, biasanya juga digunakan sebagai tempat penelitian karya ilmiah. Lokasi bumi perkemahan ini dekat dengan obyek-obyek wisata lain seperti Taman Ayun, Sangeh, Taman Mumbul.  +
Desa Bungaya Kangin adalah salah satu desa hasil pemekaran dari Desa Bungaya di mana sekarang Desa Bungaya terbagi menjadi 2 (dua) desa Dinas yaitu Desa Bungaya dan Desa Bungaya Kangin. Desa Bungaya Kangin didukung oleh 4 Banjar dinas dan 5 banjar Adat. Namun demikian, Desa Bungaya dan Desa Bungaya kangin masih menjadi 1 Desa Adat di mana segala kegiatan agama dan adat istiadat masih menjadi tanggung jawab bersama.  +
Desa Bunutin adalah desa Bali Aga yang terletak di sisi barat kaldera Batur, Kintamani. Desa ini terkenal dengan upacara Ngodog dan Neduh.  +
C
Tersembunyi di balik hotel-hotel di jalan utama Ubud, Anda akan menemukan Campuhan Ridge Walk yang indah, yang harus dilihat ketika mengunjungi kota Ubud. Jalan setapak yang agak pendek, tetapi sangat menguntungkan, akan membawa Anda naik dan turun bukit di sepanjang sawah dan pohon palem, tempat yang sempurna untuk melarikan diri dari hiruk pikuk Ubud. Dalam beberapa tahun terakhir Campuhan Ridge Walk dengan cepat menjadi salah satu tempat paling populer untuk dikunjungi di Ubud, jadi meskipun panorama pendakian yang indah setiap saat sepanjang hari, kami menyarankan Anda untuk datang saat matahari terbit untuk menghindari keramaian dan nikmati kedamaian serta ketenangan lokasi ini. Hanya berjalan kaki singkat dari pusat Ubud dan menyaksikan matahari terbit di sini akan menjadi awal yang sempurna untuk hari Anda menjelajahi Ubud. Ingin menambahkan perjalanan indah ini ke rencana perjalanan Anda sendiri? Teruskan membaca untuk mengetahui semua yang perlu Anda ketahui tentang Campuhan Ridge Walk!  +
Vihara Buddha Kuno yang dibangun pada abad ke-10 di Pulau Bali, Indonesia. Ini adalah tempat yang besar terdiri dari 5 area utama. Dibangun oleh Raja Anak Wungsu, putra bungsu dan Putra Mahkota dari Raja Udayana Warmadewa yang terkenal dan Ratu Gunapriya Dharmapatni dari Kerajaan Bali kuno. Nama asli tempat ini adalah Katyagan Amarawati [Biara Amarawati], tetapi pada abad ke-16 namanya berubah menjadi Candi Gunung Kawi [Kuil Gunung Penyair]... Ini mulai dibangun sebagai Vihara Buddha pada tahun 989 M oleh Raja Udayana dan Ratu Gunapriya Dharmapatni. Ketika Raja dan Ratu meninggal [Ratu Gunapriya Dharmapatni tahun 1007 M dan Raja Udayana tahun 1011 M] "monumen" mereka berdua berada di Banu Wka [sekarang Pura Mangening]. Kemudian pada tahun 1049 M, Raja Anak Wungsu memindahkan "monumen" ibunya Ratu Gunapriya Dharmapatni ke Mpungkwing Kutihanar [sekarang Pura Bukit Dharma Durga Kutri]. Pembangunan vihara terus dibangun sampai selesai oleh Raja Anak Wungsu. Ada pejabat Kerajaan Bali yang bertugas mengurus, memelihara dan membiayai vihara yaitu “Samgat Wilang Petapan”. Ketika Raja Anak Wungsu meninggal, "monumen" di Candi Gunung Kawi sebenarnya adalah untuk Raja Anak Wungsu dan lainnya.  +
Candi Tebing terletak di wilayah Desa Adat Tambahan, Desa Jehem, Tembuku,Bangli, Bali. Candi ini berjarak kurang lebih 7 km arah timur kota Bangli. Candi Tebing ini mirip dengan candi di gunung Kawi di Tampaksiring Gianyar.Oleh Masyarakat sekitar candi ini diduga merupakan tempat pertapaan di masa lalu.Situasi alam disekitar candi masih sangat alami dan terdapat banyak sumber mata air alami yang mengalir turun ke sungai cahi yang ada di bawahnya. salah satu mata air tersebut berbentuk unik menyerupai kemaluan wanita.  +
Candi Tebing Tegallinggah merupakan salah satu tinggalan arkeologi yang tedapat di Dusun Tegallinggah, Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali.Candi Tebing ini merupakan tinggalan yang terletak paling selatan dari beberapa tinggalan di sepanjang Tukad (Sungai) Pakerisan. Dimulai dari Pura Pegulingan, Pura Tirta Empul, Pura Mangening, Pura Gunung Kawi, Candi Tebing Krobokan, Pura Pengukur-Ukuran, Pura Subak Bubugan, dan Candi Tebing Tegallinggah.Kompleks pertapaan ini ditemukan oleh Mr. Krijgsman pada tahun 1952 ketika masih menjabat Kepala Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional Bali.Berjarak kurang lebih 30 km dari pusat Provinsi Bali, 5 km dari pusat Kota Gianyar.Secara umum Candi Tebing Tegallinggah ini memiliki batas-batas antara lain di bagian utara berbatasan dengan lahan kosong berupa aliran sungai dan wilayah tebing, di sebelah timur berbatasan dengan lahan kosong yang dimanfaatkan untuk ladang, sedangkan di sebelah barat berbatasan langsung dengan area yang dijadikan tempat budidaya perikanan (kolam pancing) dan selatan berbatasan dengan lahan kosong berupa aliran sungai dan wilayah tebing.  +
30 Mei 2021 Candi Tebing Tegallinggah - Gianyar Praktek Lapangan Memurnikan Dan Memberkahi Semua Alam Dan Semua Mahluk : Alam Bawah, Alam Tengah, Alam Atas MERAWAT TEMPAT SUCI DENGAN INDAH Cara merawat tempat suci agar tetap menjadi sumber kedamaian yang tidak pernah kering. [1]. Sesekali ijinkan tempat suci jauh dari doa banyak manusia yang penuh keinginan duniawi dan ambisi, serta jauh dari banyak manusia yang hatinya diliputi ketakutan, yang akan mengotori kedamaian tempat suci. [2]. Jangan pernah datang ke tempat suci dengan membawa ketakutan. Hal itu tidak saja membayakan diri sendiri, tapi juga mengotori tempat suci. Datanglah ke tempat suci dengan membawa hati yang indah tekad belas kasih untuk kebahagiaan semua mahluk. Penuhi hati dengan keikhlasan. Karena keikhlasan adalah kekuatan yang sangat menyempurnakan. [3]. Hidupkan dupa wangi aroma kayu suci, disertai mengisinya dengan kekuatan pemurnian. Untuk memberkahi semua mahluk, untuk memurnikan energi-energi negatif, serta untuk menerangi seluruh kegelapan [keinginan, ambisi, perkelahian] yang dibawa banyak manusia ke tempat suci. [4]. Bersihkan tempat suci dengan menggunakan tirtha [air suci]. Usahakan dilakukan oleh orang yang hatinya bersih dari ketakutan dan keserakahan. [5]. Ucapkan doa-doa agar semua mahluk bahagia bebas derita. Doakan di tempat suci agar seluruh alam bahagia.  +
Dahulu, Candidasa dikenal sebagai Teluk Kehen. Namun, sejak daerah ini dibuka menjadi obyek wisata bernama Candidasa pun mulai digunakan. Candidasa merupakan salah satu kawasan pariwisata yg dikembangkan mulai tahun 1983. Salah satu cerita yang menjadi mitos tentang keberadaan Pura Candidasa yang berkembang dan diyakini oleh masyarakat setempat adalah Arca Dewi Hariti yg terletak pada sebuah relung di bagian bawah tebing bukit. Konon dikisahkan bahwa Dewi Hariti pada mulanya adalah seorang yaksa dalam Agama Budha yang gemar memakan daging anak-anak. Namun setelah mendapat pencerahan ajaran Agama Budha, Sang Dewi kemudian bertobat dan berbalik menjadi pelindung dan penyayang anak-anak.  +
Patung Catur Muka didirikan pada tahun 1973 oleh seorang seniman Bali bernama I Gusti Nyoman Lempad yang berasal dari Desa Ubud. Patung ini memiliki ketinggian 9 meter. Posisinya sendiri menghadap ke empat penjuru mata angin yakni Timur, Barat, Selatan dan Utara. Melewati Catus Pata patung Catur Muka Denpasar, akan tampak sebuah jam lonceng peninggalan Belanda tahun 1930. Peninggalan penjajahan Belanda menyebutkan perempatan ini dengan Perempatan Lonceng. Ketika penataan mulai dibuat maka pada tahun 1970an dibangunlah sebuah patung Catur Muka dengan pemaknaan tempat tersebut merupakan Catus Pata Utama yang merupakan letak poros dari keberadaan Kota.  +
Celukanbawang atau Celukan Bawang adalah desa di kecamatan Gerokgak, Buleleng, Bali, Indonesia. Desa ini memiliki rata-rata ketinggian 50 meter dari permukaan laut. Celukan Bawang adalah desa pesisir pantai yang berupa Celuk sehingga sangat potensial dijadikan pelabuhan laut di kabupaten Buleleng. Di ujung pantai celukan bawang terdapat monumen perjuangan dari kapten wiroka.  +
Desa Pakraman bernama Desa Culidra yang merupakan sempalan atau bagian dari Desa Pakraman Datah. Dari kata Culidra inilah berkembang menjadi Culik.  +
D
Desa Dalung merupakan bagian wilayah Kecamatan Kuta Utara dengan Batas-batas desa meliputi sebelah utara Desa Kelurahan Abianbase, sebelah Timur Kelurahan Sempidi dan Desa Padangsambian Kaja, sebelah Selatan Desa Kelurahan kerobokan Kaja dan Desa Tibubeneng, sedangkan sebelah barat Desa Buduk dan Desa sebagian Canggu. Cikal bakalnya berdirinya Desa Dalung sangat erat hubungannya dengan Desa Padangluah yang merupakan bagian dari kerajaan Meliling. Kerajaan ini awalnya diperintah oleh I Gusti Gede Meliling, yang merupakan putra ke empat dari Raja ke-III Mengwi yaitu I Gusti Agung Nyoman Alangkajeng. Permasalahan perebutan tahta terjadi dan puncaknya ketika pada masa I Gusti Gede Tibung cucu dari I Gusti Gede Meliling, menjadi Yuwe Raja (raja muda) di Padangluah. Pada waktu itu terjadi kegiatan upacara berkabung (ngaben) I Gusti Gede Tegeh I putra dari I Gusti Gede Meliling dan ayah dari I Gusti Gede Tibung. Perang saudara tidak dapat dihindari. Saudara tiri I Gusti Gede Tegeh, yaitu I Gusti Gede Mangku dari Tibubeneng melakukan penyerangan terhadap Padangluah, yang menyebabkan Gugurnya I Gusti Gede Tibung di Kwanji. Wafatnya I Gusti Gede Tibung meninggalkan empat putra laki-laki. Keempat putra tersebut pergi ke Dauh Tukad Yeh Poh (sebelah barat Sungai Yeh Poh, sekarang: Banjar Kaja) bersama anggota keluarganya masing-masing. Keempat putra tersebut adalah I Gusti Gede Tegeh (III), I Gusti Nengah Tegeh, I Gusti Gede Dauh, dan I Gusti Ketut Dauh. Dari tempat ini, mereka menghitung sisa-sisa keluarga dan rakyat yang masih ada. Mereka tidak mau jauh dari Padangluah, agar dapat memantau perkembangan Padangluah dan menyelamatkan rakyatnya yang masih di Padangluah serta memerlukan pertolongan. Ternyata tempat yang paling strategis adalah Dauh Tukad Yeh Poh tersebut (sekarang Banjar Kaja, Dalung). Akhirnya diputuskan untuk tetap tinggal sementara disana sambil membangun strategi lebih lanjut. Perasaan sedih harus kehilangan rakyat, saudara, orangtua, kerabat, sahabat, dan wilayah. Keempat putra I Gusti Gede Tibung berusaha untuk meyakinkan diri dan memperkuat keyakinan tersebut untuk tidak patah semangat. Dalam suasana seperti ini muncul istilah “De Elung” atau "Da Elung" yang berarti "Jangan Patah", kemudian kata-kata itu didengungkan dari mulut kemulut keseluruh masyarakat, untuk membangun mental dan semangat. Maka muncul istilah Dalung yang kemudian menjadi nama Desa yaitu Desa Dalung. Diperkirakan terjadi antara tahun 1823-1825. Secara Administrasi Desa Dalung dibagi menjadi 23 Banjar Dinas yang terdiri dari: 1. Banjar Dinas Tegaljaya 2. Banjar Dinas Celuk 3. Banjar Dinas Pendem 4. Banjar Dinas Gaji 5. Banjar Dinas Untal-Untal 6. Banjar Dinas Kwanji 7. Banjar Dinas Tegeh 8. Banjar Dinas Kaja 9. Banjar Dinas Cepaka 10. Banjar Dinas Lebak 11. Banjar Dinas Kung 12. Banjar Dinas Padangbali 13. Banjar Dinas Dukuh 14. Banjar Dinas Penglian 15. Banjar Dinas Pegending 16. Banjar Dinas Tuka 17. Banjar Dinas Linggabumi 18. Banjar Dinas Bhineka Nusa Kauh 19. Banjar Dinas Bhineka Nusa Kangin 20. Banajr Dinas Campaun Asri Kangin 21. Banjar Dinas Campuan Asri Kauh 22. Banjar Dinas Tegal Luwih 23. Banjar Dinas Taman Tirta  
Danau Buyan adalah sebuah danau yang terletak di kawasan Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali. Danau ini merupakan satu dari tiga danau kembar yang terbentuk di dalam sebuah kaldera besar. Ia diapit oleh dua danau lainnya, yaitu Danau Tamblingan di sebelah barat dan Danau Beratan di timur. Di antara danau Buyan dan Tamblingan yang terpisahkan oleh hutan sepanjang kurang lebih satu kilometer, terdapat sebuah kolam yang terhubung langsung dengan danau Buyan melalui sebuah kanal sempit. Oleh masyarakat kolam ini dinamakan Telaga Aya.  +
Danau Tamblingan adalah sebuah danau yang terletak di lereng sebelah utara Gunung Lesung, kawasan Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali. Danau ini merupakan satu dari tiga danau kembar yang terbentuk di dalam sebuah kaldera besar. Di kawasan Danau Tamblingan banyak terdapat pura. Pura-pura itu antara lain. Pura Dalem Tamblingan Pura Endek Pura Ulun Danu dan Sang Hyang Kangin Pura Sang Hyang Kawuh Pura Gubug Pura Tirta Mengening Pura Naga Loka Pura Pengukiran, Pengukusan Pura Embang Pura Tukang Timbang Pura Batulepang  +
Garam adalah salah satu produk alami yang diproduksi secara lokal oleh masyarakat Bali. Dengan teknik secara tradisional, seperti yang terjadi selama beberapa generasi, produk ini hanya bergantung pada beberapa hal: laut, pasir, matahari, dan keringat petani lokal. Dalam Episode pertama 'Made in Bali', seri dokumenter singkat yang mengulas tentang petani garam laut. Now! Bali Magazine berbincang dengan Nyoman Warta, salah satu dari sedikit petani garam laut yang tersisa. Di pasir hitam vulkanik di Kabupaten Klungkung, Bali Timur, ia melanjutkan perdagangan nenek moyangnya - tetapi ia akan menjadi petani garam laut terakhir dari keluarganya. Dalam video ini ia berbagi kisah hidupnya, proses pembuatan dan masa depan perdagangan garam laut khas Bali.  +
SUASANA LALU LINTAS DI PUSAT KOTA DENPASAR. Asal Usul Kota Denpasar, Ternyata Berawal dari Sebuah Taman Denpasar, sebagai ibukota dari Provinsi Bali tentu banyak dikenal oleh masyarakat. Terlebih lagi, kota tersebut terletak di Pulau Bali yang merupakan destinasi wisata dunia. Namun hingga kini tidak banyak orang yang mengetahui betul bagaimana sejarah terbentuknya Kota Denpasar hingga seperti sekarang. Denpasar adalah sebuah taman. Namun taman tersebut tidak seperti taman pada umumnya, karena merupakan taman kesayangan dari Raja badung pada waktu itu, Kyai Jambe Ksatrya. Pada waktu itu, Kyai Jambe Ksatrya tinggal di Puri Jambe Ksatrya, yang kini menjadi Pasar Satria. Taman ini unik, karena dilengkapi dengan tempat untuk bermain adu ayam. Hobi Kyai Jambe Ksatrya adalah bermain adu ayam, oleh karena itu tidak jarang sang raja mengundang raja-raja lainnya di Bali untuk bermain adu ayam di taman tersebut. “Jika dibandingkan dengan sekarang, taman tersebut semacam villa persitirahatan”, ujar AA Ngurah Putra Darmanuraga, penekun sejarah sekaligus tokoh di Puri Pemecutan. Nama denpasar sendiri terdiri dari dua kata yaitu “den” yang berarti utara dan “pasar” yang berarti pasar. Nama ini diberikan pada taman tersebut mengingat lokasinya yang terletak di utara pasar. Kini taman tersebut menjadi Jaya Sabha, rumah jabatan untuk Gubernur Bali. Secara administratif, Kota Denpasar diresmikan sebagai sebuah kota pada tahun 1788. Pembentukan kota ini mengalami proses yang panjang, bahkan sejak Pulau Bali masih ditinggali oleh kerajaan-kerajaan. Kota Denpasar didirikan oleh I Gusti Ngurah Made Pemecutan yang merupakan keturunan dari Puri Pemecutan. Nama Denpasar muncul pada saat wilayah yang dahulunya disebut sebagai wilayah Badung ini dipimpin oleh dua kerajaan yaitu Puri Pemecutan dan Puri Jambe Ksatrya. Menurut peneliti sejarah Kota Denpasar yang juga Guru Besar Sejarah Fakultas Sastra Unud, AA Bagus Wirawan, di saat itu terdapat dua puri yang menandakan adanya dua pemerintahan yaitu Puri Alang Badung dan Puri Pemecutan. Kedua pemerintahan tersebut sebenarnya dipimpin oleh keturunan yang sama, yaitu Kyai Jambe Pula. Pembagian dari keduanya pun cukup jelas, dengan wilayah barat Tukad Badung yang dikontrol oleh Puri Pemecutan, sedangkan sebelah timur Tukad Badung pimpin oleh Puri Jambe Ksatrya. Taman yang dibangun oleh Kyai Jambe Ksatrya itulah yang kemudian dijuluki sebagai Denpasar. Hanya saja nama Denpasar belum merujuk pada kota tertentu. Namun Puri Denpasar kemudian dihancurkan oleh kolonialisme Belanda, yang terjadi ketika terjadinya Perang Puputan Badung. Hingga kemudian bangunan bekas Puri Denpasar hanya digunakan sebagai kantor Asisten Residen Bali Selatan dan juga Kontroleur Badung. Puri Denpasar sendiri dibangun ulang oleh Cokorda Alit Ngurah yang pada tahun 1929 dinobatkan sebagai Regent Badung. Namun dikarenakan lokasi Puri Denpasar yang baru adalah bekas lokasi dari Puri Jambre Ksatrya, masyarakat Bali justru menyebutnya sebagai Puri Satria hingga sekarang. Sumber : denpasarkota.go.id , balebengong.id Foto : Ross myers  
Desa Aan adalah satu dari tigabelas desa di wilayah Kecamatan Banjarangkan. Kata Aan berasal dari kata Ea, yaitu nama dari sebuah pohon karena wilayah tersebut banyak terdapat pohon Ea. Berdasarkan luas daerah tersebut di atas, maka Desa Aan terbagi menjadi empat wilayah dusun, duabelas banjar, dan dua desa adat.  +
Desa Pekraman Ababi merupakan desa yang terletak di bagian barat Kecamatan Abang di Karangasem. Desa Ababi terletak di dataran tinggi di antara perbukitan dengan lahan sawah dan ladang. Desa Pekraman Ababi disahkan pada tanggal 24 Maret 1988. Batas-batas Desa Ababi sebagai berikut; (1) Sebelah Utara adalah Desa Pidpid dan Desa Abang; (2) Sebelah Timur adalah Desa Abang dan Desa Tiyingtali; (3) Sebelah Selatan adalah Kelurahan Padangkerta dan Tiyingtali; dan (4) Sebelah Barat adalah Desa Budakeling.  +
Desa Abang Batudinding menyuguhkan pesona Danau Batur dan Gunung Batur dari sebuah ketinggian dan juga memiliki kawasan hutan pinus.  +
Desa Abiatuwung merupakan bagian dari Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan dengan jarak dari kota Tabanan 3 km. Terdapat 5 desa pekraman serta 1 banjar Taman Surodadi yang mayoritas penduduknya umat muslim.  +
Desa Antosari berlokasi di kecamatan selemadeg barat, kabupaten tabanan. Desa Antosari menawarkan pesona hijau hamparan persawahan yang sangat luas dengan bentuk yang berundak-undak. Uniknya, letak persawahan yang terletak di kaki bukit menyebabkan bentuknya tidak simetris atau berliku.Pada Desa Antosari terdapat tiga air terjun yakni Air terjun Pangkung Kutat, Air terjun Pangkung Bluluk, dan Air terjun Singsing Bambangan.  +
Sebuah surga kecil yang akrab disapa Desa Anturan. Desa yang tidak terlalu luas, namun cukup nyaman bagi masyarakat yang menempatinya. Banyak para wisatawan yang mengunjungi Desa Anturan, karena Desa ini berdekatan dengan Pantai Lovina. Desa ini terdiri dari 5 Dusun, yang di setiap dusunnya memiliki keunikan masing masing. Bisa kita lihat saat Desa ini merayakan hari raya nyepi, masyarakat sangat antusias berpartisipasi dalam kegiatan ini. Di Desa Anturan banyak tempat wisata yang digemari oleh para touris manca negara, salah satunya Pantai Lovina. Selain sarana hiburan, sarana pendidikan yang ada di Desa ini juga sangat lengkap. Dari Taman kanak kanak sampai Universitas. Desa ini juga mengajak anak anak atau generasi muda untuk terus melestarikan budaya Bali. Mulai dari mengikuti Pasraman, mengikuti truna-truni, dan membuka sanggar tari dan tabuh.Menurut Kepala Desa Anturan, ia akan terus mengembangkan potensi yang ada di Desa ini.  +