UPGRADE IN PROCESS - PLEASE COME BACK AT THE END OF MAY

Search by property

From BASAbaliWiki

This page provides a simple browsing interface for finding entities described by a property and a named value. Other available search interfaces include the page property search, and the ask query builder.

Search by property

A list of all pages that have property "Description id" with value "Clean Up di Desa Siangan". Since there have been only a few results, also nearby values are displayed.

Showing below up to 35 results starting with #1.

View (previous 50 | next 50) (20 | 50 | 100 | 250 | 500)


    

List of results

    • COMA (Composting Around)  + (COMA (Composting Around) merupakan sebuah COMA (Composting Around) merupakan sebuah aksi pengomposan yang dilakukan oleh anak-anak muda dari lingkungan sekolah yang selanjutnya bergerak ke masyarakat dengan latar belakang sampah organik yang merusak lingkungan jika tidak diolah dengan baik. Aksi COMA diawali dengan pelaksanaan sosialisasi berupa edukasi berupa pengetahuan dan praktek tentang pengomposan secara berkala kepada anak-anak muda di sekolah seperti SMA. Setelah diberikan edukasi, siswa melaksanakan praktek pengomposan langsung di lingkungan sekolah, dan kemampuan pengomposan ini selanjutnya diterapkan di rumah masing-masing yang secara tidak langsung diterapkan pada skala masyarakat, di mana masyarakat merupakan sumber terbesar sampah organik. merupakan sumber terbesar sampah organik.)
    • Mulih  + (Dalam lagu Mulih, Navicula mengangkat situasi dan kondisi pandemi. Lagu ini menceritakan bagaimana susahnya masyarakat Bali akibat pandemi, hingga akhirnya harus mulih atau pulang kembali hidup di desa menjadi petani.)
    • Mengolah Sampah Plastik menjadi Lukisan yang Indah  + (Dalam projek ini, banyak sekali pesan-pesan yang bisa kita ambil. seperti contoh, membuat lukisan yang walaupun hanya terbuat dari plastik, tetapi bisa dijadikan barang yang berguna dan bernilai tinggi.)
    • Bayun Rare  + (Demen Meplalianan Setata Liang Pakedek PakDemen Meplalianan</br>Setata Liang</br>Pakedek Pakenyung</br>Yening Murka, buinkejep ngidang ngesap.lebian kedek ne .lebian liang ne. Jujur ken dewek tur solahne ngaenang tantrem hati. </br>Ia I Rare. Kual ye ia, jemet ye ia, lugu je ia. Demen pesan mecanda. Gendang gending setata liang neduhin hati. </br></br>Mihhhhh.. solahne</br></br>Sajeee</br>"BAYUN RARE"</br></br>Kali Jani I rare nu masi meplalianan</br>Sing nawang peteng lemah,</br>Jani nawang rasane</br>Nyeh hati kalahine ajak I Ratih</br>Nanging ade tresna ane nguatin tur neduhin hati.g ade tresna ane nguatin tur neduhin hati.)
    • Rejang Tenganan Pegringsingan  + (Desa Adat Tenganan Pegringsingan, Desa BalDesa Adat Tenganan Pegringsingan, Desa Bali Aga di Bali Timur, memiliki momentum tahun baru tersendiri yang berbeda dengan Tahun Baru Masehi dan Tahun Baru Saka. Berdasarkan sistem tarikh (perhitungan tahun) yang digunakan di desa ini sejak ratusan tahun silam, tahun baru dirayakan setiap penanggal apisan Sasih Kasa (hari pertama bulan pertama). Biasanya, tahun baru menurut kalender Tenganan Pagringsingan jatuh sekitar pertengahan Januari. </br></br>Dalam memperingati ini (tahun baru) masyarakat di Desa Tenganan Pegringsingan melaksanakan Usaba Kasa dan ditandai dengan Sesolahan/Pementasan Rejang Deha (Deha dan anak anak di pagi hari).ng Deha (Deha dan anak anak di pagi hari).)
    • Rejang Desa Asak  + (Desa Asak yang berada di Kabupaten KarangaDesa Asak yang berada di Kabupaten Karangasem, Bali, adalah salah satu diantara beberapa desa Bali Aga(Balimula atau Balitua) yang penduduknya masih kukuh memelihara ritual budaya dan keagmaan. Salah satu dari ritual yang masih rutin dijalankan di Asak adalah Rejang Asak.</br>Tarian ini diselenggarakan pada umanis kuningan yaitu hari minggu. Tarian ini hanya boleh dilakukan/ditarikan oleh perempuan yang sudah akil balik serta belum menikah. Selain itu, yang paling penting, hanya gadis desa setempat yang diizinkan untuk mengikuti pele- lawangan ini. Setiap keluarga di Desa Asak hanya boleh menampilkan satu anak perempuannya untuk mewakili mengikuti acara Pelelawangan. Jika yang mewakili ini sudah menikah akan digan- tikan oleh adiknya yang perempuan. Apabila dalam satu keluarga tidak memiliki anak perempuan, maka tidak diharuskan untuk ikut serta dalam acara tersebut. Acara ini diadakan oleh teruna- teruni di desa tersebut yang biasa disebut Truna Dehe adat. Konon katanya tarian Rejang Asak ini bertujuan untuk mempertemukan para Truna dan Dehe agar mereka saling mengenal sesama Generasi Asak.</br>Barisan penari dalam Rejang Asak ini disusun menurut tahun pernikahan orang tua mereka, dimana yang orang tuanya lebih dahulu menikah, maka anaknya akan ditempatkan dibarisan paling pertama yang disebut dengan Subak Dehe. Biasanya hanya 1 tahun untuk bisa menduduki jabatan sebagai Subak Dehe. Setelah satu tahun kemudian Subak Dehe ini digantikan lagi oleh barisan berikutnya.</br>Meskipun masyarakat Desa Asak bukanlah satu-satunya yang melaksanakan ritual rejang, namun ada satu hal yang membuat Rejang Asak menjadi unik yaitu terletak pada kostumnya yang khas. Kostum Rejang Asak selalu dipersiapkan secara serius oleh keluarga sang penari. Khusus untuk bagian hiasan kepalanya, diperlukan bahan alami yang harus dirangkai semalam sebelum tarian dipentaskan, agar tidak layu. Selain bahan alami, hiasan kepala untuk tari rejang asak juga menggunakan hiasan kepala yang dipenuhi ornament warisan turun-temurun dari leluhur.nament warisan turun-temurun dari leluhur.)
    • Tari Cilinaya  + (Di dalam tradisi Bali, Cili adalah lambangDi dalam tradisi Bali, Cili adalah lambang kecantikan. Tarian ini melukiskan sekelompok wanita cantik dengan gerakannya yang lemah gemulai, sedang menari-nari sambil bersukaria mempertontonkan kecantikannya. Berbeda dengan banyak tari Bali lainnya yang lebih menonjolkan delik mata yang tajam, tarian ini dibawakan secara riang gembira dan penuh dengan senyuman. Tarian ini juga menonjolkan sisi keanggunan gerakan dari para penarinya. Terinspirasi dari ornamen “cili” yang terdapat pada lamak Bali yang digunakan tatkala ada upacara adat atau agama. Tarian ini diciptakan oleh I Wayan Dibia untuk Sekaa Gong Putra Kencana Singapadu-Gianyar pada tahun 1986.Kencana Singapadu-Gianyar pada tahun 1986.)
    • Penting  + (Di Karangasem ada salah satu seni gamelan Di Karangasem ada salah satu seni gamelan khas dan langka yang diberi nama “Penting”. Kesenian Penting pernah mencapai masa keemasannya pada masa-masa akhir kerajaan Karangasem. Salah seorang seniman alumnus Program Studi Seni Rupa dan Desain Unud Denpasar, AA. Gede Krisna Dwipayana,S.Sn yang tinggal di Puri Kaleran Karangasem mengungkapkan, Penting sudah muncul di Karangasem sejak jaman penjajahan Belanda. Tepatnya pada saat Pemerintah Belanda menyelenggarakan sebuah perhelatan kesenian yang diberi nama Ngeraja Kuning, semacam pawai kesenian, mirip Pesta Kesenian Bali, yang ditujukan untuk menghormati Ratu Belanda. </br></br>Kesenian Penting juga pernah dipentaskan pada saat Raja Karangasem menyelenggarakan Karya Ligia tahun 1930 bersama kesenian Rebana dan Tari Rodat. Sampai pada era tahun 1980-an kesenian ini masih mudah dijumpai dalam bentuk perorangan maupun sekaa dan pernah beberapa kali tampil di televisi dan PKB. Namun setelah beberapa tahun pementasan Penting mulai jarang, karena kebanyakan tokoh-tokohnya meninggal dunia.</br></br>Penting adalah alat musik yang tergolong sapta nada sehingga dapat memainkan lagu-lagu baik dengan dasar pelog maupun selendro, bahkan gabungan diantara keduanya. Penting dapat memainkan gending-gending pegongan, peangklungan dan pejogedan, dan dapat difungsikan dalam berbagai upacara yadnya.</br></br>Cara memainkan alat ini yaitu dengan menggesek/menyentil berbalas naik dan turun secara berulang-ulang pentang (dawai) menggunakan alat yang disebut pengotek (vics) yang terbuat dari kulit penyu atau lembu. Untuk menghasilkan nada yang diinginkan harus menekan pengonjet/pekocet (tuts) terlabih dahulu. Ketika pertama kali diciptakan, alat ini hanya bisa dimainkan dengan duduk bersila yang diletakkan di atas kedua paha. Tapi kini setelah diinovasi alat ini bisa dimainkan sambil berjalan kaki.</br></br>Dahulu sejak diciptakannya gamelan Penting hanya dimainkan tersendiri, tapi kini, bisa dimainkan secara barungan (group) seperti yang dilakukan oleh Seke Penting Merdu Komala (salah satu komunitas seni yang aktif melestarikan instrument Penting) yaitu dilengkapi dengan 1 buah rebab, 1 buah gong pulu, 2 buah kendang (lanang- wadon), 1 buah cengceng, 4 buah suling, 1 buah kajar/tawa-tawa, 1 buah kempul, 1 buah kemong dan sendon serta 7 buah Penting. Sekaa Merdu Komala ini pernah berkolaborasi dengan alat music slonding dan gerantang, bahkan tidak menutup kemungkinan untuk berkolaborasi dengan alat gamelan yang lain.rkolaborasi dengan alat gamelan yang lain.)
    • Sanghyang Deling  + (Ditarikan oleh sepasang gadis cilik yang bDitarikan oleh sepasang gadis cilik yang belum akil balig yang kemasukan roh Dewa Wisnu/ Dewi Sri (Dewi Kesuburan). Masing-masing penari memegang sebatang pohon yang dihubungkan dengan seutas benang di mana digantungkan dua buah boneka kecil (deling) yang dibuat dari daun lontar. Gerakan cepat dari deling tersebut menandakan penarinya telah kemasukan roh, kemudian mereka diusung oleh dua orang pengusung diiringi dengan nyanyian paduan suara gending sanghyang, kadang-kadang diiringi juga oleh gamelan. Tarian ini terdapat di daerah Kintamani (Bangli).ini terdapat di daerah Kintamani (Bangli).)
    • LAPONTIK "Lampu Belajar Multi Fungsi"  + (dokumentasi pada tanggal 13 september 2021 di SMA Negeri Bali Mandara,pada pembuatan saat itu kami masih dalam proses pembuatan alas dari lampu menggunakan sampah plastic dan kardus .)
    • Gambuh Panji  + (Gambuh adalah teater dramatari Bali yang dGambuh adalah teater dramatari Bali yang dianggap paling tinggi mutunya dan juga merupakan dramatari klasik Bali yang paling kaya akan gerak-gerak tari, sehingga dianggap sebagai sumber segala jenis tari klasik Bali.</br></br>Diperkirakan Gambuh muncul sekitar abad ke-15 dengan lakon bersumber pada cerita Panji. Gambuh berbentuk teater total karena di dalamnya terdapat jalinan unsur seni suara, seni drama dan tari, seni rupa, seni sastra, dan lainnya.</br></br>Gambuh dipentaskan dalam upacara-upacara Dewa Yadnya seperti odalan, upacara Manusa Yadnya seperti perkawinan keluarga bangsawan, upacara Pitra Yadnya (ngaben) dan lain sebagainya.</br></br>Gambuh Panji mengisahkan percintaan Prabu Lasem dengan Diah Rangke Sari yang merupakan seorang putri Kerajaan Daha.ang merupakan seorang putri Kerajaan Daha.)
    • Legong Pawisik  + (Garapan ini diciptakan oleh koreografer I Garapan ini diciptakan oleh koreografer I Nyoman Cerita dan komposer I Dewa Putu Berata di Sanggar Seni Çudamani. Pawisik sebuah isyarat yang dibisikkan semesta pada manusia tentang sesuatu yang telah, sedang atau akan terjadi. Pawisik memberi kesempatan pada manusia untuk memahami dan mengerti alam sekitarnya. Sebuah pengetahuan yang apabila mampu dipahami akan membuat manusia sadar bahwa dirinya hanya bagian kecil dari alam semesta. Bahwa segalanya terikat dan terjalin antara satu dan lainnya.ikat dan terjalin antara satu dan lainnya.)
    • Garbha  + (Garapan ini diciptakan pada tahun 2020 dalGarapan ini diciptakan pada tahun 2020 dalam rangka festival Ubud Performing Arts oleh dua seniman muda Dewa Ayu Eka Putri dan Ni Nyoman Srayamurtikanti. </br></br>Garba nenjadi awal terciptanya kehidupan. Sebuah ruang dimana semesta mikro terbentuk. Rahim perempuan tak lain adalah Brahman itu sendiri, Sang Pencipta semesta.</br>Garapan ini dipersembahkan pada seluruh rahim di semesta. Serta pada semua perempuan hebat di dunia.Serta pada semua perempuan hebat di dunia.)
    • Tadah Asih  + (Garapan Tadah Asih mengangkat kisah hewan-Garapan Tadah Asih mengangkat kisah hewan-hewan, tumbuhan, ekosistem alam dan keterkaitannya dengan ekologi keberlangsungan kehidupan. Burung Tadah Asih dalam mitologi selalu dikaitkan dengan kematian, meski juga menjadi simbol dari kegagahan menghadapi kematian. Sebagai seorang Ibu, burung tadah asih akan mati ketika melahirkan anaknya. Di dalam masyarakat suara burung Tadah Asih juga dikenal sebagai burung pembawa kabar kematian, meski pabila dikaitkan dengan sistem ekologi, burung ini memiliki hubungan yang erat dengan alam lingkungannya, maka bahkan ketika burung ini tak lagi bersuara karena rusaknya lingkungan tempatnya hidup akan menjadi tanda bahwa alam sedang tidak baik-baik saja. Dalam garapan ini, proporsi manusia ditarikan dalam bentuk gerakan gambuh, sedangkan burung tadah asih ditarikan dengan sempurna dalam gerak-gerak akrobatik. Cermin-cermin yang digunakan sebagai properti juga merupakan metafora, bahwa dalam hidup kita harus senantiasa bercermin pada diri dan nurani.senantiasa bercermin pada diri dan nurani.)
    • Gen  + (Gen merupakan pewarisan oleh satu individuGen merupakan pewarisan oleh satu individu kepada keturunannya melalui suatu proses penciptaan. Samahalnya dengan aksara menciptakan kata dan kata menjadi cikal bakal untuk menciptakan sebuah karya. Dari sinilah kelompok Bumi Bajra mengambil satu sisi pewarisan aksara, yaitu tradisi leluhur tentang mendongeng, menulis lontar dan tradisi lainnya yang dikemas menjadi teatrikal seni tari, musik dan vokal (kidung).rikal seni tari, musik dan vokal (kidung).)
    • Gender Geria Bungsu  + (Gender)
    • Genggong Batuan  + (Genggong adalah salah satu instrumen yang Genggong adalah salah satu instrumen yang unik dan langka dalam karawitan Bali. Instrumen ini dikatakan unik karena terbuat dari pelapah enau (bhs. Bali pugpug). Di Bali penyebaran Genggong tidak sebanyak gamelan gong kebyar atau jenis gamelan lainnya, jumlah barungan Genggong di Bali yang saat ini diketahui adalah satu barung di Kabupaten Buleleng, tujuh barung di Kabupaten Gianyar, serta satu barung di Kabupaten Karangasem.</br></br>Dalam dunia musik, jenis instrumen ini dikenal dengan nama Jew’ s Harp. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Russia, India, Italia, serta Inggris, memiliki jenis instrumen yang mirip. Ada yang terbuat dari kayu, logam, bambu, dan perak. Selain di luar negeri, instrumen yang menyerupai Genggong juga terdapat di beberapa daerah di Indonesia. Setidaknya tercatat lima daerah yang mempunyai alat menyerupai Genggong. Di daerah Yogyakarta disebut dengan Rinding, di Sulawesi Tengah disebut Embit, di Madura dan Bali disebut Genggong, sedangkan di Papua (khususnya di Suku Dani) disebut dengan Pikon.Genggong yang hidup di masing-masing daerah tersebut dimainkan secara solo maupun berkelompok. Ritme serta melodi yang disajikan disesuaikan dengan cara pandang musik di daerah budaya setempat. </br></br>Di Bali Genggong memiliki laras selendro. Meskipun nada-nada yang dihasilkan tidak sejernih dan sejelas nada yang dihasilkan seperti pada instrumen suling, namun rasa yang diciptakan masih bernuansa selendro. Genggong termasuk alat musik idiofon yang menggunakan tenggorokan manusia sebagai resonatornya. Pengaturan nada dilakukan dengan cara mengatur ruang dalam tenggorokan. </br></br>Salah satu desa di Gianyar yang memiliki group Genggong yang masih aktif adalah Desa Batuan. Saat ini Genggong telah mengalami perubahann dari instrumen tunggal (dimainkan untuk sendiri) menjadi musik kelompok (barungan). Perkembangan Genggong dari musik individu menjadi sebuah barungan gamelan tidak bisa dilepaskan dari perubahan konteks musiknya. Jika dahulu hanya digunakan sebagai alat untuk menghibur diri sendiri, kemudian berkembang menjadi ensamble untuk mengiringi sebuah bentuk pertunjukan. Sebagai sebuah seni pertunjukan, terdapat beberapa sajian dalam pementasan Genggong. </br></br>Struktur pertunjukan Genggong terdiri dari tabuh pategak, tari Sisia Pengleb, tari Onang Ocing, dan dramatari Godogan. Dari struktur pertunjukan tersebut, dapat dilihat bahwa gending-gending Genggong dapat dibagi menjadi dua, yaitu gending instrumentalia dan gending iringan tari. </br></br>Gending instrumentalia atau disebut juga dengan gending pategak adalah lagu-lagu yang biasanya dimainkan pada awal pertunjukan dan tidak terikat dengan tarian. Dalam pertunjukan Genggong di Batuan, terdapat beberapa jenis gending pategak, di antaranya Tabuh Telu, Angklung, Sekar Sandat, Sekar Sungsang, Sekar Gendot, Katak Ngongkek, dan Kecipir. </br></br>Jenis-jenis gending yang dimainkan juga mendapat pengaruh dari barungan gamelan Angklung. Gending-gending yang terdapat pada gamelan angklung di transformasikan melalui media Genggong. Hal ini masuk akal sebab antara Angklung dengan Genggong memiliki kesamaan laras, yaitu berlaras slendro. Oleh karena itu, terdapat juga beberapa gending Genggong yang diambil dari gending Angklung. Bahkan pada awal pembentukan ensamble Genggong, kendang yang digunakan adalah kendang Angklung. Jenis kendang berubah seiring dengan semakin kompleksnya tarian. Gending-gending iringan tari dimainkan untuk mengiringi tari Sisia Pengleb, Onang Ocing, dan Dramatari Godogan. Cerita ini mengisahkan tentang Raja Jenggala yang jatuh cinta kepada putri Daha. </br></br>Hingga saat ini, tidak diketahui sejarah pasti mengenai munculnya Genggong di Bali dan Batuan secara khusus. Menurut Pak Made Djimat (seorang maestro tari dari Batuan), berdasarkan cerita oral yang diturunkan kepadanya, disebut bahwa yang membuat Genggong adalah Tapak Mada (nama Mahapatih Gajah Mada ketika belum diangkat sebagai Mahapatih). Ketika Tapak Mada sedang berada di suatu hutan untuk membuat bendungan air, dibuatlah alat musik Genggong dan suling untuk mengisi waktu istirahatnya. Tapak Mada melihat sebuah pohon enau, kemudian dibentuk menjadi Genggong. Seiring dengan perjalanannya keliling Nusantara, Tapak Mada membawa kesenian ini ke Bali, begitu pula halnya dengan kesenian Gambuh. Namun, tidak diketahui secara pasti kapan Genggong muncul di Desa Batuan. Cerita ini didapatkan Djimat dari para sesepuhnya yang sering dipentaskan pada pertunjukan Topeng dan Prembon. </br></br>Saat ini I Nyoman Suwida adalah salah satu seniman asal Batuan yang paling getol dalam melestarikan kesenian genggong. Nyoman Suwida biasa memainkan instrument getar ini bersama penabuh lain yang tergabung dalam Komunitas Genggong Kutus miliknya. Komunitas seni ini, memiliki jadwal pentas yang padat, baik di desa tempat tinggalnya atau di luar daerah bahkan luar negeri. Jika pentas, paling tidak ada 3 jenis gending Genggong selalu dimainkan oleh Komunitas yang memiliki 15 anggota itu. Ketiga jenis gending itu, yaitu macepetan, sangkep enggung dan magenggongan. Masing-masing dari gending ini memiliki kekhasan, sehingga selalu menarik ketika dipentaskan.ehingga selalu menarik ketika dipentaskan.)
    • Gamelan Gong Kebyar  + (Gong kebyar adalah salah satu barungan gamGong kebyar adalah salah satu barungan gamelan Bali berlaras pelog lima nada yang melahirkan ungkapan musikal benuansa kebyar. Gong kebyar menyajikan “tabuh-tabuh kekebyaran” dengan bentuk komposisi yang memainkan seluruh alat gamelan secara serentak dalam aksentuasi yang poliritmik, dinamis dan harmonis. Secara musikal gamelan Gong Kebyar menurut Sugiartha (2008 : 51), adalah sebuah orkestra tradisional Bali yang memiliki perangai keras (coarse sounding ensamble). Konstruksi harmonis yang melahirkan kesatuan perangkat gamelan Gong Kebyar didominasi oleh alat-alat perkusi, ditambah dengan beberapa alat tiup dan gesek. Sebagai gamelan yang berfungsi menyajikan gending-gending pategak (instrumental), mengiringi berbagai jenis tarian maupun dimanfaatkan sebagai media pembelajaran, Gong Kebyar telah dikenal dan menjadi populer dengan begitu cepat dan mampu menggugah semangat para pencinta gamelan Bali yang menyebar hampir di berbagai belahan dunia. </br></br></br>Gong Kebyar yang diduga muncul pada tahun 1915, memang sudah umum dikenal oleh masyarakat Bali bahkan kini telah dimiliki hampir oleh setiap banjar dan desa di Bali, yang memfungsikan barungan gamelan ini untuk berbagai kepentingan, dari pentas seni yang bersifat presentasi estetik murni, hingga untuk mengiringi upacara ritual keagamaan. I Wayan Rai (2008:7-8) menyebutkan di Bali telah tercatat tidak kurang dari 1.600 barung gamelan Gong Kebyar tentu jumlah ini kian bertambah. Gamelan ini ada yang milik banjar, desa, lembaga formal, maupun perseorangan. Jumlah tersebut masih ditambah lagi dengan banyaknya barungan gamelan Gong Kebyar yang tersebar diberbagai kota di Indonesia dan manca negara.</br></br></br>Di luar negeri, Gong Kebyar mula-mula dikenal lewat literatur dan rekaman. Salah satu rekaman itu adalah yang dihasilkan oleh Odeon dan Beka yang telah merekam gending-gending Gong Kebyar, seperti Kebyar Ding Sempati di Belaluan (Badung). Pada tahun 1931 Sekaa Gong Kebyar Peliatan mengadakan pertunjukan dalam rangkan Colonial Exposition di Paris. Lawatan sekaa ini dilanjutkan lagi tahun 1952 – 1953 ke Amerika Serikat. Kedua tour ini sudah tentu semakin menguatkan eksistensi gamelan Gong Kebyar di mata dunia. </br></br></br>Sampai dewasa ini Gong Kebyar selalu menjadi salah satu media dari diplomasi kebudayaan Indonesia. Adanya group kesenian dan gamelan Gong Kebyar yang dikirim dan ditempatkan di kedutaan negara sahabat mempererat hubungan bilateral antara Indonesia dengan negara-negara di dunia. </br></br></br>Gamelan Gong Kebyar dapat berkembang dengan cepat serta mendapat apresiasi yang positif sampai dewasa ini, karena Gong Kebyar merupakan sebuah barungan yang praktis dan memiliki fleksibelitas yang tinggi. Penyajian Gong Kebyar memberikan ruang yang tidak terbatas bagi para pemainnya (seperti sekaa gong : anak-anak, wanita, remaja, remaja campuran, dewasa termasuk para werdha) untuk berkreasi, yang dapat memberikan sentuhan atraktif dengan penampilan yang lebih hidup dan dinamis. </br></br></br>Kelengkapan instrumen dalam satu barungan untuk gamelan Gong Kebyar tidak semuanya sama. Gong Kebyar dengan instrument yang paling lengkap disebut dengan Gong Kebyar Barungan Jangkep (Barungan Ageng) yang terdiri dari 21 jenis alat, masing-masing memiliki nama tersendiri dan fungsi tertentu terhadap barungannya, yaitu:</br></br>1. satu tungguh trompong, memakai 10 pencon </br>2. satu tungguh reyong, memakai 12 pencon </br>3. sepasang giying, memakai 10 bilah</br>4. dua pasang pemade, memakai 10 bilah </br>5. dua pasang kantil, memakai 10 bilah </br>6. sepasang kenyur, memakai 7 bilah </br>7. sepasang calung, memakai 5 bilah </br>8. sepasang jegogan, memakai 5 bilah </br>9. satu pasang kendang cedugan </br>10. satu pasang kendang gupekan </br>11. satu pasang kendang krumpungan </br>12. sebuah kajar </br>13. sebuah kempur </br>14. sebuah bende </br>15. sebuah kemong </br>16. sebuah kempli </br>17. satu pasang gong lanang-wadon </br>18. satu pangkon cengceng gecek </br>19. delapan cakep cengceng kopyak </br>20. dua buah suling kecil dan delapan buah suling besar </br>21. sebuah rebab </br></br>Secara musikal gamelan Gong Kebyar menggunakan sistem pelog lima nada, sama dengan sistem pelog lima nada pada jenis gamelan Bali yang lain, seperti gamelan Gong Gede, Gong Kebyar dan Palegongan, dengan urutan nada-nada seperti : nding, ndong, ndeng, ndung, dan ndang. Selain itu di dalam sistem pelarasan gamelan Bali ada istilah ngumbang-ngisep. Ngumbang-ngisep adalah dua buah nada yang sama, secara sengaja dibuat dengan selisih frekuensi yang sedikit berbeda. Kalau kedua nada pangumbang dan pangisep dimainkan secara bersamaan maka akan timbul ombak suara yang secara estetika dalam karawitan Bali merupakan salah satu wujud keindahan. </br></br></br>Di dalam Gong Kebyar juga dikenal konsep keseimbangan yaitu sikap hidup yang berorientasi pada “dualisme” baik dan buruk atau yang mencakup persamaan dan perbedaan. Konsep ini dapat dilihat dalam tema-tema kesenian Bali yang sebagian besar berangkat dari dualisme tersebut, sehingga muncul norma dan etika yang kuat dan menjadi bagian dari pertunjukan kesenian. Konsep keseimbangan yang berdimensi dua dapat menghasilkan bentuk-bentuk simetris yang sekaligus asimetris atau jalinan yang harmonis sekaligus disharmonis yang lazim disebut dengan Rwa Bhineda. Dalam konsep rwa bhineda terkandung pula semangat kebersamaan, adanya saling keterkaitan dan kompetisi mewujudkan interaksi dan persaingan. Keseimbangan dalam dimensi dua menjadi salah satu konsep dasar dalam musik Bali termasuk gamelan Gong Kebyar. </br></br></br>Hal ini tercermin dalam instrumen-instrumen Gong Kebyar umumnya dibuat dalam bentuk berpasangan ; lanang – wadon atau laki perempuan, istilah ini dipakai dalam penamaan kendang dan gong. Sistem laras ngumbang – ngisep ; nada yang sama namun dengan frekuensi yang berbeda. Unsur jalinan nada-nada atau suara dengan istilah yang bervariasi, seperti : kotekan, cecandetan, tetorekan dan ubit-ubitan. Teknik bermain kotekan ; menggunakan pukulan sangsih (yang jatuh diantara ketukan) dan pukulan polos (yang jatuh pada ketukan). Semuanya ini mengingatkan adanya unsur-unsur dalam keseimbangan yang tidak selamanya sejajar, tetapi dalam interaksi yang bersifat kompetitif. </br></br></br>Secara umum dapat diamati, bahwa struktur gending-gending Gong Kebyar terdiri dari tiga bagian pokok, yaitu : kawitan, pangawak dan pangecet. Kawitan diibaratkan sebagai kepala, pangawak diibaratkan sebagai badan, dan pangecet diibaratkan sebagai kaki. Bagian-bagian ini diporsikan secara seimbang, dimana unsur rwa bhineda selalu tertanam didalamnya guna mewujudkan keharmonisan pada masing- masing bagian atau keharmonisan antara bagian yang satu dengan yang lainnya. Secara konseptual, kedua elemen ini menjadi dualisme yang selalu tercermin dalam aktivitas seni di Bali.lu tercermin dalam aktivitas seni di Bali.)
    • Gong Raja Due di Desa Sepang, Buleleng  + (Gong Raja Due adalah seperangkat orkestra Gong Raja Due adalah seperangkat orkestra kuno yang disimpan di Pura Puseh Bale Agung Desa Adat Sepang, Kecamatan Busung Biu, Kabupaten Buleleng, Bali. Asal-usul gambelan ini tidak diketahui, tetapi gambelan ini telah dipentaskan pada saat karya tahunan di Pura Puseh sejak dahulu kala. Gambelan kuno ini hanya boleh dibunyikan ketika odalan oleh hanya delapan belas orang pilihan yang disebut Sekaa Gemblung. </br></br>Orkestra sakral Gong Raja Due ini terdiri atas sepasang kendang, sepasang gong, terompet kuno, dan sebuah alat dari besi yang diketuk untuk menentukan ketukan musik. Ada delapan belas jenis musik yang dimainkan dalam orkestra kuno ini. Delapan belas jenis musik itu sepintas terdengar sama, tetapi dapat dibedakan jelas dari suara terompet dan ketukan kendangnya. </br></br>Orkestra ini dipercaya dapat menghubungkan alam manusia dengan alam tak kasat mata, yang oleh masyarakat setempat dikenal sebagai alam wong samar. Tak hanya itu, orkestra ini juga dipercaya sebagai perwujudan dari dewata yang berstana di Pura Puseh, sehingga sebelum gong ini dimainkan, sebuah upacara penyucian harus dilakukan baik terhadap alat-alat musiknya maupun terhadap kedelapan belas orang pilihan yang bertugas memainkannya. orang pilihan yang bertugas memainkannya.)
    • Cerita Perjalanan Luh Ayu Manik Mas Pahlawan Putri Bali  + (Hutan telah gundul. Pohon-pohon kayu habisHutan telah gundul. Pohon-pohon kayu habis dibabat. Luh Ayu Manik dan teman-temannya sedih melihat hutan yang rusak. Di tengah hutan ada pos polisi, tapi tetap ada penjahat yang mencuri kayu. Luh Ayu Manik dan teman-temannya bersepakat untuk menangkap pencuri tersebut. Celakanya, akal-akalan mereka ketahuan. Para pencuri mengejar mereka sembari mengacungkan gergaji mesin. Bagaimana jadinya Luh Ayu Manik dan teman-temannya? jadinya Luh Ayu Manik dan teman-temannya?)
    • Koreografi Pose (COVID19 Dalam Teologi Hindu)  + (Ingin memperlihatkan cara lain menikmati kIngin memperlihatkan cara lain menikmati karya tari, karya ini diciptakan khusus dalam Seni Photography. Menampilkan koreografi pose yang bercerita tentang COVID19 dalam teologi Hindu. </br>Koreografi pose yang dimaksud adalah ilustrasi foto atau penggambaran hasil visualisasi dari suatu tulisan dengan teknik pengambilan fotografi yang menekankan hubungan objek foto dan tulisan yang dimaksud.</br></br>Dalam teologi Hindu, tidak ada kebencian Hyang Widhi. Tidak ada kutuk. Yang ada adalah siklus. Siklus musim, siklus berbunga sampai berbuah, siklus yang membuat kehidupan dan semesta bergerak. Hyang Widhi mengatur semua siklus dan tatanan kosmik lewat kecerdasan di balik gerak alam semesta ini, disebut dengan rta. Rta adalah "kesadaran maha tinggi" yang mengatur detak jantung semesta, tarikan nafas manusia, hewan, fotosintesa tumbuhan, sampai munculnya virus dan segala jenis kuman yang hadir sebagai bagian dari kelengkapan alam semesta raya.</br></br>Karya ini pertama kali dicetuskan oleh seniman tari akademik bernama Ni Km. Ayu Anantha Putri S.SN.,M.Sn yang sengaja mencipta karya tari yang dinikmati melalui kolase foto bercerita. Seorang yang berhasil merealisasikan karya ini ke dalam bentuk karya photography adalah seorang photografer akademik bernama Adhitya Pratama S.Tr.Sn, hasil jepretan foto yang tajam dan sepintas mirip lukisan memang sengaja dibuat untuk memberikan kesan lebih artistik dan mengutamakan ketajaman warna. Karya ini tidak hanya berisikan kolase foto yang bergerak namun juga diiringi oleh musik pengiring yang diciptakan langsung dengan seorang musisi akademik bernama Komang Srayamurtikanti S.Sn. Semoga karya ini mendapatkan apresiasi positif dari para pencinta seni pertunjukan dan mampu memberikan tontonan baru yang menghibur dan menginspirasi.</br></br>Karya ini ditampilkan oleh 18 orang perempuan dengan latar belakang penari profesional. Karya ini langsung dibuat 1 hari saat proses pengambilan gambar saja. Tidak ada biaya kostum yg dikeluarkan, hanya menggunakan kain batik khas Indonesia, selendang batik dan selendang berwarna hitam yang sudah dimiliki masing masing penari. Lokasi shoot yaitu di Puri Lukisan Ubud, Gianyar, Bali. Tidak ada proses latihan, mengingat Covid19 sangat membatasi kegiatan masyarakat. Karya ini sudah dicetus 1 bulan sebelum proses pengambilan gambar. Para penari yang sudah mendukung karya ini telah menjalani proses karantina mandiri sejak akhir Maret hingga Juni 2020, sehingga kesehatan para penari sangat diutamakan.a kesehatan para penari sangat diutamakan.)
    • Suara Warna  + (Karya ini adalah persembahan dari 15 orang remaja yang tergabung dalam kelompok)
    • Surya Mandala  + (Kemuliaan Dewa surya sebagai dewa matahariKemuliaan Dewa surya sebagai dewa matahari dalam tugasnya menyinari Bumi sangat dijunjung tinggi umatnya, tak mengenal baik buruk, sinarnya membias tanpa memilih, sinarnya menembus dewi ratih yg menerangi dalam gelap sehingga Dewa Surya bergelar Siwa Raditya, gelar dewa tertinggi atas kemuliaanya.ya, gelar dewa tertinggi atas kemuliaanya.)
    • Sumanasa Jayantaka  + (Komposisi ini mengisahkan tentang kematian, yang selalu ada di sebelah kita. Kematian adalah gerbang akhir, namun juga pintu menuju kehidupan yang baru.)
    • Rangrang  + (Komposisi music Rangrang diciptaka oleh coKomposisi music Rangrang diciptaka oleh composer I Dewa Putu Rai yang berasal dari Banjar Pengosekan, Mas , Ubud. Kata rangrang mengacu pada apa yang terjalin atau dirajut menjadi satu, sama seperti kita yang terjalin antara satu sama lain dan alam semesta di sekitar kita. </br></br>Gamelan Bali seringkali dimulai dengan bagian yang disebut “peng-rangrang”, abstraksi yang mengalir dari melodi inti, seperti sebuah 'benang merah' yang saling menjalin melalui struktur komposisi musik. Karya ini diilhami dari para leluhur maestro komposer musik sekaligus sebagai salah satu bentuk penghormatan kami, salah satunya kepada Wayan Lotring (seorang maestro tari, musisi dan komposer gamelan Bali), dan keyakinan bahwa setiap suara, setiap nada memiliki resonansi suci, setiap pola keindahan intrinsik. Kecantikan dan inspirasi disatukan dengan cara yang berakar pada pusaka kesenian yang telah kita warisi dan sangat relevan dengan generasi muda saat ini.gat relevan dengan generasi muda saat ini.)
    • Himpit  + (Komposisi musik Himpit lahir dari imaji daKomposisi musik Himpit lahir dari imaji dan kegelisahan dari komposer muda Mang Sraya. Karya ini hadir sebagai respon dari situasi terhimpit/terdesak yang dirasakan Mang Sraya ketika pandemi covid melanda dunia. Karya yang tergolong dalam musik kontemporer ini dimainkan secara solo dan mengandung banyak unsur improvisasi dari komposer.ng banyak unsur improvisasi dari komposer.)
    • Kembali ke Akar  + (Lagu "Kembali ke Akar" berbicara tentang pLagu "Kembali ke Akar" berbicara tentang pentingnya manusia untuk memahami jati diri. Navicula mencoba mengajak pendengarnya untuk merenung dan kembali memaknai kearifan yang ditinggalkan oleh para leluhur.</br></br>"...Kita lupa daratan, air, dan udara / di tanah yang dipijak dan langit di atasnya/ Kembali ke akar...</br></br>Siapa diri kita, jangan sampai lupa / Apa yang kita punya, itulah yang kita jaga/ Kembali ke akar..."itulah yang kita jaga/ Kembali ke akar...")
    • Wujud Cinta  + (Lagu ini adalah persembahan cinta sang AyaLagu ini adalah persembahan cinta sang Ayah yaitu Robi Navicula kepada anaknya Rimba yang menginjak usia lima tahun. Selain itu lirik lagu ini juga memaknai bentuk cinta raga ibu yang dengan alami dan tulus melindungi, memelihara dan menciptakan kehidupan di bumi ini.ara dan menciptakan kehidupan di bumi ini.)
    • Kangoang Luh  + (Lagu kanggoang luh bertemakan menasehati dLagu kanggoang luh bertemakan menasehati dan memberi pengertian kepada istri untuk bergaya pola hidup sederhana di masa new normal pasca covid 19 ini! Dimana ekonomi masyarakat yang belum pulih! Sehingga kita benar-benar harus mengencangkan ikat pinggang dalam menjalani hidup dimasa sekarang ini! Lirik yang sederhana dan dikemas dengan musik gitar akustik semoga bisa memberi warna dalam belantika musik pop bali!beri warna dalam belantika musik pop bali!)
    • Mejangeran  + (Lagu mejangeran adalah lagu daerah Bali yang telah terkenal ke mancanegara. Lagu ini mengisahkan seorang gadis menawan yang sedang memetik bunga. Lagu ini juga dinyanyikan dalam tarian pergaulan di Bali yaitu tari janger.)
    • Arak Orin  + (Lagu terbaru dari Widi Widiana rilis pada April 2022.)
    • Legong Kembang Ura  + (Legong ini merupakan karya tari baru yang Legong ini merupakan karya tari baru yang mengambil esensi dari kembang ura yang terdapat pada tari Topeng Sidhakarya. Kembang ura ini adalah simbol kedermawanan dan simbol medana-dana (bersedekah). Makna dari kembang ura adalah kasih sayang pada seluruh semesta agar kesejahteraan dapat terus terjalin dan terjaga dengan baik, hal ini sama dengan Ida Dalem Sidhakarya yang memiliki kasih sayang tak terbatas pada umatnya.ki kasih sayang tak terbatas pada umatnya.)
    • Legong Kuntul  + (Legong Kuntul termasuk ke dalam jenis LegoLegong Kuntul termasuk ke dalam jenis Legong nondramatic yang menggambarkan keanggunan dan keindahan burung bangau di tengah sawah. Gerakan-gerakannya indah dan klasik, mecoba mengimitasi gerakan burung bangau dan dibawakan dengan anggun oleh para penarinya.bawakan dengan anggun oleh para penarinya.)
    • Legong Kupu-Kupu Tarum  + (Legong Kupu-Kupu Tarum adalah Sebuah tarian Legong dengan pakem asli dari Desa Bedulu yaitu jenis tarian klasik yang sudah berusia ratusan tahun. Tarian ini menggambarkan siklus kehidupan seekor kupu-kupu mulai dari kepompong hingga akhir hidupnya.)