UPGRADE IN PROCESS - PLEASE COME BACK AT THE END OF MAY

Search by property

From BASAbaliWiki

This page provides a simple browsing interface for finding entities described by a property and a named value. Other available search interfaces include the page property search, and the ask query builder.

Search by property

A list of all pages that have property "Biography example text id" with value "Wabah virus SALCON menghantam Bali. Nagapuspa belum ditemukan. Epsilon marah besar. Haricatra menghilang ditelan Bumi!". Since there have been only a few results, also nearby values are displayed.

Showing below up to 173 results starting with #1.

View (previous 500 | next 500) (20 | 50 | 100 | 250 | 500)


    

List of results

    • Arya Lawa Manuaba, Ida Bagus  + (Wabah virus SALCON menghantam Bali. Nagapuspa belum ditemukan. Epsilon marah besar. Haricatra menghilang ditelan Bumi!)
    • AG Pramono  + (AG Pramono Berita Pagi Gilimanuk nyanyAG Pramono </br></br>Berita Pagi Gilimanuk </br></br>nyanyian lautmu pagi hari </br>anak-anak berlarian </br>ke tepi dermaga </br>dan kapal-kapal bermesin tua </br>merapat di dermaga </br>aku baru saja tiba di dermaga Gilimanuk </br></br>sepeda motor, bus dan truk bermuatan berat</br>baru saja turun dari kapal ini</br>O, jalan kecil menuju kepulanganku </br>kubaca berita di harian pagi </br></br>Pintu halaman kepulanganku </br>kutulis saja pada jejaknya </br>dari atas kapal tua ini</br>kulihat penjaja nasi bungkus, penjual kopi pagi dan tukang semir sepatu</br>bersenggolan dengan para penumpang </br>belum sempat aku memotret mereka bersama para awak kapal </br>tali kapal itu begitu kokoh membelit ditiang besi</br>aku baru melangkah di dermaga </br>kapal-kapal bermesin tua</br>pulang pergi </br>menghitung waktu </br>pagi – siang – malam </br></br>dari atas kapal bermesin tua </br>ada ucap yang belum sempat diucapkan, bisikku hari ini </br>aku keburu dikabarkan cerita tentang tanah kelahiranku </br>rumahku, lautku, begitu akrab tampaknya </br>kubiarkan saja </br>terpaan angin dan ombak pagi ini </br>seperti berita di harian pagi</br>yang kutemukan di tepi dermaga </br>: kapal-kapal tua itu mesti diganti, ujar seseorang padaku </br></br>Ah, rupanya</br>berita harian pagi </br>bercerita tentang kapal-kapal bermesin tua </br>dengan segala keluh kesahnya </br>namun tetap saja begitu </br>selalu ramai penumpang</br>menuju ke kampung halamanku </br>aku masih teringat, tentang nyanyian ombak dan gelombang</br></br></br></br></br>rumAh kecil , 2017ombak dan gelombang rumAh kecil , 2017)
    • I Putu Gedé Raka Prama Putra  + (Adakah? (Tudékamatra) Bumi sekarang kalAdakah? </br>(Tudékamatra) </br></br>Bumi sekarang kalau sudah musim pemilu </br></br>Calon-calonya semakin banyak </br></br>Mungkinkah dia ikut- ikutan? </br></br></br>Supaya dapat duduk di atas </br></br>Sana sini teriak -teriak </br></br>Ke sana ke mari tidak kena tepat </br></br>Yang beruntung dapat duduk</br> </br>Hanya bisa tertawa terbahak </br></br>Memang manusia murtad! </br></br>Yang tidak dapat, membuat rusuh </br></br>Supaya tidak rugi keringat </br></br>Memang manusia gila! </br></br></br>Semua berpura- pura pintar </br></br>Tapi sebenarnya pamrih </br></br>Sama tidak suka repotnya </br></br></br>Adakah yang benar-benar perduli. </br></br>Tidak main- main </br></br>Yang pantas dipercaya? </br></br>2009main- main Yang pantas dipercaya? 2009)
    • I Gusti Ayu Agung Mas Triadnyani  + (Adat Bali tumpukan songket lengket pada aAdat Bali</br></br>tumpukan songket</br>lengket pada almari jati</br>bau apek kain endek</br>warna-warni kebaya brokat</br>berjejer rapi menunggu giliran</br>perak berderak emas berkemas</br>menurut undangan</br>ngotonin, metatah, pawiwahan, ngaben</br>adat Bali adalah menghitung kulkul di banjarat Bali adalah menghitung kulkul di banjar)
    • Thomas Wright  + (Air berperan penting dalam masyarakat BaliAir berperan penting dalam masyarakat Bali. Air tidak hanya biasa dihadirkan dalam ritual Hindu Bali, namun penggunaan dan pengelolaannya juga membawa kemakmuran melalui budidaya padi. Meskipun aspek-aspek air tersebut telah dibahas dalam banyak terbitan akademik dan non-akademik, pemahaman kualitatif tentang hubungan apapun dengan perairan laut masih belum banyak didalami dalam literatur. Makalah ini bertujuan menyajikan ulasan awal mengenai literatur tentang air dan lingkungan laut di Bali, dan mengemukakan perlunya pemahaman sosio-ilmiah kualitatif lebih lanjut tentang hubungan orang Bali zaman sekarang dengan perairan laut. Pembahasan mengenai penelitian yang ada tentang masyarakat-masyarakat yang berorientasi laut dan tentang pembangunan pariwisata yang terus berlangsung di wilayah pesisir Bali dimaksudkan untuk memperkaya penelitian yang sekarang tersedia dalam kajian Bali. Dengan menghadirkan literatur yang membahas konsep Bali tentang lingkungan, air dan lautan, makalah ini berupaya menyoroti manfaat penelitian lanjutan mengenai persepsi tentang lingkungan bagi pembahasan polusi, kelangkaan air dan pengelolaan sumber daya. Meskipun obyek wisata bahari seperti Pura Tanah Lot dan Pura Uluwatu serta beberapa komunitas pantai populer berperan penting dalam industri pariwisata, makalah ini menyarankan perlunya penelitian lebih lanjut mengenai pentingnya obyekobyek wisata tersebut bagi wisatawan dan orang Bali, serta interpretasi sosial yang berkaitan dengan itu.rpretasi sosial yang berkaitan dengan itu.)
    • Rosvita Flaviana Osin  + (Area Desa Nyambu dan Baru Marga Kabupaten Area Desa Nyambu dan Baru Marga Kabupaten Tabanan sangatlah potensial untuk dikembangkan. Desa-desa ini memiki karakteristik alam yang menarik, keunikan kehidupan sosial dan budaya. Dalam pembangunannya, sangatlah penting untuk memperhatikan keberadaan generasi milineal yang mana dalam pariwisata terkini didominasi oleh generasi ini serta tumbuh di tengah era digital. Penelitian ini menggunakan analisa deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif digunakan untuk menentukan peran generasi milenial dalam membangunan desa wisata. Teknik ini juga digunakan untuk menentukan karakteristik dan motivasi turis yang tergolong generasi milenial dengan menggunakan analisa frekuensi. Studi ini mengambil data dari 100 orang responden yang mewakili karakteristik dan motivasi turis milienial di Bali dan wawancara semi-terstruktur dengan 6 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa grup usia antara 20-25 tahun, dengan jumlah total 75 orang, adalah pasar yang sangat potensial untuk mempromosikan dan mengenalkan desa wisata Nyambu dan Baru Marga. Jumlah tertinggi dari tipe turis milineal ini adalah mereka yang berprofesi sebagai murid, sebanyak 46%. Mayoritas dari turis milenial ini adalah berjenis kelamin laki-laki, sebanyak 54%. Motivasi adalah faktor yang paling menentukan bagi turis milenial untuk melakukan perjalanan wisata. Dari total 100 responden, 76% menyatakan alasan utama mengunjungi Desa Wisata Nyambu dan Baru Marga Tabanan adalah karena keindahan alamnya.a Tabanan adalah karena keindahan alamnya.)
    • Helen Creese  + (Artikel ini membahas berbagai strategi yanArtikel ini membahas berbagai strategi yang diterapkan oleh janda (karena meninggal dunia ataupun bercerai) dalam menghadapi batasan-batasan kultural dan stigma sosial pada era Bali kontemporer. Di lingkungan patriarki Bali, perempuan kurang diuntungkan dalam hal akses terhadap pekerjaan dan umumnya menerima pendapatan yang lebih rendah dari laki-laki. Ketika sebuah pernikahan berakhir, seorang janda tidak hanya kehilangan pasangannya namun juga sumber pendapatan penting bagi keluarganya. Janda mungkin juga harus menerima beban tambahan dari menyokong kehidupannya sendiri dan keluarganya, yang artinya menjadi lebih rentah secara ekonomi. Selain itu, janda juga sering dianggap mudah untuk diajak berhubungan seksual, dapat menjadi target hasrat seksual laki-laki, akibatnya menjadi sumber gosip. Sistem pemerintahan dualisme, desa – nasional,di Bali turut menambah kerumitan proses perceraian dan pernikahan kembali di masyarakat patriarkal Bali. Untuk memahami bagaimana janda di Bali menghadapi tekanan sosial dan budaya ini, artikel ini fokus pada membandingkan sejarah hidup 3 orang janda. Menerapkan konsep modal ekonomi, budaya, sosial dan simbolisme oleh Pierre Bourdieu, analisis penelitian ini menunjukkan bahwa akses terhadap berbagai bentuk modal diatas berperan penting dalam kelangsungan hidup para janda di Bali. Dengan sumber ekonomi yang memadai, seorang janda tidak hanya dapat menunjukkan independensi dan kemampuan untuk menghidupi keturunannya, namun juga berbagai kewajiban sosial dan keagamaan lainnya. Dengan begitu, mereka tetap dapat diterima dan dihormati oleh komunitasnya. Temuan ini juga berkontribusi dalam memberikan gambaran yang lebih luas dan kompleks mengenai kehidupan janda di Bali.kompleks mengenai kehidupan janda di Bali.)
    • I Nyoman Darma Putra  + (Artikel ini membahas berbagai strategi yanArtikel ini membahas berbagai strategi yang diterapkan oleh janda (karena meninggal dunia ataupun bercerai) dalam menghadapi batasan-batasan kultural dan stigma sosial pada era Bali kontemporer. Di lingkungan patriarki Bali, perempuan kurang diuntungkan dalam hal akses terhadap pekerjaan dan umumnya menerima pendapatan yang lebih rendah dari laki-laki. Ketika sebuah pernikahan berakhir, seorang janda tidak hanya kehilangan pasangannya namun juga sumber pendapatan penting bagi keluarganya. Janda mungkin juga harus menerima beban tambahan dari menyokong kehidupannya sendiri dan keluarganya, yang artinya menjadi lebih rentah secara ekonomi. Selain itu, janda juga sering dianggap mudah untuk diajak berhubungan seksual, dapat menjadi target hasrat seksual laki-laki, akibatnya menjadi sumber gosip. Sistem pemerintahan dualisme, desa – nasional,di Bali turut menambah kerumitan proses perceraian dan pernikahan kembali di masyarakat patriarkal Bali. Untuk memahami bagaimana janda di Bali menghadapi tekanan sosial dan budaya ini, artikel ini fokus pada membandingkan sejarah hidup 3 orang janda. Menerapkan konsep modal ekonomi, budaya, sosial dan simbolisme oleh Pierre Bourdieu, analisis penelitian ini menunjukkan bahwa akses terhadap berbagai bentuk modal diatas berperan penting dalam kelangsungan hidup para janda di Bali. Dengan sumber ekonomi yang memadai, seorang janda tidak hanya dapat menunjukkan independensi dan kemampuan untuk menghidupi keturunannya, namun juga berbagai kewajiban sosial dan keagamaan lainnya. Dengan begitu, mereka tetap dapat diterima dan dihormati oleh komunitasnya. Temuan ini juga berkontribusi dalam memberikan gambaran yang lebih luas dan kompleks mengenai kehidupan janda di Bali.kompleks mengenai kehidupan janda di Bali.)
    • Pande Putu Widya Okta Pratama, S.Kom  + (BTW Edutech adalah sebuah perusahaan edukasi digital yang mempunyai misi besar membantu siswa untuk lolos seleksi masuk perguruan tinggi kedinasan, perguruan tinggi negeri, CPNS dan TNI atau POLRI.)
    • Alexander R. Cuthbert  + (Bali adalah destinasi pariwisata global daBali adalah destinasi pariwisata global dan telah ditambahkan predikat kepadanya sebagai ‘surga’ semenjak satu abad terakhir. Namun kini tampak nyata bagi para pengunjung berbagai permasalahan serius bermunculan baik pada seluruh aspek ekonomi lokal maupun lingkungan hidup. Ketidaksinkronan pembangunan sebagai yang paling disalahkan. Adanya kegagalan untuk memunculkan arsitektur Bali baru yang sejalan dengan integritas aslinya, urbanis Bali kini terjebak dalam simpul Gordian dimana arsitektur tradisional yang utuh tetap ada, namun arsitektur baru tidak muncul. Bagaimana cara mengurai simpul itu, disitulah letak pertanyaannya. Arsitektur menderita diskontinuitas besar ketika bangunan tradisional menjadi terbengkalai ketika terjadi urbanisasi yang progresif. Masalahnya tetap tidak terselesaikan. Makalah berikut merupakan upaya awal untuk mengekspos isu-isu kunci dan menyarankan metode untuk bergerak maju. Namun momentum baru menuntut filosofi baru dalam ranah teori urban, fondasi dari semua aktivitas profesional karena tidak ada kemajuan signifikan yang dapat terjadi tanpanya. Oleh karena itu, perhatian saya diarahkan untuk menjawab pertanyaan bagaimana transisi dapat dilakukan dari arsitektur tradisional Bali yang muncul dari dinamika feodalisme, menuju penerjemahan dan akomodasi sadarnya dalam pasca-modernitas, kapitalisme informasi, dan globalisasi? Sementara masalah perlu ditangani di beberapa tingkatan – pendidikan, kebijakan, strategi dan penegakan, saya menyarankan dalam kesimpulan bahwa ini harus dibingkai dalam prinsip-prinsip umum yang berasal dari transformasi vernakular, budaya regionalisme Bali yang kritis, dan adaptasi leksikon urbanis baru ke dalam lingkungan tropis.n urbanis baru ke dalam lingkungan tropis.)
    • NDM Santi Diwyarthi  + (Bali, termasuk museum, terlibat dalam induBali, termasuk museum, terlibat dalam industri pariwisata era milenial 4.0. Pengelolaan museum tidak lagi bisa bersifat inklusif tanpa analisis dan penerapan yang borderless dan out of the box. Museum merupakan salah satu sarana berkomunikasi di tengah masyarakat milenial dewasa ini yang harus dikaji manfaatnya dalam industri pariwisata. Metode penelitian adalah kuantitatif dan kualitatif, menggunakan instrumen penelitian berupa angket, wawancara, studi dokumentasi, dengan populasi pengunjung museum di Bali. Hasil penelitian memperlihatkan tamu yang mengunjungi museum sebagian besar adalah orang yang sudah mempelajari informasi terkait museum terlebih dahulu, yakni 52 persen, 52 persen akan menuliskan kisah perjalanannya mengunjungi museum, 80persen akan mempromosikan keberadaan museum melalui media internet, 92 persen mengenal sejarah museum yang akan dikunjungi dan pendirinya, 60 persen akan mempromosikan kembali pada orang lain. 40 persen akan kembali mengunjungi museum yang sama.akan kembali mengunjungi museum yang sama.)
    • Mary S. Zurbuchen  + (Bali: 50 Years of Changes: A Conversation Bali: 50 Years of Changes: A Conversation with Jean Couteau, Eric Buvelot dan Jean Couteau telah menghasilkan gambaran yang rumit, menyapu, dan kontroversial tentang kesadaran, pola sosial, dan kehidupan keagamaan Bali, serta posisi Bali dalam kerangka nasional Indonesia. Tidak diragukan lagi, ini adalah upaya paling ambisius untuk menyajikan pemandangan pulau yang holistik sejak Fred Eiseman, Jr.'s Bali: Sekala and Niskala (1990), atau Adrian Vickers' Bali: A Paradise Created (1989). Namun karya ini bukanlah narasi sejarah, atau puncak dari penelitian komprehensif bertahun-tahun tentang topik tertentu. Alih-alih, kami menemukan serangkaian transkrip percakapan antara dua ekspatriat: Buvelot, seorang jurnalis yang tinggal di pulau itu sejak 1995, dan Couteau, seorang penulis, pengamat sosial, dan komentator terkenal yang terlibat erat dengan Bali sejak 1970-an.g terlibat erat dengan Bali sejak 1970-an.)
    • I Wayan Suardika  + (Bapak I wayan suardika dalam proses kreatiBapak I wayan suardika dalam proses kreatif menciptakan karya- karya sastra bali purwa telah melahirkan 5 karya sastra yang sangat penting bagi peradaban batin bali yaitu geguritan ki patih ganjira, geguritan jangkang plilit, geguritan I taru titiran, geguritan Ramayana, geguritan gema shanti dan babd tari sacral.</br></br>Karya sastra satra bali purwa I wayan suardika yang paling terkenal dikalangan masyarakat adalah geguritan ki patih ganjira, geguritan ini menceritakan Seorang laki-laki dari desa kilayu giri yang masih ,dan tampan.yang ingin melaksanakan Brahmacari asrama di pesraman giri wana kulantir.suatu hari ia berpamitan kepada orang tuanya jika akan pergi ke pesraman untuk mencari ilmu,kemudian ia diberikan ijin untuk melakukan Brahmacari asrama. Keesokan harinya Ki Patih ganjira memulai perjalanan menuju pesraman dan orang tua Ki Patih Ganjira sangat sedih karena akan di tinggal oleh anaknya. Singkat cerita ada raja bernama Patih Agung, Patih Agung ini memiliki anak perempuan yang bernama Wangkas Putri. Disitu bertanya kepada Ki Patih Ganjira, lalu ia menjawab "saya akan ke pesraman untuk melaksanakan Brahmacari asrama" lalu Patih Agung berkata " wahai anak muda seumuran anda sudah memiliki pemikiran untuk masa depan mu" lalu Wangkas Putri ingin ikut Ki Patih Ganjira melakukan brahmacari asrama. Lalu keesok harinya Meraka melakukan perjalanan menuju ke pesraman tersebut, tiba-tiba kaki Wangkas Putri di gigit ular lalu Ki Patih Ganjira meminta pertolongan kepada masyarakat disana. Di obatilah kaki Wangkas Putri, setelah di obati kaki Wangkas Putri. Lalu Kipatih Ganjira bertanya kepada masyarakat disana, dimanakah letak pesraman gira wana kulantir. "Apakah masih jauh dari sini" lalu masyarakat tersebut menjawab "ini lah tempat persamaan kulantir yang km cari, kebetulan sayang adalah murid dari persamaan tersebut" di antarkanlah Ki Patih Ganjira bertemu guru yang ada di sana. Singkat cerita sudah empat tahun Ki Patih Ganjira mencari ilmu disana dan usai sudah pencarian ilmu disana. Sebelum kembali pulang Wangkas Putri bertanya kepada Ki Patih Ganjira "apakah kamu sudah mempunyai wanita atau ada wanita yang km sukai di pesraman ini." Lalu Ki Patih Ganjira menjawab " ada, wanita itu adalah km" mereka berdua menjalin hubungan, keesok harinya Meraka pamit dari persamaan itu untuk balik pulang. Di tengah perjalanan mereka menyebrang lautan dan pada saat itu ombak laut sangat besar, Wangkas Putri terseret ombak. Lalu Ki Patih ganjira mencari Wangkas Putri di tengah laut dan tidak di temukan juga, Wangkas Putri di temukan oleh seorang raja. Setelah Wangkas Putri sadar Wangkas Putri mencari Ki Patih Ganjira di tepi laut, lalu Ki Patih Ganjira di temukan dengan keadaan lusuh. Setelah itu mereka berdua kembali pulang, singkat cerita Wangkas Putri dan Kipatih Ganjira pun menikah ada salah satu keluarga Ki Patih Ganjira yqng tidak suka karena ia menikah dengan putri raja. Lalu keluarga Ki Patih Ganjira itu berinisiatif untuk membuat hidup mereka sengsara, keluarlah ide licik dari keluarga Ki Patih Ganjira dengan memberikan guna-guna kepada Wangkas Putri dan menyebabkan wangkas putri meninggal. Singkat cerita setelah Wangkas Putri meninggal akhirnya Ki Patih Ganjira di angkat sebagai raja di kerajaan watu Medang mengganti ayah Wangkas Putri. watu Medang mengganti ayah Wangkas Putri.)
    • Caesilia Nina Yanuariani  + (Bawa imaji ke dalam lubuk batinmu, menjadiBawa imaji ke dalam lubuk batinmu, menjadikan</br>gelap menjadi terang. Ibarat cahaya api di matamu</br>yang liar, Ketakutan menjadi sublim</br></br>kemudian pagi membujuk siang, menggoda malam.</br>Pada satu panggung ketemukan pemeran utama yang</br>gagu, musik mengalun di silau lampu. Berhamburan</br>kupu dan laron-laron</br></br>Terkadang kita tidak mampu menepis, begitu banyak</br>cemooh mengharu-biru memasuki ruang pribadimu.</br>ibarat seekor monyat tua mencabik-cabik kebun</br>mencari dedaunan, karena ia lapar. Seperti perempuan</br>yang gelisah tak menemukan sebuah payung di tengah</br>hujan</br></br>Kuletakkan dua puluh batang bunga sedap malam dalam</br>Jambangan. Berharap menjelang malam keharuman berkeliling</br>di setiap ruang. Membawa pergi seribu bayangan kelam.</br>Kecemasan adalah bingkai retak yang menjamah di dalam</br>rumah. Hari ini anak-anak mulai sekolah.</br></br>Aku selesaikan adonan dalam loyang, berwarna kuning</br>dan coklat seperti kuda zebra. Membiarkan aroma roti</br>menjelajah ke rumah tetangga, ke segenap penjuru dermaga.</br>Di bawah tangga di rumahku, aku melihat seekor kucing</br>seekor tikus, seekor anjing bercengkerama dalam senda</br>gurau yang riang.</br></br>(Bali Post Minggu, 17 Juli 2016)g riang. (Bali Post Minggu, 17 Juli 2016))
    • I Nengah Jati  + (Beliau mempunyai salah satu karya sastra kBeliau mempunyai salah satu karya sastra kidung yang berjudul tungtung urip, tungtung urip sendiri menceritakan bagaimana situasi dan kondisi dari pandemic covid-19, bagaimana kondisi masyarakat dalam menghadapi virus harus selalu tetap berfikir positif dan selalu mematuhi protokol kesehatan.if dan selalu mematuhi protokol kesehatan.)
    • Richard Fox  + (Bentuk-bentuk organisasi sosial Bali, gotoBentuk-bentuk organisasi sosial Bali, gotong royong dan solidaritas perlahan semakin bertransformasi – dan seringkali tergantikan – oleh institusi sosial baru serta ideal, keinginan, dan kesenangan yang menyertainya. Kemunculan keluarga inti, sebagai sebuah cita-cita dan institusi sosial baru, adalah salah satu satu perkembangan yang lebih penting dalam hubungan ini. Esai ini mengkaji konsepsi persaingan keluarga, dan ekonomi keluarga, yang mendasari perdebatan yang terjadi di lingkungan Bali selatan terkait pemberian bantuan di lingkungan banjar selama berlangsungnya odalan tiap enam bulan sekali. Analisis dalam esai ini memberikan wawasan mengenai bagaimana transformasi sosial dan budaya dipahami dan dialami pada tataran kehidupan sehari-hari.ialami pada tataran kehidupan sehari-hari.)
    • Dr. Anak Agung Gde Alit Geria, M.Si.  + (Cerita Uwug Kengetan diawali dengan kisah Cerita Uwug Kengetan diawali dengan kisah perjalanan Ida Dalem Kresna Kepakisan, yang bertahta di kerajaan Samplangan Gianyar. Keberadaan beliau di Samplangan adalah berkat anugerah raja Majapahit yang menitahkan para patih andalan serta para arya Majapahit, termasuk Arya Kapakisan dari keturunan Kadiri, agar berkenan mendampingi serta menjaga secara maksimal dan penuh setia keberadaan Ida Dalem Kresna Kapakisan di Bali. Cerita Uwug Kengetan yang sarat akan nilai sejarah religius ini, digubah menjadi puisi Bali Purwa berbentuk geguritan. Disuguhkan dalam bentuk dwi aksara (Bali dan Latin), dilengkapi sejumlah ilustrasi berdasarkan isi pokok cerita.ah ilustrasi berdasarkan isi pokok cerita.)
    • Chandra Yowani  + (Chandra Yowani Aku adalah Perempuan AkuChandra Yowani</br></br>Aku adalah Perempuan</br></br></br>Aku adalah perempuan</br>yang susuri pesisir moyangku dalam diam</br>berusaha pahami kelahiran demi kelahiran </br>di tiap semesta pada tiap masa</br></br>Aku adalah perempuan yang suatu kali </br>mungkin pernah menghangatkan ranjangmu dan </br>puaskan kelelakianmu,</br>catatkan percintaan pada ingatan jiwa </br>hingga kau buru di tiap reinkarnasi</br></br>Aku adalah perempuan yang membasuh luka sendiri,</br>perihnya tegakkan langkahku</br>tak perlu kau tanya air mata mana yang terderas, </br>telah kusurutkan sumbernya</br></br>Aku adalah perempuan yang kakinya telanjang </br>menapaki dahaga siang, juga lenguhan malam</br>tak hendak kupinjam sepatu siapa pun</br>aku ingin setiap molekul indra ku mengingat sensasinya</br>karena ini petualanganku sendiri</br></br>Aku adalah perempuan yang pernah tersesat </br>hingga terperangkap dalam labirin keakuan angkuhku, </br>ruang gelap batinku</br></br>Hingga kusadari,</br>aku hanyalah perempuan yang terbelit kumparan karma</br>tualangku aliri rekaman cinta semesta</br>hidup ini sejatinya tentang kesadaran </br>dan keberserahan pada Dia </br>yang bersemayam dalam diri sejati</br> </br></br>Juni 2020</br></br></br></br></br></br></br></br></br></br></br>Perempuan Berkebaya</br></br></br>Saat diam-diam langit meminang rembulan,</br>Perempuan berkebaya, </br>arah manakah tatapnya berkelana?</br>Susuri lorong waktu dan ruang tak bertepi</br> Tak lelahkah?</br></br>Kerling mentari bersaksi, semesta mencatat,</br>Perempuan tak hanya tentang sumur, dapur, dan kasur</br>Perempuanlah pembawa rahim semesta. </br>Sejarah berganti oleh gemulai lekuk tubuh perempuan.</br></br>Perempuan berkebaya,</br>dipangkunya tangis kanak-kanak dalam buaian,</br>cerita tiap jiwa tak pernah sama,</br>maka kenalilah perjalanan, </br>gumamnya sembari mengurai kusut perjalanannya sendiri</br></br>Perempuan berkebaya,</br>disemainya cinta di ladang-ladang kosong para pengembara</br>dilagukannya nyanyian semesta "Bapaku cahaya, Ibuku bumi"</br>duhai, hati yang mabuk gairah duniawi, </br>masihkah ragu akan Kasih Sejati?</br>Perempuan berkebaya,</br>dibiarkannya para lelaki mengangkangi tubuhnya </br>tapi tidak pola pikirnya</br>direlakannya badannya dijamah kerakusan birahi </br>tapi tidak hati dan jiwanya</br>karena tubuh ini hanya sementara, </br>badan ini hanya pinjaman, katanya</br></br>Perempuan berkebaya, </br>berceritalah arah manakah deru langkah itu menuju?</br></br></br></br></br></br></br></br></br></br></br></br></br></br></br></br>Senja di Dermaga</br></br></br>langit selalu memukau</br>bila bercerita tentang waktu</br>kelana yang lampau</br>tak pernah sengaja membuatku tergugu bisu</br></br>senja selalu jatuh dengan kesetiaan</br>pada batas cakrawala</br>memulas langit dalam kecintaan </br>dan birahi yang sama</br></br>entah mengapa,</br>dermaga seringkali</br>membawakan senja</br>untukku lebih dalam mengenal-Mu</br>membawaku kembali</br>pada ruang-ruang hati yang merindu</br>tak terkendali pada-Mu</br>tapi,</br>sering kuabaikan atas nama cinta</br>yang justru tak pernah kukenali maknanya</br></br>menatap senja di dermaga,</br>bersama siapa pun kubersisian, </br>walau dalam luka terperih,</br>aku pasti tersihir nyanyian ombak,</br>tenggelam dalam pusaran kesadaran,</br>betapa aku sering lalai,</br>sesungguhnya cinta-Mu tak pernah usai,</br>betapa telah Kau hadirkan Mahaguru yang </br>selalu menuntunku dengan kesabaran </br>dan kasih</br>tak terhingga</br></br>karena Engkau, menungguku untuk pulang </br>dalam damai</br>Tuhan, biarlah jiwaku hanya berlabuh di</br>dermaga cinta-Mu</br> </br></br>Jimbaran, 1 December 2019 cinta-Mu Jimbaran, 1 December 2019)
    • I Wayan Suartha  + (DONGENG BURUNG BURUNG Dingin masih mengalDONGENG BURUNG BURUNG</br></br>Dingin masih mengalir</br>terdengar suara burung burung</br>mencari deru gelombang laut malam</br>kemana perginya burung burung itu</br>sampai malam larut tak ada suara</br>terbang terbanglah</br>menyambung luka yang lelap</br>berbagi kasih pada anak anak</br></br>bekas goresan perjalanan panjang</br>sampai jauh</br>masih terdengar suara burung burung</br>sehelai demi sehelai bulu sayapnya terlepas</br>melayang layang menumpuk rindu</br>begitu lama ia pelihara</br>kemana perginya burung burung itu</br>jelang pagi belum juga ada suara</br>terbang terbanglah mendekat matahari</br>dengan suara bahasanya</br>anak anaknya terdiam</br></br>dongeng burung burung</br>aku terhenyak masa lalu</br>aku tak pernah melihat wajah ibu</br>wajah burung burung tampak bercermin</br>menunggu bulan menyapa</br>dengan pelan kuraba dadaku</br>bekas bekas luka masa lalu hilang</br>ibu telah mengambilnya</br></br> Binduana, Klungkung 86-20 mengambilnya Binduana, Klungkung 86-20)
    • I Gusti Ngurah Ady Kusuma  + (Di daerah Tabanan-Bali, saat ini, mulai beDi daerah Tabanan-Bali, saat ini, mulai bermunculan industri kecil setingkat rumah tangga yang memproduksi kerupuk Ladrang. Dari beberapa industri kecil yang ada di Kecamatan Penebel, terdapat dua di antaranya yang digandeng sebagai mitra. Mitra pertama memproduksi dan memasarkan kerupuk Ladrang yang dikelola secara mandiri oleh Gusti Ayu Putu Sukarini yang juga sekaligus pemilik dari industri Ladrang “Biang Bagus. Mitra kedua adalah industri Ladrang “Bu Gusti” yang didirikan oleh Ni Gusti Ayu Komang Niri. Program Kemitraan Masyarakat ini bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan produksi dengan memberikan bantuan berupa peralatan penunjang proses produksi disertai pelatihan dan pendampingan. Selain itu program ini juga bertujuan meningkatkan pemasaran dengan memberikan bantuan berupa pelatihan pemasaran melalui media sosial dan bantuan berupa aplikasi berbasis android kepada masing-masing mitra untuk menangani pemesanan. Bantuan yang diberikan adalah bantuan berupa barang, jasa, pelatihan dan pendampingan. Di mana</br>dari hasil yang diperoleh, kedua mitra merasa sangat terbantu yang dibuktikan dengan proses produksi yang menjadi lebih efisien dan cepat. Kedua mitra saat ini memiliki wawasan yang lebih luas, utamanya dalam hal penggunaan teknologi dalam bidang pemasaran. Program yang diajukan juga diharapkan mampu terus berlanjut sehingga meningkatkan omzet dari</br>kedua mitra tersebut.ingkatkan omzet dari kedua mitra tersebut.)
    • I Gusti Putu Hardi Yudana  + (Di daerah Tabanan-Bali, saat ini, mulai beDi daerah Tabanan-Bali, saat ini, mulai bermunculan industri kecil setingkat rumah tangga yang memproduksi kerupuk Ladrang. Dari beberapa industri kecil yang ada di Kecamatan Penebel, terdapat dua di antaranya yang digandeng sebagai mitra. Mitra pertama memproduksi dan memasarkan kerupuk Ladrang yang dikelola secara mandiri oleh Gusti Ayu Putu Sukarini yang juga sekaligus pemilik dari industri Ladrang “Biang Bagus. Mitra kedua adalah industri Ladrang “Bu Gusti” yang didirikan oleh Ni Gusti Ayu Komang Niri. Program Kemitraan Masyarakat ini bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan produksi dengan memberikan bantuan berupa peralatan penunjang proses produksi disertai pelatihan dan pendampingan. Selain itu program ini juga bertujuan meningkatkan pemasaran dengan memberikan bantuan berupa pelatihan pemasaran melalui media sosial dan bantuan berupa aplikasi berbasis android kepada masing-masing mitra untuk menangani pemesanan. Bantuan yang diberikan adalah bantuan berupa barang, jasa, pelatihan dan pendampingan. Di mana</br>dari hasil yang diperoleh, kedua mitra merasa sangat terbantu yang dibuktikan dengan proses produksi yang menjadi lebih efisien dan cepat. Kedua mitra saat ini memiliki wawasan yang lebih luas, utamanya dalam hal penggunaan teknologi dalam bidang pemasaran. Program yang diajukan juga diharapkan mampu terus berlanjut sehingga meningkatkan omzet dari</br>kedua mitra tersebut.ingkatkan omzet dari kedua mitra tersebut.)
    • Caesilia Nina Yanuariani  + (Di sebuah poster aku melihat wajah ibu repDi sebuah poster</br>aku melihat wajah ibu</br>repertoar unik bermandi cahaya</br>sungguh aneh kukira</br>mengapa ia ada di sana</br></br>sorot matanya tajam</br>seperti hendak menghujam</br>atau ia sedang menipu nestapa?</br></br>di setiap tembang aku melihat jiwa ibu</br>berkelana mengarungi jata raya</br>seperti hendak menemukan</br>kidung kenangan</br></br>Berpuluh abad berpuluh kesunyian</br>Menikam senja</br>Potret khayali hikayat Malinkundang</br>Legenda yang menjadi batu</br>ibarat pusaran air di gigir waktu</br>Bergulung dalam almanak</br>Memberikan warna bagi kanak-kanak</br>Perempuan menjadi ibu</br>Meneteskan darah dari rahim</br>Melahirkan perahu layar</br>Bertumbuh menjadi bahtera</br>Akankah ia menjadi batu padas?</br></br>(Bali Post Minggu, 17 Juli 2016)u padas? (Bali Post Minggu, 17 Juli 2016))
    • Wayan Sumahardika  + (EPILOG Inikah rasanya, berada di rahim buEPILOG </br>Inikah rasanya, berada di rahim bumi </br></br>Kembali menjadi benih yang tak pasti </br></br>Lahir disambut cium bibir matahari </br></br>Atau membiarkan diri gugur </br></br> terkikis bisu tanah </br></br>Jika sekarang waktunya memilih, </br></br>Akan kupilih hidup bagi anakku </br></br>Sebab telah kesekian kali </br></br>diri lahir kembali </br></br>Namun tak pernah sanggup </br></br> menanggalkan cemberut </br></br>pada bibir anak sendiri </br></br>Apalah yang beda dari kematian saat ini </br></br>Sedang rumah tinggal berada </br></br> di antara palung dan tebing gunung </br></br>Hari-hari adalah menanggalkan ketakutan </br></br>Buat hidup sampai esok pagi </br></br>Nak, </br></br>Jika nanti, namaku ada dalam pencarian </br></br>Jangan biarkan orang-orang itu </br></br>Menggali tanah kita.</br></br>Relakan saja tubuh ini terkubur </br></br>Menjadi pupuk buat bekal hidupmu kelak </br></br>Lupakan saja aku, </br></br>Seperti kau melupakan tangis kemarin </br></br>Saat menginginkan mainan baruis kemarin Saat menginginkan mainan baru)
    • I Putu Pradnyana Anggara  + (Geguritan Geger Kageringan (Ritatkala Sangsaya, Bingung lan Dukhitane Mapadu) merupakah sebuah geguritan yang terinspirasi dari pandemi Covid 19 yang menyerang Indonesia khususnya Bali)
    • I Made Suarsa  + (Geguritan Korona Karana lan Kirana, yang sGeguritan Korona Karana lan Kirana, yang secara sederhana geguritan ini memuat tentang dari awal munculnya virus covid-19 sampai dengan bagaimana kita hidup berdampingan dengan virus ini. Jika dilihat dari padanan kata Geguritan Korona Karana lan Kirana ini memiliki arti Korona yang artinya covid-19 ini, Karana yang artinya yang menyebabkan atau sebab, Kirana yang artinya sinar matahari. Jadi dapat disimpulkan Korona Karana lan Kirana memiliki arti yang menyebabkan penyakit (grubug) salah satu yang bisa menyebuhkan adalah dengan (Kirana) sinar matahari.kan adalah dengan (Kirana) sinar matahari.)
    • I Gusti Ngurah Made Agung  + (Geguritan Niti Raja Sasana adalah salah saGeguritan Niti Raja Sasana adalah salah satu karya sastra Bali. Sebagai sebuah karya sastra Geguritan Niti Raja Sasana adalah geguritan yang mengandung ajaran-ajaran kepemimpinan Hindu. Pemimpin dan kepemimpinan merupakan dua unsur yang tidak bisa dipisahkan. Seorang pemimpin harus memiliki jiwa kepemimpinan, dan jiwa kepemimpinan yang terdapat dalam diri seorang pemimpin adalah tidak bisa diperoleh dengan cepat dan segera namun sebuah proses yang terbentuk dari waktu ke waktu hingga akhirnya mengkristal dalam sebuah karakteristik. Dalam artian ada sebagian orang yang memiliki sifat kepemimpinan namun dengan usahanya yang gigih mampu membantu lahirnya penegasan sikap kepemimpinan pada dirinya tersebut.</br>Pemimpin adalah individu yang mampu memengaruhi perilaku orang lain tanpa harus mengandalkan kekerasan; pemimpin adalah individu yang diterima oleh orang lain sebagai pemimpin. Sedangkan kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi pengikut melalui proses komunikasi untuk mencapai tujuan tertentu</br></br> Siapapun bisa saja menjadi seorang pemimpin atas orang lain, tapi belum tentu memiliki kepemimpinan yang diharapkan oleh orang lain. Oleh karena itu seorang pemimpin harus memiliki kepemimpinan yang memenuhi persyaratan ideal.emimpinan yang memenuhi persyaratan ideal.)
    • I Wayan Turun  + (Geguritan Penataran berisi mengenai cara pGeguritan Penataran berisi mengenai cara pengobatan obat dan lontar, geguritan ini terinspirasi saat beliau memenuhi utusan dari kantor Museum Bali untuk ikut penataran di Balai Penelitian Bahasa Singaraja. Kata penataran juga terinspirasi dikala beliau yang pada saat itu sedang mengikuti penataran mengenai klasifikasi dan pengobatan lontar.engenai klasifikasi dan pengobatan lontar.)
    • Ida Ketut Djelantik  + (Geguritan Sucita-Subudi merupakan salah saGeguritan Sucita-Subudi merupakan salah satu karya beliau yang dikenal banyak orang, mengapa begitu? Dikarenakan geguritan ini mengandung konsep budaya Bali seperti Dharma, Tri Hita Karana, Desa Kala Patra, Rwa Bhineda, dan Karmaphala. </br></br>Dharma merupakan salah satu konsep penting dalam agama Hindhu. Dharma sering disamakan artinya dengan kebenaran, kebajikan atau kewajiban dan hukum. Dharma diibaratkan sebagai jalan yang halus dan sangat sejuk yang dapat melindungi dan menolong orang yang mengikuti jalan itu dari bencana. Seorang yang melaksanakan dharma disebut dharmika. Orang yang menjalankan dharma hanya menginginkan satu hal yaitu kebahagiaan yang kekal dan abadi bukan kebahagiaan palsu yang ditimbulkan hal-hal keduniawian.</br></br>Tri Hita Karana adalah konsep tentang keselarasan hubungan yang dapat mendatangkan kebahagiaan. Keselarasan hubungan tersebut meliputi tiga hal yaitu keselarasan hubungan manusia dengan Tuhan, keselarasan hubungan manusia dengan sesama manusia dan keselarasan hubungan manusia dengan lingkungan alam sekitarnya. Dalam Geguritan Sucita-Subudi, konsep keselarasan hubungan manusia dengan Tuhan disebut hubungan tidak nyata atau rohani sedangkan konsep keselarasan hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitar.</br></br>Rwa bhineka adalah konsep dualistis yang merefleksikan dua kategori yang berlawanan dalam hidup ini, semisal baik dan buruk atau positif dan negatif. Di dalam Geguritan Sucita-Subudi, konsep ini dijelaskan secara implisit atau secara tidak langsung dalam ungkapan di dalam sesuatu yang disebutkan byakta atau seusatu yang ada selalu terkandung dua hal yang menyatu. Konsep ini menyiratkan bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna selain Tuhan. Segala sesuatu itu pasti memiliki kelebihan dan sekaligus kekurangan.</br></br>Karmaphala merupakan salah satu dari lima sistem keyakinan dalam agama Hindhu yang disebut Panca Sradha. Karmaphala berasal dari kata karma ‘perbuatan’ dan phala ‘buah’ yang diartikan sebagai hasil dari perbuatan seseorang. Inti dari pengertian karmaphala adalah bahwa sesuatu sebab akan menghasilkan suatu akibat.</br></br>Geguritan Sucita-Subudi terdiri atas 1841 bait. Dari sekian banyak bait itu dibentuk oleh 11 macam pupuh. Adapun kesebelas macam pupuh tersebut adalah Sinom, Pangkur, Durma, Ginanda, Ginanti, Kumambang, Warga-sari, Pucung, Smaradana, dan Sadpada Ngisep Sekar. Di antarapupuh tersebut yang paling sering digunakan adalah pupuh Sinom yaitu sebanyak 15 kali. Penggunaan pupuh-pupuh itu dalam Geguritan Sucita-Subudi dipilih dan disesuaikan antara tugas atau watak dari masing-masing pupuh.tugas atau watak dari masing-masing pupuh.)
    • Ni Luh Wida Apriliani, S.Pd  + (Geguritan Tamba Sastra dibuat pada ajang KGeguritan Tamba Sastra dibuat pada ajang Kreasi Sastra, Sastra Saraswati Sewana Pamarisuddha Gering Agung di Puri Kauhan, Ubud. Geguritan Tamba Sastra karya Ni Luh Wida Apriliani S.Pd. ini termasuk kedalam 5 karya terbaik katagori geguritan pada ajang Kreasi Sastra tersebut. Geguritan Tamba Sastra diikat oleh 8 Pupuh dimana pupuh-pupuh itu meliputi pupuh sinom, pupuh sembaradana, pupuh maskumambang, pupuh pucung, pupuh pangkur, pupuh ginanti, pupuh ginada dan juga pupuh durma.</br>Geguritan ini sangat menarik karena menceritakan tentang awal mulanya virus Corona yang melanda dunia terutama di Indonesia dimana Ibu Pertiwi mengalami duka yang sangat mendalam yang dilanda oleh Covid-19. Berbagai cara telah dilakukan lakukan untuk mencegah virus ini tapi karena begitu lamanya virus ini berlangsung menyebabkan keadaan masyarakat semakin hancur dikarenakan tidak bekerja, ekonomi menurut membuat banyak orang melakukan tindakan kriminal dikarenakan banyaknya tindakan kriminal yang terjadi di Indonesia. Dan pada akhirnya presiden Indonesia yakni bapak Jokowi ingat tentang sau hal yang sangat penting dalam kehidupan dimana pedoman tersebut merupakan kunci utama adanya sastra yakni Pancasila yang merupakan 5 dasar negara Republik Indonesia. Virus Corona sebenarnya obat bukan penyakit karena menyadarkan kita tentang 5 hal penting yang termuat dalam 5 dasar negara kita yakni Pancasila.</br></br>Adapun nilai-nilai yang terkandung didalam Geguritan Tamba Sastra ini yakni nilai agama, nilai sosial dan juga nilai kemanusiaan., nilai sosial dan juga nilai kemanusiaan.)
    • Mark Hobart  + (Imajinasi terhadap Bali sebagai sebuah surImajinasi terhadap Bali sebagai sebuah surga dunia bertolak belakang dengan kondisi sesungguhnya. Memahami perbedaan tersebut membutuhkan pembahasan mengenai siapa yang berwenang mewakili Bali, seperti apa dan pada kondisi apa. Hal ini juga berkaitan dengan sifat dari pertentangan itu sendiri – apakah argumentasi atau ketidaksepemahaman – dan bagaimana isu dimaksud mengenyampingkan alternatif. Gaya berargumen hegemonic yang disukai di Bali disebut monolog, disukai oleh mereka yang berkuasa, yang secara efekfif mampu mengantisipasi dan mencegah pertikaian. Sebaliknya, dialogi bersifat terbuka, demokratis dan tersebar di kehidupan keseharian masyarakat, namun seringkali terlewati tanpa disadari. Sementara itu, dialog memungkinkan diskusi dan pemecahan masalah, monolog menekankan ideologi saat menghadapi keadaan sulit. Di Bali, bentuk ideologi berpusat pada berbagai fantasi mengenai bayangan budaya jaman kuno. Kelemahan yang dimiliki sebagai bukti bagaimana klaim terhadap Tri Hita Karana menyamarkan kekurangan dalam penerapannya.menyamarkan kekurangan dalam penerapannya.)
    • Putu Nomy Yasintha  + (Indonesia diketahui sebagai negara demokraIndonesia diketahui sebagai negara demokratis, namun masih banyak terhadap kasus intoleransi terutamanya intoleransi terhadap kaum minoritas seperti kaum LGBTQ. Indonesia juga masih tergolong kedalam negara yang belum berpihak sepenuhnya kepada kaum ini karena norma-norma agama beserta berbagai aturan yang membatasi ruang gerak kaum LGBTQ. Kehidupan sosial masyarakat Indonesia masih berpegang teguh pada konsep heteronomativitas dimana kaum hetero adalah “normal” sedangkan yang lainnya adalah “abnormal.” Diskriminasi terhadap kaum LGBTQ juga muncul diantara para remaja muda, tidak diterima oleh masyarakat dan bahkan tidak bisa menjadi diri mereka sendiri didepan teman dan keluarga sendiri. Pendidikan terkait gender dan seksualitas penting adanya di tingkat universitas di Indonesia untuk dapat memberikan pemahaman yang lebih luas kepada masyarakat, terutama kepada remaja muda, yang mana diharapkan pada akhirnya akan meningkatkan toleransi masyarakat terhadap kaum LGBTQ. Studi ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menyebarkan kuesioner (anonimus) kepada sejumlah informan. Data pendukung dari berbagai literatur juga digunakan dalam penelitian ini. Hasil menunjukkan bahwa banyak kaum remaja muda LGBTQ yang merasa termarjinalisasi dari keluarganya sendiri maupun teman-temannya. Mereka tidak dapat menunjukkan orientasi seksual mereka tanpa disertai rasa takut dari gunjingan publik.disertai rasa takut dari gunjingan publik.)
    • I Gusti Putu Windya  + (Informasi ini saya dapat dari narasumber yInformasi ini saya dapat dari narasumber yaitu Gusti Ayu Agustini yang mana merupakan anak ke 4 beliau yang juga pewaris alm. Gusti putu windya. Beliau mengatakan bahwa alm. Bapak gusti putu windya memiliki buku biografi akan tetapi saat ini tidak ada di tempat karena dibawa ke jerman dan belum dikembalikan dan beberapa dokumen2 terkait karya2 beliau yang juga dulu dipinjam dan belum dikembalikan hingga saat ini. Selain itu pada tahun 2015 juga geguritan cangak disadur oleh malaysia dengan membuat tokoh kartun 'bangau dan kepiting' dalam animasi pada zaman dahulu tanpa izin dari pewaris alm. Gusti putu windya. izin dari pewaris alm. Gusti putu windya.)
    • Ida Bagus Arya Lawa Manuaba  + (Isi dari Kakawin Korona Parisuddha ini menIsi dari Kakawin Korona Parisuddha ini menceritakan bagaimana kejamnya virus korona yang menyerang tidak hanya Bali namun seluruh dunia, membuat semua orang tidak berpergian, beraktivitas dengan sebagai mana mestinya, dan bahkan membuat banyak nyawa hilang karena adanya virus tersebut. Banyak orang yang kehilangan pekerjaan, kehilangan keluarganya. Selain itu isi kakawin ini juga menyebutkan beberapa aturan yang berlaku selama virus ini menyebar sekaligus sebagai cara mengatasi virus ini. Di antara lain adalah selalu menutup hidung dan mulut menggunakan masker, menggunakan sanitizer, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak di keramaian.gan sabun, dan menjaga jarak di keramaian.)
    • Sylvine Pickel-Chevalier  + (Jumlah perempuan Bali yang menempuh pendidJumlah perempuan Bali yang menempuh pendidikan di bidang pariwisata pada berbagai tingkatan menunjukkan peningkatan sejalan dengan perkembangan lembaga pendidikan pariwisata dan industri pariwisata di Bali. Artikel ini menganalisa motivasi perempuan Bali dalam menempuh pendidikan pasca sarjana di bidang pariwisata, dimulai dari tingkat sarjana hingga doktoral. Menggunakan metode kuantitatif, artikel ini menampilkan data yang dikumpulkan melalui wawancara dengan 30 perempuan bali yang termotivasi untuk mengambil pendidikan bidang pariwisata karena beberapa alasan, seperti motivasi untuk mendapatkan pekerjaan di bidang pariwisata, mereka memiliki kerabat yang juga bekerja di bidang pariwisata, dan mereka tinggal di Bali dimana terdapat banyak peluang kerja di bidang ini. Dengan mengambil pendidikan kepariwisataan, perempuan Bali yang menjadi informan bagi studi ini membuktikan bahwa mereka telah menemukan pekerjaan dan karir yang lebih baik pada sektor ini. Pengalaman mereka juga menjadi inspirasi bagi perempuan Bali lainnya untuk menjalani karir yang serupa.lainnya untuk menjalani karir yang serupa.)
    • Mark Hobart  + (Kajian kebudayaan Bali kebingungan oleh kaKajian kebudayaan Bali kebingungan oleh karena yang dimaksudkan dengan ‘kebudayaan’ sangat kurang terang. Apakah kebudayaan merupakan esensi atau jiwa orang Bali, suatu gagasan politik yang direkayasa oleh Orde Baru, atau cara menjual seni pertunjukan, barang atau pengalaman kepada wisatawan? </br></br>Jarang disadari di Indonesia bahwa Bali terkenal di Eropa sebelum Pulau Bali ditemukan oleh pelaut Barat yang sedang mencari sorga di dunia ini. Sejarah Bali tidak bisa dipisahkan dari khayalan orang Barat. Dilihat dari pandangan cultural studies, dari awal Bali merupakan ‘brand’ untuk dipasarkan – dan objek yang dijual adalah kebudayaan. Untuk mengerti apa yang sedang terjadi di Bali, perlu dipahami teori konsumsi dan branding. Walaupun kelihatannya yang dijual dan dibeli adalah barang atau pengalaman, sebenarnya yang dikonsumsi adalah perbedaan. Artikel ini menawarkan pemahaman mendalam mengenai hukum hukum branding dari sudut pandang kajian budaya.branding dari sudut pandang kajian budaya.)
    • I Made Arik Wira Putra  + (Kakawin Usadhi Negari yang dikarang oleh IKakawin Usadhi Negari yang dikarang oleh I Made Arik Wira Putra merupakan salah satu dari 5 karya terbaik kategori kakawin pada Saraswati Sewana di Puri Kauhan Ubud. Kakawin tersebut memuat isi dari mimpi pengarang yang dimana memiliki keinginan agar virus yang sudah kurang lebih 2tahun berdampingan dengan kita segera hilang. Kakawin ini dibuat secara singkat max 18 pada dengan tema besar "Gering Agung" Covid-19, yang dimana kakawin merupakan karya Sastra Bali Purwa atau karya tradisional, namun beliau berusaha membuat sesuai dengan tema dan syarat-syarat lainnya tanpa meninggalkan realitas (membuat karya sastra yang bertema modern dengan media tradisional dan makna yang padat).n media tradisional dan makna yang padat).)
    • I Nyoman Wahyu Angga B. Santosa  + (Kakawin yang berjudul PRAPANCA SUDDHANI. Kakawin yang berjudul PRAPANCA SUDDHANI. Merupakan salah satu karya sasta dari seorang pengarang yakni I Nyoman Wahyu Prapanca, secara garis besar mempunyai isi atau makna yang terkandung yaitu membahas mengenai situasi Pandemi Covid-19 dengan lebih mengulik tentang respon kita menghadapai pandemi Covid-19 agar tidak terhayut dalam kesedian ataupun penderitaan yang diakibatkan oleh pandemi ini. Dalam kakawin ini pula kita lebih diajarkan tentang lebih menjaga sikap batin kita dalm menghadapi situasi yang sulit dalam kasus ini yaitu Covid-19.yang sulit dalam kasus ini yaitu Covid-19.)
    • Ni Kadek Anggreni  + (Kamus trilingual Bahasa Bali, Indonesia dan Inggris.)
    • Drs. I Wayan Selat Wirata  + (Karya sastra Bali modern yang mengisahkan tentang seorang nenek yang menghidupi dirinya sendiri yang dikira memiliki ilmu gaib)
    • Putu Dyatmikawati  + (Ketiadaan aturan yang memberikan kepastianKetiadaan aturan yang memberikan kepastian terhadap isu-isu adat istiadat di Bali, seperti penyelesaian sengketa dan awig-awig di Bali, bentuk hubungan antara anggota warga serta aktivitas masyarakat, seluruhnya memerlukan kepastian hukum. Aktivitas usaha juga tergolong aktivitas yang memerlukan kepastian dan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan setempat. Artikel ini bertujuan untuk memahami posisi hukum dari bisnis yang telah beroperasi di masyarakat dan berkaitan erat dengan hukum adat Bali atau awig-awig. Dengan menganalisa hubungan legal antara Desa Pekraman dengan warga pendatang dan pebisnis luar, serta hak dan kewajiban para pebisnis pendatang ini. Dengan menggunakan berbagai studi yuridis, paper ini akan menjelaskan posisi legal dan konsekuensi yang dihadapi para pebisnis dalam menjalankan usahanya di sebuah wilayah desa pekraman. usahanya di sebuah wilayah desa pekraman.)
    • Made Gde Subha Karma Resen  + (Ketiadaan aturan yang memberikan kepastianKetiadaan aturan yang memberikan kepastian terhadap isu-isu adat istiadat di Bali, seperti penyelesaian sengketa dan awig-awig di Bali, bentuk hubungan antara anggota warga serta aktivitas masyarakat, seluruhnya memerlukan kepastian hukum. Aktivitas usaha juga tergolong aktivitas yang memerlukan kepastian dan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan setempat. Artikel ini bertujuan untuk memahami posisi hukum dari bisnis yang telah beroperasi di masyarakat dan berkaitan erat dengan hukum adat Bali atau awig-awig. Dengan menganalisa hubungan legal antara Desa Pekraman dengan warga pendatang dan pebisnis luar, serta hak dan kewajiban para pebisnis pendatang ini. Dengan menggunakan berbagai studi yuridis, paper ini akan menjelaskan posisi legal dan konsekuensi yang dihadapi para pebisnis dalam menjalankan usahanya di sebuah wilayah desa pekraman. usahanya di sebuah wilayah desa pekraman.)
    • Luh Yesi Candrika, S.S.,M.Hum.  + (Kidung Amelad Prana sendiri berarti nyanyiKidung Amelad Prana sendiri berarti nyanyian yang menyayat hati. Kidung ini menceritakan bagaimana kesedihan saat ternyadinya virus covid-19. Tidak hanya kesedihan yang dimuat dalam kidung tersebut, namun ada juga cara-cara agar kita dapat bertahan dalam keadaan yang seperti saat itu.tahan dalam keadaan yang seperti saat itu.)
    • I Made Santika  + (Kidung Roga Mariana merupakan salah satu dKidung Roga Mariana merupakan salah satu dari 5 Kidung terbaik pada Acara Sastra Saraswati Sewana yang bertempat di Puri Kauhan Ubud. Kidung ini diciptakan oleh seorang sastrawan muda yang masih menempuh pendidikan akhir di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana dengan mengambil Program Studi Sastra Bali. Beliau yang lahir pada 4 Januari tahun 2000 merupakan anak dari seorang sastrawan hebat yaitu Bapak I Made Degung dengan Ibu Ni Ketut Sutarmi. Begitu banyak prestasi yang pernah beliau raih, salah satunya telah menciptakan kidung pertama beliau dan menjadi salah satu kidung terbaik. Pada Kidung Roga Mariana ini menceritakan tentang menghilangkan sebuah bencana atau penyakit yang ada. Dimana kata "Roga" memiliki arti penyakit atau bencana, kata "Mari" memiliki arti menghilangkan, dan kata "Ana" memiliki arti ada.langkan, dan kata "Ana" memiliki arti ada.)
    • I Wayan Phala Suwara S.Pd.H.,M.Pd  + (Kidung widya usadha terdapat pupuh demung,Kidung widya usadha terdapat pupuh demung, berisi pengawak bawak dan pengawak panjang, pengawit bawak dan pengawit panjang. Kidung ini terinspirasi dari keadaan lingkungan kita di saat pandemi tersebarnya  virus corona. Kidung widya usadha  menceritakan kegelisahan manusia ditengah pandemi yang memohon  kepada sang pencipta agar bimbingan senantiasa sehingga godaan-godaan pandemi ini tidaklah sampai membuat manusia kehilangan akal sehatnya, tetap bisa optimis dan senantiasa  berkarya. Dimana pengetahuanlah yang harus diperkuat karena pengetahuan akan berkembang seiring zamannya salah satunya di saat pandemi.ng zamannya salah satunya di saat pandemi.)
    • I Made Suartana  + (Kumpulan 19 cerita pendek (satwa bawak) kontemporer berbahasa Bali yang bercerita tentang isu-isu sosial dengan jujur, jenaka dan kontekstual.)
    • Ni Wayan Eka Pranita Dewi  + (Lamunan Lapar Kubayangkan engkau, di mLamunan Lapar</br></br> </br></br>Kubayangkan engkau, di meja makan, menungguku pulang.</br></br>Sedang aku masih harus jauh berjalan, tertatih-tatih dan</br></br>meraba-raba di banyak tikungan: angin dan musim dingin</br></br>menghantamku ke tebing-tebing curam, gelap menghambur</br></br>ke arahku dari semua penjuru. Kulihat jauh di depanku,</br></br>rumah-rumah berjendela terang. Perapian terkembang.</br></br>Tapi jauh, jauh sekali.</br></br> </br></br>Aku kini tiada bisa bermimpi, aku kini tiada berani lagi.</br></br>Sebab masih tercium sampai di sini abu dan ludah bacin:</br></br>kaldu kebencian yang melumuri kotaku. Sebab aku</br></br>si papa ini, yang bekerja berhari-hari, selalu melihat langkah</br></br>tegap serdadu kemiskinan menderap ke arahku.</br></br>Aku tiada bisa merekahkan musim bunga dan</br></br>menegakkan seribu istana.</br></br> </br></br>Ingin kulihat matamu, mata yang menaburkan seribu</br></br>matahari. Namun juga mata yang bisa jadi teduh, menjemput</br></br>sunyi yang teramat jauh, sunyi yang bengal dan gemar</br></br>bertualang, agar pulang ke celah telinga: rumah bagi</br></br>semua suara.</br></br> </br></br> </br></br>Tapi masih kurasakan gigil petualangan ketika aku tunduk kepada</br></br>panggilan-panggilan untuk kembali ke depanmu, ke sebuah meja</br></br>makan, ke sebuah santap malam yang kausiapkan, sementara</br></br>aku masih di tebing curam ini. Padaku cuma ada bekal</br></br>ingatan, catatan yang belum genap kutuliskan tentang</br></br>tikungan-tikungan dan jarak panjang sampai jauh rambu</br></br>terakhir perhentian!</br></br> </br></br>O, betapa aku ingin pulang, ibu!</br></br> </br></br>Angin dan musim dingin lewat, mendarat, dengan bau daging</br></br>panggang yang kubayangkan kausiapkan di meja makan.yang kubayangkan kausiapkan di meja makan.)
    • Putu Ayu Sani Utami  + (Lansia rentan terhadap hipertensi akibat aLansia rentan terhadap hipertensi akibat akumulasi gaya hidup tidak sehat dalam waktu yang lama dan dapat diperburuk oleh stres akibat ketidakmampuan beradaptasi dengan penurunan kondisi fisik, perubahan peran dan hubungan sosial, kemampuan ekonomi, penyakit degeneratif dan pengobatan dalam jangka panjang. Faktor risiko hipertensi dapat disebabkan oleh stres. Manajemen stres dapat dilakukan dengan kombinasi terapi seni kreatif yaitu menyanyi, menggambar, dan mendongeng yang memiliki efek relaksasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi seni kreatif terhadap tingkat stres dan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Desa Kesiman Kertalangu Kota Denpasar Timur, Bali, Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain pre-tes dan pos-test. Sampel yang digunakan adalah 63 lansia penderita hipertensi yang mengalami stres ringan dan sedang dengan teknik sampling acak sederhana yang dibagi menjadi tiga kelompok perlakuan dengan jumlah masing-masing kelompok 21 lansia. Tingkat stres hipertensi dievaluasi menggunakan The Stress Assessment Questionnaire dan pengukuran tekanan darah menggunakan manometer. Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa terapi seni kreatif dapat menurunkan stres lansia secara signifikan dengan p value 0,000<0,05. Rata-rata tekanan darah pada terapi seni kreatif mengalami penurunan d. Hasil uji wilcoxon menunjukkan nilai p nilai tekanan darah (sistole;diastole) untuk menyanyi (0,002;0,014), mendongeng (0,009;0,008) dan menggambar (0,016;0,011) < 0,05 yang artinya ada pengaruh terapi tersebut terhadap lansia tekanan darah. Hasil analisis Ancova menunjukkan tidak ada perbedaan hasil tekanan darah setelah setiap intervensi diberikan pada lansia (p value 0,244>0,05 untuk sistol dan p value 0,738>0,05 untuk diastol). Itu berarti bahwa setiap intervensi memiliki efek yang sama pada penurunan tekanan darah. Terapi seni kreatif memberikan efek relaksasi saat melakukan aktivitas seni sehingga perasaan menjadi tenang dan merangsang proses penyembuhan. Penelitian lebih lanjut dengan jumlah penduduk yang lebih besar perlu dilakukan peningkatan kesadaran masyarakat akan manfaat terapi seni kreatif untuk menurunkan stres dan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.es dan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.)
    • Putu Dyatmikawati  + (Masyarakat Hindu di Bali masih mempertahanMasyarakat Hindu di Bali masih mempertahankan budaya patrilineal di dalam kehidupan sosial mereka. Terdapat perbedaan hak warisan antara laki-laki dan perempuan menurut budaya patrilineal. Perempuan tidak memperoleh hak waris dari orang tuanya. Isu kesetaraan, keadilan, hak untuk mendapatkan warisan dari orang tua, dan lain sebagainya telah mendorong budaya patrilineal menjadi lebih fleksibel dan memungkinkan perempuan untuk juga mendapat warisan berupa aset properti dari orang tuanya. Perkembangan ilmu pengetahuan, hukum, serta pengaruh paradigma baru yang muncul di masyarakat, menekan sistem yang telah kuno untuk beradaptasi dengan perkembangan masyarakat. Majelis Desa Pekraman Bali No. III Tahun 2010 telah mengambil inisiatif untuk memberikan perempuan hak untuk menerima warisan secara terbatas berupa kepemilikan bersama properti milik orang tua mereka. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti perkembangan awig-awig di Bali khususnya dalam mengatur hak waris perempuan Bali karena undang-undang menjamin setiap warga negara hak yang sama dihadapan hukum dan di masyarakat. Dengan menggunakan kajian yuridis, dilakukan analisa terhadap bagaimana hukum nasional dan awig-awig di Bali menempatkan perempuan dalam konteks hak waris yang berasal dari orang tua mereka. waris yang berasal dari orang tua mereka.)
    • Putu Herry Hermawan Priantara  + (Memunjung, adalah sebuah bentuk penghormatMemunjung, adalah sebuah bentuk penghormatan dan rasa solidaritas dengan yang telah berpulang. Hal ini dijalankan oleh anggota keluarga dengan mengunjungi kerabat yang telah meninggal dunia di taman pemakaman. Tradisi memunjung telah dipraktikkan sejak periode Hindu-Budha dan berkembang dengan sangat baik di pulau Jawa dan Bali. Komunitas di Bali menerapkan kebiasaan ini pada hari-hari raya tertentu, seperti Galungan, Kuningan, dan Pagerwesi. Sementara itu, warga di Jawa menjalankan prosesi memunjung selama berlangsungnya hari raya Idul Fitri. Warga Hindu Bali umumnya menghaturkan tampelan punjung dan banten punjung kepada para arwah leluhur, keluarga, maupun kerabat yang dimakamkan di taman pemakaman. Pada hari khusus tertentu, pengunjung juga membawa makanan kesukaan untuk dinikmati “bersama” dengan kerabat yang telah dimakamkan. Pada masa sekarang ini, tradisi berziarah sudah jarang dilakukan oleh warga Bali, khususnya bagi mereka yang berdomisili di wilayah dengan aturan pemakaman yang cukup longgar. Beberapa berpendapat bahwa meningkatnya standar hidup warga Bali dan peningkatan teknologi berperan terhadap bergesernya pola pikir masyarakat mengenai prosesi pemakaman itu sendiri. Oleh karenanya, hanya tersisa beberapa wilayah saja yang masih menjalankan tradisi pemakaman bagi yang meninggal dunia.adisi pemakaman bagi yang meninggal dunia.)
    • I Gedé Gita Purnama Arsa Putra  + (NGALIH SAMPI GALANG BULAN (I Gde Gita PurnNGALIH SAMPI GALANG BULAN</br>(I Gde Gita Purnama)</br></br>Tersungkur Pan Kades sekarang di pojok, modal sudah habis, dipergunakan untuk membangun ruko. Memang benar ruko tersebut telah selesai sebanyak lima bangunan berada di pinggir jalan, yang dulunya adalah ladang kopi, kopi arabika nomor satu. Akan tetapi, harga kopinya tidak pernah nomor satu, selalu harganya jatuh tersungkur. Belum lagi dicaplok tengkulak ketika panennya banyak. Daripada selalu mengalami kerugian, memang sebaiknya didirikan ruko. Tidak hanya Pan Kades yang mengalami rasa terpukul, hampir setengah dari warga desa ikut merasa menyesal, sebab telanjur mendirikan ruko di tanah ladang yang berlokasi di pinggir jalan. Hitung-hitungan dalam hati memang sudah matang, saat ruko selesai, dikontrakkan, setelah itu tinggal menerima uang hasil kontrakan saja. Kontrakan per ruko 50 juta setahun, bila punya 5 ruko tentunya sudah memiliki 250 juta pertahun. Datangnya uang sungguh lebih baik dibandingkan dengan menyandang NIP. Apalagi bila dibandingkan dengan hasil ladang itu sendiri, aduh, sungguh jauh perbedaannya. Namun, hal baru hitungan di mimpi saja. Sekarang semua sudah buyar, niat mencari untung tapi modal justru hilang.t mencari untung tapi modal justru hilang.)
    • Adhy Ryadi  + (PADANG-PADANG BERKABUT ada pematang membePADANG-PADANG BERKABUT</br></br>ada pematang membentang, menjulang-julang</br>padang-padang mengabut, membalut jalan tapaku</br>bertaring-taring bebatuan di tebing</br> di kanan</br> di kiri</br></br>suara menghantam dari kejauhan, menghantam suara sukmaku</br>sukma kau menggelegar, menggelegak di rongga dadaku</br>terperah darahku sekuning nanah</br>aku kepalkan tangan, hancurkan belahan langit</br> kau menjerit, menjarit-jarit luka</br> sungguh bumimu kelu</br>telah kutarikan tarian gelombang hirup pahit laut</br>senja menggantung melarut, melarutkan cintaku cinta kau</br></br>ada angin persawahan menuju bebukitan</br>padi-padi tiada isi, air sepi</br>tak lagi para angsa mengepak-ngepakkan sayap</br>sementara gonggong anjing meriuh</br>aku tangkap getir rambutmu, kubelai kujadikan nyanyian</br></br> -asmaramu pesonamu merampas seluruh keluh kesahku</br> keluh kesahmu merampas seluruh hidupmu hidupku-</br></br>ada padang padang mengabut, menjulang-julang</br>kuhancurkan dinding kau, aku menghirup reruntuhan</br>karena tuhan cipta daku dalam persemaian, kusemai cinta</br>dalam keruntuhan</br></br>Oktober 1984semai cinta dalam keruntuhan Oktober 1984)
    • I Wayan Sadha  + (PERJALANANNYA KE ALAM NIRWANA (I Wayan SPERJALANANNYA KE ALAM NIRWANA</br> </br>(I Wayan Sadha)</br></br>Perjalanan roh tidak bisa dihentikan, karena sudah takdir akan kembali ke alam nirwana. Penyakit hanya menjadi alasan saja, supaya selamat perjalanannya meninggalkan badan kasar. Itu hanya rahasia kehidupan yang sangat rahasia diketahui Tuhan Yang Maha Kuasa. </br></br>Pada bulan keenam hujan sangat deras mengguyur seluruh Bali. Pepohonan yang besar maupun yang kecil, daunnya semua berwarna hijau kekuningan, karena terus diguyur hujan. Semua tumbuhan yang merambat, seperti kapasan, sembukan (daun kentut/Paederia foetida), daun dlungdung dan daun turi (Sesbania grandiflora) yang bisa dijadikan sayur, terlihat senang di pagar rumah menyambut udara sejuk. Hujan yang setiap hari mengguyur bumi, karena sebelumnya pada bulan keempat tanahnya rekah, pecah- pecah, belah-belah disebabkan karena imbas panas matahari terlalu terik. Begitu juga masyarakat yg memiliki kebun ataupun ladang, perasaannya sangat senang melihat tanamannya, seperti sayur kacang dan bengkuang, tumbuh daunnya yang segar berwarna hijau kekuningan. Saat itu tepat hari rabu kliwon pagerwesi yang merupakan hari suci yang dikenal sarat mistis, saat kajeng kliwon pada malam harinya merupakan waktunya para makhluk halus.</br></br>I Wayan Nyambu duduk termangu di lantai rumah sebelah selatan sambil memegang kepalanya. Anginnya berhembus semilir menghempas rasa galau, membuat pemuda itu menggilgil, bulu kuduknya berdiri menahan rasa takut. I Wayan Nyambu sedari kecil sudah mempelajari ilmu kerohanian, itu menyebabkan mata batinnya cepat terhubung ketika ada hembusan kekuatan negatif yang ingin mengganggu.I Wayan Nyambu baru kemarin datang dari bukit Pecatu. Pekerjaannya setiap hari menjadi tukang cat/membersihkan peralatan persembahyangan yang dipakai di pura, seperti keben, dulang, bokor, yang terbuat dari kayu. Banyak sekali orang di bukit mengeluarkan membersihkan keben, dulang dan juga bokor, agar serasi dibawa sembahyang ke pura ataupun ke sanggah. Kemarin teringat dengan adik-adiknya di rumah, karena ia sudah satu minggu tidak pernah pulang...a sudah satu minggu tidak pernah pulang...)
    • Wayan Windia  + (Pada dasarnya agrowisata adalah menempatkaPada dasarnya agrowisata adalah menempatkan sektor primer (sektor pertanian) di sektor tersier (sektor pariwisata) yang bertujuan untuk membantu meningkatkan pendapatan petani. Petani dan sektor pertanian akan mendapat keuntungan dari aktivitas agrowisata. Agrowisata juga mampu menjaga keberlajutan sektor pertanian dan menghindarkan sektor pertanian dari proses marginalisasi. Ada banyak alasan bagi wisatawan tertarik untuk melihat keindahan alam dan melakukan berbagai aktivitas di alam terbuka termasuk menikmati aktivitas agrowisata. Sejumlah kawasan di Bali kini sedang di kembangkan sebagai kawasan agrowisata, namun model pengelolaan agro wisata yang satu dengan yang lainnya sangat berbeda. </br>Keberagaman model pengelolaan agrowisata itu menjadi bahan kajian untuk menyusun model pengembangan agrowisata yang diberlakukan dalam kondisi yang berbeda di masing-masing obyek agrowisata tersebut. Artikel ini memaparkan secara gamblang bagaimana model pengembangan agrowisata di Bali dan diharapkan dapat digunakan untuk pengelolaan agrowisata di daerah lain seluruh Indonesia.rowisata di daerah lain seluruh Indonesia.)
    • Made Sarjana  + (Pada dasarnya agrowisata adalah menempatkaPada dasarnya agrowisata adalah menempatkan sektor primer (sektor pertanian) di sektor tersier (sektor pariwisata) yang bertujuan untuk membantu meningkatkan pendapatan petani. Petani dan sektor pertanian akan mendapat keuntungan dari aktivitas agrowisata. Agrowisata juga mampu menjaga keberlajutan sektor pertanian dan menghindarkan sektor pertanian dari proses marginalisasi. Ada banyak alasan bagi wisatawan tertarik untuk melihat keindahan alam dan melakukan berbagai aktivitas di alam terbuka termasuk menikmati aktivitas agrowisata. Sejumlah kawasan di Bali kini sedang di kembangkan sebagai kawasan agrowisata, namun model pengelolaan agro wisata yang satu dengan yang lainnya sangat berbeda. </br>Keberagaman model pengelolaan agrowisata itu menjadi bahan kajian untuk menyusun model pengembangan agrowisata yang diberlakukan dalam kondisi yang berbeda di masing-masing obyek agrowisata tersebut. Artikel ini memaparkan secara gamblang bagaimana model pengembangan agrowisata di Bali dan diharapkan dapat digunakan untuk pengelolaan agrowisata di daerah lain seluruh Indonesia.rowisata di daerah lain seluruh Indonesia.)
    • Gede Benny Setia Wirawan  + (Pandemi COVID-19 merupakan krisis kesehPandemi COVID-19 merupakan krisis kesehatan dan ekonomi masyarakat yang terjadi bersamaan. Keterkaitan antara dampak ekonomi dan kesehatan masyarakat akibat pandemi COVID-19 perlu dikaji untuk meningkatkan upaya mitigasi. Penelitian ini mengidentifikasi hubungan antara ketidakamanan ekonomi dan stres yang dirasakan dengan kepatuhan terhadap rekomendasi perilaku pencegahan.Metode:Penelitian analitik potong lintang ini dilakukan pada orang dewasa di wilayah pelayanan Puskesmas I Denpasar Timur. Sampel direkrut dengan consecutive sampling dan data dikumpulkan dengan kuesioner yang diisi sendiri. Variabel yang diteliti meliputi demografi, indikator kerentanan ekonomi, persepsi stres, kepatuhan mencuci tangan, pemakaian masker, jarak fisik, dan pembatasan aktivitas sosial. Analisa korelasi, regresi linier, dan analisis jalur dilakukan dengan menggunakan IBM SPSS 23.0. Sebanyak 161 responden yang terdiri atas 34,2% laki-laki memiliki usia rata-rata 36,31 (± 7,16) tahun. Jenis kelamin perempuan, kerentanan pekerjaan, kerentanan pendapatan, dan stres yang dirasakan ditemukan sebagai determinan independen. Jenis kelamin perempuan dan kerentanan pekerjaan yang lebih tinggi ditemukan berhubungan dengan perilaku pencegahan yang lebih baik dengan nilai adjusted β masing-masing 0,276 dan 0,306. Sementara itu, terdapat hubungan yang yang berlawanan antara kerentanan pendapatan dan persepsi stres dengan nilai β masing-masing -0,247 dan -0,224. Terdapat hubungan antara ketidakamanan ekonomi dan praktik perilaku preventif selama pandemic COVID-19. Penelitian ini menyarankan agar kebijakan kesehatan masyarakat terhadap COVID-19 membahas tentang langkah-langkah dalam jaring pengaman ekonomi untuk meningkatkan kepatuhan.aman ekonomi untuk meningkatkan kepatuhan.)
    • I G W Murjana Yasa  + (Pandemi COVID - 19 telah berdampak luas tePandemi COVID - 19 telah berdampak luas terhadap kehidupan masyarakat </br>Bali. Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan langkah dan framework yang tepat </br>yang memungkinkan persebaran dan fatalitas dari kasus persebaran COVID - 19 dapat </br>ditekan secepat dan seminimal mungkin, sehingga dampak lanjutan terhadap ekonomi </br>sosial dapat ditekan. Penelitian didasarkan pada data sekunder terpublis yang</br>dikumpulkan dari hasil observasi yang diolah secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari struktur kependudukan dan</br>ketenagakerjaan Bali memiliki potensi tinggi untuk persebaran pandemi COVID-19</br>disebabkan karena tingkat mobilitas penduduk yang tinggi, baik antar wilayah di dalam</br>negeri, maupun antar negara, kedua struktur penduduk Bali yang sudah tergolong tua</br>sangat potensial mempercepat potensi tingginya case fatality rate dari pandemi. Berdasarkan hasil studi tersebut direkomendasikan untuk memperketat</br>kemungkinan penyebaran melalui rapid test pertama dan kedua menyangkut</br>sebanyak-banyaknya penduduk yang berpotensi sebagai carrier penyebaran COVID19, baik melalui transmisi lokal maupun imported case.alui transmisi lokal maupun imported case.)
    • I Made Sujaya  + (Pantai Goa Lawah udara mana memain-mainkPantai Goa Lawah </br></br>udara mana memain-mainkan </br>kala tarikan nafas kita menyatu </br>di pangkuan lembut pasir </br>ombak luruh memburu </br></br>laut meliuk-liuk </br>menggurat-gurat garis </br>lukisan kemenangan </br>di perapian bumi </br>yang baru kita rebut </br></br>tetembang kanak-kanak pesisi </br>menjaga </br>dan mengajari </br>tentang kesetiaan </br>pada nafas </br></br>coba tembang gending ini </br>tasbihkan di atas pasir </br>jaga-jagalah</br>seperti kesetiaan kura-kura </br></br>2001jagalah seperti kesetiaan kura-kura 2001)
    • A.A. Ngurah Anom Kumbara  + (Paper ini bertujuan untuk menganalisa secaPaper ini bertujuan untuk menganalisa secara kritis program perencaan keluarga di Bali yang diluncurkan oleh Gubernur Bali pada Juni 2019, yang memunculkan sejumlah pro dan kontra di masyarakat. Hegemoni sistem Keluarga Berencana (KB) nasional yang menekankan pada “Dua Anak Cukup” dipandang telah melemahkan posisi demografis etnis Bali di satu sisi, dan menguatkan posisi demografis pendatang di sisi lain. Tujuan dari studi ini adalah untuk menjelaskan bagaimana motif ideologis, motif politik identitas, serta romantisme budaya bekerja dan dibahas di dalam diskusi tentang perencanaan keluarga di Bali. Menggunakan critical discourse analysis (analisa diskusi kritis), studi ini menemukan bahwa diskusi tentang perencanaan keluarga di Bali melibatkan perdebatan ideologi lokal, nasional, dan global. Kesimpulannya adalah bahwa dalam perdebatan dimaksud, praktek politik identitas dan romantisme budaya yang termanipulasi oleh subyek dan pelaku terjadi di dalam kompetisi dialektika dan menempatkannya diantara populasi orang Bali dan migran.a diantara populasi orang Bali dan migran.)
    • Putu Desy Apriliani  + (Pemberdayaan Perempuan dan Dilema Keuangan Mikro di Bali: Apa yang terkandung di dalam makna kontrol terhadap penggunaan kredit?)
    • Hanifah P. Utami  + (Penelitian ini berangkat dari minimnya penPenelitian ini berangkat dari minimnya penggambaran karakter beridentitas Indonesia dan maraknya marjinalisasi karakter perempuan dalam komik superhero. Salah satu komik yang mewujudkan tradisi budaya dan kearifan lokal Indonesia adalah Luh Ayu Manik Mas, yang menampilkan kebudayaan Bali. Tulisan ini membahas bagaimana Luh Ayu Manik Mas merepresentasikan perempuan Bali yang terwujud dalam karakternya sebagai superhero. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode analisis isi terhadap empat edisi komik Luh Ayu Manik Mas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Luh Ayu Manik Mas ditampilkan memanifestasi identitas lokal melalui sumber kekuatan, yang dinamakan dengan gelang Tri Datu, dan kepercayaannya pada Tri Hita Karana. Tri Datu diyakini sebagai sumber kekuatan hidup, sedangkan Tri Hita Karana diyakini sebagai prinsip hidup yang menjamin keharmonisan dalam setiap aspek kehidupan. Agama dan Budaya merupakan hal yang berbeda. Luh Ayu Manik Mas merepresentasikan superhero perempuan Bali yang dimuliakan oleh ajaran agama Hindu (sebagai agama dominan di Bali), ketika budaya Bali masih tunduk pada sistem patriarki.a Bali masih tunduk pada sistem patriarki.)
    • Ni Wayan Swarniti  + (Penelitian ini berfokus pada analisa leksiPenelitian ini berfokus pada analisa leksikon dari kata kerja ‘destroy’ pada Bahasa Bali. Data penelitian ini diambil dari sejumlah kata dalam Bahasa Bali yang memiliki kesamaan lingkup makna dengan kata ‘destroy.’ Setelah terkumpul, data kemudian dianalisa berdasarkan entitas, kelengkapan, prilaku yang berkaitan dengan leksikon dari sebuah kata kerja ‘destroy.’ Kemudian, temuan penelitian ini dipaparkan secara deskriptif. Berdasarkan hasil analisa, keragaman kata dalam bahasa Bali yang memiliki makna serupa dengan kata kerja ‘destroy’ adalah Ngencakin, Ngremukin, Nguwugang, Menyahin, Nglidekin, Ngededekang, Ngeregreg, Nyakcakin, Nyetset, Mesbes, Ngincuk, dan Ngenyagin. Seluruh kata dimaksud memiliki ranah arti yang sama namun dapat berbeda maknanya tergantung pada konteks penggunaannya.nya tergantung pada konteks penggunaannya.)
    • I Made Pageh  + (Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan sPenelitian ini bertujuan mendeskripsikan sejarah Kampung Islam Kepaon Bali, struktur kearifan lokal kehidupan bertoleransi di Kampung Islam Keapon Bali, kearifan lokal kehidupan bertoleransi antar umat beragama di Kepaon Bali dalam perspektif Trihita Karana, dan nilai-nilai kearifan lokal kehidupan bertoleransi di Kampung Islam Kepaon Bali bisa digunakan sebagai Sumber Belajar IPS. Penelitian ini merupakan metode penelitian kualitatif. Data yang dikumpulkan dengan metode pendekatan dan metode penelitian, serta teknik pengumpulan data, seperti observasi, wawancara, studi dokumen, dan studi literatur, selanjutnya subjek dan lokasi penelitian terdiri dari lokasi penelitian, tahap-tahap penelitian, dan terakhir teknis analisis data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kampung Islam Kepaon merupakan pemukiman muslim yang beretnis Bugis dan keberadaanya di pusat Kota Denpasar, umat muslim bugis Kampung Islam Kepaon memiliki hubungan historis yang sanga erat dengan kerajaan Badung. Kehidupan bertoleransi di Kampung Islam Kepaon dalam perspektif keajegan Trihita Karana terbagi menjadi tiga bagian yaitu tradisi Ngejot, tradisi Magibung, dan tradisi tari Rodat. Hasil penelitian ini dapat sebagai sumber belajar IPS di SMP/MTs karena memiliki nilai-nilai karakter seperti nilai religius, nilai toleransi, nilai kesatuan, nilai solidaritas, nilai patriotism, nilai sialturahmi dan persaudaraan, serta nilai peduli. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan berguna bagi sumber belajar IPS di SMP/MTs.erguna bagi sumber belajar IPS di SMP/MTs.)
    • I Made Mahadi Sanatana  + (Penelitian ini bertujuan menganalisis urgePenelitian ini bertujuan menganalisis urgensi pelaksanaan penyederhanaan birokrasi melalui transformasi jabatan terhadap efektifitas penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia, khususnya di Pemerintah Provinsi Bali. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk memperoleh diskripsi atas suatu fenomena, sehingga mendorong pemahaman mendalam atas substansi dari fenomena tersebut. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan studi pustaka terhadap kebijakan penyederhanaan birokrasi. Penyederhanaan birokrasi melalui transformasi jabatan merupakan salah satu upaya yang positif pada era disrupsi ini dalam memperbaiki kinerja birokrasi di Indonesia, namun harus direncanakan serta disusun secara matang dan tidak dilakukan terburu-buru tanpa konsep yang jelas. Dalam pembentukan budaya yang agile, diperlukan pemimpin yang berorientasi pada kreativitas dan inovasi menekankan pentingnya performa yang adaptif dan responsif, serta fokus pada kolaborasi tim dan pendelegasian otonomi. kolaborasi tim dan pendelegasian otonomi.)
    • I Gusti Agung Mas Rwa Jayantiari  + (Penelitian ini bertujuan untuk menggali daPenelitian ini bertujuan untuk menggali dan menganlisis tentang kedudukan ahli waris yang beralih agama dalam hal hak dan ke wajibannya baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat adat serta akibat hukum yang timbul terkait ahli waris yang beralih agama tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris, dengan pendekatan non doktrinal (socio legal reseach). Data digali dengan metode wawancara, selanjutnya dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa ahli waris yang beralih agama tidak lagi berkedudukan ahli waris. Akibatnya ahli waris yang bersangkutan gugur hak warisnya dari orang tuanya. Gugurnya hak mewaris berakibat tidak ada kewajiban -ke wajiban yang harus dipikulnya baik kewajiban terhadap keluarga maupun terhadap masyarak at adat. Ahli waris yang beralih agama dikaji dari teorinya Lawrence M. Friedman tentang sistem hukum terdiri dari tiga unsur yaitu struktur hukum, substansi hukum dan budaya hukum, dimana dari ketiga unsur itu tidak mengalami perkembangan. Dengan demikian hukum adat waris Bali masih dipertahankan secara utuh.aris Bali masih dipertahankan secara utuh.)
    • I Wayan Kiki Sanjaya  + (Penelitian ini bertujuan untuk menganalisiPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis aktivitas pembelajaran bahasa Inggris daring di pedesaan Bali melalui studi kasus Desa Timpag, Kabupaten Tabanan, Bali. Analisis SWOT dilakukan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang mempengaruhi penurunan antusiasme siswa terkait pembelajaran daring. : Hasil yang diperoleh adalah adanya kecenderungan menurunnya kegiatan belajar mengajar di Desa Timpag dikarenakan materi pembelajaran yang kurang interaktif dan kurangnya interaksi antara orang tua dan guru dalam memantau kegiatan belajar siswa di rumah. Solusi yang diberikan adalah meningkatkan koordinasi antara orang tua dan guru serta meningkatkan kualitas materi yang akan diberikan.atkan kualitas materi yang akan diberikan.)
    • Fitri Amalia Rhamadani  + (Penyimpangan perilaku wisatawan mancanegarPenyimpangan perilaku wisatawan mancanegara kerap terjadi di Kabupaten Badung, bentuk penyimpangan perilaku tersebut meliputi perilaku agresif, perilaku menentang otoritas, perilaku tidak sopan dan perilaku bodoh. Diperlukannya suatu upaya pengendalian sosial preventif dalam mengantisipasi terjadinya penyimpangan perilaku wisatawan mancanegara di masa mendatang. Penentuan informan menggunakan purposive sampling dan snowball sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif dengan uji kreditabilitas dan uji depentabilitas. Pembahasan menghasilkan satu model kerangka display konstruksi dari pengendalian sosial preventif di Kabupaten Badung dibentuk berdasarkan fakta ataupun fenomena penyimpangan perilaku yang kerap terjadi. Dalam pengenalan bentuk-bentuk penyimpangan perilaku wisatawan mancanegara terdapat 4 bentuk dan memiliki total 17 perilaku dan total bentuk penyimpangan tersebut memerlukan pengendalian sosial dengan pendekatan preventif. Dalam pendekatan preventif terdapat 10 cara yang bisa mengendalikan wisatawan mancanegara melakukan penyimpangan. Untuk dibutuhkan peran stakeholder pariwisata (masyarakat lokal, pemerintah dan pengusaha pariwisata) menyebarkan brosur Do’s and Dont’s in Bali. Brosur nantinya akan berisi gambar atau ilustrasi pendukung untuk menarik minat pembaca, memahami maksud dalam setiap kalimat. Materi pengendalian sosial preventif dengan membagi 3 materi disajikan, yaitu: Do’s in Bali, Dont’s in Bali, dan Why in Bali. Setelah mekanisme penyebaran brosur dilaksanakan oleh stakeholder dan masih terjadi penyimpangan perilaku wisatawan, tahapan selanjutnya para pelanggar akan dikenakan sanksi.tnya para pelanggar akan dikenakan sanksi.)
    • Putu Dyatmikawati  + (Perkawinan bagi orang Bali-Hindu yang hiduPerkawinan bagi orang Bali-Hindu yang hidup dalam masyarakat hukum adat di Bali (dikenal dengan desa adat atau desa pekraman) relatif berbeda dengan perkawinan bagi masyarakat yang lainnya. Perbedaan ini terjadi sebagai konsekuensi sistem kekerabatan patrilenial atau purusadan kapurusa yang dianut. Sistem ini membawa konsekuensi adanya dua bentuk perkawinan, yaitu: (1) Perkawinan biasa (pihak wanita meninggalkan keluarganya dan masuk menjadi anggota keluarga suaminya); (2) Perkawinan nyentana atau nyeburin (pihak laki-laki yang meninggalkan keluarganya dan masuk menjadi anggota keluarga istrinya). Apabila calon pengantin tidak mungkin memilih bentuk perkawinan biasa dan bentuk perkawinan nyentana, maka akan dipilih bentuk perkawinan pada gelahang. Bentuk perkawinan ini masih menjadi pro dan kontra dalam masyarakat adat di Bali. Oleh karena itu perlu dilakukan kalian pada perkawinan Gelahang Masyarakat Hukum Adat di Provinsi Bali, Ditinjau dari Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.ang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.)
    • Putu Dyatmikawati  + (Perkawinan pada gelahang merupakan bentuk Perkawinan pada gelahang merupakan bentuk perkawinan yang relatif baru dalam masyarakat adat di Bali (desa pakraman). Bentuk perkawinan yang umum dikenal adalah perkawinan biasa (istri meninggalkan rumah dan masuk dalam keluarga suami) dan perkawinan nyentana (suami meninggalkan rumah dan masuk dalam keluarga istri). Hal ini sebagai konsekwensi sistem kekerabatan kapurusa (patrilenial) dalam masyarakat adat di Bali. Bentuk perkawinan pada gelahang dipilih bagi yang tidak mungkin melangsungkan perkawinan biasa dan perkawinan nyen tana, karena masing-masing calon pengantin terlahir sebagai anak tunggal dalam keluarganya. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa jumlah pasangan suami istri yang melangsungkan perkawinan pada gelahang mengalami peninggakatan dari tahun ke tahun. Menurut hukum adat Bali, pasangan suami istri pada perkawinan pada gelahang melaksanakan kewajiban di dua tempat (ganda), yakni kewajiban pada keluarga dan desa pakraman suami serta kewajiban pada keluarga dan desa pakraman istri.ban pada keluarga dan desa pakraman istri.)
    • Putu Sudjana  + (Puisi Tanah Bali (1) kita bangun mimpi dPuisi Tanah Bali</br></br></br>(1)</br>kita bangun mimpi</br>dari khayal anak anak lahir</br>di pantai meski kelam terasa</br>buih ombak teresap ke balik pasir</br></br>roda kereta kala terus bergerak</br>memanjat langit, menyusur lembah</br>batang batang pohon tua</br>kulit berselimut lumut</br>cuaca basah</br>aku mencatat</br>perjalanan panjang</br>memilah kesiasiaan</br></br>mengapa setiap membangun</br>cinta mesti memperoleh kenikmatan</br>padahal kerinduan karena kelahiran</br>yang mempesona</br></br>di tubuh januari tahun anjing</br>masih terdengar gemuruh hujan desember</br>angin dingin membeku nanah luka</br>ah, senyum seorang ibu</br>dan lambaian tangan kanakkanak</br>adalah pengantar petualangan</br>tapi penyair akan pulang pada kata kata</br>entah di awal gerimis</br>pada ruang yang terus menyempit</br>bersama para petani menyiangi tanaman</br>pijakan kaki di lumpur tanah garapan</br>melengkingkan kebisuan</br>lebih gemuruh dari risau sebuah pabrik</br>menggema sampai istana para raja</br>masa silam</br>entah di awal kemarau</br>bersama anak anak ayam</br>mengorek sisa sia sia</br></br>(2)</br>dari berjuta pagi kutemukan satu</br>yang telah silam</br>satu lagi silau</br>di mata</br>dan kita merasa bangga sebagai manusia</br>tiap malam menyimpan kenangan dalam almari</br>kadang mengadu pada cermin</br>menata wajah sebab khawatir</br>menjadi tua</br></br>ini abad kembang kertas</br>membangun mimpi</br>dari khayal orang orang hutan</br>menuju rumah matahari</br>bagi sebuah pesta</br>pesta</br>pesta</br>pesta</br>sorak sorai slogan duniawi</br></br>keindahan sunyi sudah lama terkubur</br>ibarat laut kering dan seekor anjing</br>melongok neteskan liur</br>ikan ikan tinggal kerangka</br>sedang seseorang sangat asing</br>tersenyum bangga</br>bagi lukisan abstrak paling istimewa</br></br>(3)</br>ketika layar sandyakala terbentang</br>seorang lelaki berdiri sendiri</br>di sudut bale banjar</br>nampak ragu memukul kentongan kematian</br>karena matahari biasa pulang di kaki langit</br>ufuk barat tiada nampak awan hitam</br>pekat</br>apa bukan karena gerhana?</br>mencoba genggam hati nurani</br>sebab esok masih ada upacara kelahiran</br></br>di halaman pemerajan</br>seorang kakek membimbing cucu cucunya</br>sujud menghadap matahari pagi</br>menabur bunga putih kuning</br>harum asap dupa dan bau kemenyam dibakar</br>menembus hari depan</br>keris pusaka</br>ditancapkan di tanah leluhur</br>tanah leluhur</br>adalah sebuah keyakinan tak boleh dinistakan</br>sebab para peladang masih mencintai desanya</br>meski gerimis hari ini menjadi kemarau</br>kemudian</br></br>ketika membangun mimpi</br>dari khayal bidadari tersenyum ramah</br>di kanvas seorang pelukis</br>mengapa dibiarkan tertutup jamur?</br></br></br>Denpasar, 1993-1994rkan tertutup jamur? Denpasar, 1993-1994)
    • Bart Verheijen  + (Pulau Bali telah sangat menyatu dengan dunPulau Bali telah sangat menyatu dengan dunia pariwisata. Artikel ini meneliti identitas kebudayaan Bali yang dinamis dan hubungannya yang selalu berevolusi dengan dunia pariwisata di tengah globalisme dengan menggunakan studi kasus, pembangunan Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (antara tahun 1993 – 2018), yang berbentuk patung Hindu Dewa Wisnu berdiri di atas burung garuda yang agung. Taman dan patung tersebut dipandang sebagai pertanda budaya baru untuk Bangsa Indonesia dan untuk industri pariwisata Bali. Namun demikian, studi kasus terhadap eksistensi taman ini juga menunjukkan bahwa Bali telah mengubah perannya di dalam konteks kepulauan Indonesia semenjak jatuhnya rezim Suharto pada tahun 1998 sembari berhadapan dengan tantangan baru globalisme pariwisata. Keterwakilan identitas budaya Bali berevolusi dari konstruksi turisme budaya terpusat, dari atas ke bawah, menjadi destinasi wisata global dengan menjadi tuan rumah bagi banyak kegiatan berskala internasional di taman tersebut. berskala internasional di taman tersebut.)
    • I Nyoman Darma Putra  + (Pulau Bali telah sangat menyatu dengan dunPulau Bali telah sangat menyatu dengan dunia pariwisata. Artikel ini meneliti identitas kebudayaan Bali yang dinamis dan hubungannya yang selalu berevolusi dengan dunia pariwisata di tengah globalisme dengan menggunakan studi kasus, pembangunan Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (antara tahun 1993 – 2018), yang berbentuk patung Hindu Dewa Wisnu berdiri di atas burung garuda yang agung. Taman dan patung tersebut dipandang sebagai pertanda budaya baru untuk Bangsa Indonesia dan untuk industri pariwisata Bali. Namun demikian, studi kasus terhadap eksistensi taman ini juga menunjukkan bahwa Bali telah mengubah perannya di dalam konteks kepulauan Indonesia semenjak jatuhnya rezim Suharto pada tahun 1998 sembari berhadapan dengan tantangan baru globalisme pariwisata. Keterwakilan identitas budaya Bali berevolusi dari konstruksi turisme budaya terpusat, dari atas ke bawah, menjadi destinasi wisata global dengan menjadi tuan rumah bagi banyak kegiatan berskala internasional di taman tersebut. berskala internasional di taman tersebut.)
    • Putu Vivi Lestari  + (SENJA MENGGANTUNG DI LANGIT seorang ibuSENJA MENGGANTUNG DI LANGIT</br></br> seorang ibu meminjam tangis gerimis</br> ( senja masih menggantung )</br></br>Seandainya aku korban terakhir,</br>mestikah kuingat sebait sajak</br>yang belum selesai kutulis</br>sementara tanganku gemetar</br> membagi doa</br>untuk ayahku, ibuku, saudaraku</br>dan mereka yang datang dengan takdir.</br></br>Erang sakit putus-putus memanggil</br>detak jantung dan nafasku </br> sendiri</br> aku menunggu</br>di detik mana peluru menyamar ratu adil</br>mengetuk dadaku</br> aku tak peduli</br> : hidup adalah anugrah</br>sebab Tuhan tak lagi punya Rama atau Krishna</br>aku tak lagi punya doa</br></br>Di atas langit kemerahan senja bergelayut riang</br>anyir udara mengepung inderaku</br>Tuhan, Tuhan</br>mengapa masih kuingat namaMu</br></br>Tarian takdir atau karma mesti kulakonkan</br></br> seorang ibu meminjam tangis gerimis</br> senja tetap saja menggantung</br> mungkin matahari lupa jalan kembalintung mungkin matahari lupa jalan kembali)
    • I Gde Agus Darma Putra  + (SENJA DI BULAN MEI kita sedang bercakap SENJA DI BULAN MEI</br></br></br>kita sedang bercakap dengan masa depan</br></br>saling menerka mata dan senyum malu malu</br></br>sambil menepi pada sebaris puisi</br></br>yang belum selesai</br></br></br>senja membuat kita tidak mengenali satu sama lain</br></br>tidak juga paham makna sajak yang ditulis angin</br></br>pada ranting, daun-daun, sekar kelabu</br></br>dan masa lalu</br></br></br>hadiah senja di bulan Mei</br></br>usia dan gang sempit yang sesat</br></br>menerima sebagaimana adanya</br></br></br>[Jyesta, 1941]nerima sebagaimana adanya [Jyesta, 1941])
    • Adhy Ryadi  + (SEPI TERASING bercakap kami berdua, bisu SEPI TERASING</br></br>bercakap kami berdua, bisu</br> angin dan tebing-tebing</br>sungai kering, ikan-ikan menghilang</br> "Hilang ke mana padang-padang?"</br> di atas batu kamu memandang</br></br>kanak-kanak bermain bola</br>para bunda menggulir onak</br>kami berdua</br>dalam langit legit hitam</br></br>kami percakapkan waktu</br> yang menghukum kami</br> hingga berlabuh dalam sepi</br>"Pergi ke mana para Dewa?"</br>kamu bangun dan duduk</br></br>hutan baja, hitam bendera</br>terbungkah tetanahan</br>mengubur percakapan kami</br></br>Denpasar 1984an mengubur percakapan kami Denpasar 1984)
    • Arik Agustina  + (Sampah plastic telah menjadi masalah bagi Sampah plastic telah menjadi masalah bagi pariwisata berkesinambungan, terutama di Bali. Berbagai upaya untuk menguranginya telah ditempuh oleh pemerintah, seperti dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Kota Denpasar No. 36 tahun 2018. Artikel ini bertujuan untuk memahami pendapat dan perubahan pola prilaku warga Bali, terutama di Kota Denpasar setelah diterapkannya peraturan Walikota Denpasar dan Gubernur Bali terkait sampah plastik. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang disebarkan kepada wisatawan, mahasiswa (Departmen Pariwisata), pedagang, masyarakat umum, dan dosen. Hasilnya adalah semua orang mengetahui peraturan pemerintah tentang pembatasan kantong plastik sekali pakai, namun hanya sebagian warga hanya mengetahui jika peraturan tersebut ada tanpa memahami siapa yang mengeluarkan. Sebagian besar masyarakat setuju dengan kebijakan tersebut, namun ada juga yang tidak setuju karena penggunaan kantong plastik lebih hemat. Kebijakan ini telah mendorong masyarakat untuk mulai menggunakan kantong belanja sendiri.mulai menggunakan kantong belanja sendiri.)
    • Brett Hough  + (Sejarah Bali terbentuk dari banyak kontradSejarah Bali terbentuk dari banyak kontradiksi. Beberapa diantaranya bersifat intrinsik di dalam budaya dan masyarakat Bali, lainnya karena pengalaman penjajahan Belanda dan hasil penggabungannya ke dalam negara-bangsa Indonesia. Lainnya juga berasal dari kekuatan modernisasi, globalisasi, pariwisata dan konsumerisme. Para penulis Bali's Silent Crisis: Desire, Tragedy and Transition menyoroti kontradiksi ini untuk mengungkap masalah mendasar yang terus membentuk, mempengaruhi dan dengan cara tertentu, menghantui kehidupan sehari-hari di Bali. Kedua penulis berpendapat bahwa kekuatan-kekuatan ini serta perubahan-perubahan terkait memberikan trauma psikologis dan budaya yang mendalam yang sebagian besar tetap tidak diakui – karenanya merupakan 'krisis diam' – dan bertentangan dengan wacana Bali sebagai surga.</br>Para penulis telah tinggal dan bekerja di Indonesia selama bertahun-tahun, dengan sebagian besar waktunya di Bali. Dengan latar belakang akademis dalam studi budaya dan promosi kesehatan, mereka membawa perspektif yang menarik untuk subjek mereka dan menunjukkan kepedulian yang jelas terhadap kesehatan psikologis jangka panjang orang Bali yang terperangkap dalam proses perubahan, kekerasan, dan keinginan mendalam yang dikemas dalam subjudul dari buku-buku mereka. Sejak awal kami merasakan motivasi mereka yang sangat kuat dalam meneliti dan menulis buku dan komitmen mereka terhadap teman dan kolega Bali. Tampak jelas bahwa mereka memiliki kasih sayang yang besar untuk subjek mereka dan sampai pada kesimpulan mereka yang mendasarkan pada keterlibatan jangka panjang dengan Bali.</br>Ulasan utuh dari buku ini bisa dilihat pada laman: https://www.insideindonesia.org/review-bali-s-silent-crisis?highlight=WyJiYWxpIiwiYmFsaSdzIiwiJ2JhbGkiLCJiYWxpJyIsImJhbGknLiIsIidiYWxpJ3MiLCJiYWxpJywiLCJiYWxpcycuIl0%3DIidiYWxpJ3MiLCJiYWxpJywiLCJiYWxpcycuIl0%3D)
    • Made Mantle Hood  + (Sejumlah komoditas di wilayah pegunungan BSejumlah komoditas di wilayah pegunungan Bali di Indonesia masih memelihara perangkat orkestra kuno berupa gong dan metalofon berbahan perunggu yang disebut gamelan gong gede. Perangkat gamelan dimaksud telah dipelihara sebagai instrumen penting dari perkumpulan musik ritual lokal yang melindungi mereka dari arus perubahan lintas generasi. Sebaliknya, wilayah lainnya di Bali telah meninggalkan gong gede di awal abad ke-20 dan memilih gamelan moderen. Terpisah dari konteks ritual dataran tinggi, gong gede bertahan di wilayah pedalaman pegunungan Bali karena mereka tidak terpisahkan dari konteks ritual itu sendiri, yang menghasilkan keragaman musikal di ekosistem musik Bali secara lebih luas. Keberagaman ini juga sekaligus meminggirkan komunitas dari arus utama inovasi musik. Namun demikian, hal ini juga memberdayakan perkumpulan musik ritual dalam cakupan berbagai jejaring sosial yang lebih kompleks yang berperan penting dalam pelestarian orkestra antik dimaksud. Menggunakan ‘keragaman dalam struktur musikal’ sebagai sebuah kerangka analisis untuk membahas keberagaman musikal, artikel ini membahas bagaimana komunitas di dataran tinggi melindungi dna menjaga gong gede sebagai sebuah ‘tradisi hidup’ dengan menganalisa sejarahnya, konteks sosial, dan gaya bermusiknya untuk memahami hal apa yang menjaga tradisi lokal untuk larut dalam arus utama tren bermusik.ntuk larut dalam arus utama tren bermusik.)
    • NDM Santi Diwyarthi  + (Seni pertunjukan pariwisata Bali merupakanSeni pertunjukan pariwisata Bali merupakan suatu bentuk seni yang sengaja diolah untuk disajikan kepada wisatawan. Seni ini memiliki karakteristik teatrikal dan spektakuler yang lebih menonjolkan daya tarik visual daripada nilai ketakutan, magis, dan simbolis. Beberapa jenis kesenian seperti Tari Legong, Sendratari Ramayana, Tari Barong dan Keris, Tari Kera, Tari Topeng Wajah, dan Tari Wayang Kulit telah menjadi menu utama tontonan seni di Bali. Seni pertunjukan pariwisata Bali muncul dalam kemasan baru sejak tahun 1980. Konsep ini dominan dipengaruhi oleh ciri-ciri estetika pos-modern seperti: Pastiche, Parodi, Kitsch, Camp, dan Skizofrenia. Tujuannya agar seni pertunjukan menjadi lebih eksotik yang berkaitan dengan kepentingan ekonomi. Oleh karena itu, banyak aktivitas seni budaya Bali termasuk nilai sakralnya yang tergerus oleh proses sekularisasi yang cepat dan fantastis baik secara kualitas maupun kuantitas.tis baik secara kualitas maupun kuantitas.)
    • Anak Agung Gde Putera Semadi  + (Seni pertunjukan pariwisata Bali merupakanSeni pertunjukan pariwisata Bali merupakan suatu bentuk seni yang sengaja diolah untuk disajikan kepada wisatawan. Seni ini memiliki karakteristik teatrikal dan spektakuler yang lebih menonjolkan daya tarik visual daripada nilai ketakutan, magis, dan simbolis. Beberapa jenis kesenian seperti Tari Legong, Sendratari Ramayana, Tari Barong dan Keris, Tari Kera, Tari Topeng Wajah, dan Tari Wayang Kulit telah menjadi menu utama tontonan seni di Bali. Seni pertunjukan pariwisata Bali muncul dalam kemasan baru sejak tahun 1980. Konsep ini dominan dipengaruhi oleh ciri-ciri estetika pos-modern seperti: Pastiche, Parodi, Kitsch, Camp, dan Skizofrenia. Tujuannya agar seni pertunjukan menjadi lebih eksotik yang berkaitan dengan kepentingan ekonomi. Oleh karena itu, banyak aktivitas seni budaya Bali termasuk nilai sakralnya yang tergerus oleh proses sekularisasi yang cepat dan fantastis baik secara kualitas maupun kuantitas.tis baik secara kualitas maupun kuantitas.)
    • Made Taro  + (Sepasang Sepatu dan Sebiji Mangga Cerita PSepasang Sepatu dan Sebiji Mangga</br>Cerita Pilihan Tri Hita Karana</br></br>Konsep dan nilai Tri Hita Karana tidak saja menjadi sikap hidup orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Konsep dan nilai itu diwariskan melalui cerita rakyat yang tersebar di seluruh dunia. Hubungan seimbang dan harmonis manusia dengan Tuhannya dapat dipetik dari cerita Datanglah Kepada Seorang Petani (India) dan Asal Mula Padi (Jawa): Hubungan manusia dengan alam lingkungannya dapat disimak melalui cerita Ular di Tengah-tengah Bukit (Bali) dan Nyanyian Mohon Hujan (Indian Amerika): Hubungan sesama manusia tertuang dalam cerita Menjual Bayang-bayang (Cina) dan Satu Gentong Kebijaksanaan (Afrika).</br>Buku ini terdiri dari 30 cerita yang dibagi menjadi tiga bagian, hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan alam dan hubungan manusia dengan manusia. alam dan hubungan manusia dengan manusia.)
    • NDM Santi Diwyarthi  + (Situasi pandemi dan ketatnya protokol keseSituasi pandemi dan ketatnya protokol kesehatan yang diterapkan telah mengakibatkan penurunan kunjungan wisatawan dan penurunan tingkat hunian hotel. Pemerintah dan manajemen hotel melakukan berbagai bisnis potensial untuk bisnis layanan akomodasi. Salah satu hal yang menjadi tren bagi wisatawan adalah memilih akomodasi yang menarik, aman dan nyaman, kembali ke alam, dan menghindari keramaian yang besar selama pandemi Covid-19. Alternatif yang dihadirkan oleh pengusaha jasa akomodasi adalah glamping. Metodepenerapan kualitas layanan dalam manajemen glamping adalah dengan menyediakan CHSE (cleanliness, health and safety, dan sustainability environment), di setiap departemen manajemen glamping, seperti front office department, housekeeping department, food and beverages department. Peserta dalam kegiatan ini adalah seluruh karyawan glamping management di Desa Wisata Kembang Merta. Desa Wisata Kembang Merta telah berhasil menunjukkan kesiapan pengelolaan glamping dalam menerima wisatawan dengan prosedur CHSE.m menerima wisatawan dengan prosedur CHSE.)
    • I Gusti Bagus Rai Utama  + (Studi ini bertujuan untuk menganalisa sebeStudi ini bertujuan untuk menganalisa seberapa efektif dampak dari implementasi kebijakan pemerintah berupa menjaga jarak aman sebagai perilaku sosial – etikal masyarakat Bali dalam menanggapi kebijakan dimaksud. Survei dilakuan dengan menggunakan kuesioner daring oleh 109 responden dari berbagai latar belakang dan usia. Simpulan dari studi ini adalah kebijakan menjaga jarak aman tidak berpengaruh secara signifikan terhadap sejumlah aktivitas yang diprediksi akan meningkatkan angka transmisi Covid-19 di Bali. </br></br>Sejumlah responden juga menyatakan bahwa Covid-19 mengancam mata pencaharian mereka terutama karena Bali sangat bergantung kepada sektor pariwisata. Terdapat dua hal yang berkontradiksi yaitu antara anjuran menjaga jarak aman yang dianggap mengganggu jalannya aktivitas kerja responden dengan kondisi penyebaran yang semakin tinggi jika anjuran dimaksud tidak dilaksanakan. </br></br>Studi ini merekomendasikan upaya untuk mengurangi penyebaran sebagai berikut: pemerintah dapat menutup sebuah wilayah atau mungkin pada tingkat nasional dengan penuh pertimbangan dan memperhatikan kecukupan pangan masyarakat, jaringan komunikasi, listrik, dan air sehingga masyarakat tidak keluar rumah untuk bekerja.syarakat tidak keluar rumah untuk bekerja.)
    • Rosvita Flaviana Osin  + (Studi ini bertujuan untuk mengkaji keberadStudi ini bertujuan untuk mengkaji keberadaan pekerja wanita di sektor industri spa di wilayah Kabupaten Badung dan untuk mengetahui peran serta implikasi ekonomi, sosial, dan kultural dari mereka yang bekerja di sektor ini. Studi ini menggunakan data kuantitatif maupun kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan informan, observasi, dan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan dari total 20 terapis spa, sebanyak 85 persen menyatakan bahwa mereka mengalami peningkatan kualitas hidup setelah bekerja di bidang ini. Sejumlah kualitas unggul yang dimiliki oleh perempuan Bali yang bekerja sebagai terapis diantaranya keramahtamahan, murah senyum, kejujuran, dan keahlian yang tinggi. Beberapa kelemahan meliputi ketrampilan berbahasa Inggris yang masih rendah, kurangnya motivasi untuk menempati posisi tertentu, kurangnya kepercayaan diri dan rendahnya kompetensi. Peluang kerja yang sangat tinggi, potensi pariwisata Bali, Spa sebagai sebuah industry yang menjanjikan, merupakan prioritas yang tinggi. Tantangan yang dihadapi mencakup perubahan pada selera konsumen dan kompetisi bisnis. Beberapa peran dan implikasi perempuan Bali yang bekerja pada industri spa diantaranya a) implikasi ekonomi: perempuan Bali dapat berkontribusi dalam meningkatkan pendapatan keluarga, b) implikasi sosial: perempuan Bali dapat meningkatkan status sosialnya maupun keluarganya, c) implikasi budaya: perempuan Bali dapat turut melestarikan budaya mereka.li dapat turut melestarikan budaya mereka.)
    • I Nyoman Wardi  + (Studi ini dilaksanakan pada tahun 2008 di Studi ini dilaksanakan pada tahun 2008 di Gianyar, Badung, dan Denpasar. Tujuan studi ini adalah untuk mengidentifikasi dan menjelaskan sistem pengelolaan sampah perumahan warga Bali, serta untuk memahami berbagai masalah yang dihadapi dalam sistem manajemen limbah berbasis komunitas. Untuk mencapai tujuan-tujuan dimaksud, data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan studi literatur. Data yang terkumpul kemudian dianalisa secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejumlah kendala dihadapi oleh lembaga pengelola limbah di tingkat desa seperti: 1) rendahnya kesadaran publik, 2) sulitnya mencari lahan untuk mengelola sampah, 3) belum adanya pemisahan sampah organik dan non-organik di rumah masing-masing, 4) jadwal pengangkutan sampah yang kurang tepat, 5) terbatasnya jumlah mesin penebah, 6) pemasaran kompos yang tidak teratur dan masih sangat terbatas, 8) kendala kesehatan pekerja pengolah sampah, 9) terbatasnya dana operasional manajemen limbah. Pengelolaan limbah berbasis sosial budaya bermanfaat untuk mengaktualisasi dan meningkatkan peran institusi tradisional (desa tradisional/banjar) karena ini mendukung visi dan misi Tri Hita Karana, mengubah paradigma budaya Bali mengenai manajemen limbah (rekayasa budaya), aktualisasi nilai-nilai budaya dan kesucian lingkungan (sebagai sumber daya yang penting) serta wilayah, mendorong tradisi gotong royong menjaga lingkungan, mempromosikan upaya 3R (reduce, reuse, and recycle) dalam pengelolaan sampah rumah tangga, meningkatkan peran ibu rumah tangga, menerapkan aturan pengelolaan sampah rumah tangga dan lingkungan yang effektif melalui mekanisme penghargaan-hukuman dengan awig-awig.isme penghargaan-hukuman dengan awig-awig.)
    • Dewi Susiloningtyas  + (Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Bali adalah sTaman Hutan Raya Ngurah Rai, Bali adalah salah satu hutan konservatif mangrove di Indonesia. Umumnya, hutan ini dimanfaatkan untuk riset, sains, pendidikan, kebudayaan, wisata budaya, dan rekreasi. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) menganalisa persepsi anggota masyarakat sekitar lokasi hutan mangrove Ngurah Rai terhadap ekosistem mangrove, 2) menganalisa partisipasi anggota masyarakat di sekitar wilayah hutan terkait manajemen hutan mangrove, 3) menganalisa korelasi antara persepsi dan partisipasi masyarakat di sekitar Taman Hutan Raya Ngurah Rai. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2017 di Denpasar, dan berlokasi di Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali. Paper ini ditulis berdasarkan data primer yang diperoleh melalui kuesioner dengan unit analisa yang telah ditetapkan sebelumnya untuk mewawancari anggota komunitas di wilayah studi. Hasil penelitian ditampilkan dalam bentuk analisa kuantitatif dan kualitatif.bentuk analisa kuantitatif dan kualitatif.)
    • I Ketut Budiana  + (Tanpa suatu pergerakan bukanlah sesuatu keTanpa suatu pergerakan bukanlah sesuatu kehidupan di dunia ini, gerakan, aktivitas adalah ciri kehidupan. kehidupan terjadi karena tidak seimbangnya enerji, yang menimbulkan sesuatu sirkulasi atau pergerakan di dunia ini, manusia memerlukan enerji atau kekuatan untuk hidup di dunia ini. Manusia mempunyai wadah untuk mengontrol energi agar tidak berlebihan dan sesuai dengan keperluan manusia itu sendiri untuk keseimbangan hidup sehingga bisa hidup harmonis antara satu dengan yang lainnya, kelompok, satu dengan kelompok yang lain, juga antar Negara, akan menjadi damai dan aman, karena saling menghargai dan saling menghormati. Untuk itulah masing masing hendaknya tahu apa yang mesti dilakukan dalam hidup ini sehingga bisa menuju kehidupan yang harmonis, damai, tentram, sejahtera.</br>Mengenal diri lebih mendalam tahu sang diri yang sejati melihat diri dari luar diri, melihat lingkungan kita dari luar, melihat bali dari luar bali, melihat Indonesia dari luarIndonesia atau semacam itu, membandingkan budaya sendiri dengan budaya luar diri dan seterusnya, maka optimisme atau pesimisme yang berlebihan bisa diantisipasi.</br>Seperti menganggap diri kita paling kaya, pintar, besar, berkuasa, baik atau yang lainnya, dan sebaliknya. Dengan pertimbangan inilah saya mencoba untuk mengangkat konsep melihat diri dalam hasil karya seni. Khususnya seni rupa. Dengan melihat dan menikmati karya seni, kita bisa melihat diri kita didalam karya itu, yang seolah olah karya seni itu sebagai cermin diri penikmatnya. Yang selanjutnya bisa mengenal diri, mengontrol diri, sehingga kehidupan bisa seimbang dan harmonis, untuk menuju kebahagiaan sejati.</br>Saya akan coba memperlihatkan hasil karya saya sehubungan dengan konsep tadi, dengan beberapa penjelasan.</br>Orang tua Bali menyebutkan ;INGET INGET ANG RAGANE ; disini ada makna yang sangat dalam untuk mengenal sang diri sejati,tentunya dengan ajaran ajaran yang dilakoni oleh para bijaksana. Inget berarti eling,ingat dengan keberadaan diri sendiri dan belajar mengenal diri atau Raga.</br>Dengan berkesenian salah satu cara untuk mengenal diri ,dengan berkarya,atau melakukan kegiatan berkesenian maka bisa menumbuhkembangkan rasa ,cipta dan karsa</br>secara bersamaan dan terjadi kolerasi antara daya cipta ,dan di wujudkan secara visual,dapat dirasakan oleh sipembuat dan si penikmat,karya ini sebagai cermin bagi yang membuat atau juga si penikma.</br></br>Saya coba mengangkat sifat sifat ataupun makna yang terselubung dalam istilah tadi dengan media dan teknik yang saya miliki dalam seni lukis.</br></br>Dari Deco Ubuda miliki dalam seni lukis. Dari Deco Ubud)
    • Ramanda Dimas Surya Dinata  + (Tantangan yang dihadapi semenjak tujuh tahTantangan yang dihadapi semenjak tujuh tahun terakhir adalah bagaimana berbagai lokasi di Bali, salah satunya adalah Pantai Balangan di wilayah Badung Bali telah mengalami komodifikasi semenjak semakin maraknya fenomena foto pra pernikahan. Bagaimana ruang alamiah terkomersialisasikan dan memunculkan permasalahan yang cukup kompleks. Tujuan artikel ini adalah untuk mengetahui secara lebih mendalam penyebab terjadinya komodikasi area Pantai Balangan dan dampak dari praktek komodifikasi. Sumber data penelitian kualitatif ini adalah observasi dan wawancara yang dianalisa menggunakan teori kritis seperti teori komoditas meliputi produksi, distribusi, dan konsumsi yang dikaitkan dengan ekologi manusia. Hasil analisa data menunjukkan bahwa praktek komodifikasi di Bali, khususnya di area Balangan muncul karena dipengaruhi oleh banyak faktor seperti masyarakat yang menganggap photo pra pernikahan sebagai sesuatu yang eksklusif dan dapat dijangkau, latar belakang pekerjaan masyarakat lokal yang masih tergolong kelompok masyarakat kelas bawah, serta wilayah yang umumnya masih dikontrol oleh investor asing – menyebabkan celah ekonomi yang tinggi antara masyarakat lokal dan pendatang di wilayah Balangan. Permasalahan tidak hanya terletak pada masyarakat marginal setempat, namun juga sistem ekonomi informal yang tidak terkelola dengan baik dan pengaruh investor asing.a dengan baik dan pengaruh investor asing.)
    • Putu Desy Apriliani  + (Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meTujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa dan mengetahui pengaruh tingkat pendidikan, investasi dan pertumbuhan ekonomi terhadap kondisi kemiskinan di Kabupaten Karangasem. Wilayah ini dipilih sebagai lokasi penelitian karena hingga kini Kabupaten Karangasem masih memiliki persentase kemiskinan yang relatif lebih tinggi dibandingkan delapan kabupaten lainnya di Provinsi Bali. Observasi non-partisipan dengan menggunakan data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik Provinsi Bali dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Karangasem adalah metode pengambilan data yang penulis pilih untuk menjawab sejumlah permasalah penelitian. Data tingkat pendidikan, investasi, pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan yang terkumpul dari tahun 2010-2019 kemudian dianalisa dengan menggunakan teknik analisa regresi linier berganda. Hasil penelitian menemukan bahwa tingkat pendidikan, investasi dan pertumbuhan ekonomi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kondisi kemiskinan di Kabupaten Karangasem. Tingkat pendidikan, investasi dan pertumbuhan ekonomi secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kondisi kemiskinan di kabupaten Karangasem. Variabel yang memiliki pengaruh dominan terhadap kondisi Kemiskinan di kabupaten Karangasem adalah variabel investasi.aten Karangasem adalah variabel investasi.)
    • Luh Putu Kirana Pratiwi  + (Tujuan pembangunan pertanian adalah untuk Tujuan pembangunan pertanian adalah untuk meningkatkan pendapatan petani dan pelaku bisnis pertanian. Permasalahan utama berupa terbatasnya modal yang dimiliki oleh para petani. Penelitian ini menentukan beragam aktivitas agrobisnis serta menganalisa efektivitas Koperasi Agrobisnis Terpadu terhadap tingkat pendapatan petani Subak Guama, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Subyek penelitian ini adalah petani Subak Guama yang menerima bantuan modal, sedangkan objek penelitian adalah pendapatan petani dimaksud. Penelitian menggunakan data kuantitatif dengan teknik analisa berupa analisa deskriptif, yaitu t-test sampel berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Subak Guama melaksanakan sejumlah kegiatan seperti pengelolaan padi terpadu, kegiatan integrasi padi-ternak, dan tugas penguatan modal usaha rumah tangga berupa pinjaman usaha mandiri; 2) terdapat perbedaan tingkat pendapatan usaha tani petani Subak Guama sebelum dan sesudah menerima bantuan modal koperasi agribisnis sebesar 7.24% dengan tingkat efektivitas sebesar 86.69% dengan kriteria efektif.as sebesar 86.69% dengan kriteria efektif.)
    • I Wayan Muka  + (Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapaTujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data dari masing-masing OPD Provinsi Bali terkait penerapan E-Government (SPBE), menentukan kondisi penerapan E-Government (SPBE) di Provinsi Bali dan menentukan langkah strategis untuk meningkatkan indeks tingkat kematangan SPBE Provinsi Bali. Metode penilaian evaluasi dilakukan melalui pengukuran tingkat kematangan berdasarkan e-Government Maturity Model (eMM). Kajian ini mengungkap bahwa kelemahan utama dalam implementasi SPBE Provinsi Bali, terutama di beberapa OPD yang memberikan layanan publik, adalah belum terintegrasinya aplikasi atau sistem dan masih lemahnya SDM dan infrastruktur IT di masing-masing OPD. Langkah yang perlu dilakukan adalah menyusun Rencana Induk Pengembangan SPBE yang memiliki kelengkapan pada sisi muatan visi dan misi SPBE, arsitektur SPBE, peta jalan SPBE serta integrasi sistem aplikasi dan penggunaan aplikasi umum secara menyeluruh.enggunaan aplikasi umum secara menyeluruh.)
    • Gede Benny Setia Wirawan  + (Tujuan: Studi ini bertujuan untuk mengetuhTujuan: Studi ini bertujuan untuk mengetuhui hubungan antara keyakinan konspirasi, kepercayaan terhadap media, dan sumber informasi dari otoritas, dengan penerimaan terhadap vaksin Covid-19. Metode: Kami melakukan survei daring kepada warga usia dewasa di Provinsi Bali dari 14 September hingga 30 Oktober 2020, mengumpulkan data demografi, dampak pandemi, kepercayaan konspirasi, kepercayaan pada media konvensional dan sumber resmi, dan penerimaan vaksin. Kami melakukan analisa bivariat dan multivariat untuk determinan penerimaan vaksin dengan SPSS 23.0. Hasil: Kami merekrut 779 responden dengan proporsi 38.9% laki-laki, median usia adalah 24 tahun (IQR 20-26 tahun). Hasil penelitian menunjukkan penerimaan vaksin sebesar 60.8%. Penerimaan vaksin berkorelasi dengan keyakinan konspirasi, kepercayaan pada media konvensional dan sumber-sumber otoritatif dengan Spearman’s Rho masing-masing sebesar 0.350, 0.269, dan 0.287. Mengontrol variabel demografi dan dampak pandemi, menunjukkan keyakinan konspirasi yang kuat dan kepercayaan pada media konvensional sebagai satu-satunya variabel penentu bebas dengan OR masing-masing sebesar 0.33 (CI95% 0.20 – 0.54) and 1.91 (CI95% 1.37 – 2.65). Simpulan: Hasil penelitian menunjukkan dampak infodemik yang cukup besar, yang diwakili oleh keyakinan konspirasi, kepercayaan pada media, dan sumber otoritatif, terhadap penerimaan vaksin COVID-19. Pesan kesehatan masyarakat yang efektif harus dilakukan bersamaan dengan peluncuran vaksin untuk meningkatkan penerimaan dan mencapai kekebalan kelompok.enerimaan dan mencapai kekebalan kelompok.)
    • Ni Ketut Sri Rahayuni  + (Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikaTulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan wacana politik yang memiliki kaitan dengan gender dalam kampanye media luar ruang. Media kampanye luar ruang merupakan ruang publik yang paling efektif untuk dapat menyampaikan berbagai hal yang berkaitan dengan seorang calon baik pemimpin maupun anggota parlemen apalagi jika dikaitkan dengan gender yang masih menjadi masalah utama di Indonesia. Gender dalam politik Indonesia masih belum seimbang mengingat belum optimalnya dan keseimbangan kontribusi laki-laki dan perempuan dalam dunia politik. Hal itu menjadi perhatian utama media luar ruang kampanye sejumlah caleg perempuan pada pemilu legislatif 2014. Sumber data dari makalah ini diambil dari daerah - Badung, Jembrana, Klungkung, dan Denpasar. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara perekaman dengan memotret media kampanye luar ruang yang berisi informasi terkait gender. Selanjutnya, metode deskriptif kualitatif menjadi pilihan untuk mendeskripsikan data – data penelitian yang berkaitan dengan teori wacana dan teori gender dalam penggunaan bahasa. Hasil analisis menunjukkan bahwa gender merupakan salah satu wacana pemilihan calon wakil rakyat, khususnya perempuan untuk mendapatkan suara dan simpati. Untuk itu, proyeksi penggunaan istilah gender, kesetaraan hak, dan perjuangan dengan laki-laki menjadi pilihan utama untuk menunjukkan perjuangan kesetaraan gender. Variasi penggunaan juga terlihat namun dengan tetap mempertahankan sisi gender perempuan sebagai pihak yang memperjuangkan haknya. sebagai pihak yang memperjuangkan haknya.)
    • Agoes Andika  + (UPACARA DIRI Belum lagi usai irama genderUPACARA DIRI</br></br>Belum lagi usai irama gender</br>bermuara pada sudut malam ku</br>di atas nya suara lain juga bergema</br>tapi belum berakhir tanpa tarian</br>yang tertulis sejak lama</br>tangis pertama sampai</br>Lima puluh tujuh tahun disini</br>bersimpuh tanpa siapa siapa yang menyapa</br></br>A ... U ... M</br>aku ingin tetap menari dengan iramaMU</br>entah sampai dimana</br>dan kapan berakhir</br>aku hanyalah penari tanpa busana</br>yang melukis lakon sendiri</br>dengan irama angin</br>tangan dan kaki yang tiada</br>tanpa mata</br>tanpa telinga</br>juga jalan yang engkau buka</br>adalah garis tanganku</br>yang terus menabuh</br>dan menatap ramai di sekitar rumahku</br></br>adalah kesadaranku kini</br>didalam samadiku</br>dengan mata terbuka</br>suara sekecil apapun akan kutata</br>menjadi doa</br>menjadi lilin di malam hari</br></br>Baleagung, tengah hari 04032020 menjelang hari kelahiran 0503202004032020 menjelang hari kelahiran 05032020)
    • I Wayan Juniarta  + (Uled (Ulat) Jika tidak ada hujan tidak adUled (Ulat)</br></br>Jika tidak ada hujan tidak ada angin, tiba-tiba desa anda diserbu oleh ribuan ulat bulu, adakah ini pertanda sesuatu?</br></br>“Itu pertanda bahwa ulat tersebut tidak tahu tukang cukur atau salon. Jika ada tukang cukur Maduratna atau salon, tentu tidak akan seragam model bulunya; ada ulat yang keriting, gundul, cepak, dan juga rebonding,” kata I Putu Tawah Matah.</br></br>Mereka pada tertawa semua. Begitulah akibatnya jika bertanya pada orang yang kurang waras, jawabannya pun menjadi tidak waras.</br></br>“Itu artinya peringatan terhadap diri kita. Mungkin ada sesaji yang kita haturkan kurang, atau baktinya yang tidak tulus, sahut I Made Tirtayatra Miratdana.</br></br>Begitulah akibatnya jika senang sekali merasa seperti paling tahu kehendak Ida Bethara (Tuhan). Ketika terjadi gunung meletus, katanya Ida Bethara murka, ketika terjadi tsunami, katanya Ida Bethara ngambek. Ada ulat mewabah, katanya Ida Bethara tersinggung karena sesaji (aci-aci) nya kurang. Sepertinya Ida Bethara tidak punya pekerjaan lain selain membuat bencana dan mala petaka.</br>“Pola pikirmu sama seperti Ketua DPR yang dengan santainya mengatakan bahwa wabah ulat bulu merupakan peringatan Tuhan. Jika Tuhan memang senang memberi peringatan tentu “barang” ketua DPR nya yang direbut ulat bulu terlebih dahulu karena memang tidak tahu malu; tetap bersikukuh membuat gedung baru untuk dipakai tidur,” komentar I Wayan Bungut Lengut.</br></br>Jika memang setiap kali Ida Bethara emosi lantas membuat bencana—gunung meletus, gempa bumi, wabah rabies, wabah ulat—lantas apa yang akan dibuatnya jika Ida Betara merasa senang? Pasti hujan emas, gunung mengeluarkan uang serta angin yang membawa supermi.</br></br>“Karena sampai sekarangpun belum ada hujan emas, maka sampai jika kita ingin mempunyai uang kita harus bekerja mengeluarkan keringat, dan jika kepingin supermi mesti beli sendiri; artinya cuma satu: Ida Bethara tidak ada kaitannya dengan urusan gunung meletus maupun wabah ulat,” begitu kesimpulan I Wayan.</br></br>Mereka semuanya mengangguk-angguk setuju. Memang tidak ada yang suka jika dibilang Ida Betara dikatakan hipertensi atau emosi tinggi, sedikit-sedikit membuat bencana, sedikit-sedikit tersinggung.</br></br>“Ida Bethara kita memang santai, tidak senang marah-marah. Muara sungai di urug oleh investor, tanah milik pura di kontrakkan menjadi vila, pura yang dijadikan obyek wisata, upakara/upacara dijadikan proyek, tetap saja Ida Bethara kita santai.”</br></br>Ida Bethara percaya manusia sudah pintar, bisa berfikir sendiri, sudah tahu mana yang baik dan mana yang buruk.</br></br>“Manusia lahir sudah membawa otak. Itu artinya kita disuruh untuk berfikir, supaya tidak setiap ada bencana , kita langsung menyatakan bahwa itu kehendak Tuhan. Jika kita berfikir seperti itu, sepertinya rugi Ida Bethara memberi manusia kemampuan untuk berfikir (idep).</br></br>Artinya, urusan ulat tidak ada kaitannya dengan Ida Bethara.</br></br>“Bisa jadi wabah ulat bulu ini disebabkan oleh semakin berkurangnya populasi semut dan burung yang berfungsi memakan ulat. Bisa pula karena ulatnya tidak tahu soal KB. Apalagi sekarang ini lagi musim hujan sehingga terasa dingin , tentu ulatnya tidak mempunyai kegiatan lainnya selain sibuk “membuat anak” saja,” kata I Wayan lagi.</br></br>Mereka semua menggangguk setuju. Jika ulatnya tahu KB, tahu tingginya biaya sekolah, asuransi kesehatan, cicilan dan kredit di sana sini, tentu ulatnya tidak akan berani beranak, minimal bulunya akan lepas sehingga menjelma menjadi ulat yang botak karena stress memikirkan hidup.</br>Akan tetapi, sejelek-jeleknya ulat, dia tetap lebih baik dari orang jahat. Tidak ada orang jahat yang bisa berubah menjadi “kupu-kupu” (orang baik), apalagi menghasilkan benang sutra yang bagus (menghasikan sesuatu yang berguna).” Paling-paling orang jahat akan berubah menjadi orang yang bertampang insyaf dan tobat, ke sana kemari membawa-bawa nama Tuhan dan sepertinya paling tahu kehendak Tuhan.dan sepertinya paling tahu kehendak Tuhan.)
    • I Ketut Suwidja  + (Umbu, Daya tangkap tak nampaklah MembawakuUmbu,</br>Daya tangkap tak nampaklah</br>Membawaku di bawah museleum</br>Yang besar tak terkira</br>Batu perkasa penyangga udara?</br>Seraya mengamati batu batu tembok</br>Berwarna cadas namun keras</br>Dilepa sekian waktu berlalu</br>Siapa jadi pengap</br>Resah di tengah rumah</br>Buronan kampung halaman?</br>Menyapa</br>Dan mengapa hatiku bicara</br>Tanpa sepatah kata</br>Burung burung segera menampak darat</br>Tak mungkinbisa lewat</br>Dalama perangkap yang menjebak</br>Jadi pelarian di bawah kolong langit kita</br>Seraya melumatkan diri dari masing masing kecemasan</br>Umbu,</br>Air tenang dan misteri tak terlupakan</br>Kuyakinkan padamu</br>Bahwa kau dan aku menyadari keterbatasan itu</br>Di bawah matahari menyinarkan</br>nyala emasnya</br>Tanpa bimbingan menyinarkan nyala emasnya Tanpa bimbingan)
    • Dewa Gede Purwita  + (Unsur seni lukis Tradisional Bali menganduUnsur seni lukis Tradisional Bali mengandung unsur naratif, ilustratif, figuratif, fungsional, hal tersebut membentuk struktur seni rupa Bali yang sangat erat kaitannya dengan keberadaan teks sebagai latar belakang penciptaannya. Penelitian ini bertujuan untuk membaca pengaruh yang diakibatkan oleh narasi sebagai hal yang mempengaruhi wimba dan cara wimba objek pada lukisan tradisional Bali yang difokuskan pada lukisan Sutasoma dengan gaya wayang Kamasan di Bale Kambang Kerta Gosa, Klungkung dan lukisan Prabu Salya oleh I Ketut Gede Singaraja. Metode penelitian ini mempergunakan metode penelitian seni kualitatif dengan desktiptif analitik, teori yang dipergunakan sebagai analisa adalah sistem Ruang-Waktu-Datar dari teori Bahasa Rupa. Hasil analisa menunjukan bahwa narasi membentuk sistem tata cara penggambaran seni lukis Tradisional Bali yang dapat dilihat dari cara pengaplikasian perspektif dari berbagai sisi, pola penggambaran figur tokoh yang mengganti ekpsresi wajah dengan gestur, juga kehadiran matra waktu yang simbolik. Melalui pembacaan dengan sistem Ruang-Waktu-Datar didapatkan bahwa lukisan tradisional Bali dipengaruhi oleh narasi yang sangat kuat tercermin dalam bahasa rupanya.angat kuat tercermin dalam bahasa rupanya.)
    • I Gusti Ayu Diah Yuniti  + (WHO atau badan kesehatan dunia telah menetWHO atau badan kesehatan dunia telah menetapkan Covid-19 sebagai sebuah pandemi. Pada bulan Februari 2020, WHO juga mendeklarasikan novel corona virus pada tubuh manusia sebagai Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Covid-19 memiliki dampak yang sangat luar biasa bagi perekonomian Bali dan sektor pariwisata. Pemerintah menyatakan bahwa Bali sangat terdampak oleh Covid-19 dimana pariwisata terhenti dan 96& hotel tutup sementara. Akibatnya, banyak pemutusan hubungan kerja dan komunitas banyak yang menjadi pengangguran. Kehidupan menjadi cukup mengkhawatirkan. Covid-19 sangatlah berpengaruh bagi kehidupan masyarakat Bali di masa datang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak Covid-19 terhdapat kebutuhan makanan, kebutuhan pokok, dan daya tahan komunitas di wilayah Bali. Populasi sebanyak 1500 orang dengan kisaran usia 15-60 tahun dan bekerja di sektor pariwisata. Jumlah sampel adalah 150 responden atau 10% dari total populasi. Data dikumpulkan terkait dengan kondisi ekonomi, sosial, dan lingkungan dari rumah tangga selama pandemic. Analisa deskriptif berbentuk grafi, table, dan gambar. Temuan utama, selama kurun waktu 60 hari outbreak Covid-19 di masyarakat, telah terinfeksi 343 orang, sembuh 232 orang, dan meninggal 4 orang. Tekanan kepada sektor pariwisata di Bali menyebabkan perekonomian menjadi kolaps. Sebagian besar dari 80% pekerja sektor informal di Bali diberhentikan, yang kemudian meningkatkan jumlah pengangguran terbuka di Bali. Keaslian, bahwa 95% dari penduduk Bali mengalami perubahan dalam perilaku sosial, gaya hidup, dan menjaga kebersihan lingkungan. Kecemasan terhadap Covid-19 masih dikategorikan wajar dan tidak menyebabkan disfungsi sosial. Terlepas dari kesulitan berinteraksi antar komunitas, berdiam diri di rumah 75% kekerabatan menguat.berdiam diri di rumah 75% kekerabatan menguat.)
    • Ni Luh Sutjiati Beratha  + (Warga Bali yang tinggal di Desa Ubud, KabuWarga Bali yang tinggal di Desa Ubud, Kabupaten Gianyar adalah bilingual karena mereka mampu menggunakan lebih dari satu bahasa. Berdampingan dengan Bahasa Bali, terdapat pula beragam Bahasa seperti Bahasa nasional Indonesia, dan Bahasa asing seperti Bahasa Inggris, Jepang, Mandarin, Korea, dll. Orang Bali pada masa kini kesulitan dalam menggunakan Bahasa Bali sehingga mereka umumnya menggunakan bahasa ‘campuran,’ yaitu gabungan antara Bahasa Bali dengan Bahasa Indonesia, Mandarin ataupun Korea, dll. Fenomena ini mungkin menjelaskan bahwa Bahasa Bali semakin termarjinalisasi. Paper ini bertujuan untuk meneliti bahasa apa saja yang digunakan dalam lingkungan Bahasa Bali, karena berdasarkan tradisi, lokalitas berbasis ekologis sangatlah penting untuk dijelaskan karena ini memiliki hubungan yang erat dengan keberlangsungan penggunaan Bahasa Bali, serta lingkungan alami dengan keragamannya. Pendekatan sosiokultural, yaitu pendekatan yang menggunakan konsep keragaman bahasa yang dikaitkan dengan eksistensi sebuah bahasa digunakan dalam paper ini. Metode kualitatif berbentuk teknik observasi dan wawancara mendalam digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi. Teori-teori berkaitan dengan penggunaan bahasa digunakan untuk menganalisa data. Hasil studi menunjukkan bahwa marginalisasi Bahasa Bali memang terjadi dikarenakan adanya sejumlah group etnis imigran yang hidup di Desa Ubud. Desa ini telah dihuni oleh ekspatriat yang datang dan menetap di Ubud. Alasan mereka memilih Ubud dibandingkan wilayah lainnya adalah karena bisnis pariwisata, perkawinan lintas budaya, budaya Bali dan kesenian, dll. Kondisi dimaksud mempengaruhi pilihan dan penggunaan berbagai bahasa.hi pilihan dan penggunaan berbagai bahasa.)
    • Raechelle Rubinstein  + (Women of the Kakawin World adalah studi seWomen of the Kakawin World adalah studi sejarah tentang pengalaman wanita, khususnya wanita kerajaan dan rekan-rekan mereka, di istana Jawa pra-Islam dan Bali modern awal. Creese memanfaatkan latar belakangnya di bidang filologi untuk meneliti kumpulan epos kakawin (puisi yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dalam syair) yang digubah di pusat-pusat istana selama lebih dari satu milenium, karena mereka memberikan wawasan yang kaya tentang kehidupan perempuan yang tidak tersedia dari tempat lain. Dengan ketertarikannya pada representasi perempuan, buku ini memberikan kontribusi yang berharga bagi studi gender di Indonesia, terlebih lagi karena banyak berfokus pada periode kontemporer. Ini juga merupakan studi penting tentang institusi sosial pacaran dan pernikahan. Akhirnya, meskipun ini bukan tujuan utama buku ini, buku ini berkontribusi pada pengetahuan tentang genre kakawin dengan menganalisis kakawin dari perspektif baru.</br></br>Ulasan lengkap dari buku ini tersedia di: https://ecommons.cornell.edu/handle/1813/54386s://ecommons.cornell.edu/handle/1813/54386)
    • Raechelle Rubinstein  + (Women of the Kakawin World adalah studi seWomen of the Kakawin World adalah studi sejarah tentang pengalaman wanita, khususnya wanita kerajaan dan rekan-rekan mereka, di istana Jawa pra-Islam dan Bali modern awal. Creese memanfaatkan latar belakangnya di bidang filologi untuk meneliti kumpulan epos kakawin (puisi yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dalam syair) yang digubah di pusat-pusat istana selama lebih dari satu milenium, karena mereka memberikan wawasan yang kaya tentang kehidupan perempuan yang tidak tersedia dari tempat lain. Dengan ketertarikannya pada representasi perempuan, buku ini memberikan kontribusi yang berharga bagi studi gender di Indonesia, terlebih lagi karena banyak berfokus pada periode kontemporer. Ini juga merupakan studi penting tentang institusi sosial pacaran dan pernikahan. Akhirnya, meskipun ini bukan tujuan utama buku ini, buku ini berkontribusi pada pengetahuan tentang genre kakawin dengan menganalisis kakawin dari perspektif baru.menganalisis kakawin dari perspektif baru.)
    • Caesilia Nina Yanuariani  + (dalam kabut waktu orang-orang singgah menidalam kabut waktu</br>orang-orang singgah</br>meninggakan zaman</br></br>kepada siapa ia menitipkan</br>buah-buah anggur di musim panen</br></br>karena ia paham</br>sebuah rumah tak lagi</br>memberinya rasa nyaman</br></br>entah siapa pula yang terjebak</br>dalam pusaran waktu</br>suara gemuruh hujan</br>menghanyutkan ladang-ladang</br>membiarkan kupu-kupu dan kunang-kunang</br>terbang jauh</br></br>hanya karena angin memanggil</br>kau surutkan air mata di pelupuk hati</br>ke dalam jeram yang menghujam bilik jantungmu</br></br>lalu negeri ini berpulang</br>meninggalkan lembah</br>burung-burung terbang</br>meninggalkan sarang. Ia merasa letih</br>menyangga bumi dengan bilur-bilur di tubuhnya</br>memerah ...</br></br>kelak perjalanan ini selalu merindukan petang</br>menimang-nimang kesepian</br></br>(BPM 10 Oktober 2010)ang-nimang kesepian (BPM 10 Oktober 2010))
    • Richard Fox  + (“Berlandaskan riset etnografi dan arsip te“Berlandaskan riset etnografi dan arsip tentang pulau Bali, Indonesia, “More Than Words” menantang pemahaman konvensional mengenai tekstualitas dan tulisan sebagaimana mereka terkait dengan tradisi religius di Asia Tenggara. Melalui sebuah kajian penuh nuansa atas tulisan Bali sebagaimana dipergunakan dalam ritus penyembuhan, tenung, dan bela diri, Biography of Richard Fox menelusuri tujuan dan hasrat yang bersemayam dalam pembuatan dan penggunaan manuskrip lontar, azimat, dan objek-objek bertatah aksara lainnya.” dan objek-objek bertatah aksara lainnya.”)
    • Nyoman Butur Suantara  + ("Guardian II" adalah bagian dari rangkaian"Guardian II" adalah bagian dari rangkaian foto hitam putih ManButur Suantara menjelajah Air.</br></br>Ketika seseorang mendengar 'Air', pikiran kita langsung tertuju pada semua hal yang bersifat indrawi dan visual. Kami memikirkan warna biru dan kami mengasosiasikan perasaan 'basah'. Di sekitar kita, Air adalah lautan, danau, hujan, dan embun. Dalam perasaan, kita mungkin mengasosiasikan kesejukan, kebasahan, kehausan, dan dengan mengasosiasikan kekeringan. Dalam seri Air ManButur, yang paling menarik adalah bahwa asosiasi tersebut paling tidak menonjol.</br></br>Kami secara tidak sengaja dipandu untuk mengalami Air, dengan cara yang berbeda. Di sini, Air hadir, tetapi sebagai peran pendukung yang tenang. Kehadiran yang tidak berteriak. Namun, kehadirannya membawa kita ke tempat yang sangat berbeda. Di sini, Air telah menggabungkan bumi dan langit., Air telah menggabungkan bumi dan langit.)
    • Nyoman Butur Suantara  + ("Kenangan saya dengan tari Legong... di ma"Kenangan saya dengan tari Legong... di masa kecil, saya melihat banyak lukisan penari berkostum. Saya mencoba membuat foto tarian yang tampak seperti lukisan... tetapi masih menyisakan jiwa dan grak tariannya..." Nyoman "Butur" Suantara.</br></br>Kutipan dari artikel "Legong Rhapsody, a Dance Through Time" oleh Dewi Dian Reich.</br></br>Kami punya banyak karya ManButur Suantara yang sama-sama mengeksplorasi satu jenis tarian: Tari Legong Bali. Budaya Bali penuh dengan keindahan dalam berbagai wujud. Ke mana pun Anda memandang, Anda akan menemukan kekayaan yang penuh warna dan misteri. Ritual dan upacaranya amat dalam. Bali menarik perhatian dunia. Ini bukanlah kali pertama tarian Bali menjadi objek seni. Gambar-gambar yang melukiskan budaya memenuhi media utama karena kekuatan dan pengaruhnya terhadap industri profit: pariwisata.</br></br>Dari sisi positifnya, ini berarti bahwa keindahan budaya Bali dikagumi oleh banyak pihak. Saya menyebut ini karena saya ingin menarik perhatian saya pada sesuatu yang belum terungkap. Ada hal yang sangat spesial yang ingin saya nyatakan di sini dan sayang jika ditinggalkan. Ini sungguh-sungguh murni demi diskusi seni kita. Sebagai seri fotografi, ada aspek-aspek menarik yang bisa kita pelajari.</br></br>Baca artikel lengkapnya di tautan referensi gambar.kel lengkapnya di tautan referensi gambar.)
    • Nyoman Butur Suantara  + ('Melodious Urban' merupakan karya baru Man'Melodious Urban' merupakan karya baru ManButur Suantara menanggapi tema pameran Sawidji Gallery yang bertemakan 'Dunia Tanpa Suara'.</br></br>Apakah kita menganggap kebisingan sebagai gangguan? Apakah tenang berarti damai?</br></br>Menangkap hiruk pikuk Jalan Gajah Mada Denpasar, gambar dibuat dengan teknik multiple exposure. Dengan kombinasi 9 gambar menjadi satu gambar tunggal. Lalu ada 25 gambar ini yang masing-masing terdiri dari 9 gambar.</br>Bagi sebagian orang yang tinggal di jalan yang sibuk ini, kebisingan itu biasa bagi mereka. Untuk melihat knalpot mobil dan motor yang keras dan klakson dari lalu lintas 24 jam sehari. Namun, ketika saya bertanya kepada beberapa orang yang tinggal di sana, mereka tidak mengatakan berisik. mereka bilang itu normal.</br>Sepertinya mereka dikondisikan dengan lingkungan dan berhubungan baik dengan kebisingan. Dengan membuat gambar ini saya mencoba melihat dunia terbalik. Berada dalam aktivitas ini dan berhubungan dengan keheningan dan ketenangan yang tampaknya ditemukan beberapa orang di sana.ampaknya ditemukan beberapa orang di sana.)
    • Dewi Dian Reich  + ('Tari adalah seni dari dulu yang melekat p'Tari adalah seni dari dulu yang melekat pada jiwa kreatif Bali. Salah satu dari banyak bentuk ibadah yang dipersembahkan umatnya kepada Sang Pencipta. Ini adalah kesamaan yang kita miliki dengan banyak budaya di seluruh dunia. Bentuk-bentuk tarian tradisional adalah manifestasi kreativitas manusia yang wajar dan mungkin tak terhindarkan. Dimodelkan dan ditempa untuk mewujudkan pemikiran dan filosofi kami.'</br></br>Melihat warisan yang kaya dalam tarian tradisional Bali sambil membahas dampak yang disebabkan oleh khalayak komersial. Menulis artikel adalah satu bagian, tetapi tidak akan mungkin tanpa kontribusi sepenuh hati dari mereka yang memberikan sepenuhnya kolaborasi untuk jenis proyek ini. Sri Apriani berbagi pengalamannya dan mementaskan Tari Condong di Sanggar Sawidji sekaligus menjadi muse rangkaian potret Dewi Dian Reich Menjelajahi wajah-wajah di balik tarian.h Menjelajahi wajah-wajah di balik tarian.)
    • Putu Eka Guna Yasa  + (Aksara Wreastra adalah aksara Bali yang beAksara Wreastra adalah aksara Bali yang berjumlah 18 aksara, yaitu Ha, Na, Ca, Ra, Ka, Da, Ta, Sa, Wa, La, Ma, Ga, Ba, Nga, Pa, Ja, Ya, dan Nya. Aksara Bali berbeda dengan aksara Jawa jika dihubungkan dengan jumlah dan bentuknya. Perkembangan aksara Bali tidak dapat dipisahkan dengan cerita Sang Aji Saka yang berkembang di Jawa. Karya Baligrafi tentang aksara Wreastra ini dibagi menjadi tujuh karya, yaitu Ha-Na, Ca-Ra-Ka, Ga-Ta, Ma-Nga-Ba, Sa-Wa-La, Pa-Da, dan Ja-Ya-Nya yang berarti ada pengawal yang berperang sama kesaktiannya. Baligrafi ini berukuran besar dibuat di kanvas dengan bingkai kayu diletakkan di Unit Lontar Universitas Udayana.takkan di Unit Lontar Universitas Udayana.)
    • Putu Eka Guna Yasa  + (Aksara Wreastra adalah aksara Bali yang beAksara Wreastra adalah aksara Bali yang berjumlah 18 aksara, yaitu Ha, Na, Ca, Ra, Ka, Da, Ta, Sa, Wa, La, Ma, Ga, Ba, Nga, Pa, Ja, Ya, dan Nya. Aksara Bali berbeda dengan aksara Jawa jika dihubungkan dengan jumlah dan bentuknya. Perkembangan aksara Bali tidak dapat dipisahkan dengan cerita Sang Aji Saka yang berkembang di Jawa. Karya Baligrafi tentang aksara Wreastra ini dibagi menjadi tujuh karya, yaitu Ha-Na, Ca-Ra-Ka, Ga-Ta, Ma-Nga-Ba, Sa-Wa-La, Pa-Da, dan Ja-Ya-Nya yang berarti ada pengawal yang berperang sama kesaktiannya. Baligrafi ini berukuran besar dibuat di kanvas dengan bingkai kayu diletakkan di Unit Lontar Universitas Udayana.takkan di Unit Lontar Universitas Udayana.)
    • Putu Eka Guna Yasa  + (Aksara Wreastra adalah aksara Bali yang beAksara Wreastra adalah aksara Bali yang berjumlah 18 aksara, yaitu Ha, Na, Ca, Ra, Ka, Da, Ta, Sa, Wa, La, Ma, Ga, Ba, Nga, Pa, Ja, Ya, dan Nya. Aksara Bali berbeda dengan aksara Jawa jika dihubungkan dengan jumlah dan bentuknya. Perkembangan aksara Bali tidak dapat dipisahkan dengan cerita Sang Aji Saka yang berkembang di Jawa. Karya Baligrafi tentang aksara Wreastra ini dibagi menjadi tujuh karya, yaitu Ha-Na, Ca-Ra-Ka, Ga-Ta, Ma-Nga-Ba, Sa-Wa-La, Pa-Da, dan Ja-Ya-Nya yang berarti ada pengawal yang berperang sama kesaktiannya. Baligrafi ini berukuran besar dibuat di kanvas dengan bingkai kayu diletakkan di Unit Lontar Universitas Udayana.takkan di Unit Lontar Universitas Udayana.)
    • Putu Eka Guna Yasa  + (Aksara Wreastra adalah aksara Bali yang beAksara Wreastra adalah aksara Bali yang berjumlah 18 aksara, yaitu Ha, Na, Ca, Ra, Ka, Da, Ta, Sa, Wa, La, Ma, Ga, Ba, Nga, Pa, Ja, Ya, dan Nya. Aksara Bali berbeda dengan aksara Jawa jika dihubungkan dengan jumlah dan bentuknya. Perkembangan aksara Bali tidak dapat dipisahkan dengan cerita Sang Aji Saka yang berkembang di Jawa. Karya Baligrafi tentang aksara Wreastra ini dibagi menjadi tujuh karya, yaitu Ha-Na, Ca-Ra-Ka, Ga-Ta, Ma-Nga-Ba, Sa-Wa-La, Pa-Da, dan Ja-Ya-Nya yang berarti ada pengawal yang berperang sama kesaktiannya. Baligrafi ini berukuran besar dibuat di kanvas dengan bingkai kayu diletakkan di Unit Lontar Universitas Udayana.takkan di Unit Lontar Universitas Udayana.)
    • Putu Eka Guna Yasa  + (Aksara Wreastra adalah aksara Bali yang beAksara Wreastra adalah aksara Bali yang berjumlah 18 aksara, yaitu Ha, Na, Ca, Ra, Ka, Da, Ta, Sa, Wa, La, Ma, Ga, Ba, Nga, Pa, Ja, Ya, dan Nya. Aksara Bali berbeda dengan aksara Jawa jika dihubungkan dengan jumlah dan bentuknya. Perkembangan aksara Bali tidak dapat dipisahkan dengan cerita Sang Aji Saka yang berkembang di Jawa. Karya Baligrafi tentang aksara Wreastra ini dibagi menjadi tujuh karya, yaitu Ha-Na, Ca-Ra-Ka, Ga-Ta, Ma-Nga-Ba, Sa-Wa-La, Pa-Da, dan Ja-Ya-Nya yang berarti ada pengawal yang berperang sama kesaktiannya. Baligrafi ini berukuran besar dibuat di kanvas dengan bingkai kayu diletakkan di Unit Lontar Universitas Udayana.takkan di Unit Lontar Universitas Udayana.)
    • Putu Eka Guna Yasa  + (Aksara Wreastra adalah aksara Bali yang beAksara Wreastra adalah aksara Bali yang berjumlah 18 aksara, yaitu Ha, Na, Ca, Ra, Ka, Da, Ta, Sa, Wa, La, Ma, Ga, Ba, Nga, Pa, Ja, Ya, dan Nya. Aksara Bali berbeda dengan aksara Jawa jika dihubungkan dengan jumlah dan bentuknya. Perkembangan aksara Bali tidak dapat dipisahkan dengan cerita Sang Aji Saka yang berkembang di Jawa. Karya Baligrafi tentang aksara Wreastra ini dibagi menjadi tujuh karya, yaitu Ha-Na, Ca-Ra-Ka, Ga-Ta, Ma-Nga-Ba, Sa-Wa-La, Pa-Da, dan Ja-Ya-Nya yang berarti ada pengawal yang berperang sama kesaktiannya. Baligrafi ini berukuran besar dibuat di kanvas dengan bingkai kayu diletakkan di Unit Lontar Universitas Udayana.takkan di Unit Lontar Universitas Udayana.)
    • Putu Eka Guna Yasa  + (Aksara Wreastra adalah aksara Bali yang beAksara Wreastra adalah aksara Bali yang berjumlah 18 aksara, yaitu Ha, Na, Ca, Ra, Ka, Da, Ta, Sa, Wa, La, Ma, Ga, Ba, Nga, Pa, Ja, Ya, dan Nya. Aksara Bali berbeda dengan aksara Jawa jika dihubungkan dengan jumlah dan bentuknya. Perkembangan aksara Bali tidak dapat dipisahkan dengan cerita Sang Aji Saka yang berkembang di Jawa. Karya Baligrafi tentang aksara Wreastra ini dibagi menjadi tujuh karya, yaitu Ha-Na, Ca-Ra-Ka, Ga-Ta, Ma-Nga-Ba, Sa-Wa-La, Pa-Da, dan Ja-Ya-Nya yang berarti ada pengawal yang berperang sama kesaktiannya. Baligrafi ini berukuran besar dibuat di kanvas dengan bingkai kayu diletakkan di Unit Lontar Universitas Udayana.takkan di Unit Lontar Universitas Udayana.)
    • Ni Luh Sutjiati Beratha  + (Artikel ini menganalisis fenomena kebaArtikel ini menganalisis fenomena kebahasaan yang berkaitan dengan resep kecantikan yang bersumber dari naskah LontarIndrani Sastra. Resep kecantikan dalam lontar Indrani Sastramerupakan warisan budaya leluhur dan telah menyatu dengan kehidupan masyarakat Bali. Bali menjadi terkenal karena telah banyak menyimpan naskahnaskah kuna yang merupakan warisan budaya pulau ini. Artikel ini menggunakan metode kepustakaan dan kerja lapangan, dan menerapkan metode deskriptif kualitatif. Teori yang digunakan untuk menganalisis data adalah teori fungsi bahasa. Fungsi ekoleksikon tentang kecantikan yang terkandung dalam lontar Indrani Sastradapat dipilah menjadi tiga yaitu (1) fungsi informatif, (2) fungsi interaktif, dan (3) fungsi imajinatif. Fungsi informatif berkaitan dengan berbagai informasi mengenai tanaman resep kecantikan, bagian tubuh yang dapat diobati, dan cara-cara pengobatan. Fungsi interaktif ditemukan melalui dialog antara Dewi Saci dengan Rukmini. Demikian pula fungsi imajinatif ditemukan melalui penggunaan metafora ekoleksikon panggal buaya (panggal buaya), dan ekoleksikon Arjuna.a (panggal buaya), dan ekoleksikon Arjuna.)
    • Mark Hobart  + (Artikel ini bertujuan untuk membawa kekuatArtikel ini bertujuan untuk membawa kekuatan intelektual kajian budaya kedalam berbagai ide Bali tentang budaya yang tampak rancu antara budaya dan ideologi. Kajian budaya tidaklah sama dengan studi tentang budaya, namun kritik tentang budaya yang mendekonstruksikan budaya sebagai sebuah kesalahan intepretasi aktualitas dengan imajinasi yang nyaman bagi rezim yang berkuasa. Orde Baru mengartikulasikan ‘kebudayaan’ untuk menciptakan masyarakat yang patuh dan senang merangkul pariwisata global. Budaya bukan lagi mengenai bagaimana masyarakat mengerjakan sesuatu melainkan komoditas yang dapat dipasarkan yang dikemas sebagai ‘tradisi kuno.’ Bali sebagai surga adalah sebuah hal yang klise. Pulau ini kini memenuhi impian Madam Suharto tentang Disneyland. Fantasi kapitalis mengenai pertumbuhan gratis tanpa akhir tidak memiliki kemiripan dengan kosmologi Bali nan canggih bernama Kali-Yuga, yang berakhir dengan kehancuran dahsyat; maupun terhadap ide-ide popular dari dunia yang tak henti bertransformasi. Meskipun kebudayaan menganggap orang biasa sebagai masa yang bodoh, mereka seringkali melepaskan diri dari kekangan ideologi kebudayaan dengan cara memahami kebudayaan sebatas sebagai kebiasaan sehari-hari.aan sebatas sebagai kebiasaan sehari-hari.)
    • Margaret Coldiron  + (Artikel ini menggambarkan meningkatnya ketArtikel ini menggambarkan meningkatnya keterlibatan penari perempuan pada tari topeng Bali serta terlahir dari diskusi dan email diantara penulis. Mengikuti gambaran umum yang menjelaskan masih jarangnya perempuan tampil dalam bentuk kesenian ini yang disertai catatan sejumlah perempuan perintis yang telah berada di garis depan perubahan, penulis membahas bagaimana, sebagai pemain dan peneliti non-Bali, mereka menemukan sejumlah cerita, rasa penasaran, dan tantangan yang tidak jauh berbeda dengan pelatihan dan pengalaman mereka sendiri. Pemikiran mereka menyediakan gambaran detil terkait beberapa isu penting bagi perempuan di dunia teater Asia.nting bagi perempuan di dunia teater Asia.)
    • Luh Yesi Candrika  + (BASAbaliWiki Menggelar Rapat Program KerjaBASAbaliWiki Menggelar Rapat Program Kerja Tahun 2020</br>Bertempat di Dharmanegara Alaya Denpasar</br></br>Mengawali tahun baru 2020, Yayasan BASAbaliWiki mengelar acara rapat program kerja tahun 2020 pada hari Sabtu, 11 januari 2020 yang bertempat di Gedung Dharmanegara Alaya Denpasar. Acara yang diketuai oleh Putu Eka Guna Yasa, S.S.,M.Hum tersebut dihadiri oleh para pembina dan para pengurus Yayasan BASAbaliWiki. Rapat yang dimulai pada pukul 09.00 wita sampai 15.00 wita tersebut membahas mengenai program kerja di masing-masing divisi yang terdapat dalam web BASAbaliWiki, di antaranya divisi Perpustakaan Virtual yang dikoordinatori oleh Ni Nyoman Clara Listya Dewi, divisi lontar miwah upacara oleh Ida Bagus Arya Lawa Manuaba, divisi Inisiatif Lingkungan oleh I Wayan Artha Dana, divisi Media Sosial oleh IGA Wiwin Rusma Windiyana Putri, divisi Gatra Milenial oleh I Made Agus Atseriawan Hadi Sutresna, divisi Buku Cerita Anak dan Cerita Rakyat oleh Made Sugianto, divisi Biografi olih I Wayan Jengki Sunarta, divisi Kamus Daring oilh Ida Wayan Eka Werdi Putra, serta divisi Sejarah Tempat dan Pelatihan olih I Kadek Juniantara. Seluruh divisi yang disiapkan dalam web BASAbaliWiki tersebut sebagai usaha untuk mengembangkan tradisi Bali (khususnya bahasa Bali dan kebudayaan Bali pada umumnya) di tengah-tengah interaksi global dengan sarana media digital.</br>Ketua Yayasan BASAbaliWiki, Dr.Drs. I Wayan SUardiana, M.Hum dalam sambutannya menyatakan bahwa berbagai usaha yang sudah dilaksanakan oleh tim BASAbaliWiki pada setiap divisi sudah berjalan dengan baik. Lebih lanjut, beliau menytkn bahwa berbagai usaha yang telah dilakukan tersebut juga telah mendapatkan apresiasi yang baik dari dunia, salah satunya melalui penghargaan yang diberikan oleh Unesco serta apresiasi yang juga telah diberikan oleh pemerintah Provinsi Bali.</br>“Yayasan BASAbaliWiki telah mendapatkan apresiasi yang baik dari dunia Internasional serta dari pemerintah Provinsi Bali. Untuk itu, program-program yang dilaksanakan di BASAbaliWiki agar memiliki korelasi atau acuan dengan program pemerintah Provinsi Bali yaitu “Nangun Sat Kertih Loka Bali”, yang berbasis bahasa, sastra, dan aksara Bali. Dengan demikian, maka budaya Bali dapat bertahan dan terus berkembang”.</br></br>Selanjutya, Ketua Dewan Pembina Yayasan BASAbaliWiki, Drs. I Gde Nala Antara, M.Hum juga memberikan sambutannya dalam rapat awal tahun tersebut. Beliau banyak memberikan nasihat dan motivasi kepada tim BASAbaliWIki agar tidak lekas jumawa terhadap prestasi yang sudah diterima. Selain itu, beliau juga berharap agar program-program yang ada di BASAbaliWiki dapat bermanfaat untuk seluruh lapisan masyarakat.</br>“Janganlah cepat jumawa saat dengan apresiasi-apresiasi baik yang diberikan. Tim BASAbaliWiki agar senantiasa meningkatkan kemampuannya dalam mengerjakan program-program yang nantinya dapat berguna untuk seluruh masyarakat, dari mulai generasi muda sampai generasi tua. Semua itu dapat terwujud apabila tim BASAbaliWiki senantiasa menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga sosial lainnya, instansi pemerintah, dan sekolah-sekolah yang ada di Bali”.</br></br>Salah satu pendiri BASAbaliWiki, Alissa Stern dalam sambutannya yang diwakili oleh Putu Eka Guna Yasa, S.S.,M.Hum menyampaikan pesannya agar keberadaan BASAbaliWiki dapat menjadi salah satu media digital yang senantiasa berupaya untuk melestarikan keberadaan bahasa Bali dalam era globalisasi saat ini.</br>“Keberadaaan bahasa-bahasa daerah di dunia semakin terdesak keberadaannya bahkan terancam mengalami kepunahan. Hal ini yang patut diperhatikan dalam situasi zaman saat ini. Untuk itulah, melalui BASAbaliWiki yang menggunakan media bahasa Bali dalam media digital ini dapat menjadi contoh dalam usaha melestarikan bahasa-bahasa daerah yang ada di wilayah Nusantara dan dunia Internasional”</br>Selain Alissa Stern, pendiri BASAbaliWiki lainnya yang hadir pada acara rapat tersebut adalah I Putu Suasta. Beliau memberikan banyak masukan sekaligus motivasi kepada para pengurus BASAbaliWiki, berkiatan dengan usaha-usaha baru yang kreatif dan inovatif untuk dilaksanakan dalam menjalankan program-program kerja BASAbaliWiki.</br></br>Rapat program kerja BASAbaliWiki tahun 2020 yang berjalan selama kurang lebih enam jam tersebut ditutup dengan acara kebersamaan yaitu dengan menuliskan berbagai mimpi atau harapan-harapan para pengurus BASAbaliWiki yang hadir, berkenaan dengan program-program kerja BASAbaliWIki dalam kurun waktu satu tahun dan diakhiri dengan dengan acara foto bersama. (@YesiCandrika BASAbaliWiki)foto bersama. (@YesiCandrika BASAbaliWiki))
    • Dewi Dian Reich  + (Bagian dari rangkaian potret Wajah Wayang Bagian dari rangkaian potret Wajah Wayang Wong Pura Taman Pule Mas Ubud. Sebelum pementasan dimulai, momen-momen intim para penari dan pengisi acara dalam rangka persiapan pementasan Wayang Wong Sakral.</br>Pura Taman Pule adalah sebuah Pura di desa Mas, Ubud di Bali. Tari topeng ini unik dan hanya ditampilkan di Pura ini. Itu tidak dilakukan di luar wilayahnya. Seperangkat topeng tokoh-tokoh dari epos Ramayana dan Mahabharata disimpan di Pura. Tidak ada yang bisa mengatakan secara pasti dari mana topeng ini berasal. Tidak ada catatan pasti tentang pemahat topeng atau bagaimana mereka bisa disimpan di Kuil. Informasi itu mungkin telah hilang akibat konflik atau perang dalam sejarah. akibat konflik atau perang dalam sejarah.)
    • Sang Ayu Putu Eny Parwati  + (Bahasa merupakan sumber daya yang mampu meBahasa merupakan sumber daya yang mampu mengungkap sebuah misteri budaya dan budaya hanya dapat diungkapan dengan bahasa. Bahasa dan budaya Bali adalah sebuah cermin jatidiri penuturnya. Bahasa dan budaya ‘memasak’ dalam masyarakat Bali memiliki makna tersendiri yang dapat diungkapkan melalui kajian Metabahasa Semantik Alami (MSA), seperti pada verba ngengseb, ngnyatnyat, dan nambus. Teori MSA ini dirancang untuk mengeksplikasi semua makna, baik makna leksikal, makna ilokusi, maupun makna gramatikal. Verba ‘memasak’ dalam bahasa Bali termasuk dalam kategori verba tindakan (perbuatan) dan verba proses. Dalam verba tersebut terjadi polisemi takkomposisi antara MELAKUKAN dan TERJADI sehingga pengalam memiliki eksponen: “X melakukan sesuatu pada Y, dan karena itu sesuatu terjadi pada Y”. Dengan metode simak libat cakap dan teknik catat, diperoleh sebanyak 12 leksikon data yang terkumpul, selanjutnya dieksplikasikan untuk merepresentasikan makna aslinya. Berdasarkan metode, sarana, dan entitas yang digunakan dalam ‘memasak’, lesksikon verba ini terbagi dalam tiga kelompok, yaitu (1) ‘memasak’ dengan sarana air: nyakan, nepeng, ngukus, ngengseb, nglablab, ngnyatnyat (2) ‘memasak’ dengan sarana api: nunu, manggang, nambus, dan nguling, (3) ‘memasak’ dengan sarana minyak dan tanpa minyak: ngoreng dan ngenyahnyah. Semua leksikon yang memiliki makna memasak di atas berpola sintaksis MSA: X melakukan sesuatu pada Y dan Y masak/matang (termasak).uatu pada Y dan Y masak/matang (termasak).)
    • Luh Yesi Candrika  + (Bahasa pertama yang diajarkan oleh seorangBahasa pertama yang diajarkan oleh seorang ibu kepada anaknya. Sejak berada di dalam kandungan, seorang ibu melakukan interaksi pada calon bayinya dengan menggunakan media bahasa. Suatu sistem lambang bunyi yang arbitrer, tetapi konvensional, bahasa berperan sebagai sarana komunikasi dalam interaksi sosial dan budaya. Sebagian besar masyarakat Bali menggunakan bahasa Bali sebagai alat komunikasi yang pertama dan utama, sehingga bahasa Bali merupakan bahasa ibu. Intensitas pengunaan bahasa Bali sebagai bahasa utama untuk berkomunikasi masih banyak ditemukan di kalangan pedesaan. Namun, di kalangan perkotaan yang masyarakatnya heterogen seperti Kota Denpasar, intensitas penggunaan bahasa Bali terutama dikalangan keluarga semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya pernikahan antar kebudayaan yang berbeda, keperluan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia lebih tinggi dari bahasa Bali (terutama dalam ranah akademis dan formal), serta munculnya anggapan bahwa mempelajari maupun menekuni bidang ilmu bahasa Bali tidaklah begitu penting karena tidak dapat menghasilkan banyak uang jika dibandingkan dengan memiliki kemampuan bahasa asing. </br></br>Pada dimensi yang bersamaan, ancaman kepunahan bahasa terus menerus dapat terjadi. Seperti yang dimuat pada Koran Kompas beberapa bulan yang lalu, dinyatakan bahwa sebanyak sebelas bahasa daerah telah mengalami kepunahan karena tidak lagi digunakan sebagai alat komunikasi oleh penuturnya. Misalnya, di daerah Papua, Maluku, dan Maluku Utara. Kemudian, bagaimanakah nasib bahasa Bali apabila penuturnya juga enggan menggunakan bahasa ibunya sendiri? Keberadaan bahasa Bali tentu tidak luput dari ancaman kepunahan. Untuk itu, pemerintah daerah provinsi Bali melakukan upaya-upaya guna mencegah kepunahan bahasa Bali dengan dibentuknya tim penyuluh bahasa Bali yang telah ditugaskan ke seluruh desa yang ada di Bali. Sementara itu, upaya lainnya untuk mempertahankan penggunaan bahasa Bali di ruang-ruang formal, yaitu dengan menetapkan hari khusus berbahasa Bali (Wrhspati mabasa Bali). Selain itu, apabila diamati dari media daring, usaha untuk mengembangkan bahasa Bali nampak dari semakin banyaknya tersedia kamus-kamus daring berbahasa Bali, papan ketik(keyboard) beraksara Bali, serta sarana belajar lainnya berupa video, gambar, buku-buku pelajaran tentang bahasa Bali, dan satua berbahasa Bali yang kini sudah tersedia di media daring. </br></br> Masyarakat Bali hendaknya menyadari bahwa, baik itu bahasa Bali dan aksara Bali keduanya merupakan identitas dari kebudayaan Bali. Terkait dengan hal tersebut, salah satu guru besar Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana, Prof. I Gusti Ngurah Bagus (alm) pernah mewacanakan bahwa bahasa adalah mahkota dari sastra. Kemudian wacana tersebut kembali dilanjutkan oleh salah satu budayawan Bali yang sekaligus pinisepuh Sanggar Mahabajrasandhi, Ida Wayan Oka Granoka yang mengatakan bahwa aksara Bali adalah mahkota kebudayaan Bali dan akal budi adalah mahkota bagi manusia itu sendiri. Maka, hubungan antara bahasa, sastra, dan aksara jika mengacu pada wacana kedua ahli tersebut, yaitu bahasa adalah mahkotanya sastra, aksara adalah mahkota budaya, dan akal budi adalah mahkota manusia. Lebih lanjut, mengacu pada pendapat para ahil tersebut dapat diperoleh suatu pemahaman bahwa, untuk mencetak dan membentuk manusia yang berakal budi atau dalam hal ini berkarakter, maka nilai kelokalan melalui bahasa dan aksara Bali sangat penting ditanamkan sejak dini. Dalam hal ini, keluarga memiliki peranan penting. Oleh sebab itu, peran orang tua atau keluarga merupakan benteng utama pemertahanan kebudayaan Bali dengan menanamkan nilai lokal yang adi luhung untuk membentuk pendidikan karakter anak sekaligus karakter Bangsa.</br></br>Pendidikan karakter merupakan suatu usaha mendidik anak (generasi muda) untuk menanamkan nilai-nilai positif dalam kehidupan, menggali dan mengembangkan potensi anak sesuai dengan minat dan kemampuannya, serta menanamkan rasa empati terhadap lingkungan di sekitarnya. Untuk itu, pendidikan karakter haruslah dimulai dari tingkat keluarga, terutama peranan orang tua dalam memberikan pemahaman, pengetahuan, dan contoh perilaku yang dapat diteladani oleh anak dalam masa pertumbuhannya. Tujuan dari pendidikan karakter adalah membangun jati diri anak sehingga dapat menentukan baik dan buruk dalam kehidupan, memiliki budi pekerti atau dasar etika yang kuat, dan dapat mengenali minat yang dicita-citakannya.</br></br>Bahasa Bali merupakan akar pendidikan karakter dalam kaitannya dengan budaya Bali. Alasannya karena bahasa Bali sebagai suatu sistem memiliki tata etika berbahasa yang disebut dengan anggah-ungguh basa Bali yang mengajarkan tentang norma kasantunan. Itulah yang juga membuat sistem anggah-ungguh basa Bali merupakan keunikan dari bahasa Bali. Selain itu, keunikan bahasa Bali lainnya yaitu memiliki aksara Bali. Keberadaan aksara Bali untuk menstanakan bahasa Bali menunjukkan peradaban kebudayaan Bali yang tinggi. Lebih lanjut, keunikan lainnya dari bahasa Bali, yaitu memiliki kosa kata yang kaya. Misalnya, untuk menerjemahkan sebuah kata seperti kata ‘makan’ bahasa Indonesia ke dalam bahasa Bali menjadi ‘neda’, ‘ngamah’, ‘ngaleklek’, ‘madaran’, ‘nunas’, ‘ngajeng’, ‘ngrayunang’. Untuk itulah, membangun kecintaan generasi muda terhadap bahasa daerah (dalam kaitannya bahasa Bali sebagai bahasa ibu) merupakan langkah pertamal untuk melestarikan dan mengembangkan budaya Bali.elestarikan dan mengembangkan budaya Bali.)
    • I Putu Tangkas Adi Hiranmayena  + (Baleganjur Benen Mua adalah “re-fusion” (WBaleganjur Benen Mua adalah “re-fusion” (Wallach, 2018) dari “Fix Your Face” oleh DIllinger Escape Plan, untuk Gamelan Baleganjur. Disusun dan dikonsep ulang oleh Putu Tangkas Adi Hiranmayena untuk Denver, Gamelan Tunas Mekar Colorado, karya ini menggunakan idiom dari kepekaan baleganjur tradisional dan kontemporer. Ini ditayangkan perdana pada konferensi “Sounding Out the State of Indonesian Music” 2018 di Cornell University di Ithaca, NY. Niat Hiranmayena dalam menciptakan karya ini adalah untuk mengkritik keadaan musik gamelan global dan mempertanyakan atribusi nilai identitas masyarakat Bali. atribusi nilai identitas masyarakat Bali.)
    • I Gede Robi Supriyanto  + (Bali saat ini turut berjuang menahan laju Bali saat ini turut berjuang menahan laju penyebaran virus Covid19. Ada banyak sekali pelajaran yang kita bisa ambil dari kebijakan lokal dan pengetahuan setempat untuk membantu perjuangan ini.</br>Salah satunya adalah belajar dari Hari Nyepi. Hari dimana seluruh pulau, selama 24 jam, di lockdown; diminta untuk melakukan Tapa Catur Brata Penyepian:</br>Amati Geni: Hemat energi</br>Amati Karya: Tidak bekerja mencari nafkah (Cuti)</br>Amati Lelungan: Tidak bepergian (#dirumahaja)</br>Amati Lelanguan: Tidak berpesta/berfoya-foya/menghibur diri secara berlebihan</br></br>Bali, lewat Nyepi, telah ada pengalaman bertahun-tahun melakukan ini. </br>Maka, anjuran untuk gerakan #dirumahaja sudah seharusnya bukan hal yang asing bagi warga Bali, karena hal ini sudah ada di gen dan darah warga Bali yang sudah melakukan ini setiap tahun.</br>Meski biasanya hanya sehari, dalam situasi darurat ini, perlu ditingkatkan ‘level’nya menjadi beberapa hari (atau minggu), hingga situasi benar-benar pulih.</br></br>Sama seperti solusi bagi banyak permasalahan di Bali dan Indonesia, Pandemic Corona tidak bisa ditanggulangi oleh sekelompok kecil individu yang sadar, pemerintah saja, ataupun segilintir tenaga medis berikut infrastrukturnya yang pas-pasan yang dimiliki oleh pulau ini, tapi membutuhkan kesadaran kolektif semua lapisan masyarakat, baik itu masyarakat adat, pemerintah, pengusaha, media, akademisi, tokoh spiritual, dan seniman/budayawan.</br>Semuanya mesti bahu-membahu berkontribusi di bidangnya, dan satu elemen mendukung elemen yang lain.</br></br>Di sinilah social resilience (ketahanan sosial) kita diuji. Kalau kita semua sanggup melewati bencana ini, maka kita patut bersyukur dan bolehlah berbangga diri. </br>Tapi isu Corona bukan isu sepele, sekali dia lepas kontrol, harga kerusakan yang ditimbulkannya akan terlalu besar.</br></br>Kita punya pengetahuan tentang Nyepi, dan akan sangat disayangkan kalau hal ini hanya kita rayakan sebagai ritual belaka. Kita harus memaknai manfaatnya, etika-nya, tujuannya, sehingga bisa kita implementasikan sebagai solusi atau cara-cara untuk mengatasi masalah-masalah yang riil.</br>Upacara tidak akan bermanfaat jika dia hanya ditempatkan sebagai simbol.</br>Simbol hanyalah simbol, untuk mengingatkan saja… hanya akan lebih berfaedah jika itu bisa ditransfer dalam bentuk kesadaran, gagasan, dan aksi.</br>Kita bangga punya “rasa” yang kuat…. sekarang tajamkan juga “logika", karena yang ideal adalah keseimbangan dari keduanya. </br></br>Berat memang. </br>Baru beberapa hari diam di rumah dan pengurangan nafkah yang drastis akibat sejumlah konser dibatalkan, Kami, sepertimu, juga rindu situasi pulih; berkumpul, bekerja bersama, bernyanyi bersama, mencium keringat tubuhmu, bersetubuh denganmu, seperti adegan dalam video klip kami ini.</br>Kami mengabadikan momen-momen itu agar kita mengingat bahwa kita makhluk sosial, dan solusi dari masalah berat ini adalah apabila kita menjaga kemanusiaan dan kepedulian kita pada sesama. </br>Sekarang, dalam situasi darurat ini, social distancing (menjaga jarak) adalah bentuk kepedulian kita kepada sesama. For a greater good. Untuk sementara saja.</br></br>Agar nanti tiba masanya dalam waktu dekat kita akan berkumpul kembali, dan bernyanyi bersama….</br>“Saat Semua Semakin Cepat, Bali Berani Berhenti!”</br>Dumogi rahayu,</br>Gede RobiBerani Berhenti!” Dumogi rahayu, Gede Robi)
    • Luh Yesi Candrika  + (Bertepatan dengan momentum Hari Pahlawan NBertepatan dengan momentum Hari Pahlawan Nasional pada bulan November tahun 2016 yang lalu, Bapak Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada salah satu tokoh pemimpin yang sangat membanggakan masyarakat Bali, yaitu I Gusti Ngurah Made Agung. I Gusti Ngurah Made Agung atau Cokorda Mantuk Ring Rana merupakan Raja Badung yang memimpin puputan saat melawan penjajah Belanda pada tanggal 20 September 1906. Sosok seorang I Gusti Ngurah Made Agung tidak hanya sebagai pejuang dalam puputan, tetapi beliau juga merupakan refleksi pejuang literasi. Maksudnya, sebagai seorang pemimpin yang nyastra, beliau telah melahirkan sejumlah karya sastra, di antaranya Geguritan Nengah Jimbaran, Geguritan Niti Raja Sasana, Geguritan Dharma Sasana, Geguritan Hrdaya Sastra, dan Geguritan Purwa Sanghara. </br> Karya-karya sastra yang demikian hebatnya, tidak mungkin dapat diwujudkan tanpa pembacaan karya sastra hebat lainnya dengan jumlah yang tentunya tidak sedikit. Misalnya pada salah satu karyanya, yaitu Geguritan Purwa Sanghara yang menguraikan tentang ciri-ciri atau awal (purwa) kehancuran zaman (sanghara). Untuk mengarang geguritan ini, I Gusti Ngurah Made Agung memetik cerita dari beberapa sastra di antaranya Adi Parwa, Mosala Parwa, dan Prasthanika Parwa untuk menyusun bagian pertama tentang hancurnya kerajaan Dwarawati dan Wangsa Yadu. Selanjutnya Kakawin Sutasoma digunakan untuk menyusun bagian kedua, yaitu mengenai pertempuran antara Sutasoma dan Purusadha. Serta Kitab Cantakaparwa digunakan untuk menyusun bagian ketiga yaitu pertempuran antara Suprasena dengan Rudradasa. </br> Berdasarkan sumber-sumber sastra yang dipetik oleh I Gusti Ngurah Made Agung dalam mengarang sebuah Geguritan Purwa Sanghara, kita mendapatkan kesan bahwa sebagai seorang raja, I Gusti Ngurah Made Agung memiliki ketertarikan yang besar terhadap karya-karya sastra Jawa Kuna. Usaha yang terus-menerus untuk belajar dan mengisi diri yaitu dengan aktifitas membaca, menulis, dan melakoni nilai-nilai sastra dalam kehidupannya (sebagai seorang raja). Mungkin hal-hal tersebut yang menjadi alasan Ida Bagus Gede Agastia, salah satu peneliti sekaligus penulis essay-essay berbahasa Jawa Kuna menyebut beliau dengan sebutan Cokorda Mantuk Ring Rana, Pemimpin yang Nyastra. </br> Kesadaran untuk bangkit dari kelisanan menuju keberaksaraan telah membuka periode baru dalam sejarah pemikiran manusia. Semangat memperjuangkan budaya literasi yang ditunjukkan oleh I Gusti Ngurah Made Agung melalui aktivitas membaca dan menulis, tentu memberikan petunjuk generasi-generasi selanjutnya untuk mengikuti jejak beliau. Selain kegiatan membaca dan menulis sebagai bentuk apresiasi terhadap karya-karya I Gusti Ngurah Made Agung, kegiatan lainnya seperti menembangkan karya-karya beliau serta mendiskusikan bersama karya-karya beliau juga tidak kalah penting untuk dilakukan. Selain itu, apresiasi sastra lainnya juga dapat dilakukan dengan melalui adaptasi karya, dan lain sebagainya. Hal-hal demikian penting dilakukan dalam upaya mewujudkan suatu budaya literasi yang bermanfaat untuk mencerahkan hidup, mempertebal keluhuran budi, dan mempertahankan identitas dan jati diri sehingga tidak hanyut oleh arus zaman. Nyala semangat literasi yang dikobarkan oleh I Gusti Ngurah Made Agung untuk gemar membaca dan mendalami sastra diharapkan mampu mengarahkan kehidupan generasi muda pada hal-hal yang positif dan bermanfaat. (BASAbali Wiki @YesiCandrika).bermanfaat. (BASAbali Wiki @YesiCandrika).)
    • Arya Lawa Manuaba, Ida Bagus  + (Buku yang membahas mengenai keberadaan makhluk hidup di luar Bumi dari pandangan Hindu.)
    • Dewi Dian Reich  + (Dipercayai bahwa Barong Landung adalah manDipercayai bahwa Barong Landung adalah manifestasi dari pasangan kerajaan, Raja Jayapangus dan Permaisuri Cina Kang Cing Wie.</br>Cerita berlanjut, bahwa pasangan kerajaan itu sangat mencintai tetapi setelah bertahun-tahun tidak juga dikaruniai anak. Membutuhkan penerus, Raja pergi ke Gunung Batur untuk bertapa dan mencari petunjuk. Saat dia bertapa di sana dia bertemu dan mengambil sebagai istri keduanya Dewi Danu. Putri Dewi Danau Batur. Setelah pernikahan kedua inilah konflik terus menghantui keluarga Raja Jayapangus. Singkatnya, Dewi Danau, marah melihat putrinya terluka dan dikhianati. Karena itu Dia menghancurkan Raja Jayapangus dan istri pertamanya Kang Cing Wie.</br></br>Baca artikel terkait di www.sawidji.com. Baca artikel terkait di www.sawidji.com)
    • Dewi Dian Reich  + (Dunia Tanpa Suara adalah Antologi seni danDunia Tanpa Suara adalah Antologi seni dan pemikiran. Dengan kontribusi dari Putu Suasta, Warih Wisatsana, Made Kaek, Putu Bonuz, Ellen Lane, Made Artawa, Wayan Suastama, Agung Putra, Made Delo Budiarta, Nyoman Handi, Tjandra Hutama, Made Somadita , David Hopkins, Kadek Sudiasa, ManButur Suantara, Sun Rong Fang, Wayan Juniari, Dewi Dian Reich.</br></br>Sawidji telah menyusun serangkaian karya seni dan puisi untuk presentasi khusus ini. Ini adalah sebuah antologi. Tema 'Dunia Tanpa Suara' ini terinspirasi oleh pengalaman luar biasa yang kami alami saat bekerja sama dengan Komunitas Sekolah Tuli Sushrusa. Bukan hanya tentang meningkatkan kesadaran tentang mereka yang memiliki perbedaan dalam komunitas dan bahasa isyarat kita. Mungkin yang lebih luar biasa, adalah mengalami realitas sifat inklusivitas. Sebagai nilai kuat yang memupuk empati kolektif yang tumbuh.</br></br>Sebagian besar pameran seni memiliki satu tujuan utama yaitu menampilkan dan menonjolkan karya seni dan seniman. Ini sama sekali tidak berbeda. Namun, mungkin semangat yang menyatukan ini sedikit berbeda. Agak eksperimental sehingga tidak dapat diramalkan apa hasilnya. Kami mengundang orang-orang di komunitas kami, baik itu sosial, digital, atau lokal untuk berpartisipasi dalam kontemplasi. Merenungkan konsep ‘Dunia Tanpa Suara’. Ini diterjemahkan menjadi 'Dunia Tanpa Suara' (meskipun dapat juga diterjemahkan menjadi 'Dunia tanpa suara'). Untuk berkontribusi pada refleksi ini menggunakan karya kreatif.</br></br>Semangat Inklusivitas</br></br>Undangan kami dilakukan dalam semangat inklusivitas. Bukan hanya seniman tetapi juga anggota komunitas lainnya yang merasa bahwa refleksi tentang tema ini bermanfaat. Dengan waktu dan ruang yang tersedia, kami hanya bisa mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua orang. Mereka yang karya dan kontribusinya memungkinkan kami mempersembahkan antologi ini. Satu untuk dinikmati semua komunitas kami. Ini sangat kaya dengan wawasan dan pembelajaran. Yang sarat dengan pelajaran hidup dari segala penjuru pengalaman hidup.</br></br>Dengan kebebasan dan keintiman pribadi seperti itu, semua orang datang ke pesan pribadi mereka tentang imajinasi mereka 'Dunia Tanpa Suara'. Untuk setiap kesadaran pada setiap individu, itu adalah pelajaran kebijaksanaan, empati atau hanya keindahan yang bisa kita ikuti.</br>terima kasih yang tulus kepada semua orang yang membuka diri dan dengan murah hati membagikan waktu, kreasi, dan pemikiran mereka kepada kami. Kami merasa terhormat atas kemurahan hati para seniman dan penulis berbakat yang telah bersatu dalam antologi seni dan pemikiran ini, dengan semangat inklusivitas.</br></br>Pameran Online tersedia untuk dilihat di Sawidji.com https://sawidji.com/2023/04/16/world-without-sound-an-anthology/23/04/16/world-without-sound-an-anthology/)
    • Nyoman Butur Suantara  + (Fotografi lanskap sangat memuaskan saat AnFotografi lanskap sangat memuaskan saat Anda menjelajahi genre ini. Apalagi jika Anda cukup beruntung untuk tinggal di tempat yang memiliki destinasi menakjubkan semuanya dalam jarak dekat dan kaya keragaman seperti yang kita miliki. Gambar ini diambil di Yeh Malet di Kabupaten Karangasem Bali. Pantai Yeh Malet sebenarnya terkenal dengan Pantai Wates-nya, karena pasir hitamnya yang memantulkan cahaya. Seringkali melalui popularitas, salah satu aspek dari suatu daerah mendapat eksposur dan kita sering tidak melihat banyak lapisan keindahan yang hadir setiap hari. Seperti pada gambar ini. Bukan pantai pasir hitam populer yang cerah, tetapi di malam hari, kehidupan desa masih berjalan.malam hari, kehidupan desa masih berjalan.)
    • I Gde Nala Antara  + (I Gede Nala Antara pinaka Tim Pembangunan I Gede Nala Antara pinaka Tim Pembangunan Gubernur Bali pinaka Keynotespeech maosang indik Bali madué potensi peradaban sané ageng. Silih sinunggil dasar sané ngawinang Bali madué dasar panglimbak kawagedan manusané sané kuat santukan basa Bali madué aksara soang-soang. Saking akéh basa lokal sané wénten ring Indonésia, basa Bali wantah silih tunggil basa sané madué aksara. “Aksara wantah silih tunggil sarana komunikasi, mawinan inovasi aplikasi digital nganggén aksara Bali prasida kalimbakang ring sajeroning pendidikan aksara Bali.ng ring sajeroning pendidikan aksara Bali.)
    • I Gde Nala Antara  + (I Gede Nala Antara pinaka Tim Pembangunan I Gede Nala Antara pinaka Tim Pembangunan Gubernur Bali pinaka Keynotespeech maosang indik Bali madué potensi peradaban sané ageng. Silih sinunggil dasar sané ngawinang Bali madué dasar panglimbak kawagedan manusané sané kuat santukan basa Bali madué aksara soang-soang. Saking akéh basa lokal sané wénten ring Indonésia, basa Bali wantah silih tunggil basa sané madué aksara. “Aksara wantah silih tunggil sarana komunikasi, mawinan inovasi aplikasi digital nganggén aksara Bali prasida kalimbakang ring sajeroning pendidikan aksara Bali.ng ring sajeroning pendidikan aksara Bali.)
    • David Metcalf  + (Ini adalah tarian yang sangat populer di dIni adalah tarian yang sangat populer di desa-desa. Asalnya dari tahun 1930-an. Disebut juga tari Cinta, tarian ini dibawakan oleh 10 pasangan muda yang belum menikah, serta melibatkan nyanyian dan tarian mengikuti gambelan gerakan rayuan. Janger berarti tergila-gila. Jadi, para remaja putra dan putri saling menggoda satu sama lain selama tarian itu, menciptakan hubungan yang bahagia, menyenangkan dan terkadang lucu.</br></br>Para penari telah berlatih tarian ini sejak berbulan-bulan di Desa Pesalakan, sebuah desa tradisional sekitar 15 menit dari pusat Ubud. Latihannya cukup lama karena banyak yang belum pernah menari sebelumnya.</br></br>Jadi ini adalah kebangkitan budaya melalui tarian yang sangat penting untuk disaksikan dengan banyaknya influencer modern yang mempengaruhi budaya di pulau dewata.</br></br>Salah satu tujuan utama dari Proyek Kebersamaan ini adalah untuk melestarikan dan menghidupkan kembali budaya di kalangan generasi muda. Tarian ini adalah contoh kebersamaan yang luar biasa, karena menyatukan generasi muda untuk mempraktikkan dan mengekspresikan budaya mereka.ktikkan dan mengekspresikan budaya mereka.)
    • Putu Sucita Yanthy  + (Jumlah perempuan Bali yang menempuh pendidJumlah perempuan Bali yang menempuh pendidikan di bidang pariwisata pada berbagai tingkatan menunjukkan peningkatan sejalan dengan perkembangan lembaga pendidikan pariwisata dan industri pariwisata di Bali. Artikel ini menganalisa motivasi perempuan Bali dalam menempuh pendidikan pasca sarjana di bidang pariwisata, dimulai dari tingkat sarjana hingga doktoral. Menggunakan metode kuantitatif, artikel ini menampilkan data yang dikumpulkan melalui wawancara dengan 30 perempuan bali yang termotivasi untuk mengambil pendidikan bidang pariwisata karena beberapa alasan, seperti motivasi untuk mendapatkan pekerjaan di bidang pariwisata, mereka memiliki kerabat yang juga bekerja di bidang pariwisata, dan mereka tinggal di Bali dimana terdapat banyak peluang kerja di bidang ini. Dengan mengambil pendidikan kepariwisataan, perempuan Bali yang menjadi informan bagi studi ini membuktikan bahwa mereka telah menemukan pekerjaan dan karir yang lebih baik pada sektor ini. Pengalaman mereka juga menjadi inspirasi bagi perempuan Bali lainnya untuk menjalani karir yang serupa.lainnya untuk menjalani karir yang serupa.)
    • Arya Lawa Manuaba, Ida Bagus  + (Kadek Haricatra punya kemampuan aneh. Dia Kadek Haricatra punya kemampuan aneh. Dia bisa melihat bunga Nagapuspa, bunga lotus emas yang tumbuh di batu. Bunga itu bisa menyembuhkan semua penyakit manusia. Namun Epsilon, perusahaan obat terbesar di negeri itu sangat ingin merebut Nagapuspa. Kadek Haricatra ingin dibunuh. Dia harus lari!k Haricatra ingin dibunuh. Dia harus lari!)
    • Dewi Dian Reich  + (Kala dan Penjaga Merefleksikan sifat WaktuKala dan Penjaga</br>Merefleksikan sifat Waktu dan hubungan kita dengan Bumi dan Roh melalui perjalanan konseptual.</br>Pameran kolaborasi karya Dewi Dian, ManButur Suantara, Nyoman Handi.</br></br>Kala dan Wali membuat konsep ide abstrak. Tema utama yang kami jelajahi di sini adalah Kala, Bumi, dan Roh. Di dalam dan dari diri mereka sendiri, sifat mereka. Selain melihat ketiga entitas ini secara terpisah, jalinan ketiganya bersama-sama dalam kolaborasi ini adalah untuk meminta Anda menjelajahi hubungan Anda dengan masing-masing elemen tersebut.</br></br>Kala, Bumi dan Roh</br>Kala dikenal memiliki banyak definisi. Di antaranya adalah waktu, kematian, seni pertunjukan, dan dewa-dewi tertentu dalam mitologi Hindu, Jawa, dan Bali. Namun, terlepas dari banyaknya cerita asal mula, ada benang merah yang menghubungkan bahwa Kala adalah semua manifestasi itu. Namun, dalam Kolaborasi ini, Kala adalah kanvas kami. Di sini Kala didefinisikan secara khusus melalui manifestasinya sebagai WAKTU. Dari ketiga karakter yang kami perkenalkan, Kala adalah yang tidak berwajah. Dia tidak direpresentasikan sebagai potret, atau dalam lukisan. Namun, dia hadir di dalamnya dan dengan cara yang signifikan. Itu juga bagian dari tampilan dan penjelajahan kami tentang Waktu. Bagian dari refleksi di mana Sawidji mengajak Anda untuk merenung.</br></br>Bagaimana media seni yang berbeda memperkuat pesan..</br></br>Kala dialami melalui potret konseptual dari dua Penjaga yang mewakili Dunia Bumi kita dan Dunia Spiritual kita. Potret-potret Penjaga Bumi dan Arwah diciptakan melalui kombinasi instalasi dan fotografi Dewi Dian dan ManButur Suantara. Lukisan-lukisan Nyoman Handi menjawab pertanyaan dan renungan yang dilontarkan oleh para potret Wali.</br></br>Kolaborasi, Lebih dari Sekedar Kata</br></br>Semua medium yang hadir dalam kolaborasi ini membawa kualitas yang sangat berbeda. Sawidji memimpin dengan fotografi. Namun, karya fotografi sebenarnya adalah mitra karya instalasi. Potongan instalasi yang kami buat bersama sebagai sebuah tim. Pembuatan kostum dan instalasi studio bersama sebagai satu tim benar-benar menjadi inti dari setiap kolaborasi kami. Benih sebuah ide mungkin tunggal, tetapi saat ia bertunas dan tumbuh, semua elemen yang berkontribusi adalah yang memungkinkannya tumbuh dan berkembang. Sama halnya dengan Sawidji Collaborations.</br></br>Para seniman yang berkumpul menyepakati pesan tersebut. Kami merasakan hal yang sama tentang pesan itu. Itu beresonansi dalam diri kita masing-masing. Dengan kepercayaan dan kesepakatan ini, kami bergerak bersama sepanjang hari dan menciptakan bersama, perwujudan terbaik dari konsep kami. Sebenarnya ada banyak kebebasan. Banyak ruang bagi setiap orang untuk secara spontan melakukan perubahan dan mencoba hal baru. Tidak ada jalan pintas untuk proses tersebut. Pekerjaan kami adalah hasil dari proses pertumbuhan dan pendewasaan untuk setiap konsep, dan ini dilakukan bersama.</br></br>Pameran Online tersedia untuk dilihat https://sawidji.com/2022/12/13/kala-and-the-guardians-a-timely-reflection/ala-and-the-guardians-a-timely-reflection/)
    • Ni Putu Tirka Widanti  + (Keanekaragaman bahasa lingkungan Green SchKeanekaragaman bahasa lingkungan Green School Bali perlu dikaji, khususnya khazanah green ekoleksikon karena mencerminkan upaya strategis untuk melestarikan kearifan lokal budaya Bali. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Data diperoleh dari lingkungan pendidikan Green School Bali dengan menggunakan metode observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kategori gramatikal dari leksikon 'hijau' adalah nomina dan verba yang berupa kata dasar dan frasa. Sedangkan, konstruksi sintaksis 'hijau' di Green School Bali mengandung leksikon natural, contohnya seperti frase kata benda seperti 'bambu hitam', dan frase verba seperti bermain jegog 'memainkan jegog' sedangkan dimensi praksis sosial dari ekoleksikon hijau yaitu dimensi ideologis, dimensi sosiologis dan dimensi biologis. Penelitian ini juga secara unik berkontribusi melestarikan konsep kearifan lokal dalam aksi nyata dalam konteks pendidikan internasional di Bali. konteks pendidikan internasional di Bali.)
    • Margaret Coldiron  + (Kesejajaran visual dan koreografi antara tKesejajaran visual dan koreografi antara topeng tradisional Jepang dan Bali sangat mencolok, dan, meskipun keterkaitan yang tepat antara topeng dari kedua budaya ini tidak dapat dibuktikan dengan data yang dapat diverifikasi secara historis, penjajaran genre serupa berguna untuk memahami tari topeng itu sendiri. Topeng yang dibahas adalah Shishi anjing/singa (Jepang) dan Barong (Bali), Hannya (Jepang) dan Rangda (Bali) yang mirip penyihir, dan orang tua suci Okina (Jepang) dan Sidha Karya (Bali). Pertautan yang mungkin dapat digolongkan sebagai difusi budaya dan perpaduan pola persepsi manusia. Namun, bahasa visual di mana karakter topeng ini diekspresikan dan mitologi yang menggambarkannya mungkin berasal dari model Tantra India.a mungkin berasal dari model Tantra India.)
    • I Dewa Putu Berata  + (Legong Somia mengisahkan tentang sejarah sLegong Somia mengisahkan tentang sejarah spiritual mengenai keberadaan dari burung bangau atau kokokan di Desa Bedulu, Ubud. Dikisahkan bahwa pada tahun 60an ketika terjadi tragedi kemanusiaan di Indonesia, Desa Bedulu melakukan suatu upacara keagamaan agar jiwa-jiwa yang meninggal dalam tragedi yang terjadi di banyak desa di Bali termasuk di Bedulu bisa lebur dan menyatu dengan Sang Pencipta. Maka ketika upacara tersebut dilaksanakan, tiba-tiba hadir puluhan bahkan ratusan burung bangau yang sampai saat ini banyak menghuni pepohonan yang ada di Bedulu. Rakyat di sana percaya bahwa burung-burung tersebut merupakan perwujudan dari jiwa-jiwa yang kini telah tenang berkat diadakannya upacara 'nyomya' atau penyucian jiwa-jiwa yang diadakan di Desa Bedulu. Burung-burung ini juga dianggap pembawa berkah, sehingga keberadaannya sangat dilindungi di Desa Bedulu.adaannya sangat dilindungi di Desa Bedulu.)
    • Dewi Dian Reich  + (Lima seniman dari berbagai bidang seni yanLima seniman dari berbagai bidang seni yang aktif dalam Sawidji Artist Collective mengeksplorasi pertanyaan ‘apa yang menjadikan kita manusia?’ Ini adalah kolaborasi bertajuk “Manus, Perjalanan Sadar” yang dibuka pada 15 Desember 2023 dan akan dibuka untuk umum. hingga 3 Februari 2024. Pameran ini merupakan Kolaborasi Sawidji bekerja sama dengan Sudakara Art Space, Sanur, Bali, Indonesia.</br></br>Artis yang terlibat dalam kolaborasi Manus adalah Dibal Ranuh, Made Kaek, Nyoman Butur Suantara, Tjandra Hutama, dan Dian Dewi. Kelima seniman yang memiliki “warna” kuat, militan dan terbukti di bidangnya masing-masing bersatu dan larut dalam “Manus”.</br></br>Kolaborasi seni multidisiplin termasuk seni lukis, patung, fotografi, media digital, dan seni instalasi film.i, media digital, dan seni instalasi film.)
    • I Wayan Gunayasa  + (Melasti adalah rangkaian upacara ketika akMelasti adalah rangkaian upacara ketika akan mengadakan upacara di pura keluarga atau pura desa, Melasti adalah penyucian atau pembersihan perangkat-perangkat yanga akan di upacarai di pura. Melasti biasanya di laksanakan di pantai tetapi dibeberapa tempat di Bali bisa juga di sungai atau danau. Masyarakat yang akan melaksanakan upacara di puranya akan dengan sukarela ikut berjalan kaki menuju tempat pemelastian.t berjalan kaki menuju tempat pemelastian.)
    • Putu Eka Guna Yasa  + (Menerjemahkan merupakan salah satu puncak Menerjemahkan merupakan salah satu puncak keterampilan IGB Sugriwa yang kini semakin langka. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk membahas dua hal, yaitu: (1) menelusuri karya terjemahan yang dihasilkan oleh IGB Sugriwa; (2) model penerjemahan yang dikembangkan oleh IGB Sugriwa dalam Kakawin Rāmatantra. Untuk mencapai tujuan tersebut, artikel ini menggunakan metode penyediaan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis. Pada tahap penyediaan data, digunakan metode observasi dan wawancara untuk menemukan karya terjemahan IGB Sugriwa. Selanjutnya, terjemahan IGB Sugriwa diklasifikasikan menurut genre dan Kakawin Rāmatantra dianalisis untuk menemukan model terjemahan yang dikembangkan oleh IGB Sugriwa. Berdasarkan analisis tersebut, artikel ini menemukan bahwa IGB Sugriwa telah menerjemahkan 13 karya sastra. Karya-karya terjemahan termasuk dalam karya sastra seperti Kakawin Dharma Shunya (1954), Kakawin Sutasoma (1956), Bharata Yuddha (1958), Kakawin Ramayana (1960), Kakawin Arjuna Wiwaha (1961) dan Kakawin Rāmatantra(t.t). Sedangkan karya terjemahan yang termasuk dalam pidato tersebut adalah Sang Hyang Kamahayanikan (1957) dan Sarasamuccaya (1967). Sementara IGB Sugriwa juga cukup produktif menerjemahkan teks-teks yang berkaitan dengan historiografi tradisional Bali lintas marga seperti Babad Pasek (1957), Babad Blahbatuh (1958), Dwijendra Tattwa (1967), Babad Pasek Kayu Selem (tt), dan Prasasti Pande. (tt). Model penerjemahan yang dikembangkan oleh IGB Sugriwa dalam Kakawin Rāmatantrais dirumuskan menjadi empat tahap, yaitu (1) kosabasa (kosa kata); (2) kretabasa (tata bahasa), (3) bhasita paribhasa (gaya bahasa); dan bhasita mandala (konteks budaya).sa); dan bhasita mandala (konteks budaya).)
    • Dewi Dian Reich  + (Mengenal Topeng Keramat Bali, melalui persMengenal Topeng Keramat Bali, melalui perspektif para seniman yang kehidupannya terjalin erat. Karakter 'Topeng Keras' dan Pembuat Topeng' dan penari mengalaminya.. kutipan dari artikel..</br> </br>Topeng Keras adalah salah satu dari 5 karakter yang ditampilkan dalam Tarian Upacara Topeng Babad (merujuk Topeng Babad Hari Ini). Di antaranya adalah Topeng Ratu (Topeng Raja), Topeng Tua (Topeng Tua), Topeng Sidakarya (Topeng Sidakarya), Topeng Bondres (Topeng Rakyat Biasa) Kadek menjelaskan bahwa menurut aturan pembuatan topeng di Bali, topeng yang pertama adalah Topeng Keras Topeng Keras adalah 'Patih' (Menteri Raja) Kata Patih atau Pepatih adalah gelar bupati yang secara tradisional digunakan di antara pemerintahan Austronesia di kepulauan Asia Tenggara. Pertama-tama, ini menunjukkan kepala menteri kerajaan atau kabupaten tradisional. Kata ini berasal dari kata Sanskerta Patih yang berarti pemelihara, penguasa atau pemandu."erarti pemelihara, penguasa atau pemandu.")
    • Dewi Dian Reich  + (Menggali apa yang ada di dalam karakter 'TMenggali apa yang ada di dalam karakter 'Topeng Keras'. Salah satu Topeng sakral yang muncul di Topeng Babad. Salah satu Ritual Tari Topeng tertua dan paling sakral di Bali. Serangkaian potret yang mengeksplorasi karakter yang bergema dalam Topeng Keras, tarian dan penari. Dan hubungan antara ketiganya.dan penari. Dan hubungan antara ketiganya.)
    • Kadek Sudiasa  + (Menggali apa yang ada di dalam karakter 'TMenggali apa yang ada di dalam karakter 'Topeng Keras'. Salah satu Topeng sakral yang muncul di Topeng Babad. Salah satu Ritual Tari Topeng tertua dan paling sakral di Bali. Sebuah bab dalam seri The Living Masks of Bali.</br></br>Topeng Keras adalah salah satu dari 5 karakter yang muncul dalam Tarian Upacara Topeng Babad (lihat ‘Topeng Babad Hari Ini’). Di antaranya adalah Topeng Ratu (Topeng Raja), Topeng Tua (Topeng Tua), Topeng Sidakarya (Topeng Sidakarya), Topeng Bondres (Topeng Rakyat Biasa). Kadek menjelaskan, sesuai aturan pembuatan topeng di Bali, topeng yang pertama adalah Topeng Keras. Topeng Keras adalah 'Patih' (Menteri Raja) Kata Patih atau Pepatih adalah gelar bupati yang secara tradisional digunakan di kalangan masyarakat Austronesia di kepulauan Asia Tenggara. Pertama-tama, itu menunjukkan menteri utama kerajaan atau kabupaten tradisional. Kata tersebut berasal dari kata Sansekerta Patih yang berarti pemelihara, penguasa atau pembimbing.arti pemelihara, penguasa atau pembimbing.)
    • Dewi Dian Reich  + (Merefleksikan sifat Waktu dan hubungan kitMerefleksikan sifat Waktu dan hubungan kita dengan Bumi dan Roh melalui perjalanan konseptual. Ref exhibition guide </br></br>https://sawidji.com/2022/12/13/kala-and-the-guardians-a-timely-reflection/</br></br></br>Kala dikenal memiliki banyak definisi. Di antaranya adalah waktu, kematian, seni pertunjukan, dan dewa-dewi tertentu dalam mitologi Hindu, Jawa, dan Bali. Namun, terlepas dari banyaknya cerita asal mula, ada benang merah yang menghubungkan bahwa Kala adalah semua manifestasi itu. Namun, dalam Kolaborasi ini, Kala adalah kanvas kami. Di sini Kala didefinisikan secara khusus melalui manifestasinya sebagai WAKTU.</br></br>Kala dialami melalui potret konseptual dari dua Penjaga yang mewakili Dunia Bumi kita dan Dunia Spiritual kita. Potret-potret Penjaga Bumi dan Arwah diciptakan melalui kombinasi instalasi dan fotografi Dewi Dian dan ManButur Suantara. Lukisan-lukisan Nyoman Handi menjawab pertanyaan dan renungan yang dilontarkan oleh para potret Wali.an yang dilontarkan oleh para potret Wali.)
    • Dewi Dian Reich  + (Merefleksikan sifat Waktu dan hubungan kitMerefleksikan sifat Waktu dan hubungan kita dengan Bumi dan Roh melalui narasi media campuran konseptual. Pameran kolaborasi karya Dewi Dian, ManButur Suantara, Nyoman Handi.</br>Kala & the Guardians Limited Editions menyajikan karya-karya pilihan dari proyek kedua yang dipersembahkan oleh Sawidji dalam apa yang telah menjadi cara naratif konseptual kami. Kisah kami tumbuh bersama dari tema awalnya hingga proses yang berfokus pada instalasi di Sawidji Studio. Dari desain kostum hingga pementasan studio, dokumentasi prosesnya membawa banyak makna bagi kami seperti halnya gambar akhir yang kami sajikan.seperti halnya gambar akhir yang kami sajikan.)
    • Luh Yesi Candrika  + (Pada saat para pelajar melaksanakan anjuraPada saat para pelajar melaksanakan anjuran pemerintah mengenai pembatasan sosial (social distancing) karena wabah Virus Corona (Covid-19) yang terjadi hampir di seluruh dunia, BASAbali Wiki mengisi waktu tersebut dengan mengadakan Wikithon. Wikithon merupakan lomba membuat kalimat berbahasa Bali pada kamus daring BASAbali Wiki. Lomba yang dilaksanakan untuk kedua kalinya semenjak tahun 2019 ini, dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 29 Maret 2020. Acara yang dimulai dari pukul 08.30 pagi hingga pukul 22.30, dibagi menjadi enam sesi. Lomba ini diikuti oleh 133 peserta pelajar dari mulai tingkat smp, sma, perguruan tinggi, hingga masyarakat umum. Para peserta berasal dari beberapa wilayah kabupaten/kota di Bali, di antaranya Denpasar, Badung, Tabanan, Karangasem, Klungkung, Buleleng, dan Gianyar. Selain itu, ada pula peserta asal Bali yang berdomisili di Thailand mengikuti lomba ini. Sebanyak 1.971 kalimat berbahasa Bali berhasil diunggah berkat acara Wikithon ini. </br> Sebelum acara ini dimulai, Ketua Dewan Pembina Yayasan BASAbali Wiki yaitu DRs. I Gede Nala Antara, M.Hum. memberikan sambutannya kepada seluruh peserta melalui media daring. Beliau mengungkapkan rasa syukur dan bahagia atas banyaknya partisipasi dari para peserta untuk mengikuti acara Wikithon. Pada kesempatan itu pula, ketua dewan pembina Yayasan BASAbali Wiki juga memiliki harapan agar lomba membuat dan memasukkan kalimat-kalimat berbahasa Bali pada kamus BASAbali Wiki, keberadaaan bahasa Bali dapat terus dipertahankan, lestari, dan terus digunakan seiring dengan kemajuan saman. </br> Ketua panitia lomba Wikithon tahun 2020, I Kadek Widiantana, S.Pd.,M.Pd. juga berharap agar semakin banyak masyarakat Bali yang menanamkan rasa kecintaannya terhadap bahasa Bali sebagai bahasa ibu masyarakat Bali. Selain itu, melalui lomba Wikithon yang mneggunakan media digital atau daring, bahasa Bali diharapkan dapat semakin dekat dengan generasi muda, serta harapannya bahasa Bali senantiasa dapat digunakan sebagai sarana berkomunikasi. Harapan lainnya melalui acara ini, kata dan kalimat berbahasa Bali yang diunggah melalui media daring dapat menjadi sarana dokumentasi digital sehingga bahasa Bali dapat tetap bertahan selamanya. Tidak lupa juga beliau menjelaskan bahwa lomba Wikithon ini dapat berjalan karena bantuan dari para sponsor, di antaranya Waterboom, Sorga Bali Chocolate, United in Diversity, Matt’s Burger, Italian Riviera Restaurant and Bar, Taco Beach Grill, dan Puri Konveksi.</br> Wikithon yang dilaksanakan tahun 2020 ini dibagi menjadi dua kategori. Kategori pertama, secara kuantitas para pemenang merupakan peserta yang menulis kalimat paling banyak disetiap sesinya dan secara kualitas para peserta mampu membuat kalimat dengan penggunaan ejaan penulisan yang tepat, baik dalam penggunaan tata bahasa, dan anggah-ungguh bahasa Bali yang baik. Para pemenang untuk kategori ini yaitu Dharma (saking Badung), Krismantara (saking Denpasar), Weda (saking Singaraja), Dharma (saking Badung), Ayumi (saking Denpasar), dan Jayanta (saking Singaraja). Sementara itu, untuk kategori yang kedua, merupakan para peserta yang secara kuantitas paling banyak mengunggah kalimat dalam setiap sesinya. Para pemenang untuk kategori ini yaitu Dharma (saking Denpasar), Bayu (saking Tabanan), Indah (saking Singaraja), Krismayanti (saking Badung), Weda (saking Singaraja), dan Krisna (saking Denpasar). </br> Salah satu mahasiswa Program Studi Sastra Bali Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana yang merupakan salah satu pemenang lomba Wikithon tahun 2020 ini yaitu I Made Adi Krismantara mengatakan, lomba ini sangat bermanfaat. Dengan adanya lomba ini, dapat mengisi waktu belajar di rumah, sesuai dengan anjuran pemerintah untuk mencegah penularan wabah Virus Corona dengan membatasi kegiatan di luar rumah. Selain itu, dengan adanya lomba ini menjadi kesempatan yang baik untuk meningkatkan kemampuan bahasa Bali, terutama mengenai ejaan, tata bahasa, dan anggah-ungguh bahasa Bali. Semenara itu, lomba ini telah memberikan kesempatan belajar untuk lebih disiplin dan tepat waktu menulis dan mengunggah kalimat ke dalam kamus daring BASAbali Wiki. Mahasiswa yang baru duduk di semester enam ini juga berharap agar lomba Wikithon dapat diadakan setiap tahunnya.</br> Acara lomba Wikithon BASAbali Wiki yang diadakan selam sehari ini ditutup dengan penyerahan hadiah kepada para pemenang berupa uang, voucher, dan kenang-kenangan lainnya. Melalui acara ini, kita dapat memaknai usaha untuk melestarikan bahasa Bali dewasa ini dan sangat baik jika bersinergi dengan teknologi digital. (@YesiCandrika BASAbali Wiki)ogi digital. (@YesiCandrika BASAbali Wiki))
    • I Nyoman Kaler  + (Panji Semirang adalah tari kreasi tradisioPanji Semirang adalah tari kreasi tradisional Bali yang termasuk jenis tari kakebyaran, yaitu tarian dengan iringan gamelan gong kebyar yang umumnya menggunakan pukulan makebyar saat mengawali tabuhan. Tarian ini diciptakan oleh I Nyoman Kaler tahun 1942, mengisahkan pengembaraan Galuh Candra Kirana yang menyamar sebagai seorang laki-laki bernama Panji Semirang untuk mencari kekasihnya Raden Panji Inu Kertapati. Tari Panji Semirang disajikan sebagai tarian tunggal bebancihan, yaitu tari dengan karakter antara laki-laki dan perempuan, halus dan lembut. Meski aslinya merupakan tari tunggal namun Panji Semirang sering dibawakan dalam bentuk drama tari yang melibatkan banyak penari.</br></br>Struktur tari Panji Semirang yang berkembang di masyarakat saat ini umumnya hanya berupa nukilan dan tidak dibawakan secara lengkap. Struktur tari yang lengkap terdiri dari: (1) Papeson; (2) Ngumbang; (3) Pangecet; (4) Pangadeng/Tetangisan; (5) Ngumbang; (6) Tindak Dua; (7) Ngumbang; (8) Ocak-ocakan; (9) Ngumbang; (10) Pakahad pertama; (11) Ngumbang); (12) Pangipuk; dan (13) Pakahad kedua akhir tarian.</br>Struktur tari yang pendek terdiri dari (1) Papeson, gerakan-gerakan yang mengawali tarian; (2) Ngumbang, gerakan peralihan ke urutan tari berikutnya dengan cara berputar ke arah belakang, membuat pola lantai angka delapan (luk penyalin), tangan kanan ditekuk sejajar dada dan tangan kiri memegang ujung kain (kancut); (3) Pangecet, gerakan dalam struktur tari yang dilakukan dalam ritme cepat; (4) Pangadeng/Tetangisan, gerakan tari yang menggambarkan kesedihan; (5) Ngumbang menuju akhir tarian. </br></br>Adapun ragam gerak tari Panji Semirang sesuai urutannya terdiri dari manganjali (gaya sembah sebagai representasi cara bersembahyang orang Bali dalam kesehariannya), mungkah lawang, agem, seledet (gerakan mata ke sudut atas/samping disertai gerakan leher), luk naga satru (gerakan kedua tangan diputar ke dalam disertai pandangan mata ke arah tangan yang lebih tinggi, menggambarkan dua ekor naga yang saling berpandangan), luk nerudut, ngelier, ngileg, ngangget, ulap-ulap, agem nyigug, miles, nadab gelung, nadab pinggel, gandang arep, ombak angkel, ngeseh, nguses, ngeteb, ngumbang, luk ngelemat, ngucek, jongkok Panji Semirang, ngileg, nyalud, ngiluk, ngepel, ngeliput, tanjek ngandang, nyogok, maserod, dan nyakup bawa.</br></br>Busana penari Panji Semirang terdiri dari: (1) Gelungan dengan bentuk jejateran (udeng-udengan), dibuat dari kain prada yang kemudian berkembang menggunakan kulit sapi yang diukir dan dicat prada. Ada juga modifikasi dari kain beludru yang disulam dengan benang gim; (2) Badong bundar berbahan kulit yang diukir dan diprada, atau sulaman kain beludru; (3) Tutup dada dari bahan sulaman kain beludru; (4) Gelang kana dari kulit yang diprada, dikenakan di pergelangan tangan dan sedikit di bawah pangkal lengan; (5) Sabuk dari bahan kain yang diprada; (6) Ampok-ampok, bahannya sama dengan badong; (7) Kamen (kain) prada warna hijau menjulur di samping kiri (makancut). Penari juga membawa kipas prada sebagai properti tari, yang digerakkan dengan tangan kanan dalam sikap tertentu. Aksesoris berupa bunga imitasi sandat satu atau dua buah sebagai hiasan pada gelungan. Bunga kamboja merah diselipkan di telinga kanan, sedangkan telinga kiri bunganya berwana putih. Tata rias wajah cantik dengan mempertegas raut wajah memakai kosmetik.</br></br>I Nyoman Kaler yang juga ahli karawitan, menciptakan sendiri musik iringan untuk tari-tariannya. Terkadang bahkan musiknya lebih dahulu ada sebelum tariannya, seperti Tabuh Telu (Demang Miring), Kebyar Dang (Mergapati), dan Kebyar Dung (Panji Semirang) yang semuanya menggunakan gamelan gong kebyar. I Nyoman Ridet dari Kerobokan yang merupakan murid Kaler, menciptakan gending iringannya juga diawali dengan nada Dung tetapi dengan melodi yang berbeda. Pada bagian pangadeng/tetangisan dipakai melodi lagu Sriwijaya, yang mengagungkan kerajaan Sriwijaya di Palembang sebagai pusat perkembangan agama Budha di Indonesia. Jadi iringan musik tari Panji Semirang mempunyai dua versi, yaitu pada bagian papeson (awal tarian), dan pangadeng/tetangisan (penggambaran kesedihan). Musik iringan dalam tari Panji Semirang sangat mendominasi sehingga penari harus mengikuti gemelan iringan yang telah memiliki pola tertentu.</br></br>Tari Panji Semirang tergolong balih-balihan, yaitu tarian yang berfungsi sebagai tontonan. Tarian sebagai sebuah tontonan harus dapat menampilkan keindahan gerak dan nilai seni yang tinggi, sehingga penonton terpuaskan serta penarinya sendiri mendapatkan kepuasan batin karena berhasil menghibur masyarakat. Tari Panji Semirang juga berfungsi sosial, dimana saat pertunjukan terjadi interaksi dan pergaulan di antara sesama seniman bahkan juga dengan penonton, sehingga memberikan dorongan solidaritas pada masyarakat penikmat yang mewujudkan rasa kebersamaan. Tari Panji Semirang juga pernah digunakan sebagai media komunikasi dan diplomasi kebudayaan. Penari pertama tari Panji Semirang sering mengadakan pertunjukan ke kota-kota besar di Jawa, bahkan melawat ke China pada tahun 1955 sebagai duta seni. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengakrabkan hubungan antar suku dan negara, serta kegiatan diplomasi.suku dan negara, serta kegiatan diplomasi.)
    • Luh Yesi Candrika  + (Para ahli dibidang kesehatan masih berpacuPara ahli dibidang kesehatan masih berpacu mencari dan menciptakan vaksin untuk menghentikan penyebaran virus Corona atau Covid-19. Sementara itu, merebaknya virus ini, mengakibatkan banyak korban meninggal dunia dan terjadi hampir di seluruh belahan dunia. Dampaknya, tentu saja tidak hanya pada masalah kesehatan. Namun, hampir semua lini kehidupan terkena pengaruh. Sebut saja dalam bidang ekonomi, pariwisata, pendidikan, dan lainya. </br></br>Penyebab dari merebaknya virus Corona atau Covid-19 sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti. Sementara itu, banyaknya pengaruh atau dampak yang ditimbulkan oleh virus ini terhadap kehidupan manusia, membuat banyak orang berlomba-lomba ingin menemukan penyebab dari bencana ini. Salah satunya yaitu melibatkan binatang sebagai tersangka utama dalam kasus ini. Beberapa artikel di media daring menyebutkan bahwa para ahli berpacu menemukan hewan yang menjadi sumber penyebar Virus Corona. Salah satunya kelelawar liar yang santer diberitakan sebagai sumber penyakit. Tidak hanya itu, bahkan ular dan trenggiling juga sempat disebut-sebut sebagai penyebar virus yang menyerang pernafasan manusia tersebut. </br></br>Berbagai jenis binatang yang disebutkan di atas belakangan ini tentu saja menjadi sorotan di masyarakat di tengah-tengah pandemi. Sementara itu, agama Hindu di Bali sejak dulu telah memiliki cara tersendiri untuk memuliakan binatang, khususnya hewan ternak yang sering disebut dengan ingon-ingon (peliharaan) seperti segala jenis unggas (ayam, bebek, burung, dan angsa), babi, sapi, kerbau, kuda, gajah, dan babi. Hewan-hewan tersebut didoakan pada hari suci dan dibuatkan sesejen yang diperingati setiap enam bulan sekali yaitu pada Saniscara Klion Uye. Sejauh ini, yang perlu dihayati dari pelaksanaan Tumpek Kandang atau Tumpek Uye secara komperhensip telah dijelaskan dalam teks Lontar Sundarigama yaitu untuk mendokan keselamatan para hewan dan memohon keselamatan kepada Sang Hyang Rare Angon (astawakna ring sanggar, mangarcana ring Sang Hyang Rare Angon). Mengapa pemujaan ditujukan pada Sang Hyang Rare Angon? Lebih lanjut, makna dari pemujaan tersebut yaitu manusia diperkenankan memohon sisa persembahan kepada Sang Hyang Rare Angon, sesuai kodrati manusia itu sendiri bahwa unggas, ikan, dan binatang bisa dicari di dalam diri manusia. Raga manusia dibangun oleh tulang belulang (wewalungan) yang pada hakikatnya adalah manifestasi Sang Hyang Rare Angon yang menjelma dalam diri manusia (rikang wang wěnang mamarid ring Sang Hyang Rare Angon, twi tatwayan ing manusa, ikang paksi sato mina ring raganta kapraktyaksaknanta, apan raganta walungan ing śarīra twi tatwaya Sang Hyang Rare Angon, sira umawak uttama ning śarīranta). Mengacu pada ulasan teks Lontar Sundarigama jelas disebutkan bahwa pelaksanaan Tumpek Kandang atau Tumpek Uye mendudukkan bintang atau hewan sangat penting dalam kehidupan manusia. Terutama memberikan manfaat dari unsur (hewani) yang dibutuhkan untuk tubuh manusia.</br></br>Berbagai jenis binatang, baik yang dikategorikan sebagai hewan ternak, peliharaan, satwa lindung, maupun hewan liar sekali pun memiliki perannya masing-masing untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Singa misalnya, memiliki peran sebagai rajanya hutan. Ia bertugas menjaga hutan sehingga tidak mudah dirusak oleh manusia. Seperti yang termuat dalam Kakawin Nitisastra, singhā raksakaning halas halas ikāngrakṣakeng hari nityaśa/ singhā mwang wana tan patūt paḍa wirodhāngdoh tikang keśari/ rug brāṣṭa ng wana denikang jana tinor wrěkṣanya śirņāpadang/ singhānghöt ri jurang nikiang těgal ayūn sāmpun dinon durbala//(singa adalah penjaga hutan, akan tetapi selalu dijaga oleh hutan, hutannya akan dirusak oleh manusia, pohon-pohonnya semua ditebang, singa lari bersembunyi dalam jurang, di tengah-tengah ladang diserbu orang dan dibinasakan). </br></br> Sementara itu, ular dengan bisanya selain dapat mendatangkan kematian (mreta). Akan tetapi, di sisi lain ia juga dapat memberikan kehidupan (amreta) bagi kehidupan manusia. Dalam kisah Adi Parwa ketika para ular (naga) hendak meminum amrta yang telah diperoleh oleh Garuda, mereka pergi mandi terlebih dahulu. Akan tetapi, sesampainya di tempat mengambil amrta, Sang Hyang Indra telah mengambil amrta tersebut. Saat amrta itu diterbangkan, ada titik yang tertinggal pada puncak daun rumput (alalang). Itulah yang kemudian dijilat oleh para naga. Lidahnya tersayat oleh tajamnya daun alalang itu sehingga sampai sekarang dwijihwa lidahnya berbelah dua (siwak ta ya liḍahnya de ni tikṣņa ning alalang, matang yan katêka mangke dwijihwa krama nāga, maparwa ilatnya). </br></br>Kisah ular dalam petikan Adi Parwa di atas mengingatkan manusia mengenai betapa pentingnya menghargai dan menjaga hubungan baik setiap mahluk ciptaan-Nya. Untuk itu, ada satu kisah menarik lainnya yang menjelaskan bagaimana hubungan ini dapat terus berlangsung. Dalam salah satu kisah yang termuat dalam cerita Tantri Kamandaka terdapat kisah tentang seorang brahmana yang bernama Sadnyadarma dan pandai besi yang bernama Suwarnangkara. Bagian menarik dari kisah ini yaitu saat sang pandai besi yaitu Suwarnangkara tidak membalas budi baik sang Brahmana yang telah menolongnya saat terjatuh ke sumur bersama dengan dua binatang lainnya yaitu seekor ular dan harimau. Ular dan harimau yang juga telah ditolong oleh sang brahmana, justru menyelamatkan hidup sang brahmana. Sementara itu, sang pandai besi justru hampir membuat nyawa sang brahmana dalam ancaman kematian. Terdapat ungkapan menarik yang dapat dipetik dari cerita ini. Ketika sang pendeta merenungkan lima macam sengsara (lima macam penjelmaan dalam rangka lahir kembali ke dunia fana), yaitu lebih baik berkasih sayang kepada binatang daripada kepada manusia jahat dan tidak baik pula jika tidak mengindahkan nasihat sahabat karena dapat mendatangkan bencana (Ika lěhěng masiha ring satwa, syapadi masiha ring nīca, muwah anala ning tan mangiḍěpa warah ning mitranya, bwat maněmu duḥka). </br></br>Dengan demikian, memaknai hari suci Tumpek Kandang pada situasi seperti saat ini menjadi hal yang sangat penting dan bermanfaat, sebagai suatu usaha untuk menjalin hubungan cinta kasih antara manusia dan binatang sebagai mahluk ciptaan Tuhan. Untuk itu, keseimbangan ekosistem pun dapat tetap terjaga.mbangan ekosistem pun dapat tetap terjaga.)
    • Dewi Dian Reich  + (Penari. Ketika sebuah Tari membawa warisanPenari. Ketika sebuah Tari membawa warisan yang begitu monumental, substansinya seringkali terputus dari penonton yang jauh lebih besar. Mereka yang mempelajari budaya dan seninya dan menjadi penari sendiri memiliki pemahaman seni yang lebih dalam. Mungkin berhubungan dengan penari adalah cara yang baik untuk mengapresiasi tarian. Elemen manusia yang bisa kita semua pahami.lemen manusia yang bisa kita semua pahami.)
    • Deniek G. Sukarya  + (Pendet Swastiastu merupakan tari penyambutPendet Swastiastu merupakan tari penyambutan dengan tabuh Jegog, gamelan bambu khas Jembrana, Bali, yang dikoreografi dalam dua bagian. Bagian 1: Untuk menyambut tamu kehormatan ketika memasuki ruang acara, dan Bagian 2: menyampaikan ucapan selamat datang dengan tarian yang gemulai diiringi tabuh Jegog dan gending yang memikat. Tari Pendet Swastiastu diciptakan oleh Deniek G. Sukarya sebagai penata kreatif dan tabuh, Putu Adi Arianto S.Sn. dan Wayan Sumindra S.Sn. sebagai penata tari dan kostum.ndra S.Sn. sebagai penata tari dan kostum.)
    • Nyoman Butur Suantara  + (Pohon Walakiri merupakan bagian dari seriaPohon Walakiri merupakan bagian dari serial ‘Pohon’ Hitam Putih karya ManButur Suantara. Pohon Walakiri dirilis sebagai cetakan Edisi Terbatas dan ditandatangani oleh artis.</br>Pepohonan Hitam Putih karya ManButur Suantara. Visi keindahan dan puitis ManButur dalam rangkaian tangkapan lanskap Indonesia. Apa yang kamu rasakan ketika melihat bayangan pohon? Saat Anda melihat pantulan dan siluet mereka. Ada sesuatu yang secara intrinsik manusiawi tentang mereka.</br></br>Refleksi Pohon</br></br>Mungkin Anda bisa mengatakan, mungkin sebaliknya. Ada sesuatu yang secara intrinsik seperti pohon tentang manusia. Mengapa kita melihat bayangan kita sendiri pada anak tertua di Bumi. Untuk makhluk hidup tertua di Bumi ini, pohon ada di antara mereka. Mereka membawa kenangan dan darah bumi di pembuluh darah mereka.</br></br>Ada kebenaran mendasar bahwa pohon membawa kehidupan bagi orang lain. Dari saat mereka menjadi benih, hingga batang dan bunganya, tidak ada pemborosan. Dari awal hingga akhir hidup mereka, mereka adalah pemberi bagi dunia.</br></br>Nyoman ‘Butur’ Suantaramberi bagi dunia. Nyoman ‘Butur’ Suantara)
    • Dewi Dian Reich  + (Potret artis Sujana Suklu berkolaborasi dePotret artis Sujana Suklu berkolaborasi dengan Dewi Dian Reich. Menjelajahi Tiga Kamar Seni. Seni dengan Interaksi di studio.</br>Sujana Suklu dikenal sebagai pemikir progresif seni rupa kontemporer di Bali. Dengan visi kepeloporan yang mencerminkan filosofi universal. Kontribusi Sujana Suklus sangat luas cakupannya, mencakup bidang multidisiplin dalam platform seni rupa, akademik, dan komunitas. Penelitian akademik Suklus mengeksplorasi cara-cara untuk membawa metodologi seni ke dalam komunitas yang mengolah dan melestarikan kearifan lokal sambil memperluas keahlian yang ada. Keindahan dari penelitian ini adalah bahwa hal itu telah diterapkan dan berkembang secara aktif di masyarakat saat ini.mbang secara aktif di masyarakat saat ini.)
    • Ni Kadek Diah Wulandari  + (Pulau Bali banyak ada karya sastra yang mePulau Bali banyak ada karya sastra yang mempunyai taksu adi luhung. Karya sastra ini seperti berupa geguritan, kidung, dan kekawin. Harapan saya untuk Bali supaya bisa memperkenalkan keberadaan kasusastraan Bali menjadi wisata sastra. Wisata sastra menjadi usaha agar masyarakat turut mempelajari isi sastra yang mempunyai sari-sari kehidupan. Upaya wisata sastra berguna menghasilkan hasil yang bernilai ekonomis tanpa batas untuk perekonomian yang baru. tanpa batas untuk perekonomian yang baru.)
    • Tjandra Hutama  + (Rejang adalah tarian sakral Bali, tarian pRejang adalah tarian sakral Bali, tarian pengorbanan di mana para gadis secara simbolis mempersembahkan diri kepada para dewa. Itu diadakan di Pura Hindu Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Karangasem di Bali, Indonesia. ‘Rejang’ berarti ‘persembahan’. Tarian ini dilakukan untuk menyambut para dewa yang turun ke bumi.</br></br>Dalam serial ‘Rejang, Pengingat Indah dari Ketidakkekalan’ ini, tema keindahan, ketidakkekalan dan waktu dieksplorasi. Tjandra Hutama telah memenangkan banyak penghargaan dalam kompetisi fotografi. Kejenuhan keindahan bergambar yang dia temui selama tahun-tahun itu yang mendorong kebutuhan untuk mencerminkan sesuatu yang lebih dalam tentang persepsi kita tentang keindahan. Untuk mengingatkan kita akan ketidakkekalan dan keterbatasannya.</br>(Baca artikel lengkap di referensi Galeri Sawidji dikutip)ngkap di referensi Galeri Sawidji dikutip))
    • Dewi Dian Reich  + (Salah satu hal yang menjadi pusat kebudayaSalah satu hal yang menjadi pusat kebudayaan Bali, mungkin bisa dikatakan kepastian hubungan seseorang dengan Alam. Jika seni merupakan bagian integral dari budaya kita, apalagi Alam.</br></br>Kayu Putih Bayan (Pohon Kayu Putih Bayan) adalah pohon purba. Salah satu dari banyak pohon kuno yang ada di tanah Suci dan merupakan bagian dari Pura, Pura Babakan. Menjadi ratusan tahun, tentu saja tidak muncul tiba-tiba entah dari mana. Namun, itu telah mulai menarik lebih banyak perhatian dalam beberapa bulan terakhir. Mungkin karena meningkatnya kesadaran di media sosial, pasti ada lebih banyak pengunjung di sana dalam setahun terakhir.</br></br>Keindahan Kayu Putih Bayan, foto-foto ini berpusat pada keberadaan Puranya. Bahwa ketika kita melihat Pohon ini, itu tidak terpisah dari melihat yang Suci.itu tidak terpisah dari melihat yang Suci.)
    • Luh Yesi Candrika  + (Salah satu usaha masyarakat Hindu di Bali Salah satu usaha masyarakat Hindu di Bali untuk menangkal pengaruh buruk dari unsur-unsur negatif (Buta) pada diri yaitu dengan menggelar upacara taur ketika waktu senjakala yang jatuh pada Tilem Kasanga. Upaya tersebut dilakukan dengan menghaturkan sesajen, segehan, maupun caru. Setelah melaksanakan taur atau yang disebut juga dengan Taur Agung Kasanga, maka dilanjutkan dengan acara ngrupuk yang bermakna memulangkan Bhuta Kala ke tempat asalnya masiing-masing dengan menggunakan sarana api dan dilanjutkan dengan tradisi mengarak Ogoh-Ogoh (simbol Buta) keliling desa. Demikian usaha umat Hindu di Bali untuk memohon perlindungan dan keselamatan dari bahaya dan pengaruh buruk. Selanjutnya, pada keesokan harinya masyarakat me-Nyepi selama sehari penuh. </br>Bagi masyarakat Hindu di Bali bahkan warga dunia, pelaksanaan hari suci Nyepi tahun 2020 (Saka 1940) ini menjadi sedikit berbeda. Ada hal yang lebih menakutkan dan menyeramkan dari pada sosok Buta yang dapat mendatangkan pengaruh buruk bagi kehidupan manusia. Merebaknya wabah (sasab merana) yang disebut dengan Corona atau Covid-19 di sejumlah daerah membuat masyarakat Hindu di Bali melakukan kegiatan menyepi di rumah masing-masing lebih awal dari waktu datangnya Hari Suci Nyepi (sosial distancing). Masyarakat diharapkan melakukan kegiatan di rumah masing-masing dan mengurangi aktifitas di luar rumah.</br>Secara etimologi kata taur berarti membayar dan arti lainnya yaitu kurban. Selanjutnya kata agung merujuk pada arti kata besar dalam kaitannya dengan semesta atau kosmos (Bhuana Agung). Sementara itu, kata kasanga berarti bulan (sasih) kesembilan dalam perhitungan kalender masehi. Dengan demikian, makna dari upacara Tawur Agung Kesanga adalah upacara atau yadnya yang dipersembahkan kepada alam semesta pada bulan kesembilan tepatnya pada Tilem Kasanga. Dalam lontar Sundarigama dijelaskan bahwa sebelum upacara taur dilakukan, masyarakat Hindu diharapkan membuat upacara Bhutayajnya berupa caru dimulai dari desa-desa hingga setiap rumah dengan tingkatan yang paling nista hingga utama.</br>Lebih lanjut, dijelaskan dalam lontar Sundarigama bahwa pada waktu Tilem Kasanga ini bisa saja terjadi peristiwa-peristiwa atau hal-hal yang aneh akibat kegelapan pikiran manusia. Apabila masyarakat Hindu tidak melaksanakan upacara taur beserta prosesi lainnya maka akan dapat menimbulkan kehancuran alam semesta (Bhuana Agung), penyakit merajarela (gering sasab marana magalak), dan perilaku manusia yang aneh serta kejam karena dirasuki unsur-unsur Buta (wwang kasurupan Kala Buta) dan mengakibtakan huru hara dimana-mana. </br>Sebagaimana yang dijelaskan dalam lontar Sundarigama masyarakat Hindu memiliki dasar sastra dan keyakinan yang kuat bahwa dengan melakukan upacara taur maka dapat menetralisasi kekuatan-kekuatan yang menyebabkan timbulnya hal-hal yang aneh sehingga alam semesta dapat kembali seimbang dan manusia hidup selamat dan sempurna (mulih hayu ning praja mandhala sarat kabeh, wang ring sarwajanma, wastu ya paripurna). Dalam menyikapi wabah (sasab merana) Corona atau Covid-19 yang tengah menyerang manusia hampir di seluruh belahan dunia akhir-akhir ini, sepertinya masyarakat Bali memiliki harapan yang begitu besar terhadap jalannnya pelaksanaan taur pada Nyepi tahun ini. Dengan kata lain, apabila upacara taur dapat dilakukan secara baik dan benar maka pandemi yang berkepanjangan dan telah menelan banyak korban di dunia menjadi sangat mungkin untuk dihentikan dan segala macam hama penyakit pulang kembali ke laut (sasab marana pada mantuk maring samudra). Apalagi setelah upacara taur masyasrakat Hindu melaksanakan hari suci Nyepi yang diyakini sebagai hari penjernihan batin melalui Catur Brata Penyepian. Selain itu, setelah Sasih Kasanga berlalu maka Sasih Kadasa yang dianalogikan sebagai keadaan yang bersih atau suci (kedas) diharapkan mendatangkan sesuatu yang lebih baik bagi kehidupan manusia. </br>Mengacu pada pelaksanaan Nyepi dan datangnya Sasih Kadasa setalahnya, krama Hindune mengharapkan dapat membersihkan sekaligus menyucikan dirinya secara batiniah. Namun, kenyataannya, akhir-akhir ini dengan adanya wabah Covid-19 ini tubuh manusia (Bhuwana Alit) sepertinya membutuhkan juga suatu persembahan semacam taur untuk menangkal virus yang menyerang manusia secara lahiriah. Wabah virus yang tengah menjadi ancaman dan kekhawatiran warga dunia ini menyerang tubuh manusia melalui sistem pernafasan sehingga melemahkan fisik bahkan dapat menyebabkan kematian. </br>Dalam kitab kuna seperti Wrhspatitatwa disebutkan bahwa Bumi dan tubuh sama-sama disebut dengan Sarwatattwa (hal-hal yang bersifat kenyataan dalam kaitannya dengan unsur-unsur Panca Maha Buta). Kelima elemen bumi seperti tanah, air, api, angin, dan udara juga ada di dalam tubuh manusia yang disimbolkan dengan daging, darah, panas tubuh, nafas, dan rongga. Untuk itu, sepertinyah tubuh juga memerlukan semacam taur yang diharapkan dapat menangkal penyakit seperti wabah. Lalu taur yang seperti apa yang dapat dipersembahkan atau disadhanakan kepada tubuh untuk membuatnya tetap sehat? </br>Apabila badan halus (suksma sarira) membutuhkan persembahan berupa tapa (pengendalian indera) dan brata (pantangan) untuk dapat membersihkan dan menyucikan diri, maka badan kasar sebagai wadah jiwa (stula sarira) membutuhkan viitamin, protein, mineral, dan lainnya yang berasal dari sari-sari makanan yang baik dikonsumsi tubuh untuk dapat menyehatkan tubuh dan menjauhkan segala macam penyakit. Teks Nitisastra menyebutkan bahwa tanda makanan yang baik ialah dapat membuat badan sehat (ring wara bhoga pustining awakya juga panengeran). Untuk mendapatkan makanan yang baik, maka penting juga mengetahui makanan yang tidak baik dikonsumsi tubuh yang dapat menjadi racun. Lebih lanjut, dalam Nitisastra disebutkan bahwa orang yang baik-baik tidak boleh makan daging yang tidak suci. Ia harus menjahuhi segala yang mengotori badan dan segala yang mendekatkan musuh lahir batin kepadanya. Adapun yang termasuk daging yang tidak baik yaitu daging tikus, anjing, katak, ular, ulat, dan cacing. Semua itu makanan yang terlarang, untuk itu perlu dihindari (Haywa mamukti sang sujana karta pisita tilaren, kasmalaning sarira ripu wahya ri dalem aparek, lwirnika kasta mangsa musika sregala wiyung ula, krimi kawat makadinika papahara hilangken). Sehubungan dengan ulasan yang termuat dalam Nitisastra bahwa makanan yang baik sebagai salah satu sumber kesehehatan tubuh, maka ada kemungkinan pula bahwa salah satu timbulnya wabah Covid-19 yang sedang menyerang manusia bersumber dari makanan yang tidak baik. </br>Taur pada tubuh dengan bersaranakan jenis makanan yang baik, cara mengolah yang tepat, dan menciptakan rasa nyaman untuk tubuh sangat perlu diperhatikan sebagai upaya untuk menghargai kerja keras tubuh. Apa dan bagaimana mengolah makanan yang akan dimasukkan ke mulut, sudah saatnya mendapatkan perhatian yang penting. Faktanya, perawatan tubuh dari luar saja seperti olah raga dan aktifitas memanjakan tubuh lainnya tidak cukup untuk mewujudkan tubuh yang sehat. Perawatan ke dalam tubuh melalui makanan-makanan yang dianggap baik dapat membuat wabah atau virus sulit masuk atau pun berkembang di dalam tubuh. </br>Mengenai makanan bagi seorang pendeta (orang suci) misalnya, seperti yang diuraikan dalam lontar Wrati Sasana (teks sasana untuk seorang pandita dalam menjalankan brata) bahwa segala jenis makanan yang dimasukkan ke dalam tubuh sangatlah penting untuk diperhatikan terutama penganut siddhanta yang melaksanakan brata suci (tan yogya ika bhaksan de sang siddhanta suddha brata). Jenis makanan yang dianggap tidak suci misalnya daging manusia, kera, sapi, harimau, gajah, kuda, kucing, kodok, dan ular. Sementara itu, semua binatang yang bentuknya aneh dikategorikan sebagai makanan yang nista misalnya lintah, ulat, kuricak, sebangsa biawak, kalajengking, kadal, tokek, dan cecak. Lebih lanjut, terdapat pula makanan yang boleh disantap (muwah ikang yogya bhaksaken) di antaranya babi hutan, ayam hutan, kerbau, itik, burung, dan segala jenis ikan sungai dan ikan laut kecuali jenis buaya dan ikan besar dengan wajah menyeramkan. Mengenai proses memasaknya pun perlu diperhatikan yaitu apabila saat proses mengerjakan makanan yang dibuat dihinggapi bintang seperti lalat, nyamuk, limpit,tuma, tengu, kutu busuk, kapinjal demikian itu cemar adanya, tidak benar disantap karena telah dianggap kotor. </br>Sama halnya dengan berbagai macam tumbuhan yang tumbuh di bumi bahwa tidak semua tumbuh-tumbuhan yang berdaun hijau dapat dikonsumi untuk mendapatkan asupan vitamin maupun zat yang baik untuk tubuh dari unsur nabati. Demikian pula untuk memperoleh zat untuk tubuh yang berasal dari unsur hewani, apabila mengacu pada dua teks lontar yaitu Nitisastra dan Wrati Sasana bahwa tidak semua jenis binatang dapat dikonsumsi untuk tubuh. Selain makanan yang baik maka lebih lanjut perlu juga memperhatikan kesuciannya sehingga layak dijadikan sadana atau pesembahan untuk tubuh. </br>Makanan yang baik, bersih, dan suci itulah yang hendaknya di sadanakan untuk tubuh, dijadikan persembahan (taur). Kapan taur untuk tubuh itu dilakukan? Itu semua diserahkan pada individu masing-masing. Bumi (jagad besar) dan tubuh (jagad kecil) sama-sama harus dipelihara dan diseimbangkan dengan baik. Bumi adalah ruang untuk hidup bagi seluruh ciptaan-Nya. Semenatara tubuh adalah stana atma untuk yang memberikan kehidupan. (Yesi Candrika BASAbaliWiki)an kehidupan. (Yesi Candrika BASAbaliWiki))
    • Nyoman Butur Suantara  + (Saya melihat api. ManButur Suantara berbagSaya melihat api. ManButur Suantara berbagi pengalaman dan fotografi ritual api Ter-Teran di Desa Jasri, Karangasem Bali pada 21 Maret 2023. Akun lengkap dan rangkaian karya ManButur Suantara dipublikasikan secara online di sawidjistudio.com/2023/03/31 /saya melihat api/</br></br>Ritual ini dikenal dengan Ter-Teran yang diadakan di desa Jasri di Kabupaten Karangasem Bali. Ritual ini diadakan untuk mengusir roh jahat agar hari hening Nyepi dapat berlalu dengan damai, tenang dan penuh berkah...</br>Ter Teran diadakan hanya sekali setiap dua tahun. dan ini spontan tanpa pementasan atau perencanaan. Di desa lain, jenis perang api ini diritualkan sedangkan prosesnya sedikit lebih bebas, di sini di Ter Teran di Jasri. Suasananya benar-benar mistis. Itu bukan sesuatu yang direncanakan atau ditulis. Tidak banyak turis karena ini bukan daya tarik umum. Ada keliaran tentang itu. Itu tidak terlihat seperti demonstrasi yang disiapkan untuk melayani penonton. Energi suci dari ritual ini masih terasa sangat kuat. dari ritual ini masih terasa sangat kuat.)
    • Arya Lawa Manuaba, Ida Bagus  + (Sebuah buku tentang perjalanan singkat keliling Bali dan mengagumi arsitekturnya.)
    • Arya Lawa Manuaba, Ida Bagus  + (Sebuah novel tentang petualangan Made Sanjaya, seorang remaja Bali yang ingin menyelamatkan sahabat dan juga keluarganya dari dendam lama dan sihir hitam. Nominasi 8 besar novel terbaik di UNNES International Novel Writing Contest 2017.)
    • Dewi Dian Reich  + (Serangkaian foto menjelajahi sisi berbeda Serangkaian foto menjelajahi sisi berbeda dan lebih halus dari kayu beringin yang putih. Ketakutan akan waktu terlihat jelas pada belokan dan lipatan pohon suci yang indah ini.</br></br>Catatan botanis...</br>Pohon beringin putih disebut sebagai pohon ‘bunut’ atau beringin, seperti banyak pohon tua serupa di Bali. Namun, pernyataan warga setempat membenarkan bahwa genus pohon tersebut belum dapat dikonfirmasi secara pasti oleh Kementerian Kehutanan atau tim peneliti Universitas mana pun. Keengganan mereka untuk memastikan genus pohon tersebut disebabkan oleh beberapa kekhasan.</br></br>Konon, pohon kayu putih itu tidak berbunga melainkan berbuah (kami menjadi saksi langsung banyaknya buah kayu putih ini). Dikatakan juga bahwa pohon kayu putih itu akan menggugurkan semua daunnya setiap beberapa bulan. Meskipun beringin mungkin menggugurkan daunnya untuk mempertahankan kelembapan, jarang sekali ada pohon yang menggugurkan daunnya secara teratur di iklim lembab. Oleh karena itu, penduduk desa terus menjuluki pohon ini sebagai Pohon Beringin Kayu Putih.hon ini sebagai Pohon Beringin Kayu Putih.)
    • Dewi Dian Reich  + (Seri Potret Bunga Alam. Dalam ikatan kodraSeri Potret Bunga Alam. Dalam ikatan kodrati dan hubungan kompleks kami terhadap wajah sendiri dan wajah orang lain, penjelajahan potret ini berlanjut. Kali ini, beranjak dari individualitas atau pribadi kami secara psikologi, kami menjelajahi identitas sesuatu yang lebih besar daripada diri kami.</br></br>Latihan empati melalui jalan satu-satunya yang kami pahami... melintasi batas manusiawi dan persepsi emosi kami. Sebuah potret alam lewat pengalaman dan usia yang sublim.</br></br>Baca artikel selengkapnya di tautan referensi gambar.l selengkapnya di tautan referensi gambar.)
    • Dewi Dian Reich  + (Sisi sosial dan budaya menjadi bagian pentSisi sosial dan budaya menjadi bagian penting dalam pembahasan terkait isu yang memengaruhi usia dan keaslian tradisi di Bali saat ini. Isu-isu seperti komersialisasi seni dan budaya, serta potensi akibatnya bagi generasi kini dan di masa depan.</br></br>"Kita tidak semestinya bangga atas sedikitnya perubahan, karena perubahan pasti terjadi. Menyangkal perubahan adalah hal yang kurang cerdas. Usaha dan komitmen bersama telah bertahan hingga titik ini serta membawa perubahan dan kemajuan dalam segala sesuatu. Saya kagum pada kenyataan dan bukti yang menyatakan bahwa perubahan akan terjadi, tetapi pilihan tetap ada.an akan terjadi, tetapi pilihan tetap ada.)
    • Ni Nyoman Srayamurtikanti  + (Speech Delay adalah salah satu komposisi mSpeech Delay adalah salah satu komposisi musik karya komponis perempuan Bali bernama Ni Nyoman Srayamurtikanti. Mang Sraya (panggilan akrab dari komposer) lulusan dari Institute Seni Indonesia Denpasar yang saat ini tengah menempuh pendidikan Master di Institute Seni Indonesia Surakarta telah menghasilkan banyak karya musik kreatif yang masih berpegang teguh pada dasar musik tradisi. </br></br>Speech Delay atau keterlambatan berbicara merupakan istilah umum yang merujuk pada proses keterlambatan berbicara dan berbahasa yang tidak sesuai dengan perkembangan usia anak. Salah satu saudara perempuan Mang Sraya mengalami speech delay, tetapi meskipun mengalami keterlambatan berbicara dan berbahasa, beliau memiliki daya ingat yang sangat tajam dan imajinasi yang kuat. Pengalaman personal ini kemudian memberi inspirasi pada Mang Sraya dan menginterpretasikannya ke dalam karya komposisi musik kreatif. </br></br>Karya ini menggunakan ensambel Gender Wayang. Sistem kerja musikal yang dilakukan dalam garapan ini berdasar pada beberapa dampak yang menyebabkan dan disebabkan oleh speech delay yang memungkinkan untuk dikaitkan dengan tekstual garapan, yaitu :</br></br>1. Gangguan artikulasi bicara diinterpretasikan dengan penggunaan tangkai panggul gender wayang dalam karya komposisi ini. Dalam repertoar gender wayang secara umum tidak menggunakan tangkai panggul untuk memukul bilah-bilah.</br></br>2. Gangguan bahasa reseptif (input) dan ekspresif (output) diinterpretasikan dengan sistem estafet atau bergiliran. Dalam repertoar gender wayang secara umum, sistem permainannya dilakukan secara bersamaan oleh semua instrument. Namun, pada karya ini menggunakan sistem bergiliran. </br></br>3. Memiliki daya imajinasi kuat diinterpretasikan dengan menggunakan banyak melodi berbeda pada setiap instrument. Hal ini berbeda dari sistem repertoar gender wayang yang secara umum memiliki satu melodi dengan ornamen polos dan sangsih. </br></br>Dalam karya ini, komposer membagi komposisi ke dalam empat bagian. Setiap bagian mewakili ide dan konsep tekstual garapan, yaitu :</br></br>1. Pada bagian pertama, penata menggunakan bagian bawah / tangkai panggul gender wayang. Pada bagian awal dimulai oleh kantilan 1 dengan memukul beberapa melodi pendek yang diulang beberapa kali. Kemudian pemain kantilan 1 memukul satu nada pada instrument pemade 1 yang dimaksudkan untuk memberikan aksi pada pemain selanjutnya. Pemain pemade 1 merespon dengan memainkan beberapa melodi pendek yang berbeda respon dari aksi yang diberikan oleh pemain sebelumnya. </br></br>2. Pada bagian kedua menggunakan tempo sedang. Terdapat pembagian melodi antara kantilan dan pemade. Kantilan memainkan 2 nada silih berganti dengan cepat dan ukuran yang berbeda. Di sela-sela melodi tersebut, pemade memberikan aksen sebagai penanda atau penjelas untuk melodi kantilan. Kemudian dilanjutkan dengan melodi yang berjumlah 8 ketuk dengan progresi nada berurutan dan bolak balik yang pada setiap instrumennya memiliki susunan nada berbeda. Melodi-melodi tersebut dimainkan secara estafet atau bergantian.</br></br>3. Pada bagian ketiga, tempo yang digunakan adalah pelan dan berangsur-angsur dipercepat. Pada bagian ini penata membuat satu melodi yang sama antara satu sama lainnya dengan lebih menekankan dinamika pada setiap instrumen. Kemudian dilanjutkan dengan imitasi dari salah satu repertoar gender wayang yaitu: angkat-angkatan. Gending angkat-angkatan pada gender wayang adalah salah satu jenis repertoar gender wayang yang diartikan atau sering digunakan sebagai pengiring wayang ketika berjalan menuju medan perang. Dalam jenis gending ini memiliki 2 melodi berbeda yang dimainkan oleh tangan kanan dan tangan kiri. Pola melodi pada tangan kiri biasanya terdiri dari 4 ketukan yang diulang-ulang dari awal hingga akhir sedangkan melodi pada tangan kanan lebih lincah dan variatif pada progresi nadanya. Dalam hal ini, setiap instrument memiliki melodi yang berbeda namun memilki keterkaitan satu sama lain atau disebut polifoni.</br></br>4. Pada bagian keempat, menggunakan teknik polimetrik yang setiap instrumentnya memiliki ukuran birama berbeda. Kantilan 1 menggunakan ketukan 5/4, pemade 1 menggunakan ketukan 10/4, kantilan 2 menggunakan ketukan ¾ dan pemade 2 menggunakan ketukan 6/4. Dalam 1 kali putaran, semua instrument akan bertemu pada ketukan ke 30. Setiap instrument memiliki kalimat lagu yang berbeda namun pada ketukan ke 20, instrument akan dipertemukan dalam ritme yang hampir sama. Kemudian sebagai penutup terdapat sebuah kebyar dengan susunan nada berbeda antara kantilan dan pemade. </br></br>Karya Speech Delay telah dipentaskan pada festival Musik Kreatif Kuno Kini pada 2020. Karya-karya musik lainnya dari Mang Sraya dapat disaksikan pada kanal YouTube: Sraya Murtikanti.kan pada kanal YouTube: Sraya Murtikanti.)
    • I Dewa Ketut Alit  + (Tabuh Caru Wara gubahan dari komposer I DeTabuh Caru Wara gubahan dari komposer I Dewa Ketut Alit yang berasal dari Banjar Pengosekan, Desa Mas, Ubud. Dewa Alit lahir dari keluarga seniman di Bali. Sebagai komposer, ia dikenal memiliki pendekatan "avant garde" namun tetap mempertimbangkan nilai-nilai tradisi. Dewa Alit kerap diundang untuk mengajar dan membuat komposisi gamelan Bali di luar negeri, diantaranya: Boston, Massachusetts, New York, Munich, Frankfurt, dan lain-lain. Pada tahun 2007, Dewa Alit mendirikan Gamelan Salukat dan telah melakukan tur ke Amerika pada tahun 2009 dan 2010. Tabuh Caru Wara diciptakan pada tahun 2005 yang memiliki makna mengharmonikan dinamika yang kompleks dari nilai-nilai, gesekan, benturan, konflik, arah yang berlawanan, konsep saling mengisi dan kerumitan yang terkandung dalam perputaran hari-hari berdasarkan kalendar Bali.taran hari-hari berdasarkan kalendar Bali.)
    • Luh Yesi Candrika  + (Tantangan hidup di zaman kali ini tidaklahTantangan hidup di zaman kali ini tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan keadaan alam dapat mempengaruhi perilaku manusia yang merupakan isi dari alam. Konon, manusia yang hidup di zaman ini akan menghadapi berbagai penderitaan. Namun, kebenaran dan kebijaksanaan tetap ada mendampingi, walaupun dapat pula dipengaruhi oleh segala bentuk kekotoran dunia, seperti penghinaan, rasa iri hati, loba, suka menyakiti, dan hasrat untuk mencelakai orang lain.K ata kali dalam bahasa Sansekerta berarti nama yuga atau zaman dunia yang keempat. Pada kehidupan saat ini, pengaruh dari zaman kali dapat dirasakan oleh siapa pun. Misalnya dalam beberapa kasus yang terjadi, seperti menyebarkan berita bohong (hoax), uajaran kebencian di media-media sosial, kasus korupsi, maupun perilaku kekerasan fisik hingga mental. Jika dilihat dari permasalahan yang ada, mentalitas manusia merupakan akar permasalahannya. Usaha untuk mencegah segala kemungkinan buruk dalam tatanan kehidupan sosial, maka generasi muda sebagai penerus cita-cita bangsa Indonesia merupakan target utama dalam upaya menata perilaku sosial untuk menghadapi tantangan zaman semenjak dini.</br></br>Untuk dapat menghadapi tantangan zaman, diperlukan usaha-usaha yang mampu menempatkan seseorang dapat beradaptasi dalam suatu situasi yang terus berubah. Pada awal tahun 2020 yang lalu, terdapat suatu gebrakan baru dalam dunia pendidikan yang digagas oleh Bapak Menteri Republik Indonesia Nadiem Makarim, mengenai konsep “merdeka belajar”. Konsep ini memiliki esensi kemerdekaan berpikir kepada para guru atau tenaga pendidik dalam hal sistem pengajaran dan kepada siswa dalam hal memperoleh ilmu pengetahuan. Mengacu pada konsep ini, memiliki tujuan yang baik dan utama, yaitu Bangsa Indonesia tengah berupaya mencetak generasi-generasi emas yang cerdas, berkarakter, kompeten, serta memiliki keluhuran budi. </br></br>Apabila mengacu pada konsep merdeka belajar yang merujuk pada siswa dalam hal kebebasan berpikir untuk mengembangkan kompetensi diri, maka kisah Ekalawya dalam teks Adiparwa dapat dijadikan contoh bagi seorang yang tengah belajar. Dalam karya sastra ini, kita diberikan sajian cerita bahwa Ekalawya yang merupakan putra dari Sang Hiranyadhanuh sangat besar keinginannya untuk belajar memanah dan berguru pada Guru Drona. Ia tahu bahwa Guru Drona merupakan pengajar pemanah terbaik yang berguru langsung pada Ramaparasu. Akan tetapi, Ekalawya tidak diterima sebagai murid Drona karena ia berasal dari kasta Nisada atau pemburu (Hana ta sang Ekalawya ngaranya, anak sang Hiranyadhanuh, ya tahyun mangajya ri Dang Hyang Drona, ndatan tinanggap nirapan Nisadaputra).</br></br>Sementara itu, keinginan besar Ekalawya untuk berguru menjadi semakin tidak mendapatkan secercah harapan ketika guru Drona sudah diminta menjadi guru bagi para ksatria Hastina. Akan tetapi, dengan nyala semangat yang tinggi, Ekalawya membuat patung Drona lalu dengan cara berkonsentrasi pada patung itu dan informasi lisan yang ia dengarkan memberikan tuntunan tentang berbagai ajaran ilmu memanah. Hingga membuatnya benar-benar pandai karena baktinya yang sungguh-sungguh kepada seorang guru (Mgawe ta ya Drona pratima, manggalanyan pangabhyasa dhanurweda. Mogha ta widagdha de ning bhatinya ring guru). Bagian kisah ini, menunjukan adanya usaha untuk merdeka belajar yang dilakukan oleh Ekalawya dalam upaya untuk meningkatkan kompetensi dirinya. Ekalawya sadar dengan bakat yang ia miliki kemudian dengan sungguh-sungguh belajar dari gurunya dalam simbol sebuah patung yang telah menuntunnya sehingga memiliki kemampuan ilmu memanah yang hebat. Konon, orang yang terbiasa melatih pikiran (manah) dengan cara fokus dan berkonsentrasi penuh, maka ia akan mendapatkan sesuatu yang ia harapkan. </br></br>Persoalan belajar bukan hanya ditentukan oleh ruang dan waktu. Sama halnya dalam situasi seperti sekarang ini, yaitu saat pandemi atau wabah virus corona yang tak kunjung berhenti membuat para pelajar tidak pergi ke sekolah dan belajar sesuai dengan waktu belajar yang ditetapkan di sekolah. Anjuran untuk megurangi aktifitas berkerumun (social distancing), membuat para pelajar harus belajar dari rumah mereka masing-masing. Dalam keadaan seperti itu, apabila kita berkaca dari kisah Ekalawya, seorang pelajar dituntut untuk memiliki etos belajar yang tinggi dengan segala keterbatasan yang ada. Ekalawya dapat membaca dengan baik kemampuan dan minat diri sehingga ia memiliki kesadaran bahwa seseorang memiliki kebebasan dalam belajar sebagai bentuk merdeka belajar untuk meningkatkan kemampuan atau kompetensi diri (nincapang guna gina ring angga). Dalam situasi ini, pembelajaran jarak jauh atau tidak tatap muka dengan guru hendaknya menjadi tantangan tersendiri untuk menguji kedisiplinan dan ketekunan seorang murid. Tentu para murid di zaman ini masih lebih beruntung dari Ekalawya. Para pelajar masih dapat bertatapan langsung dengan guru-guru di sekolah melalui media daring sehingga memperoleh ajarannya secara langsung, tanpa harus membuat patung guru sebagai simbol yang memberi tuntunan layaknya Ekalawya. </br></br>Dengan demikian, ada tiga hal yang mesti dicatat dan dimaknai dari kisah Ekalawya dalam hal merdeka belajar. Pertama, pembelajaran mandiri yang ia lakukan di bawah tuntunan maya dari Guru Drona menjadikannya pemanah yang sangat unggul. Kedua, dari kisah ini kita melihat bahwa etos belajar yang tinggi memang mesti terbit dari lubuk hati siswa sendiri. Pembelajaran yang bertumpu pada siswa atau (student center learning) seperti Ekalawya terbukti berhasil. Ketiga, ada semangat guru bakti “guru susrusa” dari Ekalawya yang kita bisa ikuti di zaman ini. Dari bakti kepada guru itulah jernih aliran pengetahuan senantiasa didapatkan sebagai penerang kehidupan. Walaupun dalam kisah Mahabarata, Arjunalah yang dikenal sebagai ksatria pemanah terbaik, tetapi para pembaca yang membaca karys sastra ini akan tetap mengingat bahwa Ekalawya merupakan sosok pelajar terbaik yang salampah lakunya akan tetap dikenang (@YesiCandrika BASAbali WIki)tap dikenang (@YesiCandrika BASAbali WIki))
    • Nyoman Butur Suantara  + (Tari Topeng Wayang Wong di Pura Taman PuleTari Topeng Wayang Wong di Pura Taman Pule. Di saat-saat menjelang upacara.., hening, muram dan terbuka kedoknya.</br>Bab selanjutnya dari Living Maks of Bali: Sacred Wayang Wong Pura Taman Pule. Potret-potret yang diambil ManButur ini merupakan bagian dari rangkaian artikel 'Dancing Memories of Wayang Wong' oleh Sawidji Gallery.ries of Wayang Wong' oleh Sawidji Gallery.)
    • I Wayan Sukra  + (Tarian Kebyar Duduk diciptakan oleh maestrTarian Kebyar Duduk diciptakan oleh maestro tari I Ketut Mario pada tahun 1925, menjadi satu tarian repertoar Bali yang secara teknis paling menantang, gerakannya terinspirasi oleh alam dan menghubungkan penari dengan Bumi. Dijiwai dengan elemen kehalusan, ketepatan dan kekuatan yang luar biasa, tarian ini merupakan cerminan dari jalan kemanusiaan kita sendiri yang mencari keseimbangan antara maskulin / feminin; kekuatan / kelembutan; keberanian / kehati-hatian. Kemampuan penari solo untuk mencocokkan dan mengimbangi bahkan melebihi musik yang kuat dari gamelan lengkap adalah salah satu aspek yang paling menuntut dan mengesankan dari tarian ini. menuntut dan mengesankan dari tarian ini.)
    • Dewi Dian Reich  + (The Living Masks of Bali adalah seri kami The Living Masks of Bali adalah seri kami yang mengeksplorasi dan merayakan topeng tradisional Bali. Kami kembali hari ini dengan melihat dari dekat Topeng Tua, Topeng Tua. Percakapan dengan Penari dan Pembuat Topeng Kadek Sudiasa dari Mas Ubud. Serangkaian potret Topeng Tua. Diiringi perbincangan dengan Kadek Sudiasa yang mengulik hubungan dan kenangannya dengan Topeng Tua. Sebagai penari dan pembuat topeng.ng Tua. Sebagai penari dan pembuat topeng.)
    • Dewi Dian Reich  + (Topeng Dalem. Raja, Topeng dan Tarian. ToTopeng Dalem. Raja, Topeng dan Tarian.</br></br>Topeng Dalem mewakili Raja, Dalem Waturenggon, terkait dengan Zaman Keemasan Kerajaan Gelgel Bali pada abad ke-16. Dia dikenal dalam narasi ini sebagai pengasih, baik hati dan bijaksana. Raja yang penyayang. Itu sebabnya, menurut Kadek Sudiasa, untuk mengukir dan menangkap esensi Topeng Dalem sulit dilakukan. Untuk menangkap ketenangan dan kelembutan Raja ini, dengan apa yang dia gambarkan memiliki kelembutan tertentu di sekitar matanya. Kehalusan dalam karakternya inilah yang membuatnya sulit untuk ditangkap. Ia tidak memiliki ciri-ciri nyata yang terkandung dalam Topeng Keras atau Topeng Tua.andung dalam Topeng Keras atau Topeng Tua.)
    • Desak Ayu Putu Suciati  + (Tujuan studi ini adalah merancang wujud opTujuan studi ini adalah merancang wujud optimalisasi peran pecalang dalam membantu penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat yang diselenggarakan oleh Tim Gugus Tugas Pencegahan Pandemi Covid-19. Studi ini berbentuk deskriptif-kualitatif yang lebih banyak menggunakan dan mengumpulkan informasi dengan cara mendalami setiap fenomena sosial yang terjadi. Pembagian kewenangan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat yang diselenggarakan oleh Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Bali dalam upaya pencegahan pandemi Covid-19 mengalami banyak hambatan. Diperlukan optimalisasi peran pecalang dalam membantu penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat yang diselenggarakan oleh Tim Gugus Tugas Pencegahan Pandemi Covid-19.m Gugus Tugas Pencegahan Pandemi Covid-19.)
    • I Made Suastra  + (Undang-Undang dasar 1945 Pasal 32 ayaUndang-Undang dasar 1945 Pasal 32 ayat 2 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 memberikan ruang yang luas kepada daerah untuk berkiprah dalam setiap aspek kehidupan. Dalam penyelenggaraan Otonomi, daerah mempunyai kewajiban untuk melestarikan nilai-nilai sosial budayanya sebagai identitas manusianya. Sosok yang menunjukkan bahwa seseorang beridentitas manusia Bali dapat berwujud bahasa (dalam bentuk bunyi) dan tradisi (dalam bentuk fisik). Dalam kaitan ini hampir dalam setiap kesempatan simbol-simbol itu dipergunakan sebagai sebuah identitas manusia Bali dalam pergaulan baik nasional maupun Internasional. Simbol identitas inilah yang perlu dilestarikan jikalau kita ingin melestarikan manusia Bali seutuhnya. Kajian ini bertujuan untuk menjelaskan sejauhmana bahasa Bali masih berfungsi sebagai simbol identitas manusia Bali pada era globalisasi ini. Pembahasan dalam kajian ini terfokus pada kajian identitas manusia Bali dari perspektif bahasa. Bahasa Bali sebagai salah satu simbol identitas dapat merupakan sebuah kebanggaan. Bukti-bukti dari sebuah kebanggaan ini dapat dilihat dari perkembangan pemakaiannya yang merupakan sebuah dinamika. Bahasa Bali pada dasarnya memiliki fungsi yang sangat penting untuk mengekspresikan khasanah budayanya. Akan tetapi pada masa global ini sesuai dengan proses alami, bahasa Bali mengalami perkembangan sesuai dengan tuntutan pemakaiannya. Dalam menyikapi perkembangan ini, tantangan bagi bahasa Bali baik secara internal maupun eksternal sangat perlu diinventarisir, sehingga dapat ditemukan langkah-langkah ke depan untuk mempertahankan bahasa Bali agar tetap dapat berfungsi sebagai salah satu simbol identitas manusia Bali. salah satu simbol identitas manusia Bali.)
    • Arya Lawa Manuaba, Ida Bagus  +
    • Luh Yesi Candrika  + (Wibisana tidak dapat menyembunyikan kesediWibisana tidak dapat menyembunyikan kesedihannya, saat mengetahui kakak tertuanya Rahwana telah gugur di medan perang. Sekali pun Rahwana berada dalam jalan ketidak benaran, Wibisana merasa bersedih hati, meratapi kepergian saudara kandungnya itu. Pada saat itu juga, Rama pun hadir menghibur hati Wibisana yang sedang diliputi mendung kedukaan. Rama memuji Rahwana sebagai seorang yang terpuji melakukan tapa dan terkenal sebagai raja besar dunia yang tidak gentar gugur di medan perang. Setiap orang yang gugur dalam pertempuran mendapatkan sorga (prasasta sira nguni sampun tapa, gahan ta sira cakrawartting jagat, pejah sir ataman surud ring rana, asing mati mamuk ya moksatmaka).. Demikianlah sang maha bijaksana, senantiasa memberikan keteduhan dan memberikan kesejukan dalam setiap kata-katanya. Kemenangannya atas kekalahan Rahwana tidak menjadikan Sang Rama jumawa. Ia justru menempatkan dirinya dalam suasana kedukaan di Kerajaan Alengka. Kemudian, Rama pun meminta Wibisana yang memiliki perilaku susila dan patuh pada ajaran agama untuk memimpin kerajaan. Selanjutnya, nasihat-nasihat Rama itu pun dialirkannya pada Wibisana.</br></br>Salah satu fragmen dalam Kakawin Ramayana di atas, memberikan wawasan yang penting mengenai persoalan pemimpin (orang yang memimpin) dan kepemimpinan (cara memimpin), yang dapat dipelajari dalam konteks kehidupan saat ini. Pemimpin sering kali menjadi figur keteladan bagi masyarakat yang dipimpinnya. Seorang pemimpin atau raja hendaknya berperilaku baik dan mendidik sehingga layak dijadikan contoh. Kakawin Nitisastra telah mempertegas hal tersebut bahwa kewajiban seorang raja memberi pelajaran kepada segenap rakyatnya, dari golongan utama, madya, nista sekalipun. Pemimpin harus mendidik mereka berkelakuan baik (tingkahnikang prabhu sumiksa ri bhretya sanggya, sakwehnya kottama kamadhya lawan kanista, yeka warah warahaneka ya karma yukti). Untuk itu, penjadi pemimpin tidaklah mudah sehingga ada istilah bahwa sebelum memimpin orang lain, hendaknya terlebih dahulu belajar memimpin diri sendiri. Hal ini pun dinasehatkan Rama kepada Wibisana bahwa diri pribadi hendaknya dinasihati terlebih dahulu dengan inti kebenaran. Kemudian, setelah yakin berpegang dan melaksanakan ajaran agama, maka para hulubalang dan menteri pun akan mengikuti (awakta rumuhun warah ring hayu, telas ta mapageh magom agama, teke rikang amatya mantra tumut).</br></br>Lebih lanjut, selain Kakawin Ramayana dan Kakawin Nitisastra yang telah diungkapkan di atas, ajaran-ajaran kepimimpinan yang tersimpan dalam karya sastra lainnya sebagai dokumen intelektual sangat baik untuk dibaca, direnungkan, dan diamalkan. Misalnya, dalam teks Kakawin Sutasoma yang menekankan cinta kasih dalam kepemimpinan, Geguritan Niti Raja Sasana yang memuat tentang nilai-nilai dari seorang pemimpin, Udyogaparya, Arjunawiwaha, dan lain sebagainya. Teks-teks ini memberikan rujukan penting untuk para pemimpin dalam memangku tanggung jawabnya. Hanya saja, sejauh mana kegiatan literasi dilakukan oleh seorang pemimpin? Jika tidak melalui aktifitas literasi dengan kegiatan membaca salah satunya, lalu dari manakah sumber pengetahuan seorang pemimpin itu? Apalagi pemimpin yang hendak dijadikan panutan oleh masyarakat?</br></br>Sejauh ini, dalam catatan sejarah sosok pemimpin Bali yang dikenal kepemimpinannya, yaitu I Gusti Ngurah Made Agung atau Cokorda Denpasar. Raja Badung yang juga dikenal dengan sebutan Cokorda Mantuk Rinng Rana memimpin perang puputan saat melawan penjajah Belanda pada tanggal 20 September 1906. Sementara itu, kepemimpinan I Gusti Ngurah made Agung sebagai raja Badung, memiliki kekuasaan yang tidak hanya dirasakan di Badung, tetapi juga di Bali pada umumnya. Konsentrasi Belanda yang menganggap raja Badung adalah representasi kekuatan Bali yang menyebabkan Belanda mengarahkan perhatiannya ke wilayah ini.</br></br>I Gusti Ngurah Made Agung sebagai seorang pemimpin yang bersenjatakan keris, juga mempersenjatai dirinya dengan pisau tulis. Maksudnya, beliau melakukan aktifitas literasi dengan mengarang sejumlah karya sastra. Untuk itu, beliau juga disebut sebagai pemimpin yang bertongkatkan sastra. Sejumlah karya sastra yang beliau tulis seperti, Geguritan Loda, Niti Raja Sasana, Hredaya Sastra, Dharma Sasana, Nengah Jimbaran, dan Purwa Sanghara (Agastia, 2006: 7). Kemampuan mengolah rasa dan bahasa yang dimiliki oleh I Gusti Ngurah Made Agung sangat luar biasa. Misalnya dalam salah satu karyanya yang berjudul Geguritan Dharma Sasana, beliau menunjukkan kemampuannya dalam menggunakan bahasa Jawa-Mlayu (Basa cara Jawa Mlayu). Selain itu pada Geguritan Cara Mlayu (Geguritan Nengah Jimbaran), I Gusti Ngurah Made Agung menunjukkan kemampuannya dalam menggunakan bahasa Mlayu. Sementara itu, pada geguritan yang terpanjang dan terbesar yang beliau tulis, yaitu Geguritan Purwa Sanghara menggunakan bahasa Bali dengan jenis tembang ala Surakarta (nanging tembang cara Surakarta/ basa Bali pangikete). Demikianlan seorang pemimpin yang bersastra, mampu menuntun rakyatnya pada jalan kebenaran. </br></br>Pemimpin yang mampu menuntun jika diumpamakan dalam sebuah banawa (kapal), maka seorang pemimpin adalah nahkodanya. Seorang nahkoda di sebuah kapal, memiliki peranan sebagai penyelamat atau dapat pula menjadi penyebab atas kematian dan kesengsaraan para penumpangnya saat badai besar menyerang. Pemimpin yang dapat menjadi payung peneduh (catraning jagad), yaitu melindungi dan mengayomi seluruh rakyatnya secara adil sehingga mewujudkan kesejahteraan hidup.l sehingga mewujudkan kesejahteraan hidup.)
    • Nyoman Butur Suantara  + (“Sihir adalah melihat keajaiban dalam seti“Sihir adalah melihat keajaiban dalam setiap hal kecil di alam, melihat betapa indahnya kunang-kunang dan betapa ajaibnya capung.”</br>― Ama H.Vanniarachchy</br>Fotografi karya ManButur Suantara yang mendalami fotografi Makro, khususnya hanya menggunakan cahaya alami di lingkungan alam tanpa pementasan.</br></br>Definisi kamus Fotografi Makro hanya mengambil gambar yang sangat dekat, lebih besar dari ukuran aslinya.</br></br>Fotografi makro adalah tentang menampilkan subjek yang lebih besar daripada aslinya — close-up ekstrim dari sesuatu yang kecil. Serangga full-frame dalam foto lima kali tujuh inci dan bidikan produk cornflake empat inci jauh di atas ukuran sebenarnya: keduanya adalah contoh fotografi makro. - keduanya adalah contoh fotografi makro. -)