UPGRADE IN PROCESS - PLEASE COME BACK AT THE END OF MAY

Search by property

From BASAbaliWiki

This page provides a simple browsing interface for finding entities described by a property and a named value. Other available search interfaces include the page property search, and the ask query builder.

Search by property

A list of all pages that have property "Biography text id" with value "I Nyoman Ngendon (1920-1947) adalah pelukis yang berasal dari Banjar Den". Since there have been only a few results, also nearby values are displayed.

Showing below up to 25 results starting with #1.

View (previous 50 | next 50) (20 | 50 | 100 | 250 | 500)


    

List of results

  • I Ketut Suwidja  + (I Ketut Suwidja, lahir di Singaraja, 20 NoI Ketut Suwidja, lahir di Singaraja, 20 November 1939. Dia adalah seorang sastrawan dari Bali yang menulis dalam bahasa Bali dan Indonesia. Dia juga menulis di atas daun lontar. Puisi-puisinya banyak dimuat di Bali Post, Karya Bakti, Nusa, dll. Juga terkumpul dalam sejumlah antologi bersama, seperti “Hram” (1988). Antologi puisi tunggalnya yang berbahasa Bali adalah “Panah Surya” (2000) diterbitkan oleh Sanggar Buratwangi dan Balai Bahasa Bali. Berbagai penghargaan telah diraihnya, antara lain Penghargaan Listibiya (1982), Penghargaan Pemerintah Provinsi Bali (1998), Penghargaan Sastra Bali dari Yayasan Rancage (2001). Dia pernah bekerja di museum lontar Gedong Kertya di Singaraja. Dia meninggal tahun 2009.ya di Singaraja. Dia meninggal tahun 2009.)
  • I Ketut Tjekeg  + (I Ketut Tjekeg, lahir di Banjar Tarukan, DI Ketut Tjekeg, lahir di Banjar Tarukan, Desa Mas, Ubud, 25 Januari 1942. Ia adalah salah seorang tokoh penting di Desa Mas, Ubud, yang banyak berkontribusi bagi kemajuan desa. Sejak kanak ia sudah aktif berkesenian, antara lain bermain drama, membuat patung dan ukiran, serta aktif dalam berbagai organisasi. Ia tamat sekolah PGAA Hindu Dwijendra tahun 1962. Sempat menjadi guru honorer Agama Hindu di SMP Negeri Gianyar. Kemudian ia menjadi wartawan di koran “Suara Indonesia” yang kini jadi “Bali Post”. Ia juga sempat bekerja di Hotel Bali Beach Sanur. Pada era 1960-an ia aktif menjadi pengurus PNI/Front Marhaenis Ranting Mas. Ia ikut membidani kelahiran banyak organisasi di Desa Mas, antara lain Persatuan Pelajar Mas (P.P.M.), sekaa teruna/karang taruna, organisasi kesenian Janger, dan sebagainya. Ia menerbitkan buku Autobiography dan Pembangunan Phisik & Mental Spiritual (2022) yang banyak berisi kisah kehidupannya dan sejarah pembangunan dan perkembangan Desa Mas, Ubud.h pembangunan dan perkembangan Desa Mas, Ubud.)
  • I Ketut Wiana  + (I Ketut Wiana, lahir di Denpasar, 14 SepteI Ketut Wiana, lahir di Denpasar, 14 September 1945. Ia pernah menjadi dosen di Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar. Ia juga aktif di lembaga Hindu PHDI dan sering diundang memberikan dharma wacana untuk umat Hindu di berbagai pelosok Indonesia. Selain rajin mengisi rubrik Mimbar Agama Hindu di Bali Post, ia banyak menerbitkan buku berkaitan dengan Agama Hindu, antara lain “Suksmaning Banten”, “Memelihara Tradisi Veda”, "Beragama Pada Zaman Kali", “Tri Hita Karana Menurut Konsep Hindu”, “Kasta dalam Hindu”. Ia meninggal di Denpasar pada tanggal 19 April 2023.al di Denpasar pada tanggal 19 April 2023.)
  • I Komang Darmayuda  + (I Komang Darmayuda lahir di Br. Tameng, SuI Komang Darmayuda lahir di Br. Tameng, Sukawati, Gianyar, 1970. Darah seni musik mengalir dari ayah ibunya yang pernah tergabung dalam grup keroncong Puspa Kencana, yang biasanya mengiringi pertunjukan sandiwara di era tahun 1960-an. Pada tahun 1999 ia diangkat sebagai dosen di STSI Denpasar yang sekarang menjadi ISI Denpasar, dan mulai tahun 2013 sampai tahun 2022 menjadi Ketua Jurusan Musik. </br></br>Selain menjadi tenaga pendidik, Darmayuda juga mendirikan Sanggar Cressendo Griya Musika Sukawati pada tahun 2008. Di Sanggar ini menggembleng anak-anak dalam bermusik seperti bermain piano, gitar, dan bernyanyi. Pada tahun 2011 – 2016 Sanggar Cressendo sering mewakili Kabupaten Gianyar dalam Ajang Lomba dan Parade Lagu Daerah Bali di PKB. Pernah beberapa kali meraih juara I dalam ajang tersebut dan mengharumkan nama Kabupaten Gianyar. Lagu-lagu yang diaransemen dan ditampilkan saat meraih juara antara lain Lagu Gianyar Jagat Seni dan Lagu Tangis Pertiwi ciptaannya sendiri. </br></br>Darmayuda juga pernah meraih juara I lomba cipta lagu di ajang PKB kategori lagu Remaja/Dewasa dengan judul lagu “Bencana Ring Bali” (Bom Kuta 2022) dan Juara I kategori lagu anak-anak yang berjudul “Muda Lara” (anak-anak yang mengemis di jalan) di tahun 2004. Sampai saat ini ia telah menciptakan 109 lagu-lagu Bali, 102 lagu Mars dan Hymne, dan puluhan lagu Indonesia. Ia berpandangan bahwa seni merupakan denyut nadinya orang Bali, darah seni selalu mengalir pada manusia Bali yang menyebabkan dunia seni tak akan mati di pulau tercinta ini. seni tak akan mati di pulau tercinta ini.)
  • I Made Arik Wira Putra  + (I Made Arik Wira Putra, lahir pada tanggalI Made Arik Wira Putra, lahir pada tanggal 23 April 1991, ia putra dari Ni Nyoman Wangi</br> dan I Nyoman Sulara. Menempuh pendidikan S1 di Universitas Udayana dan S2 di Universitas Hindu Indonesia, ia banyak memiliki prestasi dari kecil salah satunya "Juara 1 Nasional Palawakya tahun 2011". Ia merupakan seorang pengarang dan ia ingin dirinya disebut sebagai "Seorang Peminat Sastra" tidak sebagai Sastrawan. Ia sudah memiliki beberapa karya Sastra Bali Purwa salah satunya yaitu Kakawin Usadhi Negari.salah satunya yaitu Kakawin Usadhi Negari.)
  • I Made Mangku Pastika  + (I Made Mangku Pastika lahir di Seririt, BuI Made Mangku Pastika lahir di Seririt, Buleleng, 22 Juni 1951. Ia adalah seorang politikus dan purnawirawan polisi Indonesia. Ia menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) mewakili Provinsi Bali sejak 2019. Sebelumnya, ia menjabat Gubernur Bali dua periode dari 2008 hingga 2018. Ia lulusan Akabri Kepolisian pada tahun 1974. Pangkat terakhirnya dalam kepolisian adalah Komisaris Jenderal Polisi. Ia juga pernah menjabat sebagai Kapolda Bali (2003 – 2005).njabat sebagai Kapolda Bali (2003 – 2005).)
  • I Made Santika  + (I Made Santika merupakan seorang MahasiswaI Made Santika merupakan seorang Mahasiswa dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana dengan Program Studi Sastra Bali. Beliau lahir pada tanggal 4 Januari tahun 2000. Beliau juga merupakan anak dari seorang sastrawan hebat yaitu Bapak I Made Degung dengan Ibu Ni Ketut Sutarmi.I Made Degung dengan Ibu Ni Ketut Sutarmi.)
  • Made Sarjana  + (I Made Sarjana lahir di Denpasar, 23 NovemI Made Sarjana lahir di Denpasar, 23 November 1963. Dia lulusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Udayana. Mulai menulis puisi sejak remaja dan banyak dimuat di Bali Post atas motivasi Ida Bagus Dharma Palguna. Puisinya juga pernah dimuat di Majalah Horison, Kompas, juga terhimpun dalam buku Perjalanan Malam, Hijau Kelon, Sang Guru. Pernah bergabung dengan Sanggar Putih dan sempat menjadi wartawan Majalan Sarad (2000 – 2002). Dia juga pernah meraih Juara I Lomba Cipta Puisi Majalah Akademika Unud (1985), Juara I Lomba Membaca Puisi Bali (Faksas Unud), Juara Harapan 1 Lomba Baca Puisi Guru se-Bali. Sekarang dia mengabdikan diri sebagai guru SD.rang dia mengabdikan diri sebagai guru SD.)
  • I Made Suantha  + (I Made Suantha lahir di Sanur, 24 Juni 196I Made Suantha lahir di Sanur, 24 Juni 1967. Menulis puisi sejak remaja di tahun 1980-an. Puisinya dimuat di Bali Post, Mutiara, Pelita, Berita Buana, dll. Buku puisinya, antara lain Peniup Angin (1989), Togog Yeh, Pastoral Kupu-kupu (2008). Dia menerima penghargaan Widya Pataka dari Gubernur Bali (2008).an Widya Pataka dari Gubernur Bali (2008).)
  • I Made Suarsa  + (I Made Suarsa adalah sastrawan Bali yang bI Made Suarsa adalah sastrawan Bali yang berasal dari bumi seni yaitu Banjar Gelulung, Desa lan Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Beliau lahir pada hari sabtu wage dukut tanggal 15 Mei 1954. Beliau merupakan anak kedua dari pengawi sastra Bali Anyar yaitu alm. I Made Sanggra. </br>Bapak I Made Suarsa dalam proses kreatif menciptakan karya sastra telah melahirkan sangat banyak karya sastra Bali Anyar, maupun karya sastra Bali Purwa seperti Geguritan Tarunantaka, Geguritan Udayanotama Tattwa, Geguritan Kanakaning Kanaka, serta Geguritan Korona Karana lan Kirana, naskah puisi dengan judul “Ngiring Sayang Manyangin”, satua Bali Modern dengan judul “Beli, Tiang Ten Ngalih Tunangan, Ten Ngalih Kurenan” dan masih banyak lagi karya-karya luar biasa beliau. </br>Disini saya akan membahas mengenai satu Geguritan beliau yaitu Geguritan Korona Karana lan Kirana, yang secara sederhana geguritan ini memuat tentang dari awal munculnya virus covid-19 sampai dengan bagaimana kita hidup berdampingan dengan virus ini. Jika dilihat dari padanan kata Geguritan Korona Karana lan Kirana ini memiliki arti Korona yang artinya covid-19 ini, Karana yang artinya yang menyebabkan atau sebab, Kirana yang artinya sinar matahari. Jadi dapat disimpulkan Korona Karana lan Kirana memiliki arti yang menyebabkan penyakit (grubug) salah satu yang bisa menyebuhkan adalah dengan (Kirana) sinar matahari.kan adalah dengan (Kirana) sinar matahari.)
  • I Made Suartana  + (I Made Suartana yang biasa dikenal Made SuI Made Suartana yang biasa dikenal Made Suar-Timuhun pada karya-karyanya, lahir di banjar Tengah, Timuhun, Klungkung, 17 Juni 1987. Dia memulai menulis sastra Bali modern ketika masih kuliah dan aktif menulis pada tahun 2013. Puisinya mulai dimuat pada Bali Orti (Bali Post) bulan April tahun 2013 dan tahun 2014 sudah dimuat pada Mediaswari (Pos Bali). Sebagai pembicara pada acara Ubud Writers and Readers Festival 2016.</br>Kumpulan pertama yang diluncurkan adalah buku kumpulan puisi Bali yang berjudul “Mlajah”, diterbitkan oleh Pustaka Ekspresi tahun 2014. Tahun 2015 oleh penerbit yang sama, bisa menerbitkan kembali kumpulan kedua yang berupa buku kumpulan cerita pendek yang berjudul “Book Jaen Idup di Bali” berisi delapan belas (18) cerita pendek.” berisi delapan belas (18) cerita pendek.)
  • I Made Sujaya  + (I Made Sujaya merupakan dosen tetap di ProI Made Sujaya merupakan dosen tetap di Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah (PBID), Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS), IKIP PGRI Bali. Pendidikan S1 diselesaikan di Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Unud, sedangkan pendidikan S2 diselesaikan di Prodi Magister Ilmu Linguistik, Konsentrasi Wacana Sastra, Program Pascasarjana, Unud. Sejak Agustus 2016 menempuh pendidikan S3 di Program Studi Doktor Ilmu Linguistik, Konsentrasi Wacana Sastra, Fakultas Ilmu Budaya, Unud. </br></br>Dua bukunya yang sudah diterbitkan, yakni Sepotong Nurani Kuta: Catatan Atas Sikap Warga Kuta dalam Tragedi 12 Oktober 2002 (2004) serta Perkawinan Terlarang: Pantangan Berpoligami di Desa-desa Bali Kuno (2007). Buku kedua mengantarkannya menerima penghargaan “Widya Pataka” dari Gubernur Bali. Pada tahun 2013, bersama sejumlah dosen Unud menerbitkan buku Dinamika Bahasa Media Televisi, Internet, dan Surat Kabar. </br></br>Selain mengajar, Sujaya juga seorang wartawan dan editor lepas di harian DenPost yang terbit di Denpasar sejak tahun 1999. Dipercaya mengasuh halaman sastra dan budaya sejak tahun 2005 hingga sekarang. Pernah menjadi koresponden tabloid pelajar Wiyata Mandala (1996—1999). Dia juga pernah menjadi kontributor The Jakarta Post serta sempat turut mengasuh halaman berbahasa Bali, “Bali Orti” di Bali Post Minggu. Kini juga mengasuh blog khusus tentang Bali, balisaja.com.uh blog khusus tentang Bali, balisaja.com.)
  • I Made Suparsana, S.Kom  + (I Made Suparsana, S.Kom, pria yang lulus dI Made Suparsana, S.Kom, pria yang lulus dari Institute Teknologi & Bisnis STIKOM Bali. Lulus pada tahun 2021 dan mulai mengembangkan perusahaan digital yang bernama PT Foxbyte Global Inovasi yang berlokasi di Denpasar, Bali. Bisnisnya berfokus pada penyediaan solusi perangkat lunak untuk industri perbankan, retail, transportasi serta startup. I Made Suparsana, S.Kom menjabat sebagai Project Manager di perusahaannya.</br>Perusahaan ini lahir ketika pandemi melanda Indonesia. Banyak bisnis yang mulai gulung tikar dan beralih ke layanan digital. Dari momentum tersebut Made Suparsana dan timnya melihat bahwa perubahan tren sedang terjadi dimana pengguna sudah mulai beralih ke layanan digital. Perusahannya memiliki visi “To Be Global Digital Solution Provider in the 4.0 Revolution Era”. Solution Provider in the 4.0 Revolution Era”.)
  • I Made Supena  + (I Made Supena lahir di Singapadu, Gianyar,I Made Supena lahir di Singapadu, Gianyar, 12 Januari 1970. Dia kuliah seni rupa di Program Seni Rupa dan Desain (PSRD) Universitas Udayana (1991-1997). Dia putra pematung legendaris I Ketut Mudja. Karya-karya Supena beraliran abstrak dengan mengambil inspirasi dari alam. Selain seni lukis, dia juga membuat patung, seni instalasi, dan menggarap seni pertunjukan (performance art). Supena juga aktif dalam kelompok seni rupa “Galang Kangin” dan “MilitanArts”. </br></br></br>Sejak 1991 Supena rajin terlibat dalam pameran seni rupa bersama, baik di dalam maupun luar negeri. Sedangkan pameran tunggalnya adalah pada 1998 di Galleri The Chedi Payangan, Bali. Kemudian pameran Reality of Abstrak Painting (Art Center Bali, 1999), Landscape und Abstraction (bersama Susena, Frankfrut, Jerman, 2000), New painting (Suli Art Gallery, Denpasar, 2002), About Hature (Gallery Mon Décor, Jakarta, 2002), The Likeness of Nature (Ganesha Gallery, Bali, 2004), StudiAlamSupena (Danes Art Veranda Denpasar, 2005), Lanskap Made Supena (Gracia Gallery, Surabaya, 2007), Emotion (Santrian Gallery Sanur, 2008), Genealogi (Jogja Gallery, Yogyakarta, 2010), Solitude of Child (Kubu Kopi Denpasar, 2015), Ritus Gunung (Maya Gallery, Sanur, 2017), Interpreting Feelings (Griya Santrian, Sanur, 2018).</br></br></br>Penghargaan seni rupa yang pernah diraih oleh Supena antara lain Award for Sculpture Museum Negeri Bali, Denpasar (1991), Award of the Governor of Bali (1994), Award of the Embassy of Peru in Jakarta (1995), Award of Phillip Morris Arts Foundation (1997), Finalist of the Winsor-Newton Competition, Jakarta (2000), Certificate of Ownership, Museum Wellculturen Frankfrut, Jerman (2010), Certificate Art Work Golden Land, BIAB Bejing, Cina (2015), Top 9 Titian Art Foundation (2017).</br></br> </br>Pada tanggal 16 April 2019 Supena meninggal di RSUP Sanglah. Dia mengalami pendarahan di bagian otak yang parah akibat serangan hipertensi. Bali kehilangan salah satu perupa terbaiknya.i kehilangan salah satu perupa terbaiknya.)
  • I Made Sutarjaya  + (I Made Sutarjaya lahir di Banjar Bantas, SI Made Sutarjaya lahir di Banjar Bantas, Selemadeg, Tabanan, Bali, 3 Juli 1978. Dia adalah pelukis yang banyak mengangkat penari Bali dalam goresan dan sapuan kuas yang indah dan lembut penuh nuansa warna. Sejumlah pameran bersama yang pernah diikutinya, antara lain Indonesia Internasional Watercolor Online Competition and Exhibition (2021), “Jejak Putra Sang Fajar” di Blitar, Jawa Timur (2021), Indonesia Watercolor Submit di Komaneka Fine Art Gallery, Gianyar (2021), pameran “Mengalir” di Sangkring Art Space, Yogyakarta (2022), pameran “Meet in Bali” di Batu 8 Studio, Batubulan, Gianyar (2022), “Jejak on the Spot Painting” di Kayuputih Restaurant, Nusa Dua, Bali, “Pesan dari Barat” di Griya Santrian Gallery, Sanur (2023).” di Griya Santrian Gallery, Sanur (2023).)
  • I Made "Romi" Sukadana  + (I Made “Romi” Sukadana, lahir di Denpasar,I Made “Romi” Sukadana, lahir di Denpasar, 22 Januari 1973. Dia menamatkan pendidikan seni rupa di ISI Denpasar. Sejak 1993 dia telah aktif dalam banyak pameran bersama, seperti “Horizon”, Maya Gallery, Sanur (2019), “On Fire” Kaktus Art Space, Sanur (2018), “Magic of Bali”, Ira Kitzki art Gallery, Frankfurt Germany (2014), “Hidden Code” Mayya Gallery, Frankfurt, Jerman (2013). Pameran tunggalnya, antara lain “Sides of Woman” di Paros Gallery, Sukawati, Bali (2001), “Dialogue with the Reality” di Kamandalu Resort, Ubud (2007), “Sebuah Nama” di Ten Fine Art, Sanur (2009), “Hidden Connection” di Ayucious Socialite House, Denpasar (2012), “Hidden Connection III” Tryst’s Resto Kemang, Jakarta (2013). Karya-karya Romi menunjukkan keberagaman tematik dan aliran namun selalu mengandung cita rasa tersendiri. Dia mampu melukis realis dengan baik, namun juga bisa melukis abstrak yang mengesankan.uga bisa melukis abstrak yang mengesankan.)
  • I Nengah Jati  + (I Nengah Jati lahir di Banjar Sama Undisan, Desa Jehem, Bali, 5 Oktober 1990. Buku puisinya bertajuk “Silunglung” (Pustaka Ekspresi, 2018). Karya-karyanya juga dimuat di Suara Saking Bali.)
  • I Ngurah Suryawan  + (I Ngurah Suryawan, dilahirkan di Denpasar I Ngurah Suryawan, dilahirkan di Denpasar Bali 25 Februari 1979. Pendidikan formal ditempuhnya di Jurusan Antropologi Fakultas Sastra Universitas Udayana Bali (2006) dengan skripsi berjudul “Bertutur Di Balik Senyap: Studi Antropologi Kekerasan Pembantaian Massal 1965-1966 di Kabupaten Jembrana, Bali.” Pendidikan Magister diselesaikannya di Program Magister Kajian Budaya Program Pascasarjana Universitas Udayana (2009) dengan tesis berjudul “Bara di Tepi Kuasa: Genealogi Kekerasan dan Pergolakan Subaltern di Kabupaten Buleleng Bali.” Pendidikan Doktor diselesaikan di Program Ilmu-ilmu Humaniora (Antropologi) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (2015) dan menulis disertasi yang berjudul “Siasat Elit Mencuri Kuasa Negara di Papua Barat”. Program penelitian pascadoktoral dimulainya dari tahun 2016-2017 tentang ekologi budaya orang Marori dan Kanum di Merauke, Papua dalam skema ELDP (Endangered Languages Documentation Programme) dan Australian National University (ANU). Menjadi peneliti tamu di KITLV (Koninklijk Instituut voor taal-, Land- en Volkenkunde), Universiteit Leiden 2017 – 2018 untuk menulis penelitiannya tentang terbentuknya elit kelas menengah di pedalaman Papua. Bukunya tentang Papua diantaranya adalah: Jiwa yang Patah (2014), Mencari Sang Kejora: Fragmen-Fragmen Etnografi (2015), Papua Versus Papua: Perpecahan dan Perubahan Budaya (2017), Suara-Suara yang Dicampakkan: Melawan Budaya Bisu (2017), Ruang Hidup yang Redup: Gegar Ekologi Orang Marori dan Kanum di Merauke, Papua (2018), Kitong Pu Mimpi: Antropologisasi dan Transformasi Rakyat Papua (2018), Mencari Bali yang Berubah ( 2018).(2018), Mencari Bali yang Berubah ( 2018).)
  • I Nyoman Darma Putra  + (I Nyoman Darma Putra adalah guru besar SasI Nyoman Darma Putra adalah guru besar Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia. He menyelesaikan pendidikan doktor di School of Languages and Comparative Cultural Studies, University of Queensland, tahun 2003, di mana dia juga melakukan Postdoctoral Program dari 2007-2009.</br></br>Selain mengajar sastra dan budaya di FIB Unud, Darma Putra juga mengajar bidang pariwisata di Program Magister (S2) dan Program Doktor (S3) Pariwisata Universitas Udayana. Darma pernah menjadi Ketua Program Studi S-2 Pariwisata tahun2014-Februari 2018. Minat penelitiannya meliputi sastra Indonesian, sastra Bali, dan pariwisata</br></br>Bersama Michael Hitchcock, dia menerbitkan buku Tourism, Development and Terrorism in Bali (Aldershot: Ashgate, 2007), sedangkan buku karyanya sendiri adalah s A literary Mirror; Balinese Reflections on Modernity and Identity in the Twentieth Century (Leiden: KITLV Press, 2011).</br></br>Dia menerbitkan sejumlah artikel di jurnal internasional bereputasi seperti Asian Ethnicity, Indonesia and the Malay World, Current Issues in Tourism, The Journal of Hindu Studies, and Tourism Geographies.</br></br>Sejak 2011, dia menjadi ketua editor Jurnal Kajian Bali (akreditasi Sinta-2)or Jurnal Kajian Bali (akreditasi Sinta-2))
  • I Nyoman Darma Putra  + (I Nyoman Darma Putra mengajar sastra IndonI Nyoman Darma Putra mengajar sastra Indonesia di Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Udayana (Bali) dan merupakan guru besar di School of Language and Cultures, University of Queensland. Dia adalah penulis A cermin sastra: refleksi Bali pada modernitas dan identitas di abad kedua puluh (KITLV/Brill, 2011).s di abad kedua puluh (KITLV/Brill, 2011).)
  • I Nyoman Ekaputra, S.Sos M.AP  + (I Nyoman Ekaputra S.Sos M.AP lahir pada taI Nyoman Ekaputra S.Sos M.AP lahir pada tanggal 1 Juni 1965 di Denpasar. Bertempat tinggal di Br. Pengukuh, Peguyangan Kangin, Denpasar Utara, Bali, Indonesia. Beliau berprofesi sebagai PNS juga menjadi Pemangku disalah satu pura di Peguyangan dan membantu jika ada yang membutuhkan bantuan untuk tulisan nyastra Aksara Bali serta membina anak - anak di pasraman desa. Pendidikan terakhir beliau yakni di Universitas Ngurah Rai Bali jurusan Magister Administrasi Publik.Bali jurusan Magister Administrasi Publik.)
  • I Nyoman Kaler  + (I Nyoman Kaler lahir pada tahun 1892 di DeI Nyoman Kaler lahir pada tahun 1892 di Desa Pamogan, Kecamatan Denpasar Selatan . Ayahnya I Gde Bakta adalah seorang seniman serba bisa pada zamannya. Sang ibu, Ni Ketut Taro, juga memiliki seni Kakeknya, I Gde Salin, kemudian darah ayahnya sendiri merupakan guru tari dan tabuh yang punya nama. Kaler sendiri berguru kepada kakek dan ayahnya, yang nantinya mewariskan padanya tari nandhir, baris kupu-kupu, sisia Calonarang, wayang wong, dan parwa. Kaler tak pernah mengenyam pendidikan formal, sebab seingatnya, sampai tahun 1900 di Denpasar belum dibuka sekolah-sekolah. Namun kemampuannya baik baca tulis aksara Bali maupun huruf Latin tak bisa diragukan. Kepandaian ini didapat dari pendidikan non-formal di sela-sela kesibukannya memperdalam seni tari dan tabuh. Dalam penguasaan tari dan tabuh pagambuhan ia sempat dididik oleh I Gusti Gede Candu, I Made Sariada, I Made Nyankan. semuanya dari Denpasar, dan I Made Sudana dari Tegal Taniu. Pada tahun 1918, dalam usia 26 tahun, I Nyoman Kaler memperdalam tari Legong Kraton pada gurunya, Ida Bagus Boda dari Kaliungu Klod, Denpasar. Tahun 1924 memperdalani tari dan tabuh pada Anak Agung Rai Pahang dari Sukawati. Gianyar. Kaler sangat terkesan pada gurunya yang satu ini. Cara mengajar gurunya yang luar biasa itu meinungkmkan Nyoman Kaler memahami seluk-beluk dan gerak tari dengan mendalam. Kaler pun menjadi murid kesayangan karena bakatnya yang mengagumkan. Sampai-sampai sang guru menganugerahkan seekor kuda pada murid yang rajin ini. Kaler menguasai hampir seluruh perangkat gambelan Bali dan memahami betul semua gending-gending pegongan, gender, angklung, semar pagulingan, dan sebagainya. Dari pengetahuan yang dimiliki maka Nyoman Kaler telah mulai mengajar sejak tahun 1918.ler telah mulai mengajar sejak tahun 1918.)
  • I Nyoman Loka Suara  + (I Nyoman Loka Suara adalah pelukis kelahirI Nyoman Loka Suara adalah pelukis kelahiran Bali, 13 Februari 1970. Dia menempuh pendidikan seni rupa di ISI Denpasar. Sejak 1993 aktif dalam berbagai pameran bersama, antara lain Pameran kelompok Palet di Come Out festival Australia (1998), Beijing International Art Biennale, China (2015), Asian Art Biennale II, Hongkong (2017). Dia juga terbagung dalam Komunitas Seni Rupa Militant Arts. Karya-karya Loka banyak menampilkan figur-figur berwajah murung dengan teknik distorsif. Leher figurnya dibikin panjang seperti jerapah sehingga memunculkan kesan yang unik pada lukisannya.munculkan kesan yang unik pada lukisannya.)
  • I Nyoman Mayartayasa  + (I Nyoman Mayartayasa alias Man Ata adalah I Nyoman Mayartayasa alias Man Ata adalah penulis buku cerita “Luh Ayu Manik Mas” (buku 4 – 6). Sejak kanak ia telah gemar menggambar, melukis, membuat kartun, mengarang cerita anak-anak. Ia terus mengolah bakatnya hingga kini. Ia juga membuat ilustrasi dan desain untuk buku cerita anak-anak. Ia tamatan Universitas Warmadewa, Bali.k. Ia tamatan Universitas Warmadewa, Bali.)
  • Nyoman Ngendon  + (I Nyoman Ngendon (1920-1947) adalah pelukiI Nyoman Ngendon (1920-1947) adalah pelukis yang berasal dari Banjar Dentiyis, Batuan, Sukawati, Gianyar. Dia pertama kali belajar melukis gaya wayang Kamasan dari Dewa Nyoman Mura pada tahun 1930-an awal. Dia termasuk tokoh berpengaruh dalam seni lukis Batuan dan memiliki banyak murid. Dia fasih berbahasa Melayu, Belanda, dan Inggris. Pada masa pendudukan Jepang, dia pergi ke Yogyakarya, dan bertemu dengan Soekarno, Affandi, Soedjojono, dan ikut bergabung dalam Persagi. Selain dikenal sebagai pelukis, dia adalah sosok gerilyawan di bawah pimpinan I Gusti Ngurah Rai untuk turut mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Dia ditangkap tentara Nica di Ketewel, disiksa dan dihukum mati.</br></br></br>Ngendon memang sosok pelukis Batuan yang cerdas dan sangat gelisah untuk mengembangkan diri dalam seni lukis. Selain melukis dengan gaya Batuan, Ngendon memang banyak melukis potret dengan teknik modern. Ngendon juga sosok guru melukis yang sangat idealis dan visioner. Bagi Ngendon, setiap murid harus mampu menggambar bentuk-bentuk yang berbeda, tidak hanya menjiplak hal-hal yang sudah ada. Ngendon melahirkan generasi pelukis Batuan yang mampu menggali dan mengembangkan tematik secara kuat.ali dan mengembangkan tematik secara kuat.)
 (I Nyoman Ngendon (1920-1947) adalah pelukis yang berasal dari Banjar Den)
  • I Nyoman Pidada  + (I Nyoman Pidada alias Dadap, lahir di SukaI Nyoman Pidada alias Dadap, lahir di Sukawati, Gianyar, Bali, 1942. Ia adalah seorang pelawak dan pemain drama gong kawakan. Ia biasa berperan sebagai punakawan bernama Dadap berpasangan dengan Kiul. Dadap sangat enerjik, sementara Kiul sangat lambat dan cenderung pemalas. Nama “Dadap” sangat populer pada masa kejayaan drama gong di Bali era 1980-an hingga 1990-an. Ia bermain drama bersama kelompok (sekaa) drama gong “Bintang Bali Timur” yang sangat terkenal pada masanya. Dengan hiasan wajah dan kostum yang khas dan lucu, lawakan dan banyolannya dalam drama gong selalu ditunggu-tunggu penggemarnya dan sangat menghibur masyarakat pada masa itu. Selain bermain drama gong, ia juga aktif dalam pertunjukan tari barong. Ia meninggal pada tanggal 30 Januari 2019 karena serangan stroke.al 30 Januari 2019 karena serangan stroke.)
  • I Nyoman Rembang  + (I Nyoman Rembang lahir di Sesetan, DenpasaI Nyoman Rembang lahir di Sesetan, Denpasar, 1931. Ia adalah seorang musisi, komposer, guru, dan pembuat gamelan. Ia termasuk komponis Bali paling berpengaruh di abad kedua puluh. Ia pernah mengajar gamelan di Summer School, Barkeley, California, Amerika selama lima bulan pada tahun 1974.</br></br>Rembang memulai karier musiknya ketika ia bergabung dengan kelompok gambuh lokal di desanya, Sesetan. Pada usia tujuh tahun, ia sudah mahir memainkan gender wayang. Pada usia delapan, ia mulai belajar memainkan gamelan Legong. Pada masa remajanya, ia mengajar gamelan Bali di Konservatorium Surakarta, Jawa Tengah. Ia juga menjadi spesialis gamelan Jawa di bawah bimbingan R.M. Yudoprawiro, seorang bangsawan istana Surakarta.</br></br>Pada tahun 1960, bersama Gubernur Bali, Ida Bagus Mantra, Rembang memelopori pembentukan Konservatif Bali. Pada 1963, Rembang mengundurkan diri dari Conservatorium Surakarta dan berkonsentrasi di Bali di mana ia mengajar di Sekolah Tinggi Musik SMKI. Dia juga sering diundang untuk mengajar di Eropa sebagai artis tamu, komposer dan pemain. </br></br>Setelah selesai sebagai guru di Sekolah Seni Denpasar pada pertengahan 1980-an, ia menciptakan Gamelan Bungbang yang fenomenal. Gamelan itu terbuat dari bambu panjang yang dapat menghasilkan nada tertentu berdasarkan panjangnya. Untuk memainkan gamelan tersebut setidaknya diperlukan 32 musisi. Gamelan tersebut sering dipentaskan di berbagai ajang kesenian, seperti Pesta Kesenian Bali.</br></br>Rembang meninggal pada tanggal 30 Agustus 2001 di kediamannya di Denpasar pada usia 71 tahun.ediamannya di Denpasar pada usia 71 tahun.)
  • I Nyoman Suprapta  + (I Nyoman suprapta lahir pada tanggal 11 noI Nyoman suprapta lahir pada tanggal 11 november 1962 beliau sudah membuat geguritab dari tahun2000 sekarang sudah menerbitkan 219 judul geguritan, karena beliau menyerahkan hidupnya untuk sastra bali beliau mendapat penghargaan sastera rancage tahun 2013 dari yayasan kebudayaan rancage, bandung dari bidang jasa. Selasa 9 april 2019 yang sudah lalu.jasa. Selasa 9 april 2019 yang sudah lalu.)
  • I Nyoman Wahyu Angga B. Santosa  + (I Nyoman Wahyu Angga B. Santosa atau bisa I Nyoman Wahyu Angga B. Santosa atau bisa dikenal sebagai Wahyu Angga beliau lahir pada tanggal 21 Mei 1997 di Denpasar. Beliau merupakan salah satu alumni dari program studi Sastra Bali angkatan 2015, ia juga merupakan pengarang dari karya sastra parwa yaitu kakawin Prapanca Suddhani. Saat ini beliau sedang melanjutkan pendidikan S2 di Pascasarjana Universitas Udayana Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Udayana Fakultas Ilmu Budaya.)
  • I Nyoman Wardi  + (I Nyoman Wardi adalah salah satu dosen di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana, Bali - Indonesia. Dia juga adalah seorang peneliti di bidang lingkungan hidup, sosial, dan budaya di Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Udayana.)
  • I Putu Agus Adnyana  + (I Putu Agus Adnyana adalah dosen pada STIEI Putu Agus Adnyana adalah dosen pada STIE Satya Dharma Indonesia dan mengajar pada program studi manajemen. Agus mendapatkan gelar magister manajemen dari Universitas Pendidikan Nasional (UNDIKNAS) pada tahun 2018 dengan tesis berjudul Peningkatan Kualitas Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa Melalui Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia Desa Tigawasa.najemen Sumber Daya Manusia Desa Tigawasa.)
  • I Putu Agus Juli Sastrawan  + (I Putu Agus Juli Sastrawan adalah seorang I Putu Agus Juli Sastrawan adalah seorang penulis dan penerjemah kelahiran Klungkung, 1993. Dia pernah menjadi pemenang kedua Festival Literasi Nasional (2016) yang diselenggarakan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Karyanya pernah masuk 10 esai terbaik mahasiswa se-Bali (2014) dan menjadi salah satu pemenang dalam lomba esai Festival Anti Korupsi (2017) yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Denpasar dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Zinenya pernah dipamerkan dalam Singapore Art Book Fair, Deszinenation; Ground Zero! (2019). Bukunya yang telah terbit antara lain Kulit Kera Piduka (2020; novel), Lelaki Kantong Sperma (2018; kumpulan cerpen). Dia juga sempat menjadi co-writer script film Lasagna; Eve without Adam, Europe on The Screen (2018). Dia sering diundang dalam berbagai festival sastra, seperti Ubud Writers and Readers Festival.seperti Ubud Writers and Readers Festival.)
  • I Putu Arya Deva Suryanegara  + (I Putu Arya Deva Suryanegara lahir di DenpI Putu Arya Deva Suryanegara lahir di Denpasar, 17 Desember 1996. Ia adalah seorang komposer internasional. Ia menamatkan SMK Negeri 3 Sukawati (KOKAR) pada tahun 2014, lulusan ISI Denpasar ini menyelesaikan pendidikan Master dalam Bidang Musik di Universite de Montreal, Kanada. Selain sebagai komposer, ia adalah Asisten Direktur Insitu Recordings; Guest Artistic Director, Guest Artistic Director Gamelan Giri Kedaton. Artikel tentang musiknya tersebar di berbagai media Insitu Recordings Magazine, Kalangwan dan La Revue Musical OICRM.</br></br>Ketertarikannya terhadap gamelan bermula Ketika ia mendapat kesempatan bermain kendang untuk persiapan lomba kendang tunggal. Pada tahun 2011, di desa asalnya, Kerobokan, ia mendirikan Sanggar Seni Naradha Gita (NAGi) - secara rutin mementaskan repertoar musik gamelan tradisional dan komposisi baru untuk gamelan. </br></br>Dalam perjalanan dan proses kreatifnya, ia telah berkolaborasi dengan beberapa komposer internasional di antaranya Evan O’Donnell, Zachary Hejny, Sarah Lecompte-Bergeron, dan lain-lain. Tahun 2019, ia berpartisipasi dalam Young Composers Show. Dalam acara itu, ia mementaskan sebuah komposisi bertajuk “On Train Jkpws” yang menampilkan kuartet suling Bali.pws” yang menampilkan kuartet suling Bali.)
  • I Putu Arya Janottama, S.Sn., M.Sn  + (I Putu Arya Janottama, S.Sn., M.Sn lahir dI Putu Arya Janottama, S.Sn., M.Sn lahir di Pujungan, Bali, 2 Oktober 1988. Saat ini ia menjadi Koordinator Program Studi Animasi dan Dosen Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar. Adapun beberapa mata kuliah yang diampu yaitu Wawasan Animasi, Produksi Animasi 2D, Editting Animatic, Multimedia dan Tipograi. Selain itu, ia juga rajin menulis perihal animasi di sejumlah jurnal ilmiah.</br></br>Ia pernah mengikuti sejumlah pameran seni, antara lain: pameran di OPUA Library University Okinawa Jepang (2016), pameran Dosen dan mahasiswa DKV ISI Denpasar bertajuk Kini Jani (2018), pameran pada Festival Seni Bali Jani yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali (2018), pameran Virtual Bertajuk Tumpah Rasa Covid 19 (2020), pameran Bali Dwipantara Adirupa (2021), dan pameran Bali Natta Bhuwana di Universitas Kristen Petra Surabaya (2022). Selain itu, ia juga pernah sebagai juri pada berbagai ajang lomba FSL2N bidang poster tingkat provinsi, juri lomba kemasan tradisional, juri lomba mewarnai, dan juri lomba poster tingkat nasional pada Festival Adikara Rupa.ngkat nasional pada Festival Adikara Rupa.)
  • I Putu Eka Prayoga,S.Pd.H.,M.Pd  + (I Putu Eka Prayoga,S.Pd.H.,M.Pd adalah satI Putu Eka Prayoga,S.Pd.H.,M.Pd adalah satu satu guru di SD Negeri 26 Pemecutan sudah mengajar sejak tahun 2018 sampai sekarang. Beliau berasal dari Desa Pakraman Ubung, Kota Denpasar dan beliau lahir pada tanggal 23 Maret 1994. Menuntut ilmu dan menyelesaikan S1 Pendidikan Agama Hindu ring IHDN Denpasar selanjutnya beliau menyelesaikan S2 Magister Pendidikan Agama Hindu di Pascasarjana IHDN Denpasar Agama Hindu di Pascasarjana IHDN Denpasar)
  • I Putu Gedé Raka Prama Putra  + (I Putu Gedé Raka Prama Putra atau yang biaI Putu Gedé Raka Prama Putra atau yang biasa dikenal dengan Tudékamatra dari karya-karyanya lahir di Gianyar, pada Selasa, 18 Désémber 1990. Walaupun masih muda, tetapi ia salah satu pengarang yang mempertahankan sastra Bali modérn. Pengarang lulusan Fakultas Ékonomi Universitas Mahéndradatta ini belajar menulis sejak masih sekolah di SMAN 1 Blahbatuh. Karangan-karangannya pernah diterbitkan di Majalah Éksprési, Majalah Satua, Bali Orti (Bali Post), Bali Post, Pos Bali, Médiaswari (Pos Bali), dan Dénpost. Bukunya yang sudah dikeluarkan adalah : </br>Padang Tuh (Puisi, 2013),</br>Belog (Kumpulan Cerita Pendek, 2014), </br>Ombak Raré Bali (Puisi, 2015). </br>Sekarang Ia bekerja sebagai wartawan di Pos Bali dan menjadi rédaktur rubrik Gema Siswa di Pos Bali.di rédaktur rubrik Gema Siswa di Pos Bali.)
  • I Putu Karang Adi Saputra  + (I Putu Karang Adi Saputra, lahir di AbiansI Putu Karang Adi Saputra, lahir di Abiansemal, 9 Juni 1985. Sejak 2003 aktif dalam sejumlah pameran bersama, antara lain pameran bersama “Maestro Seni Lukis Bali” di Bali Post, Denpasar (2007); “Kelompok 72” di Galeri Paros, Sukawati (2007), pameran “Bersama Dosen ISI Denpasar” di Neka Art Museum Ubud (2008), pameran di LV 8 Hotel bersama Sanggar Mangu Rupa Badung (2018), “Merdeka dalam Ekspresi” di Taman Budaya Bali (2019).lam Ekspresi” di Taman Budaya Bali (2019).)
  • I Putu Pradnyana Anggara  + (I Putu Pradnyana Anggara adalah seorang saI Putu Pradnyana Anggara adalah seorang sastrawan muda kelahiran Kuta, )4 Juli 2000. Saat Ini beliau beralamat di Jl. Raya Semat, Gg. Jalak Xll/7, Br. Pelambingan, Desa Tibubeneng, Kuta Utara, Badung. Beliau merupakan putra dari pasangan (ayah) I Made Widia, S.Ag , M.Si dan (ibu) Ni Wayan Murtini.</br>Adapun riwayat pendidkan beliau adalah: </br>1. TK Indraprasta Kuta</br>2. SDN 2 Tibubeneng</br>3. SMPN 1 Kuta Utara</br>4. SMAN 2 Mengwi </br>5. UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar (hingga sekarang)i Bagus Sugriwa Denpasar (hingga sekarang))
  • I Putu Sudiana Bonuz  + (I Putu Sudiana alias Bonuz adalah perupa kI Putu Sudiana alias Bonuz adalah perupa kelahiran Nusa Penida, Klungkung, Bali, 30 Desember 1972. Sejak kanak dia telah tertarik dengan seni lukis. Saat di kampungnya, dia sering diminta melukis bagian dinding perahu (jukung) nelayan. Setelah menamatkan SMP di kampung halamannya, dia melanjutkan sekolah di Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) di Batubulan, Bali. Pada tahun 1995, dia melanjutkan pendidikan seni rupanya di ISI Denpasar, hingga tamat. Selain melukis, dia juga membuat seni instalasi, bermain musik, dan menulis puisi. Bonuz telah banyak memamerkan lukisan-lukisannya yang bergaya abstrak, antara lain:</br></br></br>Solo exhibitions</br>2018 A Land to Remember. Santrian Gallery, Sanur Bali</br>2017 Tetabuhan-tatabumi, Bidadari Art Space. Mas,Ubud-Bali</br>1015 Because Life is Delicious at Kubu Art Space. Ubud.</br>2014 Magic Sound at Maya Galerry. Singapore.</br>2013 Be Happy, water color paintings at Sand Fine Art Gallery. Sanur-Bali.</br>2012 Harmony, at Rumah Seni Maestro Art Space. Sanur-Bali</br>2011 Inside of Bonuz at Tony Raka Gallery. Mas,Ubud-Bali</br>2011 Refleksi Nafas, at Hitam-Putih art Space. Sangeh-Bali.</br>2008 Pleading Life’s Tenacity at Kemang Village. Jakarta.</br>2006 Journey of the Soul at Relish Café and Pool. Jakarta.</br>2003 Esensi Abstrak at Art Centre Denpasar. Bali.</br>2003 Universal Spirit at Jenggala Keramik Jimbaran. Bali.</br>2000 Melintas Batas at Merah-Putih Forum. Denpasar Bali.</br></br></br>Selected Group exhibitions</br>2018 NU-Abstract at Langgeng Art Foundation, Jogjakarta</br>2018 B to B #2, Komaneka Gallery, Ubud Bali</br>2018 at Gedung DPR/MPR RI, Kemayoran Jakarta</br>2017 ColourFul at Hadiprana Gallery, Jakarta.</br>2017 AtUH Art the Universal Habit by Militant Arts, Santrian Gallery Sanur Bali</br>2017 B to B at Raos Gallery, Kota Batu. Malang.</br>2017 The grand opening VIP Fine Arts, Jakarta.</br>2016 Ubud Writer Bali</br>2016 Militant for Happiness at CLC. Krobokan Bali</br>2015 Violent Bali atTonyraka Gallery. Mas-Ubud Bali</br>2015 SoulScape in Progress at Bentara Budaya Bali</br>2015 Ulu Teben Militant Arts at Bentara Budaya Bali.</br>2015 Sama-sama. Indonesia, Malaysia, Philipina at Bentara Budaya Bali.</br>2014 Rel(ART)ionship at Sangkring Art Space. Jogjakarta.</br>2014 Malaysia Contenporary Art Tourism at Kuala Lumpur, Malaysia.</br>2014 Tandur: Menyemai diri at Bentara Budaya Bali.</br>2013 Encore at Maya Gallery. Singapore.</br>2013 ASIA Contemporary Art Fair at Luxe Art Musium. Singapore.</br>2013 Golden Harvest at Hadiprana Gallery. Jakarta</br>2012 An Artistic Journey at Sudamala art space. Sanur-Bali.</br>2012 Dialogue II at Gaya art space with G-13 Gallery. Sayan-Ubud, Bali</br>2012 The Journey of Gallery Hadiprana. Jakarta.</br>2011 Dialogue I at G-13 Gallery. Kuala Lumpur,Malaysia</br>2010 Return of the Abstraction atTony Raka Gallery. Mas-Ubud, Bali.</br>2010 Gerakan Abstrak Indonesia atTaman Budaya Yogyakarta.</br>2010 Behind the funny make-up at Hadiprana Gallery. Jakarta.</br></br></br>Awards</br>1999 Semi Final of The Philip Morris Art Award VI From YSRI , </br>Jakarta</br>1995, 1997, 1998 The Best Artwork from Kamasra, STSI Denpasar. Best Artwork from Kamasra, STSI Denpasar.)
  • I Putu Sukreta Suranta  + (I Putu Sukreta Suranta lahir di Klungkung,I Putu Sukreta Suranta lahir di Klungkung, 11 April 1938. Ia adalah seorang perwira tinggi angkatan darat dari Bali dan pejabat pemerintahan. Ia merupakan salah satu tokoh organisasi Parisada Hindu Dharma Indonesia dan Paguyuban Ngesti Tunggal. Setelah lulus SMA, ia melanjutkan ke Akademi Militer Nasional di Magelang. Setelah lulus, ia diangkat sebagai letnan dua pada tahun 1961. </br></br>Sepanjang karirnya di militer, ia memegang berbagai posisi strategis seperti Wakil Komandan Kontingen Garuda VII dan Asisten Operasi Kepala Staf Kodam Jaya. Ia meraih pangkat brigadir jenderal sekitar tahun 1986 dan menjadi Wakil Asisten Operasi Kepala Staf Angkatan Darat. Ia dipromosikan menjadi mayor jenderal sekitar dua tahun kemudian dan menjadi Asisten Operasi Kepala Staf Angkatan Darat pada 17 Maret 1988. Ia kemudian diangkat sebagai Komandan Sekolah Staf dan Komando ABRI pada 21 Oktober 1989. Ia digantikan dari jabatannya pada 16 April 1993 dan pensiun dari militer beberapa bulan kemudian. </br></br>Setelah pensiun dari militer, ia diangkat sebagai Inspektur Jenderal Departemen Pertahanan Keamanan pada 24 April 1993.] Pengangkatannya sebagai inspektur jenderal departemen di luar kelaziman, karena posisi ini biasanya dipegang oleh perwira militer aktif bintang tiga. Oleh karena setelah pensiun dari militer, pemerintah memutuskan untuk menaikkan pangkatnya menjadi letnan jenderal kehormatan pada 1 September 1997. Ia digantikan oleh Farid Zainuddin pada tahun 1998. </br></br>Ia kemudian diangkat oleh Presiden BJ Habibie menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) pada 13 Juni 1998 dan menjadi Wakil Ketua Komisi Kesejahteraan Rakyat di DPA. </br></br>Ia terpilih sebagai Ketua Harian Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) pada Mahasabha PHDI ke-7 yang berlangsung pada bulan September 1996. Sebelumnya, sejak tahun 1992, ia sudah mewakili PHDI di MPR. Ia juga menjadi penasehat Himpunan Pemuda Hindu Indonesia dan Prajaniti Hindu Indonesia. Selain itu, ia juga pernah menjadi anggota organisasi spiritual Paguyuban Ngesti Tunggal (Pangestu). </br></br>Ia meninggal dunia di Jakarta Selatan pada Jumat, 16 September 2022 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan. Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan.)
  • I Putu Swaryandana Ichi Oka  + (I Putu Swaryandana Ichi Oka atau akrab disI Putu Swaryandana Ichi Oka atau akrab disapa Ryan tumbuh besar di Banjar Pande, Desa Sayan, Ubud. Ryan adalah seorang komposer muda yang saat ini menempuh pendidikan master di Institute Seni Indonesia, Denpasar. Komposer muda ini aktif berkesenian di Sanggar Seni Çudamani, Pengosekan, Ubud. Sebagian besar karya-karya Ryan mencerminkan gaya tradisi yang kental seperti Swasti Prapta (untuk komposisi tari) dan Sundih, namun ada bebapa karyanya yang lebih kontemporer seperti Su3lim (instrumental) dan Kalatalaraga (body music). Karya-karya Ryan dapat dinikmati di YouTube Channel : Ryan Swaryandana.ati di YouTube Channel : Ryan Swaryandana.)
  • I Putu Tangkas Adi Hiranmayena  + (I Putu Tangkas Adi Hiranmayena adalah seorI Putu Tangkas Adi Hiranmayena adalah seorang seniman dan cendekiawan Indonesia. Ketertarikan Putu berakar pada gamelan, improvisasi, dan musik metal, dengan fokus utama pada aktivitas adrenalin tinggi, perwujudan, dan teori kosmologi. Karya musiknya secara langsung menyoroti urgensi kinerja dalam kondisi fisik puncak, yang memprovokasi praksis mikro-temporalitas. Putu telah tampil dengan gamelan dan ansambel improvisasi di seluruh Amerika Serikat dan Indonesia; terakhir dengan Gamelan Pandan Arum dari Los Angeles, Gamelan Tunas Mekar di Denver, dan Sanggar Manik Galih di Bali. Ia juga bertindak sebagai direktur ansambel gamelan di Sekolah Museum San Diego serta Universitas San Diego. Putu menyandang gelar B.A. dari Universitas Colorado Colorado Springs dalam Seni Visual dan Pertunjukan dan MA dari Universitas California San Diego dalam Studi Integratif. Dia baru saja memulai gelar Ph.D. program di University of Illinois Urbana-Champaign dalam bidang etnomusikologi di mana ia berencana untuk melanjutkan studinya dalam musik baru dan gamelan.kan studinya dalam musik baru dan gamelan.)
  • I Putu Udiyana Wasista  + (I Putu Udayana Wasista adalah seorang doseI Putu Udayana Wasista adalah seorang dosen pada Program Studi Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar Bali. Udayana banyak menulis mengenai topik-topik terkait arsitektur dan eco-design yang dipublikasikan pada jurnal-jurnal ilmiah lokal maupun regional.urnal-jurnal ilmiah lokal maupun regional.)
  • I Wayan Aris Sarmanta  + (I Wayan Aris Sarmanta, lahir di Gianyar, 8I Wayan Aris Sarmanta, lahir di Gianyar, 8 April 1995. Sejak 2011 aktif berpameran, antara lain di Museum Puri Lukisan, Museum Arma, Allcaps Gallery, Bentara Budaya Bali, Titian Artspace Ubud, Paradiso Ubud, Griya Santrian Gallery, Bale Banjar Sangkring Jogja. Pada 2017 dia menggelar pameran tunggal “Rebirth” di Titian Art Space, Ubud. Dia meraih Penghargaan Nine Finalist Titian Prize 2017 dan Winner of Titian Prize 2018.rize 2017 dan Winner of Titian Prize 2018.)
  • I Wayan Arya Bisma  + (I Wayan Arya Bisma seorang musisi dan kompI Wayan Arya Bisma seorang musisi dan komposer muda yang tumbuh besar di Pujung Kelod, Sebatu, Gianyar. Saat ini Bisma masih menempuh pendidikan sarjana di Institute Seni Indonesia Denpasar. Bisma aktif sebagai penabuh dan komposer di Sanggar Seni Çudamani, Pengosekan, Ubud.i Sanggar Seni Çudamani, Pengosekan, Ubud.)
  • I Wayan Bendi  + (I Wayan Bendi, lahir tahun 1950 di Desa BaI Wayan Bendi, lahir tahun 1950 di Desa Batuan, Gianyar, Bali. Dia belajar melukis pada ayahnya, Wayan Taweng. Dia adalah salah satu ikon seni lukis gaya Batuan yang sangat popular di kalangan kolektor. Karya-karyanya sangat kuat menampilkan gaya Batuan dengan tema-tema kontemporer. Dia telah memamerkan karya-karyanya di dalam dan luar negeri, seperti Museum Rudana, ARMA, Museum Puri Lukisan, Museum Neka, Museum Fukuoka Jepang, Bentara Budaya Bali, Taman Budaya Bali, Singapura, Amerika, dan sebagainya. Ciri khas lukisannya adalah kecenderungan menggunakan warna oker dan munculnya ikon pesawat terbang dan helikopter yang berpadu dengan suasana pedesaan Bali. Dia banyak melukiskan perkembangan Bali dengan pariwisatanya yang riuh padat. Dia adalah pelukis yang sangat produktif. Prinsip hidupnya adalah melukislah terus selagi masih bernafas. Dia meninggal pada tanggal 15 Juli 2020 karena penyakit diabetes.gal 15 Juli 2020 karena penyakit diabetes.)
  • I Wayan Diana  + (I Wayan Diana, lahir di Batuan, 1977. PernI Wayan Diana, lahir di Batuan, 1977. Pernah berpameran di Museum Puri Lukisan, Museum Arma, Museum Neka, Griya Santrian Gallery, dll. Dia meraih penghargaan sebagai Finalis Jakarta Art Award (2008 dan 2010), Finalis UOB Painting Of The Year (2012, 2013, 2014). Dengan teknik melukis gaya Batuan, lukisan-lukisannya banyak menyuarakan kritik sosial.kisannya banyak menyuarakan kritik sosial.)
  • I Wayan Dibia  + (I Wayan Dibia lahir di Singapadu, Gianyar,I Wayan Dibia lahir di Singapadu, Gianyar, Bali, 12 April 1948. Sejak 1999, ia menjadi guru besar (profesor) koreografi di ISI Denpasar. Ia juga terkenal karena karyanya dalam seni tari kecak, seperti Kecak Subali dan Sugriwa (1976), Kecak Dewa Ruci (1982). Ia pernah berkolaborasi dengan Keith Terry menciptakan "The famous Body Tjak" (1990). </br></br>Sebagai seniman tari, ia sangat terkenal di tingkat internasional. Dalam bidang tari, ia menciptakan Tari Manuk Rawa bersama I Wayan Beratha tahun 1981, Tari Puspa Wresti, Tari Wirauda, dll. Ia mendapatkan anugerah seni “Padma Shri Award” (2021) dari Pemerintah India atas dedikasinya dalam menjalin karya seni antara budaya Bali dan India. Pada tahun 1969, ia pertama kali tampil di India dengan tari Hanoman.</br></br>Selain menciptakan puluhan karya seni tari, ia juga menulis sejumlah buku, di antaranya “Dramatari Gambuh dan Tari-Tarian yang Hampir Punah di Beberapa Daerah di Bali (1979), “Kecak, the Vocal Chant of Bali” (2000), “Balinese Dance, Drama, and Music: a Guide to the Performing Arts of Bali” (2012), “Tari Komunal” (2015), “Kecak: Dari Ritual ke Teatrikal” (2017), “Arja Anyar” (2017), “Tari Barong Ket: Dari Kebangkitan Menuju Kejayaan” (2018). Pada tahun 2021 ia menerbitkan lima buku puisi bertajuk “Puitika Tari”. Ia juga menulis buku puisi berbahasa Bali, antara lain berjudul “Kali Sengara”. Ia juga menulis novel tentang penari berjudul “Bintang Panggung” (2023).</br></br>Tahun 2022, ia menerima anugerah “Bali Jani Nugraha” dari Gubernur Bali. Buku puisi berbahasa Bali-nya “Kali Sengara” meraih anugerah “Rancage” dari Yayasan Kebudayaan Rancage (2023).e” dari Yayasan Kebudayaan Rancage (2023).)
  • I Wayan Gunayasa  + (I Wayan Gunayasa lahir di Desa Ulakan, ManI Wayan Gunayasa lahir di Desa Ulakan, Manggis, Karangasem pada 3 Agustus 1967. Dia seorang wiraswasta dan fotografi adalah salah satu hobinya. Dia juga terlibat dalam kegiatan sosial, misalnya untuk anak-anak disabilitas dan yatim piatu dan juga ikut dalam memerangi sampah plastik. Foto-fotonya pernah dimuat di beberapa majalah, seperti Emvee Magazine, Bali Travel dan Tropical Life. Ia juga ambil bagian dalam pameran di Mall Bali Galeria, pameran tunggal dan juga pameran bersama fotografer lain. Wayan lebih suka memotret budaya dan alam karena dengan begitu dia bisa berkeliling dan mengenal lebih dekat budaya; budaya di Bali khususnya dan alam Indonesia. Dia pernah bekerja untuk mahasiswa Norwegian yang sedang belajar di Bali tahun 1993-2014.ng sedang belajar di Bali tahun 1993-2014.)
  • I Wayan Karta (Cover)  + (I Wayan Karta atau yang akrab disapa CoverI Wayan Karta atau yang akrab disapa Cover merupakan seorang seniman sekaligus pengerajin suling yang berasal dari Banjar Pengosekan, Desa Mas, Kecamatan Ubud. Kecintaannya terhadap suling besar disebabkan karena beliau terlahir dari keluarga yang menggemari suling. Selain itu berkat ajakan seorang teman yang bernama I Nyoman Dayuh serta pengalamannya dicaci oleh sorang tak dikenal dimasa silam membuatnya semakin termotivasi menjadi seorang pemain suling handal hingga saat ini. Dalam proses belajar bermain suling terdapat beberapa orang guru yang mengajari Wayan Karta bermain suling diantaranya Pak Mangku Regig (Abian Nangka, Denpasar), Pak Rangsi (Kerta Payangan), I Made Sadra (Pinda, Blahbatuh), Cokorda Bagus (Peliatan, Ubud) dan seniman lainnya.</br>Terhitung sejak Wayan Karta berusia belasan tahun tepatnya pada tahun 1998, saat itulah beliau mulai mendalami mengenai cara pembuatan suling. I Made Sadra yang berasal dari Banjar Pinda, Kecamatan Blahbatuh merupakan gurunya dalam membuat suling khususnya dalam mencari keselarasan nada. Setelah itu, Wayan Karta melanjutkan proses belajarnya di rumah Bapak Rangsi untuk mendalami teknik pembuatan siwer suling. Setelah berselang berapa lama, Wayan Karta akhirnya memutuskan untuk menjadi pengerajin suling hingga saat ini. Suling buatannya banyak diminati oleh konsumen di Bali sekaligus di luar Bali bahkan hingga ke luar negeri diantaranya Jepang, Amerika, Jerman, Italia, Australia, dan Spanyol. Beberapa suling hasil karyanya bernama suling jungket dan suling sunari.</br>Sebagai seniman suling dan pengerajin suling Wayan Karta juga mendirikan sebuah sekaa atau sanggar suling yang bernama “Sanggar Suling Semeton Nika Manu” pada tahun 2012 serta mendapatkan ijin resmi pada tahun 2017. Selain itu dalam perjalanan karirnya, Wayan Karta juga pernah pentas di sembilan kota di Amerika bersama Sanggar Cudamani Pengosekan dalam rangka Tour Balinesse Gamelan tahun 2010, Pentas di Taman Ismail Marzuki ( Jakarta ) dalam rangka Pementasan Music Baru bersama Group Pendro Made Arnawa tahun 2010, kerap mendukung Pentas di ISI Denpasar, kerap pentas di Pesta Kesenian Bali ataupun di pura – pura yang ada di Bali serta aktif melakukan pelatihan bermain suling di beberapa tempat di Bali.bermain suling di beberapa tempat di Bali.)