Property:Biography example text id

From BASAbaliWiki
Showing 20 pages using this property.
A
Biografi Perkumpulan Pendidikan Nasional, Denpasar, sebuah institusi terkenal yang melahirkan Universitas Undiknas, SMP Nasional Denpasar dan lainnya.  +
Sebuah buku tentang perjalanan singkat keliling Bali dan mengagumi arsitekturnya.  +
Kadek Haricatra punya kemampuan aneh. Dia bisa melihat bunga Nagapuspa, bunga lotus emas yang tumbuh di batu. Bunga itu bisa menyembuhkan semua penyakit manusia. Namun Epsilon, perusahaan obat terbesar di negeri itu sangat ingin merebut Nagapuspa. Kadek Haricatra ingin dibunuh. Dia harus lari!  +
Biografi Profesor Gede Sri Darma, yang pernah menjadi profesor termuda di Indonesia.  +
Aryadimas Ngurah Hendratno Menjelma Mata Air aku pernah menjelma mata air aliranku kasar, menuju ngarai berakhir di kekeringan jalurku berkelok menapak, mengisi lubang kosong menanjak di antara nadi, bersekutu dengan darah denyut jantung adalah tanda untuk pergi berhenti mengolah emosi karena wujudku adalah detak jantung yang tak berhenti aku tak pernah lelah mewujud mata air di selepas malam adalah waktu mengairi dari keberadaannya di tempat tertinggi dan kamu, selalu menjadi gumpalan lemak ataukah batu, memilin jalan mencipta pusaran sejenak itu perhentian yang mengikat iba dan ketakutan, gelisah dan rasa bersalah arus yang menarikku pulang kembali aku mewujud mata air setelah satu musim kering timbaku adalah keyakinan tali pengikatnya adalah jumlah kesadaran penuhi dan tariklah untuk teman perjalanan tetesan yang terjatuh adalah kebijaksanaan kembali dan pungutlah bulir-bulir di persimpangan hanya di situ kehendak mencipta dan air berubah jadi mutiara aku berusaha mewujud mata air kosongkan dan dimulai kembali perjalanan di antara nadi, darah dan rasa bersalah lintasi kembali kelokan magis temukanlah persimpangan tempat rasa terbuang gumpalkan dalam renungan pencapaian adalah emosi yang berulang ketika kembali, kumpulkan yang hilang sebab yang ada berarti tiada, yang tidak ada adalah kunci segalanya  +
B
Gunungan pada wayang kulit berbentuk kerucut (lancip ke atas) melambangkan kehidupan manusia. Semakin tinggi ilmu dan semakin tua usia, manusia harus semakin mengkerucut (golong gilig) manunggaling Jiwa, Rasa, Cipta, Karsa, dan Karya dalam kehidupan kita (semakin dekat dengan Sang Pencipta)  +
Pulau Bali telah sangat menyatu dengan dunia pariwisata. Artikel ini meneliti identitas kebudayaan Bali yang dinamis dan hubungannya yang selalu berevolusi dengan dunia pariwisata di tengah globalisme dengan menggunakan studi kasus, pembangunan Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (antara tahun 1993 – 2018), yang berbentuk patung Hindu Dewa Wisnu berdiri di atas burung garuda yang agung. Taman dan patung tersebut dipandang sebagai pertanda budaya baru untuk Bangsa Indonesia dan untuk industri pariwisata Bali. Namun demikian, studi kasus terhadap eksistensi taman ini juga menunjukkan bahwa Bali telah mengubah perannya di dalam konteks kepulauan Indonesia semenjak jatuhnya rezim Suharto pada tahun 1998 sembari berhadapan dengan tantangan baru globalisme pariwisata. Keterwakilan identitas budaya Bali berevolusi dari konstruksi turisme budaya terpusat, dari atas ke bawah, menjadi destinasi wisata global dengan menjadi tuan rumah bagi banyak kegiatan berskala internasional di taman tersebut.  +
Sejarah Bali terbentuk dari banyak kontradiksi. Beberapa diantaranya bersifat intrinsik di dalam budaya dan masyarakat Bali, lainnya karena pengalaman penjajahan Belanda dan hasil penggabungannya ke dalam negara-bangsa Indonesia. Lainnya juga berasal dari kekuatan modernisasi, globalisasi, pariwisata dan konsumerisme. Para penulis Bali's Silent Crisis: Desire, Tragedy and Transition menyoroti kontradiksi ini untuk mengungkap masalah mendasar yang terus membentuk, mempengaruhi dan dengan cara tertentu, menghantui kehidupan sehari-hari di Bali. Kedua penulis berpendapat bahwa kekuatan-kekuatan ini serta perubahan-perubahan terkait memberikan trauma psikologis dan budaya yang mendalam yang sebagian besar tetap tidak diakui – karenanya merupakan 'krisis diam' – dan bertentangan dengan wacana Bali sebagai surga. Para penulis telah tinggal dan bekerja di Indonesia selama bertahun-tahun, dengan sebagian besar waktunya di Bali. Dengan latar belakang akademis dalam studi budaya dan promosi kesehatan, mereka membawa perspektif yang menarik untuk subjek mereka dan menunjukkan kepedulian yang jelas terhadap kesehatan psikologis jangka panjang orang Bali yang terperangkap dalam proses perubahan, kekerasan, dan keinginan mendalam yang dikemas dalam subjudul dari buku-buku mereka. Sejak awal kami merasakan motivasi mereka yang sangat kuat dalam meneliti dan menulis buku dan komitmen mereka terhadap teman dan kolega Bali. Tampak jelas bahwa mereka memiliki kasih sayang yang besar untuk subjek mereka dan sampai pada kesimpulan mereka yang mendasarkan pada keterlibatan jangka panjang dengan Bali. Ulasan utuh dari buku ini bisa dilihat pada laman: https://www.insideindonesia.org/review-bali-s-silent-crisis?highlight=WyJiYWxpIiwiYmFsaSdzIiwiJ2JhbGkiLCJiYWxpJyIsImJhbGknLiIsIidiYWxpJ3MiLCJiYWxpJywiLCJiYWxpcycuIl0%3D  +
C
Bawa imaji ke dalam lubuk batinmu, menjadikan gelap menjadi terang. Ibarat cahaya api di matamu yang liar, Ketakutan menjadi sublim kemudian pagi membujuk siang, menggoda malam. Pada satu panggung ketemukan pemeran utama yang gagu, musik mengalun di silau lampu. Berhamburan kupu dan laron-laron Terkadang kita tidak mampu menepis, begitu banyak cemooh mengharu-biru memasuki ruang pribadimu. ibarat seekor monyat tua mencabik-cabik kebun mencari dedaunan, karena ia lapar. Seperti perempuan yang gelisah tak menemukan sebuah payung di tengah hujan Kuletakkan dua puluh batang bunga sedap malam dalam Jambangan. Berharap menjelang malam keharuman berkeliling di setiap ruang. Membawa pergi seribu bayangan kelam. Kecemasan adalah bingkai retak yang menjamah di dalam rumah. Hari ini anak-anak mulai sekolah. Aku selesaikan adonan dalam loyang, berwarna kuning dan coklat seperti kuda zebra. Membiarkan aroma roti menjelajah ke rumah tetangga, ke segenap penjuru dermaga. Di bawah tangga di rumahku, aku melihat seekor kucing seekor tikus, seekor anjing bercengkerama dalam senda gurau yang riang. (Bali Post Minggu, 17 Juli 2016)  +
Di sebuah poster aku melihat wajah ibu repertoar unik bermandi cahaya sungguh aneh kukira mengapa ia ada di sana sorot matanya tajam seperti hendak menghujam atau ia sedang menipu nestapa? di setiap tembang aku melihat jiwa ibu berkelana mengarungi jata raya seperti hendak menemukan kidung kenangan Berpuluh abad berpuluh kesunyian Menikam senja Potret khayali hikayat Malinkundang Legenda yang menjadi batu ibarat pusaran air di gigir waktu Bergulung dalam almanak Memberikan warna bagi kanak-kanak Perempuan menjadi ibu Meneteskan darah dari rahim Melahirkan perahu layar Bertumbuh menjadi bahtera Akankah ia menjadi batu padas? (Bali Post Minggu, 17 Juli 2016)  +
dalam kabut waktu orang-orang singgah meninggakan zaman kepada siapa ia menitipkan buah-buah anggur di musim panen karena ia paham sebuah rumah tak lagi memberinya rasa nyaman entah siapa pula yang terjebak dalam pusaran waktu suara gemuruh hujan menghanyutkan ladang-ladang membiarkan kupu-kupu dan kunang-kunang terbang jauh hanya karena angin memanggil kau surutkan air mata di pelupuk hati ke dalam jeram yang menghujam bilik jantungmu lalu negeri ini berpulang meninggalkan lembah burung-burung terbang meninggalkan sarang. Ia merasa letih menyangga bumi dengan bilur-bilur di tubuhnya memerah ... kelak perjalanan ini selalu merindukan petang menimang-nimang kesepian (BPM 10 Oktober 2010)  +
Chandra Yowani Aku adalah Perempuan Aku adalah perempuan yang susuri pesisir moyangku dalam diam berusaha pahami kelahiran demi kelahiran di tiap semesta pada tiap masa Aku adalah perempuan yang suatu kali mungkin pernah menghangatkan ranjangmu dan puaskan kelelakianmu, catatkan percintaan pada ingatan jiwa hingga kau buru di tiap reinkarnasi Aku adalah perempuan yang membasuh luka sendiri, perihnya tegakkan langkahku tak perlu kau tanya air mata mana yang terderas, telah kusurutkan sumbernya Aku adalah perempuan yang kakinya telanjang menapaki dahaga siang, juga lenguhan malam tak hendak kupinjam sepatu siapa pun aku ingin setiap molekul indra ku mengingat sensasinya karena ini petualanganku sendiri Aku adalah perempuan yang pernah tersesat hingga terperangkap dalam labirin keakuan angkuhku, ruang gelap batinku Hingga kusadari, aku hanyalah perempuan yang terbelit kumparan karma tualangku aliri rekaman cinta semesta hidup ini sejatinya tentang kesadaran dan keberserahan pada Dia yang bersemayam dalam diri sejati Juni 2020 Perempuan Berkebaya Saat diam-diam langit meminang rembulan, Perempuan berkebaya, arah manakah tatapnya berkelana? Susuri lorong waktu dan ruang tak bertepi Tak lelahkah? Kerling mentari bersaksi, semesta mencatat, Perempuan tak hanya tentang sumur, dapur, dan kasur Perempuanlah pembawa rahim semesta. Sejarah berganti oleh gemulai lekuk tubuh perempuan. Perempuan berkebaya, dipangkunya tangis kanak-kanak dalam buaian, cerita tiap jiwa tak pernah sama, maka kenalilah perjalanan, gumamnya sembari mengurai kusut perjalanannya sendiri Perempuan berkebaya, disemainya cinta di ladang-ladang kosong para pengembara dilagukannya nyanyian semesta "Bapaku cahaya, Ibuku bumi" duhai, hati yang mabuk gairah duniawi, masihkah ragu akan Kasih Sejati? Perempuan berkebaya, dibiarkannya para lelaki mengangkangi tubuhnya tapi tidak pola pikirnya direlakannya badannya dijamah kerakusan birahi tapi tidak hati dan jiwanya karena tubuh ini hanya sementara, badan ini hanya pinjaman, katanya Perempuan berkebaya, berceritalah arah manakah deru langkah itu menuju? Senja di Dermaga langit selalu memukau bila bercerita tentang waktu kelana yang lampau tak pernah sengaja membuatku tergugu bisu senja selalu jatuh dengan kesetiaan pada batas cakrawala memulas langit dalam kecintaan dan birahi yang sama entah mengapa, dermaga seringkali membawakan senja untukku lebih dalam mengenal-Mu membawaku kembali pada ruang-ruang hati yang merindu tak terkendali pada-Mu tapi, sering kuabaikan atas nama cinta yang justru tak pernah kukenali maknanya menatap senja di dermaga, bersama siapa pun kubersisian, walau dalam luka terperih, aku pasti tersihir nyanyian ombak, tenggelam dalam pusaran kesadaran, betapa aku sering lalai, sesungguhnya cinta-Mu tak pernah usai, betapa telah Kau hadirkan Mahaguru yang selalu menuntunku dengan kesabaran dan kasih tak terhingga karena Engkau, menungguku untuk pulang dalam damai Tuhan, biarlah jiwaku hanya berlabuh di dermaga cinta-Mu Jimbaran, 1 December 2019  
D
Ini adalah tarian yang sangat populer di desa-desa. Asalnya dari tahun 1930-an. Disebut juga tari Cinta, tarian ini dibawakan oleh 10 pasangan muda yang belum menikah, serta melibatkan nyanyian dan tarian mengikuti gambelan gerakan rayuan. Janger berarti tergila-gila. Jadi, para remaja putra dan putri saling menggoda satu sama lain selama tarian itu, menciptakan hubungan yang bahagia, menyenangkan dan terkadang lucu. Para penari telah berlatih tarian ini sejak berbulan-bulan di Desa Pesalakan, sebuah desa tradisional sekitar 15 menit dari pusat Ubud. Latihannya cukup lama karena banyak yang belum pernah menari sebelumnya. Jadi ini adalah kebangkitan budaya melalui tarian yang sangat penting untuk disaksikan dengan banyaknya influencer modern yang mempengaruhi budaya di pulau dewata. Salah satu tujuan utama dari Proyek Kebersamaan ini adalah untuk melestarikan dan menghidupkan kembali budaya di kalangan generasi muda. Tarian ini adalah contoh kebersamaan yang luar biasa, karena menyatukan generasi muda untuk mempraktikkan dan mengekspresikan budaya mereka.  +
Pendet Swastiastu merupakan tari penyambutan dengan tabuh Jegog, gamelan bambu khas Jembrana, Bali, yang dikoreografi dalam dua bagian. Bagian 1: Untuk menyambut tamu kehormatan ketika memasuki ruang acara, dan Bagian 2: menyampaikan ucapan selamat datang dengan tarian yang gemulai diiringi tabuh Jegog dan gending yang memikat. Tari Pendet Swastiastu diciptakan oleh Deniek G. Sukarya sebagai penata kreatif dan tabuh, Putu Adi Arianto S.Sn. dan Wayan Sumindra S.Sn. sebagai penata tari dan kostum.  +
Menampilkan kompilasi kreasi tabuh dan tari seni Jegog khas Jembrana. Semua pesona Jembrana diiringi dengan tabuh/lagu berbeda kreasi Sanggar Seni Sukarya. Di bagian penutup menampilkan penggalan dari semua 7 tabuh dan tari dari Sanggar Seni Sukarya dengan iringan gambelan Jegog, musik bambu khas Jembrana.  +
Tujuan studi ini adalah merancang wujud optimalisasi peran pecalang dalam membantu penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat yang diselenggarakan oleh Tim Gugus Tugas Pencegahan Pandemi Covid-19. Studi ini berbentuk deskriptif-kualitatif yang lebih banyak menggunakan dan mengumpulkan informasi dengan cara mendalami setiap fenomena sosial yang terjadi. Pembagian kewenangan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat yang diselenggarakan oleh Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Bali dalam upaya pencegahan pandemi Covid-19 mengalami banyak hambatan. Diperlukan optimalisasi peran pecalang dalam membantu penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat yang diselenggarakan oleh Tim Gugus Tugas Pencegahan Pandemi Covid-19.  +
Partisipasi masyarakat merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan pengelolaan sampah. Perubahan perilaku harus ditanamkan sejak dini. Buklet adalah media yang tepat digunakan untuk mendorong perubahan perilaku siswa sekolah dasar. Materi pemilahan sampah dapat lebih mudah dijelaskan dengan menggunakan pesan teks dan gambar. Penelitian eksperimen semu dengan desain satu grup pre-tes dan pos-tes. Metode pengambilan sampel adalah Multistage Random Sampling. Sampel yang diambil untuk penelitian adalah 90 orang dari 65 sekolah dasar di Denpasar Selatan. Instrumen penelitian ini adalah angket, dengan teknik pengambilan data dilakukan melalui analisis wawancara membandingkan mean paired sample t-test. Ada perbedaan pengetahuan, sikap, dan tindakan sebelum dan sesudah penyuluhan metode evaluasi diri dengan media buklet dengan nilai (p<0,001). Upaya promosi kesehatan dengan mengoptimalkan peran Dinas Kesehatan Sekolah. Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian tentang peran guru dan orang tua dalam kegiatan promosi kesehatan.  +
Unsur seni lukis Tradisional Bali mengandung unsur naratif, ilustratif, figuratif, fungsional, hal tersebut membentuk struktur seni rupa Bali yang sangat erat kaitannya dengan keberadaan teks sebagai latar belakang penciptaannya. Penelitian ini bertujuan untuk membaca pengaruh yang diakibatkan oleh narasi sebagai hal yang mempengaruhi wimba dan cara wimba objek pada lukisan tradisional Bali yang difokuskan pada lukisan Sutasoma dengan gaya wayang Kamasan di Bale Kambang Kerta Gosa, Klungkung dan lukisan Prabu Salya oleh I Ketut Gede Singaraja. Metode penelitian ini mempergunakan metode penelitian seni kualitatif dengan desktiptif analitik, teori yang dipergunakan sebagai analisa adalah sistem Ruang-Waktu-Datar dari teori Bahasa Rupa. Hasil analisa menunjukan bahwa narasi membentuk sistem tata cara penggambaran seni lukis Tradisional Bali yang dapat dilihat dari cara pengaplikasian perspektif dari berbagai sisi, pola penggambaran figur tokoh yang mengganti ekpsresi wajah dengan gestur, juga kehadiran matra waktu yang simbolik. Melalui pembacaan dengan sistem Ruang-Waktu-Datar didapatkan bahwa lukisan tradisional Bali dipengaruhi oleh narasi yang sangat kuat tercermin dalam bahasa rupanya.  +
Koleksi foto bunga-bunga liar di persawahan dan perbukitan Ubud. Ini adalah wujud sebuah perjuangan yang halus nan sunyi. Bukit kami yang bermekaran dan persawahan yang membentang ke segala arah. Di sini, yang dicinta dan yang dinista bertahan hidup dan tumbuh. Mereka sama-sama berbunga.  +
Salah satu hal yang menjadi pusat kebudayaan Bali, mungkin bisa dikatakan kepastian hubungan seseorang dengan Alam. Jika seni merupakan bagian integral dari budaya kita, apalagi Alam. Kayu Putih Bayan (Pohon Kayu Putih Bayan) adalah pohon purba. Salah satu dari banyak pohon kuno yang ada di tanah Suci dan merupakan bagian dari Pura, Pura Babakan. Menjadi ratusan tahun, tentu saja tidak muncul tiba-tiba entah dari mana. Namun, itu telah mulai menarik lebih banyak perhatian dalam beberapa bulan terakhir. Mungkin karena meningkatnya kesadaran di media sosial, pasti ada lebih banyak pengunjung di sana dalam setahun terakhir. Keindahan Kayu Putih Bayan, foto-foto ini berpusat pada keberadaan Puranya. Bahwa ketika kita melihat Pohon ini, itu tidak terpisah dari melihat yang Suci.  +