COMA (Composting Around)

Dari BASAbaliWiki
Lompat ke:navigasi, cari
20230108T234523241Z950129.jpg
Wikithon Winner
0
Vote
Nama inisiatif lingkungan
COMA (Composting Around)
Tempat yang berkaitan
Buku yang berkaitan
Buku anak-anak yang berkaitan
    3 - Luh Ayu Manik MasLuh Ayu Manik Pahlawan Lingkungan
Lontar yang berkaitan
Dongeng yang berkaitan
-
Hari raya atau upacara yang berkaitan
Instansi / Organisasi / Komunitas
Media Sosial
@coma_environment
Kategori
Kompetisi
Environment


Suda Gandhi

16 bulan yang lalu
Votes 2++
AwesomeđŸ”„đŸ”„

Ivan Santoso-SMAN 1 Tabanan

15 bulan yang lalu
Votes 2++
Lets Goooo COMA!

Restuadiutami

15 bulan yang lalu
Votes 1++
This is great đŸ”„đŸ”„

Made Sintia Putri

15 bulan yang lalu
Votes 1++
Good

Ela evansa

15 bulan yang lalu
Votes 1++
Kereen!

Made arip

15 bulan yang lalu
Votes 1++
Semoga bisa diterapkan oleh banyak orang agar bumi tetap lestari.

Fudan

15 bulan yang lalu
Votes 0++
Good
Tambahkan komentar
BASAbaliWiki menerima segala komentar. Jika Anda tidak ingin menjadi seorang anonim, silakan daftar atau masuk log. Gratis.

Additional Photos

Bagaimana kamu menjadikan lingkunganmu lebih baik?

COMA (Composting Around) merupakan sebuah aksi pengomposan yang dilakukan oleh anak-anak muda yang bergerak ke masyarakat. Aksi COMA adalah dengan melakukan sosialisasi melalui praktek secara berkala kepada anak-anak muda di sekolah khususnya SMA tentang cara pengomposan. Diharapkan, dengan praktek yang diberikan, terjadi penanggulangan sampah organik berupa pengomposan di lingkungan sekolah yang selanjutnya menyebar sampai ke rumah tangga masing-masing siswa. Sehingga, skala pelaksanaan aksi kompos akan menyebar luas sampai ke lingkungan masyarakat yang merupakan sumber penyumbang food waste terbesar. Dalam lontar Sundarigama disebutkan bahwa “Wariga, saniscara kliwon, ngaran tumpek panuduh, puja kreti ring sang hyang sangkara, apan sira amredyaken sarwa tumuwuh, kayu-kayu kunang” yang berarti pada wuku Wariga, Sabtu Kliwon disebut Tumpek Panguduh, merupakan hari suci pemujaan Sang Hyang Sangkara, karena beliau adalah dewa penguasa kesuburan semua tumbuhan dan pepohonan. Hal ini berkaitan dengan isu yang diangkat pada proyek COMA, yaitu pengomposan dengan produk berupa kompos, kompos dapat dijadikan sebagai pupuk alami bagi tumbuhan yang membantu dalam meningkatkan kesuburan tanah dan pemeliharaan lingkungan.

Deskripsi

COMA (Composting Around) merupakan sebuah aksi pengomposan yang dilakukan oleh anak-anak muda dari lingkungan sekolah yang selanjutnya bergerak ke masyarakat dengan latar belakang sampah organik yang merusak lingkungan jika tidak diolah dengan baik. Aksi COMA diawali dengan pelaksanaan sosialisasi berupa edukasi berupa pengetahuan dan praktek tentang pengomposan secara berkala kepada anak-anak muda di sekolah seperti SMA. Setelah diberikan edukasi, siswa melaksanakan praktek pengomposan langsung di lingkungan sekolah, dan kemampuan pengomposan ini selanjutnya diterapkan di rumah masing-masing yang secara tidak langsung diterapkan pada skala masyarakat, di mana masyarakat merupakan sumber terbesar sampah organik. Dalam lontar Sundarigama disebutkan bahwa “Wariga, saniscara kliwon, ngaran tumpek panuduh, puja kreti ring Sang Hyang Sangkara, apan sira amredyaken sarwa tumuwuh, kayu-kayu kunang” yang berarti pada wuku Wariga, Sabtu Kliwon disebut Tumpek Panguduh, merupakan hari suci pemujaan Sang Hyang Sangkara, karena beliau adalah dewa penguasa kesuburan semua tumbuhan dan pepohonan. Hal ini berkaitan dengan isu yang diangkat pada proyek COMA, yaitu pengomposan dengan produk berupa kompos, kompos dapat dijadikan sebagai pupuk alami bagi tumbuhan yang membantu dalam meningkatkan kesuburan tanah dan pemeliharaan lingkungan.


Inisiatif atau proyek apa yang akan dilakukan?

Seperti yang kita ketahui selama ini bahwa sampah organik merupakan salah satu sampah yang menyumbang peran dalam mencemari lingkungan. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2019, komposisi sampah di Indonesia didominasi oleh sampah organik berupa sisa makanan dan daun sebesar 57%. Berdasarkan data yang diterbitkan EPA (Environmental Protection Agency) pada tahun 2021, salah satu sampah organik seperti Food Waste, dihasilkan sekitar 1.4 miliar ton setiap tahunnya secara global, dan Amerika sendiri menyumbang sekitar 103 juta ton. Sehingga, hal ini merupakan permasalahan yang harus segera diatasi mengingat bahaya yang ditimbulkan sangat berdampak.


Bagaimana anda dan tim memastikan bahwa inisiatif atau proyek tersebut akan terlaksana (berdampak positif)?

Proyek COMA dapat terlaksana melalui kerja sama dan sinergitas dengan berbagai pihak, siswa, sekolah, dan masyarakat. Sekolah akan mengadakan program ini sebagai agenda mingguan kepada seluruh siswa dengan didukung aturan-aturan yang mengharuskan seluruh siswa untuk mengikuti program ini, seperti salah satunya memasukkan program ini ke dalam data kehadiran siswa. Siswa yang merupakan aktor utama penggerak program akan diberikan edukasi terkait pentingnya pengomposan yang merupakan cara yang sangat sederhana dalam mengatasi permasalahan lingkungan. Program ini tentu saja akan didukung oleh orang tua siswa sebagai anggota masyarakat karena membawa dampak yang positif terhadap lingkungan dengan mudah dan murah.


Kontribusi apa yang dapat diberikan dari pelaksaan inovasi atau proyek?

Dengan adanya proyek COMA, muncul sebuah kontribusi dalam menanggulangi global warming dengan cara yang mudah dan murah, mengingat sampah organik akan menghasilkan metana yang merusak ozon jika tidak diolah dengan baik. Selain itu, masyarakat dapat mengurangi biaya pengangkutan sampah atau bahkan sudah tidak diperlukan lagi, lingkungan masyarakat menjadi bersih dengan hasil yang dapat dimanfaatkan untuk menyuburkan tumbuhan. Pada lingkungan sekolah, program ini akan membantu terciptanya kebersihan sekolah yang otomatis meringankan pekerjaan cleaning service dan membuat suasana belajar lebih nyaman.


Apa hal lain yang dapat membuat inisiatif atau proyek tersebut lebih sukses?

Proyek COMA merupakan proyek yang sederhana namun memiliki manfaat yang besar, pengomposan sangat mudah untuk dilakukan dan memberikan keuntungan bagi pelakunya, serta tidak diperlukan biaya dalam pelaksanaannya. Proyek ini sangat relevan untuk diterapkan saat ini mengingat lingkungan sekolah harus dibersihkan secara berkala, begitu pula lingkungan masyarakat, ditambah keberadaan Food Waste yang semakin meningkat. Proyek ini akan didukung oleh pihak-pihak terkait seperti sekolah dan pemerintah daerah karena sesuai dengan program kebersihan lingkungan mereka.


Apakah inisiatif atau proyek ini berkelanjutan? Jika tidak, apa yang dapat dilakukan agar bisa berkelanjutan?

Proyek COMA bersifat berkelanjutan dengan diadakan pada setiap minggu oleh pihak sekolah, yang lambat laun akan menjadi kebiasaan yang mengakar di sekolah maupun masyarakat. Proyek ini akan semakin kuat potensi keberlanjutannya jika didukung oleh pemerintah setempat.


Adakah nilai (kearifan) lokal Bali yang diterapkan dalam inisiatif ini? Jika ada, sebutkan dan beri uraian singkat!

Nilai kearifan lokal Bali yang diterapkan dalam proyek COMA adalah penerapan Tri Hita Karana, khususnya Parahyangan dan Pawongan. Pada konsep Parahyangan, manusia yaitu siswa melakukan pemeliharaan terhadap lingkungan sekitar, berupa pembersihan sampah dan pemanfaatan kompos sebagai pupuk alami bagi tumbuh-tumbuhan. Selain itu, pada proyek ini juga mengena pada konsep Pawongan, siswa-siswa saling bergotong royong atau dalam kearifan lokal Bali disebut dengan “Ngayah” dalam mengumpulkan sampah di lingkungan sekitar.


Nama/Grup/Tim

COMA's Team