UPGRADE IN PROCESS - PLEASE COME BACK MID JUNE

Property:Biography text id

From BASAbaliWiki
Showing 20 pages using this property.
N
Ni Kadek Anggreni, S.Pd. adalah penulis buku Trilingual Illustrated Dictionary (Bali-Indonesia-English) yang disusunnya berdasarkan penelitian skripsinya. Dia sejak kecil menekuni puisi dan bercita-cita ingin menjadi guru yang dicintai siswanya. Anggreni lahir dan besar di dataran tinggi Bangli dan sangat ingin mengubah kehidupan diri dan keluarganya menjadi lebih baik dengan pendidikan yang layak. Dia menamatkan pendidikan S1 di STKIP Suar Bangli (kini ITP Markandeya Bali) pada tahun 2021.  +
Ni Kadek Diah Wulan adalah seorang pengawi baru dan merupakan salah satu pengawi muda. Diah Wulan diketahui adalah mahasiswi program studi Sastra Bali tahun 2020, yang berarti tahun ini beliau menginjak semester 5. Beliau lahir pada tanggal 2 Juli 2001 di Denpasar. Ni Kadek Diah Wulan merupakan putri dari pasangan I Made Dharmawan Aryana dan Ni Nyoman Wiasih yang diketahui berasal dari Banjar Celuk Kapal Kecamatan Mengwi, Badung, Bali. Sesuai dengan program studi yang telah diambil, pengawi muda ini juga memiliki beragam prestasi di bidang Sastra dan Budaya, sering menjadi langganan juara. Contohnya Juara 1 Kidung Utsawa Dharma Githa Se-kabupaten Badung, Juara 3 Kakawin Pekan Seni Pelajar Se-Bali, Juara 1 Internasional Palawakya Putri, Juara 3 Mesatua Bali Smangi dan masih banyak lainnya. Diah Wulan menggeluti sastra sedari kecil seperti kakaknya. Keluarga Diah Wulan termasuk keluarga yang memiliki darah sastra karena kakek dan nenek beliau dulunya juga seorang yang mumpuni di bidang sastra, secara tidak langsung hal itupun menurun pada kedua cucu mereka. Karya yang telah diciptakannya yaitu Geguritan Roga Ksaya. Dimana karya ini berhasil diselesaikan dan di perlombakan pada ajang lomba Sastra Saraswati Sewana, Pamarisuddha Gering Agung yang diselenggarakan oleh Yayasan Puri Kauhan Ubud. Itulah yang membuat Diah Wulan berkeinginan untuk belajar meningkatkan kualitas diri dan keluar dari zona nyaman. Dengan segala kesulitan yang dihadapi saat pembuatan karya tidak menghalanginya untuk terus berusaha hingga karya ini selesai. Pelajaran penting yang kita dapat adalah jangan jadikan usia sebagai pembatas anda untuk bergerak dan berkarya. Teruslah berusaha dengan dibarengi oleh pemikiran positif, niscaya semua yang dilakukan akan membuahkan hasil yang baik.  +
Ni Kadek Novi Sumariani, lahir di Karangasem, 15 November 1996. Dia menempuh pendidikan seni di Sekolah Tinggi Desain Bali. Sejak 2010 aktif dalam banyak pameran bersama, antara lain “Perkamen” di New Media (2015), pameran Instalasi (ART I) di Musem Puri Lukisan (2018), pameran Perupa Perempuan Bali (PBB) di Taman Budaya Bali (2018), Merdeka dalam Ekspresi di Taman Budaya Bali (2019).  +
Ni Kadek Yulia Puspasari lahir di Badung, Bali, 6 Juli 1979. Ia seorang penari dan koreografer yang mendalami tari tradisional Indonesia, berikut mengembangkan tari modern-kontemporer yang memiliki karakter khas. Sehari-hari ia dikenal sebagai guru tari, dan kini bermukim di Paris, Prancis, serta mendirikan Asosiasi Pantcha Indra - sebuah sanggar seni yang mengajarkan seni tradisi Indonesia seperti wayang, tari, dan tembang. Atas dedikasi dan pencapaian seni tarinya, ia dilibatkan dalam berbagai misi kebudayaan ke Bulgaria, Serbia and Montenegro, Hungaria, Slovakia dan Dubai. Tahun 2018 ia terpilih mengikuti residensi tari “Prototyphe” dari Abbey Royaumont France selama satu tahun. Setahun berikutnya, pada 2019, ia terpilih mengikuti “Incubateur des Chorégraphes” di Paris. Selama masa pandemi, ia menyuguhkan satu repertoar tari yang mengesankan melalui online dari Paris yang merespon ruang pribadi dan lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Hingga kini, dia aktif dalam berbagai kolaborasi seni internasional.  +
Ni Kadek Widiasih lahir di Banjar Magatelu, Desa Tista, Kecamatan Abang, Karangasem tanggal 14 Juni 1984. Dia belajar mengarang sejak tahun 2007. Karya-karyanya berupa puisi dan prosa dan sudah pernah dimuat pada Bali Orti (Bali Post) dan Mediaswari (Pos Bali) sejak bulan November 2007. Tahun 2015 Widiasih mendapatkan penghargaan Widya Pataka dari Gubernur Bali atas kumpulan Puisinya yang berjudul “Sang Kinasih”. Kumpulan karyanya yang telah diterbitkan yaitu: “Gurit Pangawit” (Kumpulan Puisi, 2008). “ Sang Kinasih” (Kumpulan Puisi, 2015).  +
Ni Ketut Arini lahir di Denpasar, 15 Maret 1943. Dia adalah seorang maestro seni tari. Dia belajar menari dari pamannya sejak usia kanak. Awalnya, keluarganya tidak mengizinkan dia menari karena postur tubuh dan kulitnya dianggap kurang menarik. Namun hal itu justru membuatnya tambah bersemangat untuk terus belajar menari. Pada 1957 dia resmi menjadi penari Bali dan terpilih membawakan tari Sang Hyang Dedari di Banjar Pande, Sumerta Kaja, Denpasar. Tari tersebut termasuk jenis tari sakral dan para penarinya sangat dihormati oleh masyarakat. Seiring perjalanan waktu, Arini kemudian dikenal sebagai maestro tari Condong. Dia juga menekuni dan menghidupkan kembali tari Legong klasik yang langka. Di Bali ada 14 gaya tari Legong klasik dan Arini menguasai enam di antaranya, seperti Legong Pelayon, Lasem, Kuntul, Kuntir, Jobog, dan Smarandhana. Tahun 2010, ISI Denpasar melakukan dokumentasi terhadap enam tari tersebut dan menjadi bahan ajar bagi mahasiswa tari.  +
Ni Ketut Reneng merupakan salah seorang maestro seni tari Bali. Dia lahir di Banjar Kedaton, Denpasar, 1909. Kedua orang tuanya meninggal sejak Reneng masih kecil. Kemudian dia mengabdikan diri di Geria Punia. Dia belajar menari sejak masih kanak kepada A.A. Ngurah Jambe, Salit Rengis dan Nyarikan Sriada. Reneng sempat belajar menari condong pada Ida Bagus Bodha dari Kaliungu Kelod dan A.A. Rai Perit dari Sukawati. Dia merupakan salah satu pencipta Tari Pendet. Bersama I Wayan Rindi, dia memutuskan membuat satu macam tarian dengan mengambil pakem Tari Pendet Wali sebagai roh tariannya. Kelompok Legong Keraton yang terbentuk tahun 1919 menjadi besar juga berkat jasa Reneng. Di masa itu pula ia menguasasi bermacam jenis tari palegongan seperti Tari Condong Pelayon, Legong Pelayon, Lasem, Kuntul, Jobog, Goak Macok dan Legod Bawa. Dia juga mendirikan kelompok Tari Janger di Banjar Kedaton pada tahun 1928 dan pernah mementaskannya di Batavia (Jakarta) pada tahun 1929. Bersama rekannya Ni Pollok, Reneng pernah bekerja sebagai model pelukis Le Mayeur yang menetap di Sanur. Reneng juga pernah menjadi guru tari di tepi Danau Batur atas permintaan sastrawan dan budayawan Sutan Takdir Alisyahbana.  +
Dr. Ni Ketut Sari Adnyani, S.Pd., M.Hum adalah dosen aktif bidang Ilmu Hukum di Universitas Pendidikan Ganesha,Singaraja Bali dan peneliti di bidang gender, hukum adat/nasional, dan pariwisata. Dr. Adnyani menamatkan studi doktoralnya di Universitas Udayana pada tahun 2022 dengan predikat sangat memuaskan. Pada tahun 2021, Dr. Adnyani menerbitkan buku berjudul Gender dalam Hukum diterbitkan oleh RajaGrafindo Persada.  +
Rahayuni adalah dosen pada Program Studi Sastra Inggris, Fakultas Sastra Universitas Udayana. Rahayuni memperoleh geral Magister Humaniora pada tahun 2014 dari Universitas Udayana.  +
Ni Ketut Sudiani lahir di Denpasar, 7 September 1989. Dia adalah wartawan dan sastrawan. Dia lulusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra, Universitas Udayana. Beberapa puisinya pernah dimuat di berbagai media, antara lain Bali Post, Media Indonesia, Kompas, Jurnal Sundih, dll. Sejumlah karyanya juga terkumpul dalam beberapa buku, seperti kumpulan esai 10 finalis dan 5 nominator lomba menulis esai tentang lingkungan, Kementrian Lingkungan Jakarta (2006), Buku Perjalanan Kreatif “Waktu Tuhan” Made Wianta (2008), antologi “Jalan Angin” (2006), antologi puisi “Kota di Utara Peta” (2007), antologi puisi “Seratus Puisi Terbaik, Inti DPP Jakarta” (2007), antologi Puisi “Kampung Dalam Diri” (2008). Dia pernah meraih penghargaan dalam ajang perlombaan sastra dan teater semisal Juara II sekaligus nominator Singa Ambara Raja Award (lomba cipta puisi 2007), Juara 1 Lomba Menulis Puisi di Universitas Ganesha (2007), Juara 1 Lomba Menulis Puisi Musibah se-Indonesia (2007), Juara 2 Lomba Membaca Cerpen Lautan, (2007). Dia juga pernah diundang dalam Ubud Writer and Reader Festival. Selain wartawan, dia juga aktif berteater dan bersastra di Komunitas Sahaja.  +
Ni Komang Ariani dilahirkan di Bali, 19 Mei 1978. Dia adalah penulis cerpen dan novel yang sangat produktif. Cerpen-cerpennya dimuat di Kompas, Jawa Pos, Media Indonesia, dll. Buku-bukunya yang telah terbit, antara lain: Lidah (2008), Senjakala (2010), Bukan Permaisuri (2012), Jas Putih (2014), Marigold (2019). Pada tahun 2008 menjadi Pemenang Pertama Lomba Menulis Cerita Bersambung Femina melalui novelette “Nyanyi Sunyi Celah Tebing”. Karya-karyanya juga beberapa kali masuk dalam Cerpen Pilihan Kompas. Kini dia menetap di Jakarta.  +
Ni Komang Atmi Kristiadewi lahir di Denpasar, 24 Juni 1990. Menempuh pendidikan seni di SMSR (SMKN 1 Sukawati), lulus pada tahun 2008. Kemudian melanjutkan pendidikan ke IKIP PGRI Bali mengambil jurusan Seni Rupa. Lalu melanjutkan dan menyelesaikan pendidikan di Pasca Sarjana ISI Denpasar dengan mengambil jurusan Penciptaan Seni pada tahun 2015. Atmi terjun ke dunia seni karena terinspirasi animasi Jepang dan lalu mengembangkannya sebagai hobi. Pamannya berprofesi sebagai seniman dan banyak menginspirasi Atmi untuk menjadi seniman. Lukisan Atmi bergaya naif dengan warna-warna cerah. Gaya lukis naif ini muncul melalui proses panjang yang tercipta karena usaha-usahanya untuk menempatkan diri di posisi anak-anak dan pengalaman berinteraksi dengan murid-murid yang dia ajar. Pada tahun 2011, Atmi menggelar pameran tunggal perdananya di Ten Art Gallery, Sanur dengan tema "Polusi Rasa". Pada tahun 2015 dia menggelar pameran tunggal kedua bertajuk “Apah” di Sudakara Art Space, Sanur. Selain itu dia juga aktif berpameran bersama, baik di dalam maupun luar negeri. Melalui karya seninya, Atmi ingin membagi pengalamannya tentang dunia anak-anak yang berkelindan dengan persoalan lebih luas, seperti kritik lingkungan, teknologi, budaya, sosial dan sebagainya. Secara visual, Atmi memilih naivisme untuk mengekspresikan kegelisahan batinnya. Pada tahun 2014, karya Atmi berhasil masuk dalam jajaran karya-karya ilustrator cerpen Kompas 2014.  +
Ni Luh Gde Vony Dewi Sri Partani, lahir di Denpasar, 28 Juni 1978. Dia belajar melukis secara otodidak. Sejak 2012 dia aktif menampilkan karyanya dalam berbagai pameran bersama, seperti pameran Hari Kartini di Warung Yaya, Sanur (2012), Pararelissmo di Farabi Bali (2013), "Alignment" di Bidadari Art Gallery, Ubud (2013), Bali Art Fair di Maha Art Gallery (2013), I Love My Mom di Seniwati Artspace, Ubud (2016), She Paint Her Sky di Krisnalila Foundation (2018), Jabuik Tabao Padang di Bentara Budaya Bali (2018), Luwih Utamaning Luh di Taman Budaya Bali (2018), Indonesia Satu di Hotel Pullman, Jakarta (2019), Vidya Diva di Taman Budaya Bali (2019). Dia menggelar pameran tunggal pertama pada tahun 2011 bertajuk “Perempuan” di Serambi Arts Antida, Denpasar, dan pada tahun 2012 menggelar pameran Make Up Artist Grafiti di Yaya Artspace. Selain melukis, dia menekuni seni merias wajah dan menata rambut.  +
Ni Luh Gede Fridayani lahir di Marga, Tabanan, Bali, 8 Desember 1989. Dia menamatkan seni lukis di ISI Denpasar. Karya-karyanya pernah ditampilkan dalam sejumlah pameran bersama. Antara lain pameran “Nuansa Alam” di Taman Budaya Bali (2009), “Spirit” di Museum Sidik Jari, Denpasar (2010), “Reborn” di ISI Denpasar (2011), pameran perupa perempuan “Rupa, Gerak, Bunyi dan Cahaya” (2022), “Nandurin Karang Awak” di Tabanan (2022), “Meet in Bali (2022), “Pesan dari Barat” di Griya Santrian Gallery, Sanur (2023).  +
Ni Luh Gede Widiyani lahir di Pupuan, Tabanan, 20 April 1990. Ia menempuh pendidikan seni di SMKN 1 Sukawati dan melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi di IKIP PGRI Bali, mengambil jurusan seni rupa. Lukisan-lukisannya banyak mengangkat tema kehidupan sehari-hari, figur wanita, seni dan budaya Bali, menggunakan teknik realis dan dekoratif, juga dipadukan dengan kolase. Ia aktif mengikuti pameran bersama, antara lain pameran di GK Artspace (2013), Seniwati Artspace (2013), Puri Anom Tabanan (2018), Bentara Budaya Bali (2019), Taman Budaya Bali (2019), hotel LV8 Canggu (2019), Museum Arma (2020), pameran Manifesto VIII “Transposisi” di Galeri Nasional Jakarta (2022), pameran “Pesan dari Barat” di Griya Santrian Gallery, Sanur (2023). Ia pernah memenangi beberapa penghargaan diantaranya tiga kali juara satu Porseni cabang melukis tingkat provinsi, lima karya terbaik lomba lukis antar SMA/ SMK se-Bali, dan beberapa penghargaan lainnya.  +
Ni Luh Putu Wulan Dewi Saraswati, berasal dari Desa Busung Biu, Buleleng. Lahir di Denpasar, 10 Juli 1994. Telah menempuh pendidikan S1 di Undiksha, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, kemudian mendalami linguistik di Pascasarjana Universitas Udayana. Kini menjadi guru bahasa Indonesia untuk penutur asing di Yayasan Cinta Bahasa. Saat ini bergabung di Komunitas Mahima dan Teater Kalangan. Antologi puisinya bertajuk Seribu Pagi Secangkir Cinta telah terbit pada tahun 2017.  +
Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A. adalah Guru Besar Semantik di Jurusan Bahasa Inggris Fakultas Seni Universitas Udayana. Beliau menyelesaikan program masternya di Departemen Linguistik, Monash University Melbourne Australia pada tahun 1989, dan memperoleh gelar Ph.D dari Australian National University (ANU) Canberra Australia pada tahun 1992. Pernah menduduki posisi sebagai: Sekretaris Pusat Bahasa Universitas Udayana pada tahun 1996 – 1997; tahun 1998 – 2000 sebagai Sekretaris Sekolah Pascasarjana Universitas Udayana; dari tahun 2000 – 2006 menjadi Wakil Direktur Bidang Keuangan Sekolah Pascasarjana Universitas Udayana, dan dari tahun 2006 – Januari 2010 menjadi Wakil Direktur Bidang Akademik Sekolah Pascasarjana Universitas Udayana. Ia pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Seni Rupa Universitas Udayana dari tahun 2015 hingga 2019, dan telah menerbitkan buku, kamus, dan publikasi lainnya. Minatnya adalah melakukan penelitian tentang 'New Englishes' yang digunakan oleh para pekerja pariwisata di Bali. Ia terpilih sebagai dosen terbaik di Universitas Udayana tahun 1994, dan sebagai presenter penelitian terbaik tahun 2011 oleh Direktorat Jenderal Pusat Penelitian Nasional dan Pelayanan Sosial Republik Indonesia.  +
Ni Luh Wida Apriliani, S.Pd. dengan nama pena Nulus Asih. Beliau merupakan salah satu sastrawan Bali pengawi geguritan yang bertempat tinggal di jln. Raya Semer, Gang Tunjung Mekar no.11, Lingkungan Peliatan, Desa Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung. Beliau lahir di gelunggang pada tanggal 5 April 1993. Beliau merupakan putri dari pasangan I Wayan Wiartana dan Ni Ketut Sumartini. Pekerjaan beliau saat ini adalah sebagai penyuluh bahasa bali di Kelurahan Tanjung Benua.  +
Ni Made Ayu Marthini saat ini menjabat Wakil Menteri Pemasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Sebelumnya Bu Made adalah Direktur Perundingan Bilateral, Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia di mana beliau mengawasi 19 perundingan perdagangan bilateral Indonesia yang sedang berlangsung dan yang akan datang dengan mitra dagangnya. Sebelumnya, Bu Made menjabat sebagai Direktur Pusat Harmonisasi Kebijakan dan Direktur Pusat Isu Strategis Kementerian Perdagangan sekaligus staf Menteri selama satu tahun (2015-2016). Pada tahun 2011-2015 beliau ditugaskan di luar negeri sebagai Atase Perdagangan Indonesia di Washington D.C., AS. Made memulai karirnya pada tahun 1996 sebagai staf Departemen Luar Negeri Republik Indonesia dan pernah menjabat beberapa posisi sebagai Kepala Bagian UNCTAD, Direktorat Kerjasama Ekonomi Multilateral, Departemen Luar Negeri Republik Indonesia. Selanjutnya beliau ditempatkan pada Perutusan Tetap Republik Indonesia untuk PBB di New York, Amerika Serikat, mengurusi urusan Pembangunan dan Perekonomian. Sekembalinya ke Indonesia pada tahun 2004, beliau menjabat sebagai Kepala Subbagian Perjanjian Perdagangan Luar Negeri, Direktorat Pembangunan Ekonomi dan Lingkungan PBB, Departemen Luar Negeri Republik Indonesia. Setelah 10 tahun berkarir di Kementerian Luar Negeri, beliau pindah ke Kementerian Perdagangan Republik Indonesia pada tahun 2006, dimana beliau menjabat beberapa posisi sebagai Kepala Pusat Pemberitaan & Publikasi, pejabat di Biro Hukum dan Kepala Pusat Pemberitaan & Publikasi, Humas. , pada saat yang sama ia diperbantukan sebagai Asisten Menteri Perdagangan di kantor Menteri selama enam tahun, sebelum ia ditugaskan di Amerika. Made meraih gelar Magister Politik Ekonomi Dunia dari London School of Economics and Political Science, London, dan gelar Sarjana Hubungan Internasional dari Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta, Indonesia. Pada tahun 2015, ia bergabung dengan Pendidikan Eksekutif di Harvard Kennedy School di Boston untuk menguasai kebijakan perdagangan  
Ni Made Darmi, lahir di Banjar Sengguan, Desa Tonja, Denpasar, 31 Desember 1938. Dia belajar menari sejak kanak-kanak di bawah asuhan maestro tari Nyoman Kaler. Ketika remaja, dia sering diundang menari di Istana Presiden, baik di Tampaksiring, Jakarta, maupun Bogor. Presiden Pertama RI, Soekarno, sangat mengagumi penampilannya saat menari. Bahkan dia kerap diajak menari di luar negeri, seperti Cina, Kolombia, dan beberapa negara lainnya. Soekarno juga sempat berkeinginan mengangkatnya sebagai anak dan akan disekolahkan hingga jenjang paling tinggi, namun orang tuanya tidak mengizinkan. Pada 1958, Darmi menikah dengan seorang pengagumnya, yakni I Wayan Kerthawirya. Mereka kemudian tinggal di Lombok, NTB. Namun pernikahan mereka tidak dikarunia anak. Darmi mendirikan Sanggar Tari Wijaya Kusuma di Lombok. Dia sepenuhnya mengabdikan hidupnya untuk seni tari.  +