Property:Biography example text id

From BASAbaliWiki
Showing 20 pages using this property.
M
buku puisi  +
Kalimah Lewat namamu ruang itu telah lama kukenal di atas sunyi mimpi dalam diam yang gugup kau temukan benih hayati bersidekap hangat merasuk tulang sumsum. Aku datang sebagai anak yang sesat mengalir di kedalaman mata kelopak kering tak kenal kelahiran. Di pinggir bibir matahari kemarau sunyikan kemiskinan hati yang rebah di pesarean. Kejap wangi mimpi dari pedih diri yang mengigau di hulu sisa jalan untuk anak anakmu untuk sesatku punguti sari dari wajah saraswati. Aku sesat lewat namamu dari bingkai buku itu Tuhan tak pernah berpaling pada rupa halamanmu. Ini anak yang kau timbun dengan pohon kalam dalam rindu berkalang, merebut membenamkan jarak sepasang biji mata. Begitu rupa kalimah lekat menjerat jantung siasati gelagat jagat menggugat nyawa; ruhku ruhmu mengajak membuka kabar basahi sisa episode yang hilang. – percintaan diniku, melepas sepasang iga rebahkan ruang bersajak di tanah lapang Di atas sunyi mimpi tapak tanganmu menujum keningku menghitung hitam rambutku yang bercabang dapati genggam gelisah diami waktu usang. Di belahan biji mata paling hitam ciumi tapak punggungmu waktu berbaring di pangkumu menunggu fajar manis lidah ini tak habis mengkikis mengirim pada Tuhan menyebut namamu senantiasa untuk kembali.  +
N
Seni pertunjukan pariwisata Bali merupakan suatu bentuk seni yang sengaja diolah untuk disajikan kepada wisatawan. Seni ini memiliki karakteristik teatrikal dan spektakuler yang lebih menonjolkan daya tarik visual daripada nilai ketakutan, magis, dan simbolis. Beberapa jenis kesenian seperti Tari Legong, Sendratari Ramayana, Tari Barong dan Keris, Tari Kera, Tari Topeng Wajah, dan Tari Wayang Kulit telah menjadi menu utama tontonan seni di Bali. Seni pertunjukan pariwisata Bali muncul dalam kemasan baru sejak tahun 1980. Konsep ini dominan dipengaruhi oleh ciri-ciri estetika pos-modern seperti: Pastiche, Parodi, Kitsch, Camp, dan Skizofrenia. Tujuannya agar seni pertunjukan menjadi lebih eksotik yang berkaitan dengan kepentingan ekonomi. Oleh karena itu, banyak aktivitas seni budaya Bali termasuk nilai sakralnya yang tergerus oleh proses sekularisasi yang cepat dan fantastis baik secara kualitas maupun kuantitas.  +
Situasi pandemi dan ketatnya protokol kesehatan yang diterapkan telah mengakibatkan penurunan kunjungan wisatawan dan penurunan tingkat hunian hotel. Pemerintah dan manajemen hotel melakukan berbagai bisnis potensial untuk bisnis layanan akomodasi. Salah satu hal yang menjadi tren bagi wisatawan adalah memilih akomodasi yang menarik, aman dan nyaman, kembali ke alam, dan menghindari keramaian yang besar selama pandemi Covid-19. Alternatif yang dihadirkan oleh pengusaha jasa akomodasi adalah glamping. Metodepenerapan kualitas layanan dalam manajemen glamping adalah dengan menyediakan CHSE (cleanliness, health and safety, dan sustainability environment), di setiap departemen manajemen glamping, seperti front office department, housekeeping department, food and beverages department. Peserta dalam kegiatan ini adalah seluruh karyawan glamping management di Desa Wisata Kembang Merta. Desa Wisata Kembang Merta telah berhasil menunjukkan kesiapan pengelolaan glamping dalam menerima wisatawan dengan prosedur CHSE.  +
Bali, termasuk museum, terlibat dalam industri pariwisata era milenial 4.0. Pengelolaan museum tidak lagi bisa bersifat inklusif tanpa analisis dan penerapan yang borderless dan out of the box. Museum merupakan salah satu sarana berkomunikasi di tengah masyarakat milenial dewasa ini yang harus dikaji manfaatnya dalam industri pariwisata. Metode penelitian adalah kuantitatif dan kualitatif, menggunakan instrumen penelitian berupa angket, wawancara, studi dokumentasi, dengan populasi pengunjung museum di Bali. Hasil penelitian memperlihatkan tamu yang mengunjungi museum sebagian besar adalah orang yang sudah mempelajari informasi terkait museum terlebih dahulu, yakni 52 persen, 52 persen akan menuliskan kisah perjalanannya mengunjungi museum, 80persen akan mempromosikan keberadaan museum melalui media internet, 92 persen mengenal sejarah museum yang akan dikunjungi dan pendirinya, 60 persen akan mempromosikan kembali pada orang lain. 40 persen akan kembali mengunjungi museum yang sama.  +
Aku Aku bukanlah aku Bukan beliau bertubuh dia Bukan juga dia bernama engkau Bukan juga engkau memikirkan aku Pula bukan beliau dan aku yang bertangan kaki diriku Aku tetaplah aku Yang tak lepas berjalan dari satu jembatan Meskipun bergoyang-goyang Aku tetaplah aku Yang menuju tempat yang tunggal Apalagi meninggal sendiri Aku tak berani menjadi-jadikan diriku Meskipun kini telah mendapat ijin Aku telah diperbolehkan menjadi diriku Berbadankan beliau berpikir seperti dia bertelingakan engkau Bernamakan dia bermatakan beliau berkepala sendiri Beliau, dia, engkau, dan aku berbadan diriku :Seperti diriku Janganlah aku diubah Biarlah sudah seperti bagaimana terlahir Ijinkanlah bila dikemudian kelahiran nanti pada esok belakangan Aku tetaplah menjadi aku :Biarkanlah sudah!  +
Kamus trilingual Bahasa Bali, Indonesia dan Inggris.  +
Pulau Bali banyak ada karya sastra yang mempunyai taksu adi luhung. Karya sastra ini seperti berupa geguritan, kidung, dan kekawin. Harapan saya untuk Bali supaya bisa memperkenalkan keberadaan kasusastraan Bali menjadi wisata sastra. Wisata sastra menjadi usaha agar masyarakat turut mempelajari isi sastra yang mempunyai sari-sari kehidupan. Upaya wisata sastra berguna menghasilkan hasil yang bernilai ekonomis tanpa batas untuk perekonomian yang baru.  +
EMBUN PENGHIBUR (Ni Kadek Widiasih) Bagai jalannya air Yang bergericik di bawah pohon Memang segar menerebes ditelan Untuk berteduh Lebih-lebih tahu Sinaran matahari setengah api Di tengah jalannya hidup Terasa meraup embunnya Hendak selalu berdekatan Menghiasi hidup Dapat selalu ada di sini Tatkala perasaan dijauhi Disanalah membagi bagian Merasa terhibur. Karangasem, 5-1-2008  +
Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan wacana politik yang memiliki kaitan dengan gender dalam kampanye media luar ruang. Media kampanye luar ruang merupakan ruang publik yang paling efektif untuk dapat menyampaikan berbagai hal yang berkaitan dengan seorang calon baik pemimpin maupun anggota parlemen apalagi jika dikaitkan dengan gender yang masih menjadi masalah utama di Indonesia. Gender dalam politik Indonesia masih belum seimbang mengingat belum optimalnya dan keseimbangan kontribusi laki-laki dan perempuan dalam dunia politik. Hal itu menjadi perhatian utama media luar ruang kampanye sejumlah caleg perempuan pada pemilu legislatif 2014. Sumber data dari makalah ini diambil dari daerah - Badung, Jembrana, Klungkung, dan Denpasar. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara perekaman dengan memotret media kampanye luar ruang yang berisi informasi terkait gender. Selanjutnya, metode deskriptif kualitatif menjadi pilihan untuk mendeskripsikan data – data penelitian yang berkaitan dengan teori wacana dan teori gender dalam penggunaan bahasa. Hasil analisis menunjukkan bahwa gender merupakan salah satu wacana pemilihan calon wakil rakyat, khususnya perempuan untuk mendapatkan suara dan simpati. Untuk itu, proyeksi penggunaan istilah gender, kesetaraan hak, dan perjuangan dengan laki-laki menjadi pilihan utama untuk menunjukkan perjuangan kesetaraan gender. Variasi penggunaan juga terlihat namun dengan tetap mempertahankan sisi gender perempuan sebagai pihak yang memperjuangkan haknya.  +
Kumpulan Puisi, 2017  +
Artikel ini menganalisis fenomena kebahasaan yang berkaitan dengan resep kecantikan yang bersumber dari naskah LontarIndrani Sastra. Resep kecantikan dalam lontar Indrani Sastramerupakan warisan budaya leluhur dan telah menyatu dengan kehidupan masyarakat Bali. Bali menjadi terkenal karena telah banyak menyimpan naskahnaskah kuna yang merupakan warisan budaya pulau ini. Artikel ini menggunakan metode kepustakaan dan kerja lapangan, dan menerapkan metode deskriptif kualitatif. Teori yang digunakan untuk menganalisis data adalah teori fungsi bahasa. Fungsi ekoleksikon tentang kecantikan yang terkandung dalam lontar Indrani Sastradapat dipilah menjadi tiga yaitu (1) fungsi informatif, (2) fungsi interaktif, dan (3) fungsi imajinatif. Fungsi informatif berkaitan dengan berbagai informasi mengenai tanaman resep kecantikan, bagian tubuh yang dapat diobati, dan cara-cara pengobatan. Fungsi interaktif ditemukan melalui dialog antara Dewi Saci dengan Rukmini. Demikian pula fungsi imajinatif ditemukan melalui penggunaan metafora ekoleksikon panggal buaya (panggal buaya), dan ekoleksikon Arjuna.  +
Warga Bali yang tinggal di Desa Ubud, Kabupaten Gianyar adalah bilingual karena mereka mampu menggunakan lebih dari satu bahasa. Berdampingan dengan Bahasa Bali, terdapat pula beragam Bahasa seperti Bahasa nasional Indonesia, dan Bahasa asing seperti Bahasa Inggris, Jepang, Mandarin, Korea, dll. Orang Bali pada masa kini kesulitan dalam menggunakan Bahasa Bali sehingga mereka umumnya menggunakan bahasa ‘campuran,’ yaitu gabungan antara Bahasa Bali dengan Bahasa Indonesia, Mandarin ataupun Korea, dll. Fenomena ini mungkin menjelaskan bahwa Bahasa Bali semakin termarjinalisasi. Paper ini bertujuan untuk meneliti bahasa apa saja yang digunakan dalam lingkungan Bahasa Bali, karena berdasarkan tradisi, lokalitas berbasis ekologis sangatlah penting untuk dijelaskan karena ini memiliki hubungan yang erat dengan keberlangsungan penggunaan Bahasa Bali, serta lingkungan alami dengan keragamannya. Pendekatan sosiokultural, yaitu pendekatan yang menggunakan konsep keragaman bahasa yang dikaitkan dengan eksistensi sebuah bahasa digunakan dalam paper ini. Metode kualitatif berbentuk teknik observasi dan wawancara mendalam digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi. Teori-teori berkaitan dengan penggunaan bahasa digunakan untuk menganalisa data. Hasil studi menunjukkan bahwa marginalisasi Bahasa Bali memang terjadi dikarenakan adanya sejumlah group etnis imigran yang hidup di Desa Ubud. Desa ini telah dihuni oleh ekspatriat yang datang dan menetap di Ubud. Alasan mereka memilih Ubud dibandingkan wilayah lainnya adalah karena bisnis pariwisata, perkawinan lintas budaya, budaya Bali dan kesenian, dll. Kondisi dimaksud mempengaruhi pilihan dan penggunaan berbagai bahasa.  +
Geguritan Tamba Sastra dibuat pada ajang Kreasi Sastra, Sastra Saraswati Sewana Pamarisuddha Gering Agung di Puri Kauhan, Ubud. Geguritan Tamba Sastra karya Ni Luh Wida Apriliani S.Pd. ini termasuk kedalam 5 karya terbaik katagori geguritan pada ajang Kreasi Sastra tersebut. Geguritan Tamba Sastra diikat oleh 8 Pupuh dimana pupuh-pupuh itu meliputi pupuh sinom, pupuh sembaradana, pupuh maskumambang, pupuh pucung, pupuh pangkur, pupuh ginanti, pupuh ginada dan juga pupuh durma. Geguritan ini sangat menarik karena menceritakan tentang awal mulanya virus Corona yang melanda dunia terutama di Indonesia dimana Ibu Pertiwi mengalami duka yang sangat mendalam yang dilanda oleh Covid-19. Berbagai cara telah dilakukan lakukan untuk mencegah virus ini tapi karena begitu lamanya virus ini berlangsung menyebabkan keadaan masyarakat semakin hancur dikarenakan tidak bekerja, ekonomi menurut membuat banyak orang melakukan tindakan kriminal dikarenakan banyaknya tindakan kriminal yang terjadi di Indonesia. Dan pada akhirnya presiden Indonesia yakni bapak Jokowi ingat tentang sau hal yang sangat penting dalam kehidupan dimana pedoman tersebut merupakan kunci utama adanya sastra yakni Pancasila yang merupakan 5 dasar negara Republik Indonesia. Virus Corona sebenarnya obat bukan penyakit karena menyadarkan kita tentang 5 hal penting yang termuat dalam 5 dasar negara kita yakni Pancasila. Adapun nilai-nilai yang terkandung didalam Geguritan Tamba Sastra ini yakni nilai agama, nilai sosial dan juga nilai kemanusiaan.  +
Direktur Perundingan Bilateral, Ni Made Ayu Marthini meraih predikat Tiga Terbaik pada Kategori Pejabat Pimpinan Tinggi (PPT) Pratama Teladan dalam Anugerah Aparatur Sipil Negara (ASN) Tahun 2021. Ajang ini diselenggarakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.  +
PETANG PENUH PUJAAN : Desa Tenganan Bila ini sudah waktunya, Maka menarilah sebagaimana biasa Seperti dedaunan pada bukit dan hutan kayu Atau tirukan suara kuda itu yang menyisakan penggal jejak di dinding batu Desa tua ini Di mana seekor lebah tertidur lelah di ujung atap Mengigau tentang kemilau embun yang jatuh di rambutmu di petang penuh pujaan ini Menarilah bagai Setangkai ranting di mana alunan surgawi mungkin menghanyutkanmu ke mata air Kembali pada ruh Kepada tubuh tak tersentuh yang menyelipkan namamu di celah indah sebatang pohon tempat tinggal para leluhur Sentuhkan jarimu pada genang cahaya dan junjunglah doa ini Hingga tak ada dewa yang memberimu dosa Ujarkan pula padanya Tentang wangi dupa dan asap bunga yang mengawankan angan masa depan seorang belia atau seekor lebah tua setia yang mati sia-sia Menarilah saudaraku Seperti nyanyian surgawi Seperti ingatan pada leluhur yang tak kuasa tiada  +
SEPOTONG SENJA DI RUMAH ITU Sepotong senja dari tubuhmu Memanggil-manggil di ambang riuh Aku tertatih-tatih oleh rindu Melarung kenangan Sekian lama aku telah membaringkan sepilihan sajak Untuk membasuh bau udara Di pepohonan pisang, nangka dan sari tanah Sajak-sajak itu meniupkan ruh harapan Membangkitkan mimpi dari liang malam Meliuk jauh membawa sepotong cerita purba Mencatat episode malam yang hikmat Saat buih dan bara jadi Satu Sepotong senja di rumah itu Menjadi saksi Segala amsal telah punah Segala asal telah musnah (Juni, 2019)  +
Garapan ini diciptakan pada tahun 2020 dalam rangka festival Ubud Performing Arts oleh dua seniman muda Dewa Ayu Eka Putri dan Ni Nyoman Srayamurtikanti. Garba nenjadi awal terciptanya kehidupan. Sebuah ruang dimana semesta mikro terbentuk. Rahim perempuan tak lain adalah Brahman itu sendiri, Sang Pencipta semesta. Garapan ini dipersembahkan pada seluruh rahim di semesta. Serta pada semua perempuan hebat di dunia.  +
Speech Delay adalah salah satu komposisi musik karya komponis perempuan Bali bernama Ni Nyoman Srayamurtikanti. Mang Sraya (panggilan akrab dari komposer) lulusan dari Institute Seni Indonesia Denpasar yang saat ini tengah menempuh pendidikan Master di Institute Seni Indonesia Surakarta telah menghasilkan banyak karya musik kreatif yang masih berpegang teguh pada dasar musik tradisi. Speech Delay atau keterlambatan berbicara merupakan istilah umum yang merujuk pada proses keterlambatan berbicara dan berbahasa yang tidak sesuai dengan perkembangan usia anak. Salah satu saudara perempuan Mang Sraya mengalami speech delay, tetapi meskipun mengalami keterlambatan berbicara dan berbahasa, beliau memiliki daya ingat yang sangat tajam dan imajinasi yang kuat. Pengalaman personal ini kemudian memberi inspirasi pada Mang Sraya dan menginterpretasikannya ke dalam karya komposisi musik kreatif. Karya ini menggunakan ensambel Gender Wayang. Sistem kerja musikal yang dilakukan dalam garapan ini berdasar pada beberapa dampak yang menyebabkan dan disebabkan oleh speech delay yang memungkinkan untuk dikaitkan dengan tekstual garapan, yaitu : 1. Gangguan artikulasi bicara diinterpretasikan dengan penggunaan tangkai panggul gender wayang dalam karya komposisi ini. Dalam repertoar gender wayang secara umum tidak menggunakan tangkai panggul untuk memukul bilah-bilah. 2. Gangguan bahasa reseptif (input) dan ekspresif (output) diinterpretasikan dengan sistem estafet atau bergiliran. Dalam repertoar gender wayang secara umum, sistem permainannya dilakukan secara bersamaan oleh semua instrument. Namun, pada karya ini menggunakan sistem bergiliran. 3. Memiliki daya imajinasi kuat diinterpretasikan dengan menggunakan banyak melodi berbeda pada setiap instrument. Hal ini berbeda dari sistem repertoar gender wayang yang secara umum memiliki satu melodi dengan ornamen polos dan sangsih. Dalam karya ini, komposer membagi komposisi ke dalam empat bagian. Setiap bagian mewakili ide dan konsep tekstual garapan, yaitu : 1. Pada bagian pertama, penata menggunakan bagian bawah / tangkai panggul gender wayang. Pada bagian awal dimulai oleh kantilan 1 dengan memukul beberapa melodi pendek yang diulang beberapa kali. Kemudian pemain kantilan 1 memukul satu nada pada instrument pemade 1 yang dimaksudkan untuk memberikan aksi pada pemain selanjutnya. Pemain pemade 1 merespon dengan memainkan beberapa melodi pendek yang berbeda respon dari aksi yang diberikan oleh pemain sebelumnya. 2. Pada bagian kedua menggunakan tempo sedang. Terdapat pembagian melodi antara kantilan dan pemade. Kantilan memainkan 2 nada silih berganti dengan cepat dan ukuran yang berbeda. Di sela-sela melodi tersebut, pemade memberikan aksen sebagai penanda atau penjelas untuk melodi kantilan. Kemudian dilanjutkan dengan melodi yang berjumlah 8 ketuk dengan progresi nada berurutan dan bolak balik yang pada setiap instrumennya memiliki susunan nada berbeda. Melodi-melodi tersebut dimainkan secara estafet atau bergantian. 3. Pada bagian ketiga, tempo yang digunakan adalah pelan dan berangsur-angsur dipercepat. Pada bagian ini penata membuat satu melodi yang sama antara satu sama lainnya dengan lebih menekankan dinamika pada setiap instrumen. Kemudian dilanjutkan dengan imitasi dari salah satu repertoar gender wayang yaitu: angkat-angkatan. Gending angkat-angkatan pada gender wayang adalah salah satu jenis repertoar gender wayang yang diartikan atau sering digunakan sebagai pengiring wayang ketika berjalan menuju medan perang. Dalam jenis gending ini memiliki 2 melodi berbeda yang dimainkan oleh tangan kanan dan tangan kiri. Pola melodi pada tangan kiri biasanya terdiri dari 4 ketukan yang diulang-ulang dari awal hingga akhir sedangkan melodi pada tangan kanan lebih lincah dan variatif pada progresi nadanya. Dalam hal ini, setiap instrument memiliki melodi yang berbeda namun memilki keterkaitan satu sama lain atau disebut polifoni. 4. Pada bagian keempat, menggunakan teknik polimetrik yang setiap instrumentnya memiliki ukuran birama berbeda. Kantilan 1 menggunakan ketukan 5/4, pemade 1 menggunakan ketukan 10/4, kantilan 2 menggunakan ketukan ¾ dan pemade 2 menggunakan ketukan 6/4. Dalam 1 kali putaran, semua instrument akan bertemu pada ketukan ke 30. Setiap instrument memiliki kalimat lagu yang berbeda namun pada ketukan ke 20, instrument akan dipertemukan dalam ritme yang hampir sama. Kemudian sebagai penutup terdapat sebuah kebyar dengan susunan nada berbeda antara kantilan dan pemade. Karya Speech Delay telah dipentaskan pada festival Musik Kreatif Kuno Kini pada 2020. Karya-karya musik lainnya dari Mang Sraya dapat disaksikan pada kanal YouTube: Sraya Murtikanti.  
Hidup damai dan bahagia berdasarkan ajaran Tri Hita Karana Kita sebagai manusa yang mempunyai perbedaan,namun kita perlu mengetahui semboyan kita yaitu " Bhineka Tunggal Ika "artinya "walaupun berbeda-beda tetapi tetap Satu juga". Sudah seharusnya kita saling sayang menyayang kepada teman satu Sama lain. Di zaman modern ini,mari kita bersama-sama menguatkan Rasa pertemanan kita,agar kita bisa memproleh hidup tentram dan bahagia berdasarkan ajaran Tri Hita Karana. Tri Hita Karana ialah tiga hubungan yang harmonis. Pertama, kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kedua,menjalin hubungan yang harmonis kepada sesama manusa. Ketiga, hubungan harmonis kepada lingkungan. Mengenai ke-tiga unsur tersebut, Kita sebagai manusia yang mempunyai perbedaan seperti,Suku,adat-istiadat,budaya, dan Agama. Nah sudah seharusnya kita tidak saling ejek,tidak saling Hina,marilah kita saling ajak,saling bina,saling hormat - menghormati dan saling bantu -membantu antar Umat ber-Agama,membangun karakter yang baik dimasing-masing raga. Meskipun kita beda agama itu tidak menjadi halangan untuk menguatkan Rasa pertemanan kita. Nah,jika itu sudah dilaksanakan Maka kita bisa memperoleh hidup nyaman dan damai.  +