Property:Description id

From BASAbaliWiki
Showing 20 pages using this property.
P
Tari Puspanjali adalah tarian tradisional kreasi baru yang diciptakan tahun 1989 oleh seniman besar Bali N.L.N. Swasthi Widjaja Bandem. Tarian ini merupakan salah satu tarian yang ditampilkan dalam gelaran “Tunjukkan Indonesiamu” untuk menyambut perhelatan olahraga akbar Asian Games 2018, sekaligus mengajak seluruh masyarakat menari bersama dalam kegiatan “Gerakan Cinta Budaya Indonesia”. Tarian ini diciptakan atas permintaan Titik Soeharto untuk acara pembukaan Kongres Persatuan Wanita Olahraga Seluruh Indonesia (Perwosi), yang diadakan di Pertamina Cottage, Kuta. Swasthi Widjaja Bandem yang diminta untuk menciptakan tarian tersebut kemudian berkolaborasi dengan I Nyoman Winda, seniman karawitan, sebagai penata musik pengiring Tari Puspanjali. Durasi tarian hanya 3-5 menit karena pembagian waktu saat itu yang sangat ketat dalam acara kongres. Tari Puspanjali terinspirasi dari gerakan Tari Rejang, yang menggambarkan kegembiran sekelompok gadis Bali menyambut kedatangan para dewa dalam sebuah tarian upacara yang dibawakan di halaman pura. Gerakan Tari Puspanjali sengaja dibuat sederhana, lembut, dan lemah gemulai seperti tarian Rejang tetapi dinamis karena ada gerak-gerak ritmis di dalamnya. Pertimbangannya adalah agar tarian ini dapat dipelajari dalam waktu singkat oleh semua tingkatan umur, sehingga dalam perkembangannya tetap bisa bertahan dalam waktu lama. Sebuah tari kreasi baru yang digali dari tarian tradisional membutuhkan waktu sekurangnya dua puluh tahun untuk dapat diakui sebagai tarian tradisional. Pada kenyataannya Tari Puspanjali tetap bertahan hingga kini, bahkan terkenal hingga ke luar daerah asalnya dan kerap dipentaskan sebagai tari penyambutan tamu dalam berbagai gelaran acara, resmi ataupun tidak, sekaligus menjadi tari hiburan yang indah. Gerakan yang lemah lembut dan sederhana, menggunakan gerak-gerak dasar tari tradisional Bali dengan hanya menambahkan variasi pada pakem tari Bali, menjadikan Tari Puspanjali sebuah tarian yang digemari masyarakat, dan bisa dibawakan oleh anak-anak, remaja sampai kalangan tua. Fungsi Tari Puspanjali sebagai tari penyambutan tercermin dari namanya, yaitu “puspa” yang berarti bunga dan “anjali” penghormatan, sehingga secara keseluruhan dapat dimaknai “menghormati tamu bagai bunga” yang menggambarkan besarnya penghormatan tuan rumah terhadap kedatangan tamu mereka. Tari Puspanjali biasanya dibawakan oleh lima sampai tujuh orang penari perempuan. Saat ditampilkan untuk pertamakalinya dalam acara pembukaan kongres Perwosi tahun 1989, Tari Puspanjali dibawakan oleh tujuh puluh orang penari. Struktur tarian menyesuaikan dengan struktur gending, yang meliputi bagian pengawit, pepeson, pengawak, pengecet, dan pekaad. Pepeson adalah awal sebuah gending atau lagu yang disajikan sebelum dimulainya tarian. Pengawak yang dimainkan setelah pepeson adalah komposisi musik dengan alunan lembut dan pelan, untuk mengiringi gerakan tari bertempo pelan dan lemah lembut. Pengecet adalah bagian komposisi yang menampilkan gerak-gerak tari bertempo sedang hingga cepat. Pekaad atau penutup adalah bagian komposisi yang diwarnai dengan gerak-gerak tari bertempo cepat kemudian lebih pelan untuk mengakhiri tarian. Gerakan Tari Puspanjali diawali dengan menggerakkan kepala ke kiri dan kanan “khas tarian Bali” sambil berjalan dengan kedua tangan berada di depan dada, mempertemukan kedua pangkal pergelangan tangan, yang kanan di atas sedangkan kiri di bawah. Kemudian berjalan di tempat dengan kedua tangan masih berada di depan dada dalam posisi yang sama. Gerakan ini merupakan salah satu bentuk sambutan selamat datang kepada para tamu. Selanjutnya gerakan melenggok dan memutar dengan tangan diangkat agak ke atas hingga bahu ikut bergerak, menggambarkan keramahtamahan masyarakat Bali kepada tamu yang datang. Ekspresi penari ditampakkan melalui senyuman dan gerak mata “nyledet” khas Bali, yaitu mengangkat alis sedikit kemudian bola mata bergerak secara cepat atau lambat sesuai ritme musiknya. Busana yang dikenakan dirancang sederhana seperti tari tradisional Bali lainnya, yaitu terdiri dari tapih yang di prada bagian bawahnya dan disarung, serta streples polos berwarna senada dengan tapih dan kain prada yang juga disarung. Rambut disasak dan memakai “pusung lungguh magonjer”. Di bagian tengah depan pusung lungguh magonjer diberi hiasan “onggar-onggar” dengan bunga yang sewarna pakaian penarinya. Onggar-onggar dilengkapi beberapa bunga mas cempaka imitasi dan dua untaian semanggi di kanan-kirinya.  
R
⏤  +
Komposisi music Rangrang diciptaka oleh composer I Dewa Putu Rai yang berasal dari Banjar Pengosekan, Mas , Ubud. Kata rangrang mengacu pada apa yang terjalin atau dirajut menjadi satu, sama seperti kita yang terjalin antara satu sama lain dan alam semesta di sekitar kita. Gamelan Bali seringkali dimulai dengan bagian yang disebut “peng-rangrang”, abstraksi yang mengalir dari melodi inti, seperti sebuah 'benang merah' yang saling menjalin melalui struktur komposisi musik. Karya ini diilhami dari para leluhur maestro komposer musik sekaligus sebagai salah satu bentuk penghormatan kami, salah satunya kepada Wayan Lotring (seorang maestro tari, musisi dan komposer gamelan Bali), dan keyakinan bahwa setiap suara, setiap nada memiliki resonansi suci, setiap pola keindahan intrinsik. Kecantikan dan inspirasi disatukan dengan cara yang berakar pada pusaka kesenian yang telah kita warisi dan sangat relevan dengan generasi muda saat ini.  +
⏤  +
Ratu Sandar meapit tedung, Maselendang, Masesimping, Makuping masubeng emas Gelungan makober, maoncer Ratu Sandar adalah Tari Telek yang dipersepsikan sebagai pemimpin dari Tari Sandar/Sesandaran gaya Tanjung Benoa dalam tradisi pementasan sakral Mapajar. Karya ini adalah hasil penuangan ide-ide dari kecintaan dan capaian penata terhadap proses kreatif ketika belajar dan mengenal tradisi Mapajar. Karya ini juga merupakan suatu upaya dalam mempertahankan pakem-pakem Tari Telek gaya Tanjung Benoa yang sesungguhnya untuk diwariskan kepada seniman generasi masa kini. Ratu Sandar adalah bentuk dedikasi penata untuk seniman tari di Desa Tanjung Benoa khususnya Pregina Pengelingsir.  +
Tari Rejang Anyar merupakan tarian sakral Desa Adat Banjar Anyar yang ditarikan secara berkelompok oleh kaum ibu ibu dan remaja putri. Tarian ini merupakan tarian persembahan kepada dewa dewi yang ditarikan pada saat upacara keagaamaan sedang berlangsung. Kata "Rejang" memiliki makna suatu gerakan yang cepat dan indah serta bernilai seni dan kata "Anyar" berarti sesuatu yang baru,bersih dan hias. Jadi rejang anyar dapat diartikan sebagai suatu gerakan tarian yang lincah yang di tarikan dalam suasana penuh kesucian dan keindahan. Ciri khas tarian Rejang Anyar adalah memakai dua selendang putih dan kuning.dimana kedua warna itu memiliki makna kesucian dan kebersihan.  +
Desa Asak yang berada di Kabupaten Karangasem, Bali, adalah salah satu diantara beberapa desa Bali Aga(Balimula atau Balitua) yang penduduknya masih kukuh memelihara ritual budaya dan keagmaan. Salah satu dari ritual yang masih rutin dijalankan di Asak adalah Rejang Asak. Tarian ini diselenggarakan pada umanis kuningan yaitu hari minggu. Tarian ini hanya boleh dilakukan/ditarikan oleh perempuan yang sudah akil balik serta belum menikah. Selain itu, yang paling penting, hanya gadis desa setempat yang diizinkan untuk mengikuti pele- lawangan ini. Setiap keluarga di Desa Asak hanya boleh menampilkan satu anak perempuannya untuk mewakili mengikuti acara Pelelawangan. Jika yang mewakili ini sudah menikah akan digan- tikan oleh adiknya yang perempuan. Apabila dalam satu keluarga tidak memiliki anak perempuan, maka tidak diharuskan untuk ikut serta dalam acara tersebut. Acara ini diadakan oleh teruna- teruni di desa tersebut yang biasa disebut Truna Dehe adat. Konon katanya tarian Rejang Asak ini bertujuan untuk mempertemukan para Truna dan Dehe agar mereka saling mengenal sesama Generasi Asak. Barisan penari dalam Rejang Asak ini disusun menurut tahun pernikahan orang tua mereka, dimana yang orang tuanya lebih dahulu menikah, maka anaknya akan ditempatkan dibarisan paling pertama yang disebut dengan Subak Dehe. Biasanya hanya 1 tahun untuk bisa menduduki jabatan sebagai Subak Dehe. Setelah satu tahun kemudian Subak Dehe ini digantikan lagi oleh barisan berikutnya. Meskipun masyarakat Desa Asak bukanlah satu-satunya yang melaksanakan ritual rejang, namun ada satu hal yang membuat Rejang Asak menjadi unik yaitu terletak pada kostumnya yang khas. Kostum Rejang Asak selalu dipersiapkan secara serius oleh keluarga sang penari. Khusus untuk bagian hiasan kepalanya, diperlukan bahan alami yang harus dirangkai semalam sebelum tarian dipentaskan, agar tidak layu. Selain bahan alami, hiasan kepala untuk tari rejang asak juga menggunakan hiasan kepala yang dipenuhi ornament warisan turun-temurun dari leluhur.  
Pada saat hari raya Kuningan dan manis Kuningan, dimana manis Kuningan itu adalah hari setelah hari raya Kuningan itu sendiri, Kota Karangasem selalu menjadi destinasi pecinta adat dan budaya Bali. di Kota ini biasanya banyak ritual yang menandai dimulainya Piodalan (Hari Raya) khususnya yang berlangsung di Pura Desa. Tari Rejang memiliki simbolis tarian para dewi yang menuntun Dewa-Dewi turun dari langit. Tari rejang sendiri memiliki banyak varian tergantung dari daerah masing-masing. hal tersebut berarti, tari Rejang antar daerah memiliki jenis gerakan dan musik gamelan yang berbeda, atau serupa tapi tak sama. Apalagi di tambah payasan ( hiasan) kepala yang unik dan berbeda dari satu daerah dengan yang lainnya.  +
Pada saat hari raya Kuningan dan manis Kuningan, dimana manis Kuningan itu adalah hari setelah hari raya Kuningan itu sendiri, Kota Karangasem selalu menjadi destinasi pecinta adat dan budaya Bali. di Kota ini biasanya banyak ritual yang menandai dimulainya Piodalan (Hari Raya) khususnya yang berlangsung di Pura Desa. Tari Rejang memiliki simbolis tarian para dewi yang menuntun Dewa-Dewi turun dari langit. Tari rejang sendiri memiliki banyak varian tergantung dari daerah masing-masing. hal tersebut berarti, tari Rejang antar daerah memiliki jenis gerakan dan musik gamelan yang berbeda, atau serupa tapi tak sama. Apalagi di tambah payasan ( hiasan) kepala yang unik dan berbeda dari satu daerah dengan yang lainnya.. unik kan? Seperti beberapa foto rejang yang saya dapatkan dari Desa Tista ini, para penari terlihat sangat cantik dengan pakaian tradisional rejang. .  +
Banjar Adat Desa Tumingal adalah banjar yang ada di Desa Tiying Tali - Abang Karang Asem Desa ini memiliki tari sakral yakni tari rejang kuningan. Tari yang hanya di pentaskan pada saat hari raya kuningan yang lazim di sebut perejangan. Perayaan hari raya kuningan di desa tumingal jatuh pada tumpek kuningan di mana sehari setelah hari raya kuningan itu sendiri. Perejangan pun di lakukan 3 hari sampai dengan Pon kuningan. Rangkaian perejangan ini berlangsung sejak hari umanis kuningan pada pukul 15.00, pertunjukan di mulai dari utama mandala yaitu penari Rejang menari mengelilingi Pengaruman selama 3 kali, selanjutnya menari ke arah Madya Mandala / Jaba tengah lalu menari dengan cara memutar ke kiri ke kanan mengikuti melody Gending Gambang di sebelah bale gede bertiang 12 atau saka roras. Jumlah penari rejang sebanyak 22 orang penari putri tidak di batasi untuk remaja putri baik yang belum atau sudah mensturasi. Jumlah penari rejang ini mengacu pada jumlah KK krama banjar Adat Tumingal Masing masing krama wajib mendapatkan rejang. Setiap rejang maksimal di miliki atau di laporkan sebagai ayah ayah banjar kepada jero klian adat banjar. Jika ada salah satu krama banjar tidak mendapatkan rejang maka akan di kenakan sanksi denda atau dedosan uang tunai sejumlah bayaran 1 orang rejang. Dengan demikian jumlah penari rejang di desa adat tumingal tidak mutlak berjumlah 22 orang . Gambang merupakan salah satu alat musik tradisional Bali yang keberadaannya minim di bali. Khusus di desa Tumingal keberadaannya masih lestari sampai saat ini. Alat musik ini merupakan alat musik khas yg di mainkan untuk mengiringi tari rejang di Desa Tumingal. Gelungan unik, gelungan penari tari rejang di desa tumingal bisa dibilang unik. Kenapa? Karna Gelungan yang di namakan Gempong ini rangkanya terbuat dari gelang Bambu yang di bentuk sedemikian rupa dan di design menyesuaikan ukuran kepala penari rejang. Selanjutnya hiasan depan diisi oleh rangakaian bunga madori ungu serta aneka bunga. Sedangkan di bagian belakang dihiasi susunan hati batang ketela ubi jalar seperti ubi terigu, yang hati batangnya lebih besar berwarna putih dan di cat berwarna pink. . Artikel: @kemu_mai_melali  
Tarian Rejang Ngunda menjadi ritual wajib dalam pelaksanaan odalan di Pura Puseh, Desa dan Bale Agung, di Desa Cempaga Buleleng. Makna dari tarian ini sebagai wujud syukur para warga desa yang diwakili berbagai keturunan dadia dari Desa Cempaga. Pada akhir tarian para penari menjadi kerauhan (trance) dan menuju Bale Panjang, gerak tubuh lebih dinamis tanpa kontrol, dan satu penari mulai berpindah ke salah satu orang suci yang duduk di Bale Panjang seolah mereka mentransfer energi. Tarian ini memberikan kesan mendalam pada siapa saja yang memperoleh kesempatan menyaksikan secara langsung.  +
Tari Rejang Pala adalah tarian purba yang lahir di Desa Nongan, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, telah mengalami dua kali rekonstruksi tahun 1984 dan 2019. Tahun 2019 desa setempat melakukan rekonstruksi yang merujuk pada hasil penelitian berjudul Kontinuitas dan Perubahan Tari Rejang Balang Tamak di Desa Nongan, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, tahun 2017. Rekontruksi selain merujuk pada lontar kuno yang tersimpan di Leiden Belanda, juga merujuk pada petunjuk Ida Pedanda Istri Ratna Kania dari Griya Budha Alang Kajeng, bahwasannya beliau mengingat pernah menarikan rejang tersebut dengan hiasan berbagai buah buahan di kepalanya. Tari Rejang Pala ialah tarian sakral dalam upacara Usaba Desa, untuk menyambut Ida Betara Dalem pada prosesi memasar di Pura Pesamuhan Agung. Para penarinya dibagi dalam tiga klasifikasi umur, yaitu: (1) anak-anak disebut Rejang Alit; (2) remaja putri disebut Rejang Daha; dan (3) Ibu-Ibu disebut Rejang Lingsir. Fungsi primer Tari Rejang Pala, yakni sebagai sarana ritual, secara tidak langsung juga sebagai sarana hiburan pribadi, dan sebagai presentasi estetis. Fungsi sekundernya, sebagai pengikat solidaritas dan sebagai sarana komunikasi. Keunikan Tari Rejang Pala dapat dilihat pada gelungannya, yaitu dihiasi dengan berbagai macam buah-buahan. Simbol buah-buahan(pala) di kepala adalah mengingat sejarah dimana anak-anak Ida Bhatara Balang Tamak ketika bekerja ke sawah dan kebun setempat selalu berbekal buah buahan yang diikat dikepala. Ida Bhatara Balang Tamak dipuja masyarakat setempat sebagai tokoh pelopor Subak Abian dan tokoh cerdas yang ditakuti raja-raja jaman dahulu. Beliau juga seorang tokoh yang menentang sistem feodal yang merugikan masyarakat kala itu. Barangkali karena hal ini beberapa versi sejarah menggambarkan beliau sebagai tokoh antagonis karena kepentingan politis. Dengan ditarikannya kembali Rejang Pala di Pura Balang Tamak, selain sebagai rekontruksi tarian purba warisan leluhur, juga sebagai bentuk revisi sejarah tokoh-tokoh besar di Pulau Bali jaman dahulu.  
Tari rejang sari adalah tari bebali yang bisa dipentaskan ketika ada upacara keagamaan, maupun sebagai bentuk hiburan. Rejang ini termasuk ke dalam jenis tarian baru yang bisa ditarikan oleh remaja maupun perempuan dewasa. Ketika ditarikan oleh remaja, pakaian yang digunakan cenderung lebih bervariasi, dengan menggunakan bebed sebagai tutup dada dan gelungan rejang, sedangkan jika ditarikan oleh perempuab dewasa (biasanya oleh ibu-ibu), penari hanya menggunakan baju kebaya dan kamen seragam.  +
Rejang Tedung Jagat dipersembahkan sebagai bentuk perlindungan dan persembahan pada dunia sekala dan niskala.  +
Tari Rejang Taksu Bhuwana diciptakan oleh Guru Ghanta dan ditarikan pertama kali pada saat piodalan di Pura Taksu Bhuwana Taman Bukit Pengajaran, Sidemen, Karangasem  +
Desa Adat Tenganan Pegringsingan, Desa Bali Aga di Bali Timur, memiliki momentum tahun baru tersendiri yang berbeda dengan Tahun Baru Masehi dan Tahun Baru Saka. Berdasarkan sistem tarikh (perhitungan tahun) yang digunakan di desa ini sejak ratusan tahun silam, tahun baru dirayakan setiap penanggal apisan Sasih Kasa (hari pertama bulan pertama). Biasanya, tahun baru menurut kalender Tenganan Pagringsingan jatuh sekitar pertengahan Januari. Dalam memperingati ini (tahun baru) masyarakat di Desa Tenganan Pegringsingan melaksanakan Usaba Kasa dan ditandai dengan Sesolahan/Pementasan Rejang Deha (Deha dan anak anak di pagi hari).  +
S
SU3LIM (baca: sublime) adalah komposisi music karya I Putu Swaryandana Ichi Oka seorang musisi dan komposer yang berasal dari Banjar Pande, Sayan, Ubud, Gianyar. Saat ini Ryan (panggilan akrab komposer) sedang menempuh pendidikan Master di Institute Seni Indonesia Denpasar. SU3LIM mengambil makna dari kata ‘menyublim’ yang mengindikasikan makna perubahan. Terkait dengan komposisi music, komposer memaksudkan makna perubahan dalam cara pandang terhadap fungsi dan estetika instrument gamelan Bali. Selain itu kata SU3LIM dalam komposisi music ini terdiri dari dua suku kata “Sub” dan “lim” yang merupakan singkatan dari Subdivisi Lima yang mendominasi matra dalam karya music ini. Penggunaan angka 3 sebagai pengganti huruf “B” dalam kata SU3LIM, menjadi penanda bahwa terdapat 3 fungsi instrument gamelan yang digunakan dalam komposisi musik ini yaitu ; Jegog sebagai penanda melodic line; Ugal sebagai penandan (pengendali) gending; Gangsa sebagai isen isen, yang digarap menjadi satu kesatuan dalam fungsinya memainkan pola-pola lagu yang telah disusun secara sistematis dan terstruktur.  +