UPGRADE IN PROCESS - PLEASE COME BACK MID JUNE

Property:Biography example text id

From BASAbaliWiki
Showing 20 pages using this property.
I
Kakawin Usadhi Negari yang dikarang oleh I Made Arik Wira Putra merupakan salah satu dari 5 karya terbaik kategori kakawin pada Saraswati Sewana di Puri Kauhan Ubud. Kakawin tersebut memuat isi dari mimpi pengarang yang dimana memiliki keinginan agar virus yang sudah kurang lebih 2tahun berdampingan dengan kita segera hilang. Kakawin ini dibuat secara singkat max 18 pada dengan tema besar "Gering Agung" Covid-19, yang dimana kakawin merupakan karya Sastra Bali Purwa atau karya tradisional, namun beliau berusaha membuat sesuai dengan tema dan syarat-syarat lainnya tanpa meninggalkan realitas (membuat karya sastra yang bertema modern dengan media tradisional dan makna yang padat).  +
Penelitian ini bertujuan menganalisis urgensi pelaksanaan penyederhanaan birokrasi melalui transformasi jabatan terhadap efektifitas penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia, khususnya di Pemerintah Provinsi Bali. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk memperoleh diskripsi atas suatu fenomena, sehingga mendorong pemahaman mendalam atas substansi dari fenomena tersebut. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan studi pustaka terhadap kebijakan penyederhanaan birokrasi. Penyederhanaan birokrasi melalui transformasi jabatan merupakan salah satu upaya yang positif pada era disrupsi ini dalam memperbaiki kinerja birokrasi di Indonesia, namun harus direncanakan serta disusun secara matang dan tidak dilakukan terburu-buru tanpa konsep yang jelas. Dalam pembentukan budaya yang agile, diperlukan pemimpin yang berorientasi pada kreativitas dan inovasi menekankan pentingnya performa yang adaptif dan responsif, serta fokus pada kolaborasi tim dan pendelegasian otonomi.  +
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan sejarah Kampung Islam Kepaon Bali, struktur kearifan lokal kehidupan bertoleransi di Kampung Islam Keapon Bali, kearifan lokal kehidupan bertoleransi antar umat beragama di Kepaon Bali dalam perspektif Trihita Karana, dan nilai-nilai kearifan lokal kehidupan bertoleransi di Kampung Islam Kepaon Bali bisa digunakan sebagai Sumber Belajar IPS. Penelitian ini merupakan metode penelitian kualitatif. Data yang dikumpulkan dengan metode pendekatan dan metode penelitian, serta teknik pengumpulan data, seperti observasi, wawancara, studi dokumen, dan studi literatur, selanjutnya subjek dan lokasi penelitian terdiri dari lokasi penelitian, tahap-tahap penelitian, dan terakhir teknis analisis data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kampung Islam Kepaon merupakan pemukiman muslim yang beretnis Bugis dan keberadaanya di pusat Kota Denpasar, umat muslim bugis Kampung Islam Kepaon memiliki hubungan historis yang sanga erat dengan kerajaan Badung. Kehidupan bertoleransi di Kampung Islam Kepaon dalam perspektif keajegan Trihita Karana terbagi menjadi tiga bagian yaitu tradisi Ngejot, tradisi Magibung, dan tradisi tari Rodat. Hasil penelitian ini dapat sebagai sumber belajar IPS di SMP/MTs karena memiliki nilai-nilai karakter seperti nilai religius, nilai toleransi, nilai kesatuan, nilai solidaritas, nilai patriotism, nilai sialturahmi dan persaudaraan, serta nilai peduli. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan berguna bagi sumber belajar IPS di SMP/MTs.  +
Kidung Roga Mariana merupakan salah satu dari 5 Kidung terbaik pada Acara Sastra Saraswati Sewana yang bertempat di Puri Kauhan Ubud. Kidung ini diciptakan oleh seorang sastrawan muda yang masih menempuh pendidikan akhir di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana dengan mengambil Program Studi Sastra Bali. Beliau yang lahir pada 4 Januari tahun 2000 merupakan anak dari seorang sastrawan hebat yaitu Bapak I Made Degung dengan Ibu Ni Ketut Sutarmi. Begitu banyak prestasi yang pernah beliau raih, salah satunya telah menciptakan kidung pertama beliau dan menjadi salah satu kidung terbaik. Pada Kidung Roga Mariana ini menceritakan tentang menghilangkan sebuah bencana atau penyakit yang ada. Dimana kata "Roga" memiliki arti penyakit atau bencana, kata "Mari" memiliki arti menghilangkan, dan kata "Ana" memiliki arti ada.  +
Equilibrium Kupu-kupu (1) Malam terlahir karena kerlip kunang-kunang Siapa terlahir ditengah isak. Didalam perasan mawar Dipusaran madu yang terperah dari lenguh lembu “mata air !” Peladang kabut menyemai ilalang disebuah taman bunga Menjadi gubuk dengan tiang pohon tanpa getah ! Kunang-kunang menyembunyikan gema Menenggelamkan senja disela bayangan Yang melengkung di dalam cahaya. Angin menyentuhmu Sangat pekat. Kau berdiam Dingin karam di diri : kulintasi matahari Mengenal air mata yang sudah terbakar Dibawah ufuk:burung-burung berganti kicau Dengan lenguh sapi meluku endapan air Menera panas Dan ngiang kupu-kupu memekarkan musim bunga ? Malam tanpa jarak dengan terbang kelekatu Siapa menunggu di rumah ilalang : menyamak lelehan Madu dan memahami rahasia kupu-kupu di sekuntum bunga ? Kunang-kunang menera sinar bulan,”aku jadi beku Pada panas kalbu !” Jiwaku limbung, menanam warna terburai Dari bayangan lembab ! Cuaca kembar berdarah : singatan dan gigilan Pohon terpaku diantaranya ! Patung air. Patung air. Kupu-kupu membentuknya Kusemai pada lendir darah : tumbuhlah hamparan Memuati pelabuhan burung Dan cahaya dingin teduh Memanjangkan jejak kupu-kupu yang kembali “aku telah menulis bening mata air !”  +
Geguritan Korona Karana lan Kirana, yang secara sederhana geguritan ini memuat tentang dari awal munculnya virus covid-19 sampai dengan bagaimana kita hidup berdampingan dengan virus ini. Jika dilihat dari padanan kata Geguritan Korona Karana lan Kirana ini memiliki arti Korona yang artinya covid-19 ini, Karana yang artinya yang menyebabkan atau sebab, Kirana yang artinya sinar matahari. Jadi dapat disimpulkan Korona Karana lan Kirana memiliki arti yang menyebabkan penyakit (grubug) salah satu yang bisa menyebuhkan adalah dengan (Kirana) sinar matahari.  +
Kumpulan 19 cerita pendek (satwa bawak) kontemporer berbahasa Bali yang bercerita tentang isu-isu sosial dengan jujur, jenaka dan kontekstual.  +
Undang-Undang dasar 1945 Pasal 32 ayat 2 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 memberikan ruang yang luas kepada daerah untuk berkiprah dalam setiap aspek kehidupan. Dalam penyelenggaraan Otonomi, daerah mempunyai kewajiban untuk melestarikan nilai-nilai sosial budayanya sebagai identitas manusianya. Sosok yang menunjukkan bahwa seseorang beridentitas manusia Bali dapat berwujud bahasa (dalam bentuk bunyi) dan tradisi (dalam bentuk fisik). Dalam kaitan ini hampir dalam setiap kesempatan simbol-simbol itu dipergunakan sebagai sebuah identitas manusia Bali dalam pergaulan baik nasional maupun Internasional. Simbol identitas inilah yang perlu dilestarikan jikalau kita ingin melestarikan manusia Bali seutuhnya. Kajian ini bertujuan untuk menjelaskan sejauhmana bahasa Bali masih berfungsi sebagai simbol identitas manusia Bali pada era globalisasi ini. Pembahasan dalam kajian ini terfokus pada kajian identitas manusia Bali dari perspektif bahasa. Bahasa Bali sebagai salah satu simbol identitas dapat merupakan sebuah kebanggaan. Bukti-bukti dari sebuah kebanggaan ini dapat dilihat dari perkembangan pemakaiannya yang merupakan sebuah dinamika. Bahasa Bali pada dasarnya memiliki fungsi yang sangat penting untuk mengekspresikan khasanah budayanya. Akan tetapi pada masa global ini sesuai dengan proses alami, bahasa Bali mengalami perkembangan sesuai dengan tuntutan pemakaiannya. Dalam menyikapi perkembangan ini, tantangan bagi bahasa Bali baik secara internal maupun eksternal sangat perlu diinventarisir, sehingga dapat ditemukan langkah-langkah ke depan untuk mempertahankan bahasa Bali agar tetap dapat berfungsi sebagai salah satu simbol identitas manusia Bali.  +
Pantai Goa Lawah udara mana memain-mainkan kala tarikan nafas kita menyatu di pangkuan lembut pasir ombak luruh memburu laut meliuk-liuk menggurat-gurat garis lukisan kemenangan di perapian bumi yang baru kita rebut tetembang kanak-kanak pesisi menjaga dan mengajari tentang kesetiaan pada nafas coba tembang gending ini tasbihkan di atas pasir jaga-jagalah seperti kesetiaan kura-kura 2001  +
Beliau mempunyai salah satu karya sastra kidung yang berjudul tungtung urip, tungtung urip sendiri menceritakan bagaimana situasi dan kondisi dari pandemic covid-19, bagaimana kondisi masyarakat dalam menghadapi virus harus selalu tetap berfikir positif dan selalu mematuhi protokol kesehatan.  +
The Garuda Wisnu Kencana tells about the struggle of Lord Vishnu (Dewa Wisnu) who is assisted by the Garuda bird as his mount to seize Tirta Amerta (water of life) against the power of giants. Through a very deadly war, Tirta Amerta can be seized by The Lord Vishnu. The Tirta Amerta then is used to maintaining life.  +
Artikel ini membahas berbagai strategi yang diterapkan oleh janda (karena meninggal dunia ataupun bercerai) dalam menghadapi batasan-batasan kultural dan stigma sosial pada era Bali kontemporer. Di lingkungan patriarki Bali, perempuan kurang diuntungkan dalam hal akses terhadap pekerjaan dan umumnya menerima pendapatan yang lebih rendah dari laki-laki. Ketika sebuah pernikahan berakhir, seorang janda tidak hanya kehilangan pasangannya namun juga sumber pendapatan penting bagi keluarganya. Janda mungkin juga harus menerima beban tambahan dari menyokong kehidupannya sendiri dan keluarganya, yang artinya menjadi lebih rentah secara ekonomi. Selain itu, janda juga sering dianggap mudah untuk diajak berhubungan seksual, dapat menjadi target hasrat seksual laki-laki, akibatnya menjadi sumber gosip. Sistem pemerintahan dualisme, desa – nasional,di Bali turut menambah kerumitan proses perceraian dan pernikahan kembali di masyarakat patriarkal Bali. Untuk memahami bagaimana janda di Bali menghadapi tekanan sosial dan budaya ini, artikel ini fokus pada membandingkan sejarah hidup 3 orang janda. Menerapkan konsep modal ekonomi, budaya, sosial dan simbolisme oleh Pierre Bourdieu, analisis penelitian ini menunjukkan bahwa akses terhadap berbagai bentuk modal diatas berperan penting dalam kelangsungan hidup para janda di Bali. Dengan sumber ekonomi yang memadai, seorang janda tidak hanya dapat menunjukkan independensi dan kemampuan untuk menghidupi keturunannya, namun juga berbagai kewajiban sosial dan keagamaan lainnya. Dengan begitu, mereka tetap dapat diterima dan dihormati oleh komunitasnya. Temuan ini juga berkontribusi dalam memberikan gambaran yang lebih luas dan kompleks mengenai kehidupan janda di Bali.  +
Pulau Bali telah sangat menyatu dengan dunia pariwisata. Artikel ini meneliti identitas kebudayaan Bali yang dinamis dan hubungannya yang selalu berevolusi dengan dunia pariwisata di tengah globalisme dengan menggunakan studi kasus, pembangunan Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (antara tahun 1993 – 2018), yang berbentuk patung Hindu Dewa Wisnu berdiri di atas burung garuda yang agung. Taman dan patung tersebut dipandang sebagai pertanda budaya baru untuk Bangsa Indonesia dan untuk industri pariwisata Bali. Namun demikian, studi kasus terhadap eksistensi taman ini juga menunjukkan bahwa Bali telah mengubah perannya di dalam konteks kepulauan Indonesia semenjak jatuhnya rezim Suharto pada tahun 1998 sembari berhadapan dengan tantangan baru globalisme pariwisata. Keterwakilan identitas budaya Bali berevolusi dari konstruksi turisme budaya terpusat, dari atas ke bawah, menjadi destinasi wisata global dengan menjadi tuan rumah bagi banyak kegiatan berskala internasional di taman tersebut.  +
Dikisahkan Rsi Markandeya mempunyai istri yang bernama Dewi Dumara lalu memiliki seorang anak yang bernama Rsi Dewa Sirah Pertami dan Bhujangga Waisnawa. Diceritakanlah Rsi Markandeya ini bertapa di Gunung Hyangg, ternyata di disana beliau mendapatkan banyak gangguan lalu pindahlah beliau bertapa di Gunung Raung, disana beliau mendapat sabda dari Hyang Jagat Natha yang meminta beliau untuk merambas hutan agar menjadi sawah dan kebun ke daerah jawa ke timur. Lalu Rsi Markandeya merambas hutan dengan sarana yadnya dengan lancar.Setelah itu berhasillah beliau membuat persawahan, menambang emas dan sebaginya dihutan tersebut yang di berinama Desa Basukih Karanin. Dinamakan Desa Basukih Karanin karena tidak ada kekurangan apapun disana atau dapat dibilang makmur. Di sana beliau menanam panca datu, mas, perak, tembaga dan lainnya. Dan juga Rsi Markandeya ini memiliki nama lain yakni Ida Maha Rsi Hyang Nerada Tapa.  +
Panji Semirang adalah tari kreasi tradisional Bali yang termasuk jenis tari kakebyaran, yaitu tarian dengan iringan gamelan gong kebyar yang umumnya menggunakan pukulan makebyar saat mengawali tabuhan. Tarian ini diciptakan oleh I Nyoman Kaler tahun 1942, mengisahkan pengembaraan Galuh Candra Kirana yang menyamar sebagai seorang laki-laki bernama Panji Semirang untuk mencari kekasihnya Raden Panji Inu Kertapati. Tari Panji Semirang disajikan sebagai tarian tunggal bebancihan, yaitu tari dengan karakter antara laki-laki dan perempuan, halus dan lembut. Meski aslinya merupakan tari tunggal namun Panji Semirang sering dibawakan dalam bentuk drama tari yang melibatkan banyak penari. Struktur tari Panji Semirang yang berkembang di masyarakat saat ini umumnya hanya berupa nukilan dan tidak dibawakan secara lengkap. Struktur tari yang lengkap terdiri dari: (1) Papeson; (2) Ngumbang; (3) Pangecet; (4) Pangadeng/Tetangisan; (5) Ngumbang; (6) Tindak Dua; (7) Ngumbang; (8) Ocak-ocakan; (9) Ngumbang; (10) Pakahad pertama; (11) Ngumbang); (12) Pangipuk; dan (13) Pakahad kedua akhir tarian. Struktur tari yang pendek terdiri dari (1) Papeson, gerakan-gerakan yang mengawali tarian; (2) Ngumbang, gerakan peralihan ke urutan tari berikutnya dengan cara berputar ke arah belakang, membuat pola lantai angka delapan (luk penyalin), tangan kanan ditekuk sejajar dada dan tangan kiri memegang ujung kain (kancut); (3) Pangecet, gerakan dalam struktur tari yang dilakukan dalam ritme cepat; (4) Pangadeng/Tetangisan, gerakan tari yang menggambarkan kesedihan; (5) Ngumbang menuju akhir tarian. Adapun ragam gerak tari Panji Semirang sesuai urutannya terdiri dari manganjali (gaya sembah sebagai representasi cara bersembahyang orang Bali dalam kesehariannya), mungkah lawang, agem, seledet (gerakan mata ke sudut atas/samping disertai gerakan leher), luk naga satru (gerakan kedua tangan diputar ke dalam disertai pandangan mata ke arah tangan yang lebih tinggi, menggambarkan dua ekor naga yang saling berpandangan), luk nerudut, ngelier, ngileg, ngangget, ulap-ulap, agem nyigug, miles, nadab gelung, nadab pinggel, gandang arep, ombak angkel, ngeseh, nguses, ngeteb, ngumbang, luk ngelemat, ngucek, jongkok Panji Semirang, ngileg, nyalud, ngiluk, ngepel, ngeliput, tanjek ngandang, nyogok, maserod, dan nyakup bawa. Busana penari Panji Semirang terdiri dari: (1) Gelungan dengan bentuk jejateran (udeng-udengan), dibuat dari kain prada yang kemudian berkembang menggunakan kulit sapi yang diukir dan dicat prada. Ada juga modifikasi dari kain beludru yang disulam dengan benang gim; (2) Badong bundar berbahan kulit yang diukir dan diprada, atau sulaman kain beludru; (3) Tutup dada dari bahan sulaman kain beludru; (4) Gelang kana dari kulit yang diprada, dikenakan di pergelangan tangan dan sedikit di bawah pangkal lengan; (5) Sabuk dari bahan kain yang diprada; (6) Ampok-ampok, bahannya sama dengan badong; (7) Kamen (kain) prada warna hijau menjulur di samping kiri (makancut). Penari juga membawa kipas prada sebagai properti tari, yang digerakkan dengan tangan kanan dalam sikap tertentu. Aksesoris berupa bunga imitasi sandat satu atau dua buah sebagai hiasan pada gelungan. Bunga kamboja merah diselipkan di telinga kanan, sedangkan telinga kiri bunganya berwana putih. Tata rias wajah cantik dengan mempertegas raut wajah memakai kosmetik. I Nyoman Kaler yang juga ahli karawitan, menciptakan sendiri musik iringan untuk tari-tariannya. Terkadang bahkan musiknya lebih dahulu ada sebelum tariannya, seperti Tabuh Telu (Demang Miring), Kebyar Dang (Mergapati), dan Kebyar Dung (Panji Semirang) yang semuanya menggunakan gamelan gong kebyar. I Nyoman Ridet dari Kerobokan yang merupakan murid Kaler, menciptakan gending iringannya juga diawali dengan nada Dung tetapi dengan melodi yang berbeda. Pada bagian pangadeng/tetangisan dipakai melodi lagu Sriwijaya, yang mengagungkan kerajaan Sriwijaya di Palembang sebagai pusat perkembangan agama Budha di Indonesia. Jadi iringan musik tari Panji Semirang mempunyai dua versi, yaitu pada bagian papeson (awal tarian), dan pangadeng/tetangisan (penggambaran kesedihan). Musik iringan dalam tari Panji Semirang sangat mendominasi sehingga penari harus mengikuti gemelan iringan yang telah memiliki pola tertentu. Tari Panji Semirang tergolong balih-balihan, yaitu tarian yang berfungsi sebagai tontonan. Tarian sebagai sebuah tontonan harus dapat menampilkan keindahan gerak dan nilai seni yang tinggi, sehingga penonton terpuaskan serta penarinya sendiri mendapatkan kepuasan batin karena berhasil menghibur masyarakat. Tari Panji Semirang juga berfungsi sosial, dimana saat pertunjukan terjadi interaksi dan pergaulan di antara sesama seniman bahkan juga dengan penonton, sehingga memberikan dorongan solidaritas pada masyarakat penikmat yang mewujudkan rasa kebersamaan. Tari Panji Semirang juga pernah digunakan sebagai media komunikasi dan diplomasi kebudayaan. Penari pertama tari Panji Semirang sering mengadakan pertunjukan ke kota-kota besar di Jawa, bahkan melawat ke China pada tahun 1955 sebagai duta seni. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengakrabkan hubungan antar suku dan negara, serta kegiatan diplomasi.  
Kakawin yang berjudul PRAPANCA SUDDHANI. Merupakan salah satu karya sasta dari seorang pengarang yakni I Nyoman Wahyu Prapanca, secara garis besar mempunyai isi atau makna yang terkandung yaitu membahas mengenai situasi Pandemi Covid-19 dengan lebih mengulik tentang respon kita menghadapai pandemi Covid-19 agar tidak terhayut dalam kesedian ataupun penderitaan yang diakibatkan oleh pandemi ini. Dalam kakawin ini pula kita lebih diajarkan tentang lebih menjaga sikap batin kita dalm menghadapi situasi yang sulit dalam kasus ini yaitu Covid-19.  +
Studi ini dilaksanakan pada tahun 2008 di Gianyar, Badung, dan Denpasar. Tujuan studi ini adalah untuk mengidentifikasi dan menjelaskan sistem pengelolaan sampah perumahan warga Bali, serta untuk memahami berbagai masalah yang dihadapi dalam sistem manajemen limbah berbasis komunitas. Untuk mencapai tujuan-tujuan dimaksud, data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan studi literatur. Data yang terkumpul kemudian dianalisa secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejumlah kendala dihadapi oleh lembaga pengelola limbah di tingkat desa seperti: 1) rendahnya kesadaran publik, 2) sulitnya mencari lahan untuk mengelola sampah, 3) belum adanya pemisahan sampah organik dan non-organik di rumah masing-masing, 4) jadwal pengangkutan sampah yang kurang tepat, 5) terbatasnya jumlah mesin penebah, 6) pemasaran kompos yang tidak teratur dan masih sangat terbatas, 8) kendala kesehatan pekerja pengolah sampah, 9) terbatasnya dana operasional manajemen limbah. Pengelolaan limbah berbasis sosial budaya bermanfaat untuk mengaktualisasi dan meningkatkan peran institusi tradisional (desa tradisional/banjar) karena ini mendukung visi dan misi Tri Hita Karana, mengubah paradigma budaya Bali mengenai manajemen limbah (rekayasa budaya), aktualisasi nilai-nilai budaya dan kesucian lingkungan (sebagai sumber daya yang penting) serta wilayah, mendorong tradisi gotong royong menjaga lingkungan, mempromosikan upaya 3R (reduce, reuse, and recycle) dalam pengelolaan sampah rumah tangga, meningkatkan peran ibu rumah tangga, menerapkan aturan pengelolaan sampah rumah tangga dan lingkungan yang effektif melalui mekanisme penghargaan-hukuman dengan awig-awig.  +
Studi ini bertujuan untuk mengetahui konsep Karma Yoga dalam hubungannya dengan kecerdasan spiritual dan kinerja pegawai LPD di Kabupaten Buleleng. Konsep Karma Yoga adalah sebuah nilai kearifan lokal yang dapat memberikan panduan kepada para pegawai LPD dalam bentuk rasa kesungguhan dalam bekerja yang menjadi dasar untuk meningkatkan kinerja pegawai LPD. Populasi studi ini adalah semua LPD yang aktif beroperasi di Kabupaten Buleleng. Sampel dipilih menggunakan teknik random sampling. Analisis data menggunakan SEM berbasis komponen, Partial Least Square (PLS) metode analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep Kharma Yoga dan kecerdasan spiritual memiliki korelasi dengan performa karyawan.  +
Adakah? (Tudékamatra) Bumi sekarang kalau sudah musim pemilu Calon-calonya semakin banyak Mungkinkah dia ikut- ikutan? Supaya dapat duduk di atas Sana sini teriak -teriak Ke sana ke mari tidak kena tepat Yang beruntung dapat duduk Hanya bisa tertawa terbahak Memang manusia murtad! Yang tidak dapat, membuat rusuh Supaya tidak rugi keringat Memang manusia gila! Semua berpura- pura pintar Tapi sebenarnya pamrih Sama tidak suka repotnya Adakah yang benar-benar perduli. Tidak main- main Yang pantas dipercaya? 2009  +
Geguritan Geger Kageringan (Ritatkala Sangsaya, Bingung lan Dukhitane Mapadu) merupakah sebuah geguritan yang terinspirasi dari pandemi Covid 19 yang menyerang Indonesia khususnya Bali  +