UPGRADE IN PROCESS - PLEASE COME BACK AT THE END OF MAY

Search by property

From BASAbaliWiki

This page provides a simple browsing interface for finding entities described by a property and a named value. Other available search interfaces include the page property search, and the ask query builder.

Search by property

A list of all pages that have property "Word example text id" with value "Saya dapat mengantar tamu sekali saja. Sekali jalan sudah menyelesaikan banyak pekerjaan". Since there have been only a few results, also nearby values are displayed.

Showing below up to 26 results starting with #1.

View (previous 50 | next 50) (20 | 50 | 100 | 250 | 500)


    

List of results

  • Bayune  + (“Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, “Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, apakah kamu sudah merasa takut? Ke sana kamu sekarang, teleponlah Dewamu minta pertolongan, sudah tidak bisa lagi menolongmu sekarang,” kata raksasa itu lagi. Luh Ayu Manik saling pandang dengan Ayu Kinandari, bibirnya yang merah digigitnya tanda ia juga takut. Dua orang perempuan muda itu lalu saling berpegangan tangan.n muda itu lalu saling berpegangan tangan.)
  • Telpun  + (“Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, “Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, apakah kamu sudah merasa takut? Ke sana kamu sekarang, teleponlah Dewamu minta pertolongan, sudah tidak bisa lagi menolongmu sekarang,” kata raksasa itu lagi. Luh Ayu Manik saling pandang dengan Ayu Kinandari, bibirnya yang merah digigitnya tanda ia juga takut. Dua orang perempuan muda itu lalu saling berpegangan tangan.n muda itu lalu saling berpegangan tangan.)
  • Deweknyane  + (“Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, “Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, apakah kamu sudah merasa takut? Ke sana kamu sekarang, teleponlah Dewamu minta pertolongan, sudah tidak bisa lagi menolongmu sekarang,” kata raksasa itu lagi. Luh Ayu Manik saling pandang dengan Ayu Kinandari, bibirnya yang merah digigitnya tanda ia juga takut. Dua orang perempuan muda itu lalu saling berpegangan tangan.n muda itu lalu saling berpegangan tangan.)
  • Awake  + (“Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, “Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, apakah kamu sudah merasa takut? Ke sana kamu sekarang, teleponlah Dewamu minta pertolongan, sudah tidak bisa lagi menolongmu sekarang,” kata raksasa itu lagi. Luh Ayu Manik saling pandang dengan Ayu Kinandari, bibirnya yang merah digigitnya tanda ia juga takut. Dua orang perempuan muda itu lalu saling berpegangan tangan.n muda itu lalu saling berpegangan tangan.)
  • Palaibne  + (“Help..help….please!” Bule itu berteriak-t“Help..help….please!” Bule itu berteriak-teriak kebingungan sembari tolah-toleh meminta tolong. Dari atas motor, Luh Ayu Manik melihat penjambret itu lari menuju ke barat. Seketika Luh Ayu Manik menyuruh tukang ojek yang ditumpanginya untuk berhenti. Luh Ayu Manik berubah wujud menjadi Luh Ayu Manik Mas dengan mahkota emas, berbusana serba emas. Larinya kencang sekali saat mengejar si penjambret. Keduanya lalu berkelahi di tengah jalan. Banyak orang yang menonton kejadian itu, sampai jalanan macet total. kejadian itu, sampai jalanan macet total.)
  • Mapanganggo  + (“Help..help….please!” Bule itu berteriak-t“Help..help….please!” Bule itu berteriak-teriak kebingungan sembari tolah-toleh meminta tolong. Dari atas motor, Luh Ayu Manik melihat penjambret itu lari menuju ke barat. Seketika Luh Ayu Manik menyuruh tukang ojek yang ditumpanginya untuk berhenti. Luh Ayu Manik berubah wujud menjadi Luh Ayu Manik Mas dengan mahkota emas, berbusana serba emas. Larinya kencang sekali saat mengejar si penjambret. Keduanya lalu berkelahi di tengah jalan. Banyak orang yang menonton kejadian itu, sampai jalanan macet total. kejadian itu, sampai jalanan macet total.)
  • Magelung  + (“Help..help….please!” Bule itu berteriak-t“Help..help….please!” Bule itu berteriak-teriak kebingungan sembari tolah-toleh meminta tolong. Dari atas motor, Luh Ayu Manik melihat penjambret itu lari menuju ke barat. Seketika Luh Ayu Manik menyuruh tukang ojek yang ditumpanginya untuk berhenti. Luh Ayu Manik berubah wujud menjadi Luh Ayu Manik Mas dengan mahkota emas, berbusana serba emas. Larinya kencang sekali saat mengejar si penjambret. Keduanya lalu berkelahi di tengah jalan. Banyak orang yang menonton kejadian itu, sampai jalanan macet total. kejadian itu, sampai jalanan macet total.)
  • Bangkiangne  + (“Ibu dimana? Kenapa belum menjemput saya?”“Ibu dimana? Kenapa belum menjemput saya?” Demikian ia menelepon ibunya. </br>“Tungguh sebentar Luh Cantik, Ibu masih jualan”</br>“Saya pulang sendiri ya, Bu? Menumpang ojek daring?”</br>“Iya-ya, boleh juga, tetapi baik-baik ya nak, jika ojek daring itu lelaki, janganlah kamu memeluk pinggangnya, tas gendongmu letakkan di antara punggung ojek daring dengan dadamu.”</br>“Siap Komandaaan!!!”</br>“Laksanakan.” Seperti itu kata ibunya sambil menutup telepon.ti itu kata ibunya sambil menutup telepon.)
  • Gambelan  + (Gamelan yang berada di Banjar Tengah bernama gamelan Semara Pagulingan.)
  • Tadah Kala  + (“Jangan kemana-mana jika sudah petang, nanti dimangsa bhuta kala (sejenis makhluk halus)”, begitu nenek saya memberi tahu.)
  • Japi  + (“Jangan seperti ini ayah, saya tidak mau! “Jangan seperti ini ayah, saya tidak mau! “</br>Ujar dewa ayu ratih dengan tegas kepada mertuanya yang kian merangsek disampingnya.</br>“Tidak apa apa ayu, apalagi suamimu sudah lama pergi. Saya yang akan menjaga ayu,’’</br>“walaupun demikian jangan berpikiran yang tidak pantas terhadap saya,’’</br>“saya hanya minta, ayu peduli dengan keinginan saya”</br>“Tidak ayah, jangan! Ini salah, tidak benar!”</br>“Kalau sudah berdua, tidak ada yang tak benar”</br>Laki laki yang berusia kurang lebih lima puluh tahun itu menarik nafas panjang, memperhatikan perempuan yang menunduk bersimbah air mata tanpa suara. Perempuan yang merupakan menantunya itu telah mencuri hatinya sampai setiap malam dia tak bisa tidur nyenyak…i setiap malam dia tak bisa tidur nyenyak…)
  • Nguntul  + (“Jangan seperti ini ayah, saya tidak mau! “Jangan seperti ini ayah, saya tidak mau! “</br>Ujar dewa ayu ratih dengan tegas kepada mertuanya yang kian merangsek disampingnya.</br>“Tidak apa apa ayu, apalagi suamimu sudah lama pergi. Saya yang akan menjaga ayu,’’</br>“walaupun demikian jangan berpikiran yang tidak pantas terhadap saya,’’</br>“saya hanya minta, ayu peduli dengan keinginan saya”</br>“Tidak ayah, jangan! Ini salah, tidak benar!”</br>“Kalau sudah berdua, tidak ada yang tak benar”</br>Laki laki yang berusia kurang lebih lima puluh tahun itu menarik nafas panjang, memperhatikan perempuan yang menunduk bersimbah air mata tanpa suara. Perempuan yang merupakan menantunya itu telah mencuri hatinya sampai setiap malam dia tak bisa tidur nyenyak…i setiap malam dia tak bisa tidur nyenyak…)
  • Kaliwat  + (“Jika tidak karena kepingin sekali dengan tuak, lebih baik aku tidur saja di rumah,” kata I Wayan Geris-Geris.)
  • Dot  + (I Luh: Iya, saya juga ingin belajar. Dewi: Nah, itu betul, agar I Luh juga tahu cara memanen padi.)
  • Ateha  + (“Made di mana, Bu? Jadi ke Badung?” tanya I Wayan. “Lah, sudah diantar oleh ayahnya!” begitu jawab Ibu.)
  • Robrobin  + (“Naungi hidup orang yang tidak punya” begitu perkataan kakek kepada saya.)
  • Risebin  + (“Sakit hati saya mendengar perkataannya yang seperti itu, tidak mau tau akan saya sakiti orang itu dengan kekuatan jahat !” begitu kata Jero Gede.)
  • Matunjel  + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
  • Keslametan  + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
  • Nganikaang  + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
  • Pangajah-ajah  + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
  • Plastike  + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
  • Awanane  + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
  • Iragane  + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
  • Tunjel  + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
  • Sesai  + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
  • Aantaran  + (Saya dapat mengantar tamu sekali saja. Sekali jalan sudah menyelesaikan banyak pekerjaan)
  • Aantaran  + (Saya dapat mengantar tamu sekali saja. Sekali jalan sudah menyelesaikan banyak pekerjaan)
  • Ka  + ("Bu, sekarang saya jadi pergi ke Klungkung")
  • Telahang  + ("Habiskan saja makanan itu" begitu kata ibu kemarin malam)
  • Runti  + ("Jahit baju saya yang robek itu dengan tangan !”, begitu kata Pak Wayan.)
  • Pait  + ("Kopi pahit saja, Dinda, Kakak dibuatkan. Itu di senyum Adinda, ambil gulanya". Wuih, apa geregetmu? Kamu tahu apa geregetku? Apa? Kemarin aku menyanyi. Terus bagaimana? Tidak dibayar!)
  • Lambihang  + ("Nggak bisa dipanjangin sedikit celananya,"Nggak bisa dipanjangin sedikit celananya, Luh? Risih sekali mata Ibu melihatnya. Itu bekas bisulmu di bokongmu kelihatan!" Měn Sribek marah melihat anaknya berpakaian tidak pantas sekali. Celana pendek sepaha, baju singlět ketat tipis seperti saringan santan, payudaranya I Luh terlihat tumpah. Kalau sebatas di dalam rumah, ia tidak akan mengurusinya. Duh... ini keterlaluan mau pergi keluar. Terlalu seperti dicungkil rasanya mata ibunya melihatnya. Baca selengkapnya di http://dictionary.basabali.org/Lambihang_-_Pendahulanionary.basabali.org/Lambihang_-_Pendahulan)
  • Sawah  + ("Sawah" mengangkat/mengungkap cerita seorang petani yang telah menolak tawaran uang banyak dari investor yang sudah mulai mengusik masyarakat setempat.)
  • Nyuh gading  + ("Saya pohon kelapa kuning. Dapat digunkan "Saya pohon kelapa kuning. Dapat digunkan obat penyucian segala macam kotoran secara spirit.</br>Karana sya adalah penjelmaan Sang Brahma_Pemebersih secala bentuk ketidaksucian, dicarnpurbunga tanjung, bunga widuri, pada bagian mulutkclapa ditulisi dengan aksara Batara Siwa. Jika adaorang kena kutukan dewa, saya berhak menyucikankembali, bcgitu pula sakit lepra. Sebelunn disucikantidak dapat disembuhkan dengan pengobatan."idak dapat disembuhkan dengan pengobatan.")
  • Pungkusan  + ("Siapa nama panggilannya sekarang pakde? Saya tidak mendengar kabarmu ternyata sudah mempunyai seorang anak" tanya Ketut pada teman lamanya)
  • Percayain  + ("Tolonglah percaya pada saya" begitu kata I Made di depan rumahnya)
  • Sau  + ((Peribahasa) Jaring ikan yang sangat rapat(Peribahasa) Jaring ikan yang sangat rapat, keranjang ikan yang longgar. Artinya jika seorang nelayan menangkap banyak ikan di jaring yang ditenun halus dan kemudian menaruhnya di keranjang anyaman yang kasar, mereka semua akan melarikan diri; jadi ini merujuk pada seseorang yang menghasilkan banyak uang tetapi menghabiskannya dengan cepat; terkadang 'jalane' atau 'pencare' diganti dengan 'saune'; ini adalah jaring lempar bundar, vs. sau, yang merupakan jaring segitiga., vs. sau, yang merupakan jaring segitiga.)
  • Iab  + ((orang) Seumur saya banyak yang sudah bersekolah.)
  • Iaban  + ((orang-orang) sebaya (seumur) dengan I Made sudah semuanya bersekolah.)
  • Ikuh  + ((pepatah) Kepalanya terlalu longgar, tetap(pepatah) Kepalanya terlalu longgar, tetapi ekornya tidak pas.</br>Mengatakan seseorang yang berjanji untuk banyak membantu, tetapi siapa yang benar-benar bekerja sehingga dia sendiri dapat untung, yaitu seseorang yang melakukan sesuatu karena dia membutuhkan sesuatu untuk dirinya sendiri, bukan karena dia ingin membantu orang lain.ukan karena dia ingin membantu orang lain.)
  • Magutuk  + ((sudah) sesuai upah dengan kepayahannya.)
  • Ngayah  + (..sehari-hari begitu saja anu saya..berjualan saja, dengan ngayah-ngayah kalau ada begitu itu di pura, ada upacara...)
  • Beten  + (..sudah ada banyak art shop-art shop, ada..ada petunjuk turun. Turun, Pak, di sana…di..di jalan di sana, turun…turun. Ee..kalau sudah jauh di bawah, ada…kalau ke selatan, Pak, ada menuju..a..Pura…e..Bukit Gundul.)
  • Endang  + (1. Baru hujan deras sekarang sudah reda. 2. Sekarang hujan sudah reda, mari kita pulang. 3. Beli, kalau hujan sudah reda, baru saya akan berangkat.)
  • Endih  + (1. Ada nyala di kebun. 2. Nyala apinya besar sekali.)
  • Endah  + (1. Ayamnya sudah berkembang biak. 2. Cepat sekali berkembang biak pohon daun ginjalnya)
  • Endahang  + (1. Biakan saja ayamnya! 2. De, kembang biakkan dulu pohon sirihnya!)
  • Emblim  + (1. Bu, Saya belum mendapat emblim. 2. Di mana memasang emblim?)
  • Es blok  + (1. Es blok dapat digunakan untuk mengawetkan mayat. 2. Ikan yang tidak laku di pasar diisi es blok.)
  • Etet  + (1. Ia memang hemat sekali. 2. Ibunya hemat sekali membelanjakan uangnya.)
  • Embok  + (1. Kakak (perempuan) saya akan menikah.)