UPGRADE IN PROCESS - PLEASE COME BACK AT THE END OF MAY

Search by property

From BASAbaliWiki

This page provides a simple browsing interface for finding entities described by a property and a named value. Other available search interfaces include the page property search, and the ask query builder.

Search by property

A list of all pages that have property "Word example text id" with value "Para Dewa dari Desa Ngis, Karangasem sudah tiba. Upacara besar di Pura Bukit Gumang tahun 2004.". Since there have been only a few results, also nearby values are displayed.

Showing below up to 26 results starting with #1.

View (previous 50 | next 50) (20 | 50 | 100 | 250 | 500)


    

List of results

  • Betarane  + (“Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, “Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, apakah kamu sudah merasa takut? Ke sana kamu sekarang, teleponlah Dewamu minta pertolongan, sudah tidak bisa lagi menolongmu sekarang,” kata raksasa itu lagi. Luh Ayu Manik saling pandang dengan Ayu Kinandari, bibirnya yang merah digigitnya tanda ia juga takut. Dua orang perempuan muda itu lalu saling berpegangan tangan.n muda itu lalu saling berpegangan tangan.)
  • Deweknyane  + (“Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, “Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, apakah kamu sudah merasa takut? Ke sana kamu sekarang, teleponlah Dewamu minta pertolongan, sudah tidak bisa lagi menolongmu sekarang,” kata raksasa itu lagi. Luh Ayu Manik saling pandang dengan Ayu Kinandari, bibirnya yang merah digigitnya tanda ia juga takut. Dua orang perempuan muda itu lalu saling berpegangan tangan.n muda itu lalu saling berpegangan tangan.)
  • Bayune  + (“Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, “Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, apakah kamu sudah merasa takut? Ke sana kamu sekarang, teleponlah Dewamu minta pertolongan, sudah tidak bisa lagi menolongmu sekarang,” kata raksasa itu lagi. Luh Ayu Manik saling pandang dengan Ayu Kinandari, bibirnya yang merah digigitnya tanda ia juga takut. Dua orang perempuan muda itu lalu saling berpegangan tangan.n muda itu lalu saling berpegangan tangan.)
  • Gutguta  + (“Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, “Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, apakah kamu sudah merasa takut? Ke sana kamu sekarang, teleponlah Dewamu minta pertolongan, sudah tidak bisa lagi menolongmu sekarang,” kata raksasa itu lagi. Luh Ayu Manik saling pandang dengan Ayu Kinandari, bibirnya yang merah digigitnya tanda ia juga takut. Dua orang perempuan muda itu lalu saling berpegangan tangan.n muda itu lalu saling berpegangan tangan.)
  • Telpun  + (“Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, “Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, apakah kamu sudah merasa takut? Ke sana kamu sekarang, teleponlah Dewamu minta pertolongan, sudah tidak bisa lagi menolongmu sekarang,” kata raksasa itu lagi. Luh Ayu Manik saling pandang dengan Ayu Kinandari, bibirnya yang merah digigitnya tanda ia juga takut. Dua orang perempuan muda itu lalu saling berpegangan tangan.n muda itu lalu saling berpegangan tangan.)
  • Awake  + (“Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, “Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, apakah kamu sudah merasa takut? Ke sana kamu sekarang, teleponlah Dewamu minta pertolongan, sudah tidak bisa lagi menolongmu sekarang,” kata raksasa itu lagi. Luh Ayu Manik saling pandang dengan Ayu Kinandari, bibirnya yang merah digigitnya tanda ia juga takut. Dua orang perempuan muda itu lalu saling berpegangan tangan.n muda itu lalu saling berpegangan tangan.)
  • Mapanganggo  + (“Help..help….please!” Bule itu berteriak-t“Help..help….please!” Bule itu berteriak-teriak kebingungan sembari tolah-toleh meminta tolong. Dari atas motor, Luh Ayu Manik melihat penjambret itu lari menuju ke barat. Seketika Luh Ayu Manik menyuruh tukang ojek yang ditumpanginya untuk berhenti. Luh Ayu Manik berubah wujud menjadi Luh Ayu Manik Mas dengan mahkota emas, berbusana serba emas. Larinya kencang sekali saat mengejar si penjambret. Keduanya lalu berkelahi di tengah jalan. Banyak orang yang menonton kejadian itu, sampai jalanan macet total. kejadian itu, sampai jalanan macet total.)
  • Palaibne  + (“Help..help….please!” Bule itu berteriak-t“Help..help….please!” Bule itu berteriak-teriak kebingungan sembari tolah-toleh meminta tolong. Dari atas motor, Luh Ayu Manik melihat penjambret itu lari menuju ke barat. Seketika Luh Ayu Manik menyuruh tukang ojek yang ditumpanginya untuk berhenti. Luh Ayu Manik berubah wujud menjadi Luh Ayu Manik Mas dengan mahkota emas, berbusana serba emas. Larinya kencang sekali saat mengejar si penjambret. Keduanya lalu berkelahi di tengah jalan. Banyak orang yang menonton kejadian itu, sampai jalanan macet total. kejadian itu, sampai jalanan macet total.)
  • Magelung  + (“Help..help….please!” Bule itu berteriak-t“Help..help….please!” Bule itu berteriak-teriak kebingungan sembari tolah-toleh meminta tolong. Dari atas motor, Luh Ayu Manik melihat penjambret itu lari menuju ke barat. Seketika Luh Ayu Manik menyuruh tukang ojek yang ditumpanginya untuk berhenti. Luh Ayu Manik berubah wujud menjadi Luh Ayu Manik Mas dengan mahkota emas, berbusana serba emas. Larinya kencang sekali saat mengejar si penjambret. Keduanya lalu berkelahi di tengah jalan. Banyak orang yang menonton kejadian itu, sampai jalanan macet total. kejadian itu, sampai jalanan macet total.)
  • Gambelan  + (Gamelan yang berada di Banjar Tengah bernama gamelan Semara Pagulingan.)
  • Tadah Kala  + (“Jangan kemana-mana jika sudah petang, nanti dimangsa bhuta kala (sejenis makhluk halus)”, begitu nenek saya memberi tahu.)
  • Nguntul  + (“Jangan seperti ini ayah, saya tidak mau! “Jangan seperti ini ayah, saya tidak mau! “</br>Ujar dewa ayu ratih dengan tegas kepada mertuanya yang kian merangsek disampingnya.</br>“Tidak apa apa ayu, apalagi suamimu sudah lama pergi. Saya yang akan menjaga ayu,’’</br>“walaupun demikian jangan berpikiran yang tidak pantas terhadap saya,’’</br>“saya hanya minta, ayu peduli dengan keinginan saya”</br>“Tidak ayah, jangan! Ini salah, tidak benar!”</br>“Kalau sudah berdua, tidak ada yang tak benar”</br>Laki laki yang berusia kurang lebih lima puluh tahun itu menarik nafas panjang, memperhatikan perempuan yang menunduk bersimbah air mata tanpa suara. Perempuan yang merupakan menantunya itu telah mencuri hatinya sampai setiap malam dia tak bisa tidur nyenyak…i setiap malam dia tak bisa tidur nyenyak…)
  • Japi  + (“Jangan seperti ini ayah, saya tidak mau! “Jangan seperti ini ayah, saya tidak mau! “</br>Ujar dewa ayu ratih dengan tegas kepada mertuanya yang kian merangsek disampingnya.</br>“Tidak apa apa ayu, apalagi suamimu sudah lama pergi. Saya yang akan menjaga ayu,’’</br>“walaupun demikian jangan berpikiran yang tidak pantas terhadap saya,’’</br>“saya hanya minta, ayu peduli dengan keinginan saya”</br>“Tidak ayah, jangan! Ini salah, tidak benar!”</br>“Kalau sudah berdua, tidak ada yang tak benar”</br>Laki laki yang berusia kurang lebih lima puluh tahun itu menarik nafas panjang, memperhatikan perempuan yang menunduk bersimbah air mata tanpa suara. Perempuan yang merupakan menantunya itu telah mencuri hatinya sampai setiap malam dia tak bisa tidur nyenyak…i setiap malam dia tak bisa tidur nyenyak…)
  • Kuuk  + (“Kuuk, sedang apa di sana?”, begitu Wayan berteriak dari jauh.)
  • Ateha  + (“Made di mana, Bu? Jadi ke Badung?” tanya I Wayan. “Lah, sudah diantar oleh ayahnya!” begitu jawab Ibu.)
  • Keslametan  + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
  • Plastike  + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
  • Awanane  + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
  • Tunjel  + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
  • Pangajah-ajah  + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
  • Sesai  + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
  • Iragane  + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
  • Nganikaang  + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
  • Matunjel  + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
  • Puja tri sandhya  + (“Umat Hindu Bali tidak memiliki 'mantra st“Umat Hindu Bali tidak memiliki 'mantra standar' untuk berdoa sehari-hari sampai tahun 1950an. Penganut Hindu Bali tidak melafalkan mantra Sansekerta—mantra adalah hak istimewa para pendeta—dan praktik keagamaan mereka hanya mengandalkan doa dalam bahasa Bali saat mempersembahkan sesaji di pura. festival dan acara khusus lainnya dalam kalender Bali. Penerbitan dua buku berisi Puja Tri Sandhya (selanjutnya disebut PTS)—serangkaian mantra Sansekerta yang dipanjatkan tiga kali sehari sebagai doa sehari-hari—pada tahun 1950-an mengubah praktik keagamaan di Bali."50-an mengubah praktik keagamaan di Bali.")
  • Puja tri sandhya  + (“Umat Hindu Bali tidak memiliki 'mantra st“Umat Hindu Bali tidak memiliki 'mantra standar' untuk berdoa sehari-hari sampai tahun 1950an. Penganut Hindu Bali tidak melafalkan mantra Sansekerta—mantra adalah hak istimewa para pendeta—dan praktik keagamaan mereka hanya mengandalkan doa dalam bahasa Bali saat mempersembahkan sesaji di pura. festival dan acara khusus lainnya dalam kalender Bali. Penerbitan dua buku berisi Puja Tri Sandhya (selanjutnya disebut PTS)—serangkaian mantra Sansekerta yang dipanjatkan tiga kali sehari sebagai doa sehari-hari—pada tahun 1950-an mengubah praktik keagamaan di Bali."50-an mengubah praktik keagamaan di Bali.")
  • Aci  + (Para Dewa dari Desa Ngis, Karangasem sudah tiba. Upacara besar di Pura Bukit Gumang tahun 2004.)
  • Aci  + (Para Dewa dari Desa Ngis, Karangasem sudah tiba. Upacara besar di Pura Bukit Gumang tahun 2004.)
  • Cemburu  + ("Jangan cemburu ya, Dev!" kata Putu Arini rada genit menggoda Dewa Raka)
  • Taji  + ("Mengambil tempat di lahan kering di Bali "Mengambil tempat di lahan kering di Bali Barat, Indonesia, tajen, istilah Bali untuk sabung ayam, mengikuti jalinan-jalinan naratif dari hiburan kuno--mengenai taji, ayam aduan, dan penyabungnya. Saat elemen-elemen tersebut menyatu dalam pertarungan berdarah, inilah drama yang sebenarnya dimulai."ah, inilah drama yang sebenarnya dimulai.")
  • Ngadu  + ("Mengambil tempat di lahan kering di Bali "Mengambil tempat di lahan kering di Bali Barat, Indonesia, tajen, istilah Bali untuk sabung ayam, mengikuti jalinan-jalinan naratif dari hiburan kuno--mengenai taji, ayam aduan, dan penyabungnya. Saat elemen-elemen tersebut menyatu dalam pertarungan berdarah, inilah drama yang sebenarnya dimulai."ah, inilah drama yang sebenarnya dimulai.")
  • Tajen  + ("Mengambil tempat di lahan kering di Bali "Mengambil tempat di lahan kering di Bali Barat, Indonesia, tajen, istilah Bali untuk sabung ayam, mengikuti jalinan-jalinan naratif dari hiburan kuno--mengenai taji, ayam aduan, dan penyabungnya. Saat elemen-elemen tersebut menyatu dalam pertarungan berdarah, inilah drama yang sebenarnya dimulai."ah, inilah drama yang sebenarnya dimulai.")
  • Manresti  + ("Menurut kepercayaan masyarakat Hindu Bali"Menurut kepercayaan masyarakat Hindu Bali, prosesi kremasi, atau ngaben, merupakan salah satu pijakan terpenting dalam kehidupan spiritual seseorang. Melalui proses kremasilah jiwa seseorang dilepaskan dari jasmaninya, hingga mencapai surga untuk bereinkarnasi."ingga mencapai surga untuk bereinkarnasi.")
  • Ngaben  + ("Menurut kepercayaan masyarakat Hindu Bali"Menurut kepercayaan masyarakat Hindu Bali, prosesi kremasi, atau ngaben, merupakan salah satu pijakan terpenting dalam kehidupan spiritual seseorang. Melalui proses kremasilah jiwa seseorang dilepaskan dari jasmaninya, hingga mencapai surga untuk bereinkarnasi."ingga mencapai surga untuk bereinkarnasi.")
  • Sawah  + ("Sawah" mengangkat/mengungkap cerita seorang petani yang telah menolak tawaran uang banyak dari investor yang sudah mulai mengusik masyarakat setempat.)
  • Nyuh gading  + ("Saya pohon kelapa kuning. Dapat digunkan "Saya pohon kelapa kuning. Dapat digunkan obat penyucian segala macam kotoran secara spirit.</br>Karana sya adalah penjelmaan Sang Brahma_Pemebersih secala bentuk ketidaksucian, dicarnpurbunga tanjung, bunga widuri, pada bagian mulutkclapa ditulisi dengan aksara Batara Siwa. Jika adaorang kena kutukan dewa, saya berhak menyucikankembali, bcgitu pula sakit lepra. Sebelunn disucikantidak dapat disembuhkan dengan pengobatan."idak dapat disembuhkan dengan pengobatan.")
  • Pungkusan  + ("Siapa nama panggilannya sekarang pakde? Saya tidak mendengar kabarmu ternyata sudah mempunyai seorang anak" tanya Ketut pada teman lamanya)
  • Dungulan  + ('Rabu (hari ke empat dari "sapta wara") kliwon (hari kelima dari "panca wara") dungulan (wuku yang ke- 11)' Maksud dari kalimat ini adalah jatuhnya hari raya Galungan.)
  • Ngorok  + ((Pepatah) Menusuk ikan teri (ikan kecil ke(Pepatah) Menusuk ikan teri (ikan kecil kecil dari laut yang biasanya dijual kering atau asin). Jika Anda menusuknya, itu tidak mengeluarkan darah. Ungkapan ini mengacu tentang seseorang yang melakukan sesuatu yang tidak menghasilkan apa yang dia ingin capai. Terutama digunakan jika seorang pria menikahi wanita kurus yang kemudian tidak memiliki bayi karena dia tidak memiliki energi yang kuat. Pria itu kecewa pada wanita itu. Biasanya mengacu pada makhluk hidup, bukan benda atau ide. pada makhluk hidup, bukan benda atau ide.)
  • Iab  + ((orang) Seumur saya banyak yang sudah bersekolah.)
  • Iaban  + ((orang-orang) sebaya (seumur) dengan I Made sudah semuanya bersekolah.)
  • Magutuk  + ((sudah) sesuai upah dengan kepayahannya.)
  • Ngayah  + (..sehari-hari begitu saja anu saya..berjualan saja, dengan ngayah-ngayah kalau ada begitu itu di pura, ada upacara...)
  • Beten  + (..sudah ada banyak art shop-art shop, ada..ada petunjuk turun. Turun, Pak, di sana…di..di jalan di sana, turun…turun. Ee..kalau sudah jauh di bawah, ada…kalau ke selatan, Pak, ada menuju..a..Pura…e..Bukit Gundul.)
  • Endang  + (1. Baru hujan deras sekarang sudah reda. 2. Sekarang hujan sudah reda, mari kita pulang. 3. Beli, kalau hujan sudah reda, baru saya akan berangkat.)
  • Endih  + (1. Ada nyala di kebun. 2. Nyala apinya besar sekali.)
  • Endah  + (1. Ayamnya sudah berkembang biak. 2. Cepat sekali berkembang biak pohon daun ginjalnya)
  • Enyit  + (1. Nyalakan pelita itu! 2. Jero Mangku sudah datang, nyalakan sudah dupa itu!)
  • Entil  + (1. Setiap Ulian (4 hari setelah) Galungan, orang-orang di Desa Batungsel membuat entil. 2. Rapi caranya membawa. 3. Nyenyak sekali tidur bayinya.)
  • Endongan  + (1. Setiap hari raya Kuningan semua humat Hindu di Bali membuat endongan. 2. Endongan terbuat dari janur. 3. Isi endongan sama dengan isi sesajen, tetapi kecil-kecil supaya cukup masuk di endongannya.)
  • Empeng  + (1. Suara keras menyebabkan telinga pekak. 2. Pekak jadinya telinganya mendengar suara sejenis ledakan yang dibuat dari bambu dan karbit.)
  • Entik  + (1. Sudah tumbuh pohon kambojanya? 2. Jagung saya sudah tumbuh. 3. Tanaman kacangnya tidak mau tumbuh karena kurang siraman (air).)