Tari Mabuang Mulan Daha merupakan jenis tarian sakral dari Tenganan Pegringsingan di Desa Tenganan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Propinsi Bali. Tari ini ditarikan oleh para gadis yang sudah melalui proses upacara menjadi Daha.
Tarian yang termasuk dalam kategori Tari Wali ini adalah tarian upacara untuk menuangkan air nira. Tari ini dibawakan oleh gadis-gadis daha sebagai tanda kehormatan terhadap Ida Sang Hyang Wisi Wasa.
Dipertunjukan sore hari pada sasih sambah atau sasih kelima dengan disesuaikan pada perhitungan kalender di Tenganan Pegringsingan. Tari Mabuang Mulan Daha adalah bagian penting dari Upacara Ngusaba Sambah yang diadakan setahun sekali selama satu bulan penuh.
Dikatakan bahwa ritual tersebut merupakan hari wafatnya Bhatara Indra. Sedangkan Tarian Mabuang Mulan Daha difungsikan sebagai pengiring kepergiannya ke surga. Ini juga berarti upacara belum bisa dianggap selesai tanpa dipertunjukannya tarian ini.
Dalam buku “Karangasem dengan Desa-desa Adatnya” karya Dewa Gede Raka disebutkan bahwa terdapat dua jenis Tari Abuang (Mabuang) yakni Tari Mabuang dan Mabuang Kala.
Tari Mabuang merujuk pada tari oleh para daha pada sasih kasa (bulan satu) di depan Bale Agung pada upacara Sabah di Subak-subak Daha. Sedangkan Tari Mabuang Kala ditarikan oleh para teruna di Bale Patemu pada Upacara Sabah di bulan ke lima atau Sasih kelima, tepatnya dimalam hari.
Istilah “Mabuang” dimaknai sebagai menuangkan air nira (tuak), “Mulan” berarti Asal, sedangkan kata “Daha” berarti Gadis yang telah dibuatkan upacara. Adapun Ngusaba Sambah adalah upacara besar Dewa Yadnya yang terjadi setiap setahun sekali di Desa Tenganan Pegringsingan.
Gamelan Sebagai Pengiring Tarian
Tari Mabuang Mulan Daha dalam pertunjukannya diiringi dengan Gambelan Selonding dan Gambelan Gambang yang mana kedua Gamelan tersebut hanya dikeluarkan untuk upacara-upacara tertentu. Jika merujuk pada buku Panitithalaning Pegambuhan, kedua gambelan pengiring tari Mabuang Mulan Daha ini termasuk pada Golongan Tua.
Gambelan Selonding diletakkan di bale Petemu Kajam, Tengah dan Kelod. Gambelan ini memakai tiga gending yaitu: Gending Pategak untuk menyemarakkan suasana, Gending Geguron sebagai pembuka upacara, dan Gending-gending untuk mengiringi tarian. Sedangkan Gambelan Gambang yang ada di Bale Agung, memakai gending Panji Marga.
Jenis-jenis instrumen yang mengiringi tari terdiri dari:
• Gong dua buah, masing-masing terdiri dari empat bilah jadi jumlahnya ada delapan.
• Kempul, masing-masing terdiri dua buah terdiri dari empat bilah jadi jumlahnya delapan.
• Peenem satu buah yang terdiri dari empat bilah.
• Peteduh satu buah yang tyerdiri dari empat bilah.
• Nyangnyang alit satui buah yang bterdiri dari delapan bilah.
• Nyangnyag ageng satu bilah yang terdiri dari delapan bilah dan satu buah ceng-ceng.
Gerak Tari Mabuang Mulan Daha
Tari Mabuang Mulan Daha memiliki komposisi tari yang terhubung erat dengan faktor iringan. Dalam hal ini terdapat beberapa frasa diantaranya :
• Frasa pertama dimulai dengan gending petegak pertanda berkumpulnya para daha.
• Frasa kedua dilanjutkan dengan gending Geguron daha-daha tersebut natagang, medauhan base.
• Frasa ketiga gending Ijang-ijang Kesumba dimulai, para daha satu-persatu berdiri membelakangi Bale
Petemu menghadap ke Timur dan maju selangkah dengan merentangkan kedua tangannya. Adapun langkah terakhir dari para daha tersebut adalah meayunan.
Sebagai salah satu tarian kuno, Mabuang Mulan Daha hadir dengan gerakan yang sangat sederhana namun penuh dengan rasa pengabdian kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa. Mula-mula kedua tangan direntangkan kesamping kanan dan kiri sejajar dengan posisi badan menghadap ke depan.
Badan diputar seperempat lingkaran ke samping kiri diikuti dengan gerakan tangan merentang dengan tangan kiri dibawa kebelakang dan tangan kanan kedepan. Arah badan kesamping kiri membentuk sudut seperempat lingkaran diikuti dengan kaki kiri silang di belakang kaki kanan.
Kemudian badan diputar seperempat lingkaran menghadap ke samping kanan dengan tangan kiri di bawa kedepan dan tangan kanan di bawa kebelakang. Gerakan ini diikuti dengan kaki kanan silang di belakang kaki kiri, dilakukan berulang-ulang sampai gending itu selesai.
Busana Tari Mabuang Mulan Daha
• Hiasan Kepala : Memakai pusungan Blesot (cara memakainya seperti pusung Gonyer. Pada bagian tengah rambut diangkat kemudian dimasukkan ke kiri di bawah rambut yang telah diangkat tadi sehingga rambut itu seperti terurai dibawa ke depan bahu. Tetapi pada bagian pangkal rambut masih melekat pada bagian tengah rambut yang terangkat tadi). Memakai hiasan satu tangkai bunga emas, porosan base dan subeng emas.
• Hiasan Muka : Hiasan muka sangat sederhana. Biasanya menggunakan bedak dan lipstik, namun terkadang ada yang sama sekali tidak memakainya dan cukup dengan mencuci muka saja. Disini make up tidak mutlak harus dipakai, yang diutamakan adalah rasa pengabdian kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa.
Dalam hal tata busana, penari menggunakan tapih (kain dalam berwarna bebas), kain sutra, anteng gringsing, sabuk dan gelang daha. Semua perlengkapan dibebankan kepada masing-masing penari. Busana tersebut disimpan dengan baik dan dapat dipergunakan lagi setiap upacara Ngusaba Sambah se-tahun sekali.
Enable comment auto-refresher