UPGRADE IN PROCESS - PLEASE COME BACK AT THE END OF MAY

Obligations in “Pada Gelahang” Marriage System from the Perspective of Balinese Customary Law

From BASAbaliWiki
Revision as of 13:40, 27 March 2021 by Desyapriliani (talk | contribs) (Created page with "{{PageSponsor}} {{ScholarsRoom |Title=Obligations in “Pada Gelahang” Marriage System from the Perspective of Balinese Customary Law |Title id=Kewajiban pada Perkawinan “...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Pic 2015 Dyatmikawati Kewajiban pada gelahang.png
Title of article (Indonesian)
Kewajiban pada Perkawinan “Pada Gelahang” dalam Perspektif Hukum Adat Bali
Title of article (Balinese)
-
Original title language
English
Title (other local language)
Author(s)
    Subjects
      Title of Journal
      Jurnal Kajian Bali (Journal of Bali Studies)
      Volume and Issue number
      5, 2
      Date of Publication
      Page Numbers
      461-480
      Link to whole article
      : https://ocs.unud.ac.id/index.php/kajianbali/article/view/16787
      Related Places
        Related Holidays
          Related Books
            Related Lontar


              Add your comment
              BASAbaliWiki welcomes all comments. If you do not want to be anonymous, register or log in. It is free.

              Abstract


              In English

              Pada Gelahang marriage is relatively a new form of marriage in traditional community (desa pakraman) in Bali. Commonly the recognized form of marriage is biasa (common) marriage (the wife left her house and joined her husband’s family) and nyentana marriage (the husband left his house and joined his wife’s family). This is the consequence of kapurusa kinship system (patrilineal) in traditional community in Bali. The form of Pada Gelahang marriage was chosen for those who could not hold biasa marriage and nyentana marriage, as each bride and groom was born as the only child in their family. Based on the results of the research, there were found that the numbers of couples who had held pada gelahang marriage were increasing year to year. Based on Balinese customary law, the couples of pada gelahang marriage conduct their responsibilities in two places (double), namely the responsibilities to the family and to her husband’s traditional village, as well the responsibilities to the family and to his wife’s traditional village.

              In Balinese

              In Indonesian

              Perkawinan pada gelahang merupakan bentuk perkawinan yang relatif baru dalam masyarakat adat di Bali (desa pakraman). Bentuk perkawinan yang umum dikenal adalah perkawinan biasa (istri meninggalkan rumah dan masuk dalam keluarga suami) dan perkawinan nyentana (suami meninggalkan rumah dan masuk dalam keluarga istri). Hal ini sebagai konsekwensi sistem kekerabatan kapurusa (patrilenial) dalam masyarakat adat di Bali. Bentuk perkawinan pada gelahang dipilih bagi yang tidak mungkin melangsungkan perkawinan biasa dan perkawinan nyen tana, karena masing-masing calon pengantin terlahir sebagai anak tunggal dalam keluarganya. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa jumlah pasangan suami istri yang melangsungkan perkawinan pada gelahang mengalami peninggakatan dari tahun ke tahun. Menurut hukum adat Bali, pasangan suami istri pada perkawinan pada gelahang melaksanakan kewajiban di dua tempat (ganda), yakni kewajiban pada keluarga dan desa pakraman suami serta kewajiban pada keluarga dan desa pakraman istri.