Summary
In English
[EN] Kakawin Arjuna Wiwaha is a modification of the historical story in the Mahabharata, especially in Wana Parwa. This Kakawin tells about Arjuna's journey to search for magic weapons from Lord Shiva. In 1019-1042 A.D., the story of this ascetic Arjuna was translated and written in the form of ancient Javanese kakawin by Mpu Kanwa. The writing of this kakawin was done during the reign of King Airlangga.
At the beginning of this kakawin there is a story about Arjuna who did a hermitage on Mount Mahameru to get blessings from Lord Indra. Then, he was seduced by two angels. But Arjuna passed the test. As a blessing, he was given a magic weapon by Lord Indra.
There is also a story when Arjuna killed demon Niwatakawaca who controlled the demigods’ realm and disturbed the peace of the demigods.
This Kakawin, although in some parts does not correspond to its original history, is very popular among the Balinese. This kakawin is the most widely quoted and studied in schools. However, as a historical reference, this kakawin is not credible because many parts have been modified. There are many parts that do not fit the Mahabharata story according to the original as written by Maharsi Wyasa. Therefore, this kakawin is classified as a literary work, not a historical epoch.
In Balinese
In Indonesian
Kakawin Arjuna Wiwaha adalah modifikasi dari kisah sejarah dalam Mahabharata, terutama dalam Adi Parwa. Kakawin ini mengisahkan perjalanan Arjuna mencari senjata sakti dari Dewa Siwa. Pada tahun 1019-1042, kisah Arjuna bertapa ini diterjemahkan dan ditulis dalam bentuk kakawin berbahasa Jawa kuno oleh Mpu Kanwa. Penulisan kakawin ini dilakukan pada masa pemerintahan Raja Airlangga.
Pada bagian awal kakawin ini terdapat kisah mengenai Arjuna yang melakukan pertapaan di Gunung Mahameru untuk mendapatkan berkat dari Dewa Indra. Kemudian, dia digoda oleh dua orang bidadari. Namun Arjuna lulus dalam pertapaan itu. Sebagai berkat, dia diberikan senjata sakti oleh Dewa Indra.
Ada juga kisah saat Arjuna membunuh raksasa Niwatakawaca yang menguasai swargaloka dan mengganggu ketenteraman para dewa.
Kakawin ini, meskipun dalam beberapa bagian tidak sesuai dengan sejarah aslinya, sangat populer di kalangan orang Bali. Kakawin ini paling banyak dikutip dan dipelajari di sekolah-sekolah. Namun demikian, sebagai rujukan sejarah, kakawin ini tidak kredibel karena banyak bagiannya dimodifikasi. Ada banyak bagian yang tidak sesuai dengan kisah Mahabharata menurut aslinya sebagaimana yang ditulis oleh Maharsi Wyasa. Karena itu, kakawin ini digolongkan sebagai karya sastra, bukan epos sejarah.
Text Excerpt
Bahasa Kawi/Kuno
om sembah ning anatha tinghalana de triloka sarana
wahya dyatmika sembahing hulun i jong ta tan hana waneh
sang lwir agni sakeng tahen kadi minyak sakeng dadhi kita
sang saksat metu yan hana wwang amuter tutur pinahayu
(Kakawin Arjuna Wiwaha 10.1)
(translated by experts)
In English
Oh my Lord, protector of the three worlds, I offer my respectful obeisance unto you from within and without. I bow down unto your lotus feet with firm faith. You are the essence of everything, as fire within wood, as clarified butter extracted from milk. You are always visible if a person constantly utter your holy names.
(Translated by experts).
In Balinese
In Indonesian
Oh Tuhan, pelindung ketiga alam. Hamba bersujud kepada-Mu dari dalam hati maupun di luar. Hamba bersujud di kaki padma-Mu dengan keyakinan penuh. Engkau adalah sari segala sesuatu, laksana api di dalam kayu dan minyak ghi dalam susu. Engkau dapat dilihat oleh mereka yang terus-menerus mengucapkan nama suci-Mu.
(terjemahan oleh ahli).
Index
Enable comment auto-refresher