In this series ‘Rejang, a Beautiful Reminder of Impermanence’, the themes of beauty, impermanence and time are explored. Tjandra Hutama has won many awards in photography competitions. It is the saturation of pictorial beauty that he encountered throughout those years that prompted this need to reflect something deeper about our perception of beauty. To remind us of its impermanence and of its limitations.
Physical beauty that is subject to decay and deconstruction is merged with representations of the spiritual and sacred. Elements that are timeless and infinite. Within the layers of Rejang images, the beauty of the dancers is merged with the textures of broken-down buildings, decaying walls, brittle wood, leaves, rust, ash and dust. Despite this, what we see is still beautiful. These textures that are introduced into the work represent the five elements known as Panca Maha-Bhuta. The elements that are the basis of all cosmic creation as believed in Hinduism.
Dalam serial ‘Rejang, Pengingat Indah dari Ketidakkekalan’ ini, tema keindahan, ketidakkekalan dan waktu dieksplorasi. Tjandra Hutama telah memenangkan banyak penghargaan dalam kompetisi fotografi. Kejenuhan keindahan bergambar yang dia temui selama tahun-tahun itu yang mendorong kebutuhan untuk mencerminkan sesuatu yang lebih dalam tentang persepsi kita tentang keindahan. Untuk mengingatkan kita akan ketidakkekalan dan keterbatasannya.
Keindahan fisik yang tunduk pada pembusukan dan dekonstruksi menyatu dengan representasi spiritual dan sakral. Elemen yang abadi dan tak terbatas. Di dalam lapis-lapis citra Rejang, keindahan para penari menyatu dengan tekstur bangunan yang roboh, dinding yang lapuk, kayu rapuh, daun, karat, abu, dan debu. Meskipun demikian, apa yang kita lihat tetap indah. Tekstur yang diperkenalkan ke dalam karya ini mewakili lima elemen yang dikenal sebagai Panca Maha-Bhuta. Unsur-unsur yang menjadi dasar dari semua ciptaan kosmis seperti yang diyakini dalam agama Hindu.
Enable comment auto-refresher