Wayang Sapuh Leger

From BASAbaliWiki
20180311 112151.jpg
Type of Performance
Wayang Kulit
Photo reference
https://www.telusurbali.com/2019/11/kisah-dibalik-pelaksanaan-sapuh-leger.html?m=1
Puppeteer
Ida Bagus Made Aring
Place of origin
Instruments
Gender Wayang
Related Books
    Underlying story
    • The Story of Bhatara Kala and Rare Kumara
    Related Holidays


    Add your comment
    BASAbaliWiki welcomes all comments. If you do not want to be anonymous, register or log in. It is free.

    Videos

    Description


    In English

    Wayang Sapuh Leger is a ritual with a shadow puppet show that aims to cleanse or purify a person.

    In Bali until now it is believed that children born in the wuku Wayang must perform a cleansing ceremony called Sapuh Leger. This is intended to avoid being chased by Kala and not being afflicted with disaster.

    It is said that two sons of Bhatara Shiva or Bhatara Guru have the same otonan, which is both born at Wuku Wayang. They are both named Bhatara Kala and Sang Hyang Rare Kumara. Long before Rare Kumara was born, Lord Shiva had given permission to Bhatara Kala to catch or prey on creatures who have the same otonan as him.

    Because his own brother had the same otonan, Bhatara Kala asked Lord Shiva for permission to eat Rare Kumara. However, Kala was asked to wait for his brother to grow up. Because Shiva was afraid of his son being eaten, Rare Kumara was cursed so that he never grew up.

    After feeling that his brother has grown up, Kala meets Rare Kumara and intends to eat him. However, on the orders of Lord Shiva, Rare Kumara was asked to run towards the Kertanegara Kingdom.

    Knowing his brother ran away, Kala chased after him. He smelled Rare Kumara's footprints and followed him and saw his little brother running. After hiding in several places, namely thick bamboo reeds, behind firewood, and a fireplace, Rare Kumara arrived at Kertanegara.

    Kertanegara was attacked by Bhatara Kala, and Rare Kumara ran until late at night when he arrived at the puppet show. The puppeteer Rare Kumara was asked to hide in the gamelan gender resonator.

    So hungry, Kala came to the puppet show and ate the offerings. Seeing this, the puppeteer reprimanded Kala to return the offerings he had eaten. Being cornered, Kala is in debt to the puppeteer and to the puppeteer, he casts a magical spell. The spell enables the dalang to free all living beings from defilements.

    The dalang then offered offerings as a substitute for the child born to Tumpek Wayang, so that Rare Kumara was safe. Rare Kumara was brought back to heaven by Lord Shiva.

    That is the brief story behind the implementation of Sapuh Leger on children born as Wuku Wayang. This story is taken from the Lontar Kidung Sapuh Leger.

    In Balinese

    In Indonesian

    Wayang Sapuh Leger merupakan sebuah drama ritual dengan sarana pertunjukan wayang kulit yang bertujuan untuk membersihkan atau menyucikan diri seseorang akibat tercemar atau kotor secara rohani.

    Di Bali hingga kini diyakini bahwa anak yang lahir pada wuku Wayang patutlah melakukan upacara lukatan atau pembersihan yang disebut sapuh leger. Hal ini dimaksudkan agar terhindar dari kejaran Kala dan tak ditimpa malapetaka.

    Dikisahkan dua orang putra Bhatara Siwa atau Bhatara Guru memiliki otonan yang sama yaitu sama-sama lahir pada Wuku Wayang. Mereka berdua bernama Bhatara Kala dan Sang Hyang Rare Kumara. Jauh sebelum Rare Kumara lahir, Dewa Siwa pernah memberikan ijin kepada Bhatara Kala untuk menadah atau memangsa makhluk yang memiliki otonan sama dengannya.

    Oleh karena adiknya sendiri memililiki otonan yang sama, Bhatara Kala meminta ijin kepada Dewa Siwa untuk memangsa Rare Kumara. Namun, Kala diminta menunggu agar adiknya tersebut besar. Karena Siwa takut putranya dimangsa, maka dikutuklah Rare Kumara sehingga tak pernah dewasa.

    Setelah dirasanya adiknya sudah dewasa, Kala menemui Rare Kumara dan bermaksud memangsanya. Namun atas perintah Dewa Siwa, Rare Kumara diminta untuk berlari menuju ke Kerajaan Kertanegara.

    Mengerahui adiknya lari, Kala mengejarnya. Ia mencium tapak kaki Rare Kumara dan mengikutinya dan dilihatlah sang adik berlari. Setelah bersembunyi di beberapa tempat yaitu rimbun bambu buluh, di balik kayu bakar, dan tungku perapian, Rare Kumara pun sampai di Kertanegara.

    Kertanegara digempur oleh Bhatara Kala, dan Rare Kumara berlari hingga saat malam ia sampai di tempat pertunjukan wayang. Oleh dalang wayang, Rare Kumara diminta bersembunyi di resonator gamelan gender.

    Saking laparnya, Kala datang ke tempat pertunjukan wayang dan memakan sesajinya. Melihat hal itu, dalang menegur Kala agar mengembalikan sesaji yang telah dimakannya. Karena terpojok, Kala pun berhutang pada dalang dan kepada dalang itu, ia berikan mantra magis. Mantra itu membuat dalang bisa membebaskan semua makhluk hidup dari kekotoran.

    Dalang kemudian menghaturkan sesaji sebagai pengganti anak yang dilahirkan Tumpek Wayang, sehingga selamatlah Rare Kumara. Rare Kumara pun dibawa kembali ke kahyangan oleh Dewa Siwa.

    Begitulah kisah ringkas yang melatarbelakangi dilaksanakannya Sapuh Leger pada anak yang lahir wuku Wayang. Kisah ini diambil dari Lontar Kidung Sapuh Leger.

    In other local languages

    Audios

    Photos

    Articles