UPGRADE IN PROCESS - PLEASE COME BACK AT THE END OF MAY

Search by property

From BASAbaliWiki

This page provides a simple browsing interface for finding entities described by a property and a named value. Other available search interfaces include the page property search, and the ask query builder.

Search by property

A list of all pages that have property "Biography text id" with value "Made Susanta Dwitanaya, lahir di Tampaksiring, 22 Juli 1987. Menempuh pe". Since there have been only a few results, also nearby values are displayed.

Showing below up to 25 results starting with #1.

View (previous 50 | next 50) (20 | 50 | 100 | 250 | 500)


    

List of results

  • Luh Putu Kirana Pratiwi  + (Luh Putu Kirana Dewi adalah dosen tetap paLuh Putu Kirana Dewi adalah dosen tetap pada Program Studi Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas Mahasaraswati Denpasar. Kirana Dewi bergelar Magister Agribisnis yang diperoleh dari Universitas Udayana pada tahun 2017. Selain mengajar, Kirana juga aktif melakukan publikasi di bidang pertanian dan keterkaitannya dengan sektor-sektor lain seperti pariwisata dan pembangunan berkelanjutan. pariwisata dan pembangunan berkelanjutan.)
  • Made Adnyana Ole  + (Made Adnyana Ole lahir di Tabanan, kini tiMade Adnyana Ole lahir di Tabanan, kini tinggal di Singaraja, Bali, sembari mengelola Mahima Institute Indonesia yang bergerak di bidang pendidikan seni dan budaya. Puisi dan cerpennya dimuat di berbagai media seperti Bali Post, Jawa Pos, Horison, dan Kompas. Buku kumpulan puisi tunggalnya “Dongeng dari Utara” (2014). Buku kumpulan cerpen tunggalnya, “Padi Dumadi” (2007) dan “Gadis Suci Melukis Tanda Suci di Tempat Suci” (2018). Sejumlah cerpennya masuk dalam buku Cerpen Pilihan Kompas.ya masuk dalam buku Cerpen Pilihan Kompas.)
  • Made Agus Janardana  + (Made Agus Janardana, S.Pd., Gr., M.Kom. alMade Agus Janardana, S.Pd., Gr., M.Kom. alias Made Oplas adalah pencipta atau creartor karya seni kreatif Wajah Plastik yang sekaligus penulis buku "Wajah Plastik; A Pigment of Imagination" (2023). Agus Janar sapaannya, lahir di Kota Singaraja, Buleleng, Bali, pada 23 Januari 1990. Pria asal Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan ini terhitung sebagai anak muda yang energinya berlebih. Orang orang mengenalnya sebagai sosok kreatif, selalu memiliki sejuta ide kreatif terlebih karena ia merupakan seorang desainer. Sejak memperkenalkan karya "Wajah Plastik"-nya, Agus Janar semakin terkenal. Ia bahkan sering diundang untuk memberikan workshop Wajah Plastik. Wajah Plastik serasa sudah menjadi warisan dalam hidupnya. Baginya, berbagi atau berbuat baik adalah misi hidupnya selanjutnya. Debut menulisnya diawali dengan menulis konten pada websitenya. Selain itu, yang membuatnya semakin suka menulis adalah membuat puisi dan kemudian dijadikan lagu.membuat puisi dan kemudian dijadikan lagu.)
  • Made Aripta Wibawa  + (Made Aripta Wibawa, lahir di Singaraja, 3 Made Aripta Wibawa, lahir di Singaraja, 3 Maret 1965. Sejak SMA telah menyukai kegiatan sastra dengan menulis puisi dan prosa. Ketika kuliah di Fakultas Hukum Universitas Mataram, NTB, ia makin suntuk menggauli dunia sastra. Dia ikut mendirikan Sanggar Sastra Mataram dan Himpunan Penulis, Penyair dan Pengarang Nusantara (HP3N) bersama seorang inisiator dan pendirinya, Putu Arya Tirtawirya. Ketika di Mataram pula ia sering jadi juri lomba baca puisi dan cerpen di Radio Suta Remaja, Sinta Rama dan Rinjani bersama kakaknya, Agoes Andika As. Puisi-puisi Aripta pernah dimuat di koran Bali Post, Nusa Tenggara, Bali Post, Karya Bakti, Simponi, Swadesi dan Merdeka. Ia juga aktif menulis di bulletin HP3N. Kini ia menjadi dosen di Universitas Bali Dwipa.a menjadi dosen di Universitas Bali Dwipa.)
  • Made Astawa  + (Made Astawa alias Dollar adalah pelukis keMade Astawa alias Dollar adalah pelukis kelahiran Gianyar, 22 Agustus 1972. Dia pernah sekolah seni di SMSR Denpasar. Sejak 2001 terlibat dalam banyak pameran bersama, seperti pameran di Tony Hogart Australia (2012), pameran MilitanArt “Land Remember “ di Santrian Galeri Sanur, Bali (2017), pameran bersama “nir (maya) rupa “ di Lv8 Resort Hotel Berawa, Badung, Bali (2018). Karya-karyanya cenderung bercorak abstrak dengan mengeksplorasi ikon-ikon kebalian. Selain sebagai pelukis, dia juga mengelola Griya Santrian Gallery dan Kaktus Art Gallery di Sanur.n Gallery dan Kaktus Art Gallery di Sanur.)
  • Made Astika  + (Made Astika lahir di Karangasem-Bali, 13 MMade Astika lahir di Karangasem-Bali, 13 Mei 1983. Studi S1 di IKIP Negeri Singaraja mengambil Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah. Semasa kuliah, sempat menjadi Ketua HMJ Jurdik BSID 2005/2006 dan Wakil Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni periode 2004/2005. Pun dipercayai menjadi Koordinator IMABSII (Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia se-Indonesia) untuk Wilayah Bali tahun 2005/2006. Menempuh studi S2 Ilmu Sastra, Universitas Gadjah Mada Tahun 2011. Tulisan-tulisan kecilnya dimuat di harian Bali Post dan Bali Orti. Sejumlah bukunya yang telah terbit adalah Sastra Lisan: Teori dan Penerapannya (Buku Ajar), Genre Teks (Buku Ajar), Sebelum Hari Jadi Menang (Antologi Prosa Liris), Historia Senja (Antologi Puisi) dan beberapa karya dalam antologi puisi bersama. Kini, ia mengajar di Universitas Pendidikan Ganesha, sekaligus menjadi Koordinator Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.di Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.)
  • Made Budhiana  + (Made Budhiana lahir di Denpasar, Bali, 27 Made Budhiana lahir di Denpasar, Bali, 27 Maret 1959. Dia belajar seni lukis di ISI Yogyakarta. Dia telah memamerkan karya-karyanya di berbagai Negara, seperti Jerman, Switzerland, Singapura, Malaysia, Australia, dan Belanda. Pernah berpameran tunggal di The Northern Territory Museum of Arts and Sciences, Darwin, Australia (1989), Cemeti Modern Art Gallery, Yogyakarta (1989), Bali Hilton, Nusa Dua (1991), Ganesha Gallery, Jimbaran (1998), dan Sika Gallery, Ubud (2001). Dia pernah meraih beragam penghargaan, di antaranya “Best Painting Bali Art Award” (1997), “Pratisara Affandi Adhi Karya” dari ISI Yogyakarta (1985 and 1986), dan sebagainya. Karya-karya Budhiana cenderung abstrak dengan memainkan garis dan warna yang penuh dengan sentuhan perasaan. Selain melukis, dia juga memiliki perhatian pada seni sastra, teater, dan musik.atian pada seni sastra, teater, dan musik.)
  • Made Degur  + (Made Degur lahir di Guwang, Sukawati, GianMade Degur lahir di Guwang, Sukawati, Gianyar, Bali, 1924. Ia adalah seorang pematung kawakan pada zamannya. Karya-karyanya banyak dikoleksi oleh kolektor dalam dan luar negeri. Tematik karyanya meliputi kisah pewayangan (Ramayana dan Mahabarata), kehidupan sehari-hari, figur manusia, dan sebagainya. Ia meninggal pada tahun 2009. Bakat seni patungnya menurun pada anaknya, I Wayan Pudja, yang terkenal dengan patung-patung bertema Garuda Wisnu Kencana. Cucunya, Ketut Windu, juga meneruskan tradisi seni patung dalam keluarganya.kan tradisi seni patung dalam keluarganya.)
  • Made Duatmika  + (Made Duatmika, lahir di Jembrana, 19 Mei 1Made Duatmika, lahir di Jembrana, 19 Mei 1970. Dia adalah pelukis lulusan ISI Denpasar. Karyanya pernah meraih Philip Morris Art Award (1998). Sejak mahasiswa, ia rajin mengikuti pameran bersama. Di antaranya adalah pameran “Angkatan 93” di Taman Budaya Bali (1996), Pameran Philip Morris Indonesia Awards di Jakarta (1998), Pameran Bersama di Gallery Hendra di Prana, Jakarta (2010), dll. Ia adalah anggota komunitas seni rupa Militanarts. Karya-karyanya cenderung menyuguhkan suasana sosial yang didominasi warna-warna cerah. sosial yang didominasi warna-warna cerah.)
  • Made Edy Arudi  + (Made Edy Arudi adalah penyair dan seorangMade Edy Arudi adalah penyair dan seorang guru PNS di SMP Negeri 2 Sukasada - Bali, kelahiran 22 Oktober 1978. Puisi-puisinya sering dimuat di koran Nasional Bali Post, karya-karya lainnya juga dapat dibaca di beberapa buku antologi puisi bersama, seperti: Klungkung: Tanah Tua Tanah Cinta (2016), Antologi Puisi 100 Penyair Nusantara “Ketika Burung-burung Itu Telah Pergi” (2016), Menemukan Kekanak di Tubuh Petuah (2016), Madah Merdu Kamadhatu (2017), Senyum Lembah Ijen (2018), dan Mengunyah Geram Melawan Korupsi (2018), dll.ngunyah Geram Melawan Korupsi (2018), dll.)
  • Made Galung Wiratmaja  + (Made Galung Wiratmaja adalah pelukis kelahMade Galung Wiratmaja adalah pelukis kelahiran Sukawati, Gianyar, Bali, 31 Mei 1972. Dia menamatkan pendidikan seni rupa di PSSRD Universitas Udayana. Sejak 1993 dia rajin menampilkan karyanya dalam banyak pameran bersama, seperti pameran “Retrospektif” di Bentara Budaya Bali (2018). Pameran tunggalnya adalah “Silent Nature” di Ganesha Gallery, Jimbaran (2007) dan “Landscapes” di Griya Santrian Gallery, Sanur (2006). Dia pernah meraih penghargaan dari Yayasan Seni Rupa Indonesia (2000), Museum Der Weltkulturen Jerman (2006) dan Mandiri Art Award (2015). Karya-karya Galung cenderung memadukan corak abstrak dan figuratif dengan permainan warna yang menawan.ratif dengan permainan warna yang menawan.)
  • Made Geremboeang  + (Made Geremboeang lahir di Mas, Ubud, Bali,Made Geremboeang lahir di Mas, Ubud, Bali, 1912. Ia meninggal tahun 1985. Ia adalah seorang pematung tersohor pada zamannya. Ia terlibat dalam gerakan Pita Maha pada era 1930-an. Menurut Rudolf Bonnet, salah seorang pendiri Pita Maha, Geremboeng adalah pemahat paling kreatif yang mencoba gaya baru. Ia memulai karirnya sebagai pembuat topeng, kemudian patung. Tema-tema patungnya berupa figur ibu dan anak, orang tua duduk, musisi, dan lain-lain. Patung-patung Geremboeang sangat langka dan mahal harganya.emboeang sangat langka dan mahal harganya.)
  • Made Gunawan  + (Made Gunawan adalah pelukis kelahiran ApuaMade Gunawan adalah pelukis kelahiran Apuan, Tabanan, Bali, 14 Juli 1973. Dia adalah lulusan seni rupa ISI Denpasar. Karya-karya mutakhirnya yang bercorak dekoratif banyak berbicara tentang ekologi yang dikaitkan dengan konsep Tri Hita Karana, hubungan harmoni manusia dengan Tuhan, dengan sesama manusia, dengan alam (hewan dan tumbuhan).</br></br></br>Sejak 1995, Gunawan aktif terlibat dalam pameran bersama, baik di dalam maupun luar negeri. Sementara itu, sejak 1999, dia telah menggelar pameran tunggal. Antara lain Pameran Sketsa dan Lukisan “Nungkalik” di rumah kos, pameran di Galery Hadiprana Jakarta (2002), “Perempuan” di Jenggala Keramik Jimbaran Bali, “Melody & Beauty From the Paradise Island di Galery Hadiprana Jakarta (2004), pameran di Montiq Galery Jakarta (2007), pameran “ Third Solo Exhibition” di Galery Hadiprana Jakarta (2008), pameran di Art Village Gallery Malaysia (2009), Tree Of Life di Hadiprana Gallery Jakarta (2014), “Garis Bali “ di AMBIENTE Jakarta (2015), Tree of Life at Hadiprana Gallery Jakarta (2018).</br></br>Gunawan juga membuat beberapa karya performing art. Antara lain, “Kursi Emas” yang dipentaskan di Taman Budaya Bali (1997). Tahun 2000, Wayang Seni Rupa Ngaben Budaya Kekerasan Kembali Ke Kosong di lapangan parker Universitas Udayana. Wayang Seni Rupa Ngaben Budaya Kekerasan Kembali Ke Kosong di Mal Ciputra Semarang Indonesia. Tahun 2001, pementasan Siluet Perempuan Kolaborasi di STSI Denpasar.</br></br></br>Penghargaan yang telah diraih Gunawan dalam seni rupa adalah Sketsa Terbaik dari STSI Dps (1997), Sepuluh Besar Karya Seni Terbaik dari STSI Dps (2001), Sebagai pemrakarsa Lukisan 1000 kotak ( Perempuan & Bunga) dari Museum Rekor Indonesia (2003).n & Bunga) dari Museum Rekor Indonesia (2003).)
  • Made 'Kaek' Dharma Susila  + (Made Kaek dengan Kata-Katanya Sendiri,.. sMade Kaek dengan Kata-Katanya Sendiri,.. sebuah biografi..Seorang seniman kontemporer yang bermukim di Banjar Palak Sukawati Bali. Lulusan hukum dan seniman otodidak. Made Kaek adalah pilar kreatif dengan kontribusi penting bagi lanskap seni rupa kontemporer Indonesia.</br></br>Kutipan "Latar Belakang dan Pendidikan</br></br>Di sekolah menengah, saya suka menggambar dan melakukan hal-hal seperti membuat seni dinding. Saya belajar di sekolah menengah biasa. Ketika tiba waktunya untuk melanjutkan studi, saya disarankan untuk pergi ke Yogyakarta untuk mengambil jurusan hukum. Jadi saya lakukan. Di Yogya saya menemukan bahwa hukum sedikit bertentangan dalam hidup saya. Mungkin dengan karakter dan persepsi saya. Tapi saya juga berpikir itu bisa menjadi sesuatu yang baik dalam hidup saya dan melanjutkan studi hukum.</br></br>Bisa dibilang saya pergi ke Yogya untuk belajar hukum tetapi di Yogya saya menjadi seniman. Saya bertemu Nyoman Gunarsa.. dia tinggal di dekat kampus dan kami sering bertemu di rumahnya. Banyak tempat berkumpulnya mahasiswa ISI Bali. Saya akan mengatakan bahwa saya menemukan diri saya yang sebenarnya di sana. Itu adalah proses yang panjang, melalui dua ekstrem. Di satu sisi, ada hukum dan di sisi lain ada seni."</br></br>Baca artikel selengkapnya tentang Made Kaek</br></br>https://sawidji.com/about-sawidji/artists-sawidji-gallery/made-kaek/sawidji/artists-sawidji-gallery/made-kaek/)
  • Made Karyana  + (Made Karyana, lahir di Batuan, Sukawati, GMade Karyana, lahir di Batuan, Sukawati, Gianyar, 28 Januari 1981. Dia menamatkan pendidikan seni di ISI Denpasar. Sejak 2005 dia rajin terlibat dalam pameran bersama, seperti Tanda Dalam Jejak, Dewangga Gallery Ubud (2006), Pameran bersama kelompok “PIJAR” di Santrian Gallery Sanur (2011), Pameran bersama Baturulangun di Museum ARMA Ubud (2012), Pameran bersama Baturulangun di Museum Puri Lukisan Ubud (2015), Pameran bersama “Amasing Think” di LV 8 Canggu (2016). Lukisan-lukisannya dibuat dengan teknik tradisional gaya Batuan, namun dengan tema-tema kekinian.a Batuan, namun dengan tema-tema kekinian.)
  • Made Kenak Dwi Adnyana  + (Made Kenak Dwi Adnyana, lahir di KintamaniMade Kenak Dwi Adnyana, lahir di Kintamani, 10 Mei 1985. Dia menamatkan pendidikan seni rupa di ISI Yogyakarta. Berbagai pameran bersama pernah diikutinya. Antara lain, pameran “One step Back” di Sono Budoyo Museum, Jogjakarta (2018), "Abstract is...?" di Bentara Budaya Bali (2017), Legenda Nusantara di KOI Galeri Kemang,Jakarta (2016), “Dari Masa ke Rasa” di ORASIS Galeri Surabaya (2015), ARTE Indonesia Art Festival 2014, di JCC Jakarta. Dia menerima penghargaan Jakarta International Art Award Nominee (2010) dan Sketsa Terbaik Angkatan 2004 dari ISI Yogyakarta. Karya-karyanya cenderung menampilkan abstraksi-abstraksi alam dengan pewarnaan yang khas.abstraksi alam dengan pewarnaan yang khas.)
  • Made Mantle Hood  + (Made Mantle Hood adalah profesor etnomusikMade Mantle Hood adalah profesor etnomusikologi, Ketua Institut Pascasarjana Etnomusikologi dan Direktur Pusat Penelitian Musik Asia-Pasifik di Universitas Seni Nasional Tainan, Taiwan (TNNUA). Beliau menjabat sebagai Ketua (2021-2025) kelompok studi ICTM PASEA. Jabatan sebelumnya adalah di Universiti Putra Malaysia (2012–2018), Melbourne University, Australia (2011–2012) dan Monash University, Australia (2005–2011). Penelitiannya saat ini meliputi ontologi suara, vokalisasi yang terancam punah, sistem tuning/laras serta musik dan keadilan sosial. Saat ini ia adalah peneliti utama dalam proyek yang didanai Kementerian Sains dan Teknologi Taiwan, 'Towards the Sustainability of Vocal Heritage di Filipina, Malaysia, dan Indonesia' (2019–2021). Ia adalah penulis 'Triguna: A Hindu-Balinese Philosophy for Gamelan Gong Gede Music' (2010) dan co-editor Music: Ethics and the Community (2015).or Music: Ethics and the Community (2015).)
  • Made Monog  + (Made Monog lahir di Banjar Kedaton, DenpasMade Monog lahir di Banjar Kedaton, Denpasar, 17 Juli 1920. Ia adalah seniman tari dan dramatari. Namanya dikenal lewat perannya sebagai Walunateng Dirah dalam dramatari Calonarang. Ia sangat piawai dan berkharisma saat memerankan tokoh legendaris itu. Ia juga piawai dalam menari Baris dan Arja.</br></br>Minat Monog pada dunia seni telah tumbuh sejak kanak-kanak. Ia belajar menari Baris pada Guru Sriada di Banjar Gemeh, Denpasar. Ia juga belajar pada Pekak Kredek (ayah Prof. Dr. I Made Bandem) dan Made Kengguh asal Singapadu, Gianyar. Namun sebelum itu, ia telah menguasai tari kecak saat bergabung dengan Sekaa Janger Banjar Kedaton.</br></br>Setelah belajar tari Baris dan Penasar, ia pun menekuni dramatari Calonarang yang tergolong sakral dan angker. Seorang penari Calonarang tak cukup hanya mengandalkan kepiawaian menari secara fisik, tapi juga ketangguhan batin. Seorang penari Calonarang harus mampu lolos dari ujian gaib dan ilmu hitam. Terlebih lagi bila penari Calonarang memerankan tokoh-tokoh penting, seperti Pandung, Dirah, Rangda.</br></br>Semangat ngayah (bakti) dan kearifan hidup dalam berkesenian sering ditularkannya kepada murid-muridnya yang tersebar di berbagai daerah di Bali. Monog selalu berpesan kepada generasi penerus kesenian Bali agar berkesenian dengan dasar bakti. Bali agar berkesenian dengan dasar bakti.)
  • Made Muliana  + (Made Muliana alias Bayak adalah perupa konMade Muliana alias Bayak adalah perupa kontemporer Indonesia yang berasal dari Bali. Dia lahir di Gianyar, 27 Juni 1980. Dia menempuh pendidikan seni rupa di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar pada 1999 hingga 2005. Selain melukis di kanvas, dia juga membuat mural, menggelar seni pertunjukan, bermain musik, dan aktif dalam gerakan penyelamatan lingkungan. Sebagai salah satu bentuk kepeduliannya pada lingkungan, dia banyak mengolah sampah plastik menjadi karya seni rupa. </br></br>Bayak telah banyak menggelar pameran seni rupa, baik di dalam maupun luar negeri. Pameran tunggalnya, antara lain Art For Artists Sake (Sika Gallery Ubud, 2008), Artists Don’t Lies (Griya Santrian Gallery Sanur, 2012), Plasticology Reissue (Arys Warung Ubud, 2013).</br></br>Penghargaan seni rupa yang pernah diraihnya, antara lain: Top 20 Finalist of Nokia Art Award 2000, Top 20 Finalist of Nokia Art Award 2001, Finalis Bazaar Art Award 2010, Top 20 Sovereign Art Price 2013 at Espace Louis Vuitton Singapore.ce 2013 at Espace Louis Vuitton Singapore.)
  • Made Panti Geg  + (Made Panti Geg lahir di Banjar Panti, SanuMade Panti Geg lahir di Banjar Panti, Sanur, Denpasar, 17 Juli 1905. Ia menekuni seni patung sejak 1935. Ia adalah seorang pematung kaliber nasional dan internasional. Ia meninggal pada tanggal 12 Juni 1987.</br></br>Panti lahir dari keluarga seniman. Kedua orang tuanya adalah seniman dan pembuat payung (pajeng) tradisional pada zaman Kerajaan Badung. Pada mulanya Panti bekerja sebagai petani. Kemudian menemukan dan menggali bakatnya dalam seni patung dengan berguru kepada Anak Agung Made Gede dari Jeroan Grenceng di Banjar Grenceng, Denpasar. </br></br>Panti terkenal dengan patung-patung realis sosok tokoh nasional dan internasional, seperti Mahamat Gandhi, Rabindranath Tagore, Jendral Gatot Subroto, Jendral Soekamto, seniman tari Mario. Namun ia juga menggarap patung-patung bertema kehidupan sehari-hari. Presiden Pertama RI, Soekarno, sering memesan patung kepada Made Panti untuk pajangan istana kepresidenan, seperti Istana Merdeka, Istana Tampaksiring, Istana Bogor. Dalam proses pembuatannya hampir semua patung itu meniru model orang yang diambilnya dari para kenalan, sanak keluarganya, atau tetangganya sendiri. </br></br>Karya Made Panti yang monumental dan mendapat pujian dari Soekarno adalah patung Gajah Mada yang dipasang di Pusat Pendidikan dan Latihan Brigade Mobile (Brimob) di Watukosek, Porong, Jawa Barat. Patung setinggi 6 meter dan lebar 4 meter itu diresmikan oleh Soekarno tahun 1959.r itu diresmikan oleh Soekarno tahun 1959.)
  • Made Rema  + (Made Rema lahir di Desa Mas, Ubud, 1945. IMade Rema lahir di Desa Mas, Ubud, 1945. Ia adalah seorang pematung. Ia belajar seni patung pada Ida Bagus Nyana dan Ida Bagus Tilem. Sebagai seorang pematung, jiwa Rema sudah menyatu dengan kayu. Ia selalu memikirkan kayu bahkan terbawa-bawa hingga ke alam mimpi. Ia berusaha menemukan rahasia apa yang diberikan kayu untuk diwujudkan menjadi patung. Itu yang membuat karya-karya Rema terasa berjiwa, terkesan hidup. Itu pula yang menyebabkan karya-karya Rema banyak diminati dan dikoleksi kolektor mancanegara. Rema telah memamerkan karya-karyanya di dalam dan luar negeri. Misalnya pameran bersama "Leha-lehah" di Bidadari Art Gallery, Mas-Ubud, Bali." di Bidadari Art Gallery, Mas-Ubud, Bali.)
  • Made Somadita  + (Made Somadita lahir di Tabanan, Bali, Mei Made Somadita lahir di Tabanan, Bali, Mei 1982. Ia lulusan Institute Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Kegemarannya melukis telah tumbuh sejak kanak-kanak. Karya-karyanya pernah ditampilkan dalam pameran bersama maupun tunggal. Pameran tunggalnya antara lain “Animals in Love”, Valentine Willie Fine Art, The Chedi, Ubud, Bali (2002), “Sketsa Drawing, Animal in Love”, Paros Gallery, Sukawati, Bali (2006), “Natural Beauty #1” di Ganesha Gallery, Four Season Resort, Jimbaran, Bali (2012). Sedangkan pameran bersama yang pernah diikutinya antara lain “Di Persimpangan”, Museum of Fine Art and Ceramic, Jakarta (2013), “Kita, ECCA Galery, Manila, Pilipina (2012), Pameran Berdua ‘’Wild Journey”, Pongnoi Community Art Space, Chiang Mai, Thailand (2012), “Tomorrow Maybe, Aleaaa, Coletive, Beudoulin, Reunion, France (2011), “Entitas Nurani II”, Art Centre, Bali (2011), “Super Hero”, Hanna Art Space, Ubud, Bali (2010), “Encounter”, Hanna Art Space, Ubud, Bali (2009), “ART Malaysia”, Mid Valley Exhibiton Centre, Kualalumpur (2008), “Wajah-Wajah”, Universitas Passau, German (2007), “Back to the Nature”, Retro Fine Art, Sanur, Bali (2005), “Enemy”, Gallery Sembilan Ubud Bali (2004), “Girgirmanuk”, Hotel Radin, Sanur, Bali, (2003).rmanuk”, Hotel Radin, Sanur, Bali, (2003).)
  • Made Sugianto  + (Made Sugianto lahir di Tabanan, Bali, 19 AMade Sugianto lahir di Tabanan, Bali, 19 April 1979. Dia menulis sastra berbahasa Bali dan Indonesia. Pada 2009 dia mendirikan penerbit Pustaka Ekspresi yang banyak menerbitkan buku-buku sastra berbahasa Bali dan Indonesia. Selain itu dia juga membuat majalah Ekspresi, Kukuh TV, dan menjadi wartawan.</br></br>Karya-karyanya yang telah terbit, antara lain Bikul (2010), Preman (2010), Sundel Tanah (2010), Bunga Valentine (2011), Sentana (2011), Meong Garong (2012), Sing Jodoh (2013), Sentana Cucu Marep (2014), Ratna Tribanowati (2014), Ki Baru Gajah (2015). Pada 2012 dia meraih Hadiah Sastra Rancage untuk bidang jasa pengembangan sastra Bali modern dan 2013 untuk novel berbahasa Bali berjudul Sentana.</br></br>Kini dia mengabdi di desanya di Kukuh, Marga, Tabanan, sebagai perbekel (lurah). Marga, Tabanan, sebagai perbekel (lurah).)
  • Made Sukada  + (Made Sukada, lahir di Denpasar, 23 April 1Made Sukada, lahir di Denpasar, 23 April 1938. Selain sebagai sastrawan dan penulis, ia adalah dosen Bahasa dan Sastra Indonesia di Fakultas Sastra (kini FIB) Universitas Udayana, Bali. Ia adalah tamatan pascasarjana Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (1982). Ia telah menulis sastra sejak SMP, dimuat di berbagai media cetak lokal dan nasional, seperti Bali Post, Kompas, dll. Buku-bukunya yang telah terbit adalah Beberapa Aspek tentang Sastra (1987), Pembinaan Beberapa Kritik Sastra Indonesia: Masalah Sistematika Analisis Struktur Fiksi (1987 dan 1991), Sebuah Ilusi (puisi; 1971), Matahari Pagi yang Hilang (esai; 1971), Perkembangan Sastra Nasional di Bali (1972), Sekelumit tentang Drama (1973), dan sebagainya. Ia pernah menjadi ketua Lembaga Seniman Indonesia-Bali (Lesiba). Selain itu, ia juga pernah bekerja sebagai redaktur budaya Harian Suluh Marhaen (kini Bali post).aya Harian Suluh Marhaen (kini Bali post).)
  • Made Susanta Dwitanaya  + (Made Susanta Dwitanaya, lahir di TampaksirMade Susanta Dwitanaya, lahir di Tampaksiring, 22 Juli 1987. Menempuh pendidikan seni rupa di Undiksha, Singaraja. Mulai menulis dan mengurasi pameran seni rupa sejak masa kuliah pada 2009. Kemudian pada 2013 dia bergabung dalam Gurat Institute, sebuah lembaga independent yang bergerak di bidang kuratorial., riset, dan pendokumentasian seni rupa dan budaya visual di Bali. Hingga kini aktif mengurasi sejumlah pameran seni rupa, antara lain pameran seni rupa Megarupa (2019). Bersama Gurat Institute dia terlibat dalam penulisan beberapa buku tentang seni rupa, seperti Lempad for the World (2014). Pada tahun 2017 dia menjadi salah satu penulis seri buku pusaka seni rupa tentang enam seniman Indonesia yang digagas Dirjen Kesenian Kamendikbud Indonesia.gas Dirjen Kesenian Kamendikbud Indonesia.)
 (Made Susanta Dwitanaya, lahir di Tampaksiring, 22 Juli 1987. Menempuh pe)
  • Made Taro  + (Made Taro lahir di Bali dan selalu menyukaMade Taro lahir di Bali dan selalu menyukai cerita tradisional, permainan, dan lagu anak-anak. Dia telah menjadi story teller sejak 1973 dan telah tampil di Indonesia, Darwin, Pretoria dan di Ubud Writers’ and Readers’ Festival.</br>Made Taro sangat bersemangat untuk mempromosikan permainan tradisional dan percaya bahwa terlibat dalam permainan tersebut mengajarkan anak-anak pelajaran berharga seperti kesabaran, menghormati orang lain dan menjauhkan mereka dari masalah. Selama 35 tahun terakhir ia telah menjalankan Kukuruyuk, sebuah kelompok anak-anak berusia 8 – 12 tahun, di mana ia mendidik anak-anak melalui cerita dan permainan tradisional seperti gasing (pemintalan atas) dan mecungklik (permainan dengan bambu). Made telah bekerja dengan anak-anak kurang mampu dan kurang mampu di seluruh Indonesia. Made percaya bahwa bermain itu penting bagi anak-anak, dan karena itu ia memasukkan permainan dan permainan dalam pertunjukan Storytelling-nya. Sesi mendongengnya juga mencakup nyanyian dan iringan perkusi tradisional. Ia telah menulis lebih dari 30 buku tentang permainan tradisional, lagu anak-anak, dan cerita rakyat. Sebagai penerima banyak penghargaan sebagai guru, pelestari budaya, pendongeng dan penulis yang luar biasa, ia baru-baru ini dianugerahi Anugerah Kebudayaan (Medali Kebudayaan) yang bergengsi dari Presiden Republik Indonesia pada tahun 2009.</br>https://sisf.bookcouncil.sg/2012/pages/storyteller-made.html</br></br>Pada 2019, di usianya yang ke-80, ia menerima Lifetime Achievement Award dari Ubud Writers and Readers Festival.rd dari Ubud Writers and Readers Festival.)
  • Made Wianta  + (Made Wianta adalah seorang perupa berkelasMade Wianta adalah seorang perupa berkelas internasional yang lahir di Apuan, Tabanan, Bali, 20 Desember 1949. Dia adalah lulusan ISI Yogyakarta. Pada tahun 1976, ia belajar seni Eropa ke Brussels, Belgia, sembari mengunjungi galeri-galeri dan museum kesenian. Karya-karyanya telah dipamerkan di berbagai negara, antara lain Amerika, Perancis, Belanda, Italia, Singapura, dan sebagainya. Karya-karyanya berjumlah ribuan, berupa sketsa, drawing, grafis, lukisan, patung, bahkan puisi-rupa. Sebagian dari karya tersebut didokumentasikan dalam beberapa buku, di antaranya adalah “Made Wianta” (1990), “Made Wianta: Universal Balinese Artist” (1999), “Made Wianta: Art and Peace” (2000), “Wild Dogs in Bali: The Art of Made Wianta” (2005). Made Wianta meninggal pada tanggal 13 November 2020.a meninggal pada tanggal 13 November 2020.)
  • Michael White (Made Wijaya)  + (Made Wijaya lahir dengan nama Michael WhitMade Wijaya lahir dengan nama Michael White di Sydney, Australia. Dia tiba di Bali pada tahun 1973, setelah melompat dari kapal dan berenang ke darat di tengah hujan badai. Seorang mahasiswa arsitektur, pertama-tama ia bermaksud kunjungan itu sebagai istirahat sejenak dari studinya, tetapi ketertarikannya dengan budaya dan tradisi Bali yang kaya membuatnya pindah dengan keluarga Brahman di Bali Selatan. Setelah berbagai pekerjaan mengajar tenis dan bahasa Inggris, bekerja sebagai pemandu wisata dan jurnalis foto, ia mulai berkontribusi pada buku panduan sebelum diminta untuk mendesain taman Oberoi Bali yang legendaris.</br>Lebih dari 600 taman kemudian, Wijaya adalah perancang taman tropis terkenal di dunia yang perusahaannya, P.T. Wijaya Tribwana International, memiliki tim pengrajin dan "komando taman" yang beranggotakan 500 orang. Dia melakukan perjalanan antara pangkalannya di Bali dan Singapura, India, Spanyol, Maroko, Hawaii, Australia, dan Meksiko untuk menenun sihirnya.</br></br>Sebagai otoritas yang diakui di taman tropis dan arsitektur Asia Tenggara, ia telah menerbitkan lima buku, The Complete Stranger in Paradise; Arsitektur Bali: Menuju Ensiklopedia; Desain Taman Tropis (Archipelago Press dan Wijaya Words, 1999); Di Rumah di Bali (Abbeville Press, 2000); dan Arsitektur Bali – Buku Sumber Bentuk Tradisional dan Modern (Archipelago Press dan Wijaya Words, 2002). Dia juga berkontribusi pada Tropical Asian Style dan merupakan penulis utama buku panduan saku ke Bali.</br></br>Kolom tanda tangannya "Stranger in Paradise–Diary of an expatriate in Bali" di (www.strangerinparadise.com) dan majalah bulanan Hello Bali dan Jakarta Post untuk lebih tepatnya) dan majalah "Poleng" dan juga sangat dicintai di seluruh negeri</br></br>Made Wijaya meninggal dunia pada 28 Agustus 2016.jaya meninggal dunia pada 28 Agustus 2016.)
  • Made Wiradana  + (Made Wiradana lahir di Denpasar, 27 OktobeMade Wiradana lahir di Denpasar, 27 Oktober 1968. Dia tamatan Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia, Yogyakarta. Sejak 1989 dia telah menggelar pameran bersama di dalam maupun luar negeri. Sedangkan pameran tunggalnya, antara lain “Imajinasi Purba” (Yogyakarta, 1999), “Bentuk-bentuk Purba” (The Chedi, Ubud, 2000), “Deklarasi Seni Akhir 2001” (ARMA Museum, Ubud, 2001), “Kanvas itu Bulat” (Mon Décor Gallery, Jakarta, 2003), “Global Convention on Peace”(Asoka Hotel, Belgia, 2004), “Art of Wiradana” (Bidadari Gallery, Ubud, 2005), “Bali is My Life” (2006), “Eksodus Binatang” (Srissasanti Gallery, Jakarta, 2009), “Enjoy” (Ambiente Gallery, Jakarta, 2010), “Sensibility Line” (Griya Santrian Gallery, Sanur, 2018).ne” (Griya Santrian Gallery, Sanur, 2018).)
  • I Wayan Langgeng  + (Mangku Bajra bernama asli I Wayan LanggengMangku Bajra bernama asli I Wayan Langgeng, lahir di Sanur Kaja, 1 Juli 1963. Ia adalah seorang pemangku yang bertugas memimpin dan menuntaskan (memuput) upacara Panca Yadnya. Sebelum menjadi mangku, ia pernah menjadi guru bahasa Bali dan Agama Hindu di sebuah SD di Sanur. Pada masa remajanya, ia suka bermain teater atau drama dan menulis puisi. Puisi-puisinya pernah dimuat di Bali Post Minggu. Selain itu, ia juga gemar menulis lontar. Karena kegemarannya menulis dan membaca lontar, ia paham tentang ilmu pengobatan tradisional Bali (usada). Selain menjadi mangku, ia adalah pinisepuh adat di Sanur Kaja.u, ia adalah pinisepuh adat di Sanur Kaja.)
  • Mangku Jenggo  + (Mangku Jenggo lahir di Dusun Umanyar, DesaMangku Jenggo lahir di Dusun Umanyar, Desa Ababi, Kec. Abang, Karangasem, Bali, 1963. Ia tidak punya data pasti tentang hari kelahirannya. Ia adalah seniman patung yang belajar secara otodidak. Karya-karya patungnya cenderung bergaya primitif yang menampilkan kesan magis. Menggunakan alat-alat sederhana, ia memahat batu-batu lahar Gunung Agung apa adanya dengan mengikuti tekstur batu dan naluri seninya. Sejumlah karyanya dikoleksi oleh galeri, seniman, dan pencinta seni. Sebagian karyanya tersebar di halaman rumahnya yang sejuk. Selain pematung, ia juga seorang pemangku di desanya.tung, ia juga seorang pemangku di desanya.)
  • Mangku Mura  + (Mangku Mura (1920-1999) bernama asli I WayMangku Mura (1920-1999) bernama asli I Wayan Mura, dilahirkan di Banjar Siku, Desa Kamasan, Klungkung, Bali. Ia adalah maestro seni lukis wayang Gaya Kamasan. Ia juga dikenal sebagai pemangku atau pemimpin upacara Hindu di banjarnya. Selain keterampilan melukis, ia juga ahli membuat peralatan ritual dari perak, namun tidak ia kembangkan. Ia lebih tertarik melukis. Ia belajar melukis pertama kali pada Kak Lui. Kemudian ia menimba ilmu melukis kepada seniman dari Banjar Sangging, Kamasan, di antaranya Pan Ngales, Wayan Kayun, Nyoman Dogol dan Pan Seken.</br></br>Pada tahun 1971-1972, Mangku Mura bertemu dengan Profesor Anthony Forge yang melakukan penelitian tentang lukisan Bali di Desa Kamasan. Mangku Mura menjadi informan utama dan mitra dalam penelitian tersebut. Berkat penelitian itu, seni lukis Kamasan dikenal luas hingga mancanegara. </br></br>Lukisan Mangku Mura banyak menghiasi bangunan-bangunan keagamaan di Banjar Siku. Selain itu juga dikoleksi oleh beberapa galeri dan museum di Indonesia dan luar negeri. Pada tahun 1960-an, ia terlibat dalam proyek renovasi Kerta Gosa di Klungkung, dibawah pimpinan Pan Seken. Pada tahun 1980-an, Mangku Mura memamerkan lukisannya di Italia. Pada tahun 1988, ia mendapat tugas dari Pemerintah Indonesia untuk melukis peta dunia berukuran besar, yang ditampilkan sebagai mural di paviliun Indonesia di World Expo di Brisbane, Australia. Luas lukisan yang dikerjakannya adalah 1.300 meter persegi. Selain adegan tradisional, lukisan itu juga memuat gambar turis Australia di Bali. Pada tahun 2011, Mangku Mura secara anumerta menerima anugerah dari Pemerintah Indonesia atas pelestarian dan pengabdiannya pada bidang seni lukis Gaya Kamasan.</br></br>Bakat melukis Mangku Mura menurun kepada anaknya, yakni Nyoman Kondra dan Mangku Muriati. Bahkan, Mangku Muriati sejak dini membantu ayahnya melukis dan dididik menjadi seniman. Mangku Muriati juga menempuh pendidikan seni di Universitas Udayana, Denpasar. Selain itu, Muriati juga melanjutkan tugas ayahnya sebagai seorang pemangku.an tugas ayahnya sebagai seorang pemangku.)
  • Mangku Muriati  + (Mangku Muriati lahir di Klungkung, Bali, 1Mangku Muriati lahir di Klungkung, Bali, 1967. Dia adalah seniman perempuan Bali yang melukis dengan gaya tradisional klasik Kamasan. Gaya Kamasan adalah bentuk estetik dari lukisan yang menggunakan cerita pewayangan seperti wayang kulit, kebanyakan dari epos Mahabrata dan Ramayana.</br></br>Mangku Muriati adalah anak perempuan Mangku Mura (1920-1999), salah satu tokoh pelukis Kamasan. Sejak kecil ia mengikuti ayahnya melukis dengan mewarnai lukisan khas wayang di Desa Kamasan, Klungkung. </br></br>Kemudian dia kuliah di Program Studi Seni Rupa dan Desain (PSSRD), Universitas Udayana Denpasar, Bali dan setelah lulus kembali melukis gaya Kamasan di rumahnya. Jumlah seniman perempuan yang menekuni lukisan gaya Kamasan tak sebanyak laki-laki.</br></br>Pada 1990 saat berusia 32 tahun, Muriati menjadi pemimpin ritual atau Pemangku di pura, tempat suci di tempat tinggalnya, Banjar Siku, Kamasan.</br></br>Kamasan adalah satu-satunya desa di Bali di mana bentuk seni tradisional ini belum digantikan oleh gaya baru. Walau setia dengan tradisi seni rupa klasik Kamasan, dalam karyanya ia juga menyinggung perkembangan sosial dan politik di Bali. </br></br>Murniati memilih tinggal di rumahnya di Banjar Siku, bukan Banjar Sangging yang menjadi tempat berkarya pelukis Kamasan pada umumnya. Ia dinilai sudah membuktikan bisa menggerakkan banjarnya karena karyanya dipesan dan dikoleksi banyak pihak dari dalam dan luar negeri.i banyak pihak dari dalam dan luar negeri.)
  • Manila Ayupijaya  + (Manila Ayupijaya adalah staf pemerintah di bidang sumber daya manusia yang saat ini sedang bertugas di Dinas Ketenagkerjaan dan Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Bali.)
  • PERSAINGAN PERDAGANGAN ONLINE  + (Maraknya bisnis online merupakan wabah yanMaraknya bisnis online merupakan wabah yang di cemaskan oleh para pelaku pedagang offline, karena bisnis online merupakan suatu tren baru di dunia usaha saat ini. Gaya hidup pada saat ini yang sedang trending di masyarakat berkaitan dengan kegiatan berbelanja. Melalui pertumbuhan toko online dan situs jual beli menawarkan begitu banyak kemudahan bagi calon konsumen karena bisa berbelanja melalui media online seperti handphone. Kemudahan serta keamanan dalam bisnis online semakin membantu perkembangan dan pertumbuhan bisnis online di indonesia maupun juga yang ada di bali. Penjual dan pembeli dapat melakukan transaksi jual beli tanpa harus bertemu langsung, dimana pembeli tidak perlu susah payah datang ke toko untuk melihat dan membeli apa yang mereka cari, hanya tinggal melihat barang yang diinginkan melalui internet kemudian memesan barang sesuai pilihan dan mentransfer uangnya dan kemudian barang tersebut akan dikirim oleh toko online tersebut kerumah.</br></br>Perdagangan online bisa merugikan perdagangan ofline karena berbelanja di toko online lebih murah dibandingkan dengan berbelanja di toko offline sedangkan berbelanja di toko offline menekan biaya operasional yaitu sewa tempat, biaya pegawai, dan biaya pajak toko. Dampak dari bermunculannya toko online belakangan ini sebagian kalangan dianggap menjadi ancaman bagi toko offline. Berbagai pusat berbelanjaan dirasakan cukup sepi sehingga banyak pedagang berpendapat sepinya penjualan disebabkan oleh banyaknya konsumen yang memilih untuk melakukan berbelanja secara online.</br></br>Menurut saya pemerintah harus menegaskan dengan cara menaikan pajak kepada pedagang online dan membatasi pedagang agar tidak semua produk yang bisa di jual secara online. Jika seperti itu,pedagang online dan pedagang offline sama sama jalan artinya tidak merasa tersaingi satu sama lain.nya tidak merasa tersaingi satu sama lain.)
  • Maria Matildis Banda  + (Maria Matildis Banda lahir di Bajawa, NgadMaria Matildis Banda lahir di Bajawa, Ngada, NTT, 29 Januari 1960. Ia adalah seorang sastrawan dan dosen Sastra di Universitas Udayana. Menyelesaikan pendidikan S3 Bidang Kajian Budaya di Universitas Udayana tahun 2015. Ia menerima berbagai penghargaan lomba cipta sastra, antara lain cerpen, novel, dan naskah drama. Menerbitkan novel “Bugenvil di Tengah Karang” (Grasindo Jakarta, 2001), “Rabies” (Care Internasional, 2002/2003), “Surat-Surat dari Dili” (Nusa Indah Ende 2005), “Suara Samudra” (Kanisius, 2017), dan “Bulan Patah” (Kanisius, 2022), dan lain-lain. Ia pernah mengikuti Sandwich Like Program KTLV dan Universitas Leiden, Leiden, Belanda (2011). Ia juga menjadi narasumber Lota Script in Ende Flores dalam International Workshop on Endangered Scripts of Island Southeast Asia pada Februari – Maret 2014 di Tokyo University, Jepang. Selain novel, ia juga menulis cerpen, drama radio drama panggung, puisi, cerita anak, dan dongeng. Sejak tahun 2001 ia dikenal sebagai kolumnis Parodi Situasi di Pos Kupang, terbit berkala telah mencapai 750 judul. Ia menerima penghargaan dari Wanita Penulis Indonesia (WPI) atas dedikasi dan perhatiannya terhadap perkembangan sastra di NTT (2010).erhadap perkembangan sastra di NTT (2010).)
  • Mas Ruscitadewi  + (Mas Ruscitadewi, lahir di Kesiman, DenpasMas Ruscitadewi, lahir di Kesiman, Denpasar. Lulusan sarjana Sastra Jurusan Arkeologi dan Magister Filsafat Hindu. Sejak sekolah dasar aktif menulis puisi, cerpen dan drama. Karya sastranya terkumpul dalam buku “Hana Bira”, cerpennya terkumpul dalam buku “Penari Sanghyang” (Bahasa Indonesia), “Luh Jalir” (Bahasa Bali), naskah dramanya dalam buku “Rumah Bunga” dan “Nyanyian Hitam” (monolog), serta terkumpul dalam beberapa buku kumpulan puisi dan cerpen bersama</br></br>Mas Ruscitadewi mempelajari Arkelogi, Filsafat, dan Keagamaan di Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar.</br></br>Ia juga mengajar anak-anak penderita virus HIV/AIDS di Yayasan Kerti Praja, dan seorang Kurator untuk Gelar Seni Bali Mandara Nawanatya, sebuah rangkaian acara seni sepanjang tahun.</br></br>Selain menulis puisi, lagu, dan cerita pendek, Ruscitadewi mengajar filsafat dalam bentuk teater kepada narapidana yang telah dijatuhi hukuman mati di Penjara Kerobokan.ijatuhi hukuman mati di Penjara Kerobokan.)
  • Perbaikan jalan  + (Masalah Jalan desa sembung Mengwi rusak terus terjadi kecelakaan,saya memberi usulan yang akan menjadi pemimpin Bali tolong perbaiki jalan yang di desa saya)
  • PIKOBET LALU LINTAS RING KABUPATEN BADUNG  + (Masalah lalu lintas di Kabupaten Badung: Masalah lalu lintas di Kabupaten Badung:</br></br>1. Kemacetan Lalu Lintas yang Parah : Kabupaten Badung, terutama daerah pariwisata seperti Kuta, sering kali dilanda kemacetan yang parah. Peningkatan jumlah wisatawan domestik dan internasional serta kendaraan pribadi yang tidak seimbang dengan perkembangan infrastruktur jalan menjadi penyebab utama kemacetan ini. Situasi ini tidak hanya mengganggu mobilitas penduduk setempat, tetapi juga merugikan sektor pariwisata, karena wisatawan menghabiskan waktu yang lebih lama di jalan daripada menikmati destinasi wisata.</br></br>2. Infrastruktur Jalan yang Kurang Memadai : Meskipun terdapat upaya untuk memperbaiki infrastruktur jalan di Kabupaten Badung, namun masih banyak jalan-jalan yang sempit, tidak rata, dan tidak mampu menampung volume kendaraan yang tinggi. Selain itu, kurangnya trotoar dan jalur khusus untuk pejalan kaki serta sepeda menyulitkan mobilitas yang ramah lingkungan dan berpotensi mengakibatkan kecelakaan.</br></br>3. Tingkat Pengendara Sembrono yang Tinggi: Fenomena pengendara sembrono, seperti parkir sembarangan, melanggar rambu-rambu lalu lintas, dan melakukan manuver berbahaya, menjadi masalah serius di Kabupaten Badung. Tingkat kesadaran akan aturan lalu lintas dan etika berlalu lintas yang rendah tidak hanya membahayakan keselamatan pengguna jalan lainnya, tetapi juga memperburuk keadaan kemacetan dengan menciptakan hambatan tambahan di jalan.</br></br>4. Dampak Negatif terhadap Lingkungan dan Kesehatan: Kemacetan lalu lintas juga berdampak negatif pada lingkungan dan kesehatan masyarakat. Polusi udara akibat gas buang kendaraan bermotor meningkat, mengancam kualitas udara dan kesehatan penduduk setempat. Selain itu, tingginya tingkat stres yang dialami oleh pengemudi dalam situasi kemacetan juga dapat berkontribusi pada masalah kesehatan mental.</br></br>Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya yang terkoordinasi antara pemerintah daerah, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya. Perlu dilakukan investasi lebih lanjut dalam pembangunan infrastruktur jalan yang memadai, peningkatan sistem transportasi publik, penegakan aturan lalu lintas yang ketat, serta kampanye penyadaran masyarakat tentang pentingnya berlalu lintas dengan aman dan tertib.nya berlalu lintas dengan aman dan tertib.)
  • Suara Harapan Masyarakat  + (Masalah Lingkungan Diantaranya : 1. KebeMasalah Lingkungan </br>Diantaranya :</br></br>1. Kebersihan, Karena Bali merupakan Daerah Tujuan Wisata Dunia. Diperlukan karakter Pemimpin Bali yang mau memprioritaskan kebersihan di seluruh Bali .</br></br>2. Masalah Kemacetan Lalu lintas, Jalan Lintas Propensi adalah prioritas dan Trotoarisasi disepanjang jalan karena Banjir merupakan faktor utama penyebab kumuhnya Bali karena lingkungan menjadi rusak . </br></br>3. Masalah Lapangan Pekerjaan karena banyaknya Pengangguran berpendidikan di Bali yg kurang mendapat perhatian pemerintah .</br></br>4. Gubernur kedepan agar memprioritaskan pengenalan kemiskinan dengan mendorong dan memperluas beasiswa miskin memotong rantai kemiskinan dengan cara setiap Keluarga miskin harus ada seorang sarjana yang dibantu lewat beasiswa pemerintah. </br></br>5. Stop exploitasi Pura di seluruh Bali untuk Tujuan Wisata dan melarang wisatawan asing dan domestik masuk ke areal Pura .n asing dan domestik masuk ke areal Pura .)
  • Suara Harapan Masyarakat  + (Masalah Lingkungan Diantaranya : 1. KebersMasalah Lingkungan Diantaranya :</br>1. Kebersihan, Karena Bali merupakan Daerah Tujuan Wisata Dunia .Diperlukan karakter Pemimpin Bali yang mau memprioritaskan kebersihan di seluruh Bali .</br></br>2. Masalah Kemacetan Lalu lintas, Jalan Lintas Propensi adalah prioritas dan Trotoarisasi disepanjang jalan karena Banjir merupakan faktor utama penyebab kumuhnya Bali karena lingkungan menjadi rusak . </br></br>3. Masalah Lapangan Pekerjaan karena banyaknya Pengangguran berpendidikan di Bali yg kurang mendapat perhatian pemerintah .</br></br>4. Gubernur kedepan agar memprioritaskan pengenalan kemiskinan dengan mendorong dan memperluas beasiswa miskin memotong rantai kemiskinan dengan cara setiap Keluarga miskin harus ada seorang sarjana yang dibantu lewat beasiswa pemerintah. </br></br>5. Stop exploitasi Pura di seluruh Bali untuk Tujuan Wisata dan melarang wisatawan asing dan domestik masuk ke areal Pura .n asing dan domestik masuk ke areal Pura .)
  • Polusi Plastik Dan Pemanasan Global  + (Masalah lingkungan yang kita hadapi saat iMasalah lingkungan yang kita hadapi saat ini mencakup berbagai hal, mulai dari deforestasi hingga polusi plastik dan pemanasan global. Solusi untuk mengatasi masalah ini memerlukan tindakan bersama yang komprehensif. Penting untuk mengurangi emisi karbon dengan beralih ke sumber energi terbarukan, menggalakkan daur ulang dan penggunaan produk ramah lingkungan, serta melindungi habitat alami melalui upaya konservasi dan penghijauan. Selain itu, pendidikan yang lebih luas tentang perlindungan lingkungan dan kebijakan yang mendukung praktik ramah lingkungan juga diperlukan. Melalui kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, dan individu, kita dapat menciptakan perubahan positif yang diperlukan untuk menjaga keberlangsungan lingkungan bagi generasi mendatang.sungan lingkungan bagi generasi mendatang.)
  • Sampah dan ekosistem  + (masalah paling mendesak yang harus ditangamasalah paling mendesak yang harus ditangani oleh para calon pemimpin Bali. Bali menghadapi tantangan serius terkait peningkatan sampah plastik, kerusakan ekosistem, dan perubahan iklim. Para pemimpin masa depan harus memprioritaskan kebijakan yang mendukung kelestarian alam dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Tanpa tindakan segera, keindahan dan keanekaragaman alam Bali mungkin terancam hilang, meninggalkan warisan yang kurang gemilang bagi generasi mendatang. Mari bersama-sama berkomitmen untuk melestarikan Bali demi keberlanjutan dan kebahagiaan bersama. Terima kasih.tan dan kebahagiaan bersama. Terima kasih.)
  • Pikobet Peplajahan ring Sisya Tuli  + (Masalah Pendidikan Peserta Didik Tuli OM Masalah Pendidikan Peserta Didik Tuli</br></br>OM Swastyastu,</br>‘OM Ano Bhadrah Kratavo Vyāntu Vicva Taḥ’</br>“Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru.”</br></br>Bapak/Ibu calon pemimpin Bali.</br></br>Pendidikan merupakan bekal awal untuk meraih cita-cita. Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan sesuai dengan Pasal 31 Ayat 1 UUD 1945 yakni setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Warga negara yang dimaksud adalah setiap orang tanpa kecuali, laki-laki, perempuan, anak-anak, dewasa, lansia, dan disabilitas. Pemerolehan hak pendidikan memang menjadi tanggung jawab semua pihak. Orang tua wajib memberikan pendidikan dasar kepada anaknya. Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan oleh pemerintah melalui Dinas Pendidikan, baik pendidikan umum, khusus maupun inklusif. Sekarang pertanyaannya, apakah pemerintah sudah memberikan akses yang layak untuk disabilitas? Jawabannya ternyata belum saudara-saudara. </br></br>Saya mengajak saudara-saudara untuk berfokus pada disabilitas Tuli. Selama ini banyak sekali hambatan yang dirasakan teman Tuli saat melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi karena akses yang tidak tersedia dengan layak. Kampus menerima mahasiswa Tuli, namun tidak menyediakan akses yang sesuai, sehingga mereka tidak bisa belajar dengan baik. Faktor penyebab lain adalah penggunaan SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) di jenjang pendidikan dasar dan menengah. SIBI membingungkan bagi peserta didik Tuli dan bukan budaya Tuli. SIBI dibuat oleh orang dengar yang menggunakan pola kosa kata bahasa Indonesia sehingga Tuli tidak dapat memahami konteks yang dibahas. Menurut Ade Wirawan, seorang aktivis Tuli di Bali, pemakaian SIBI yang dipaksakan mengakibatkan terjadinya Deprivasi Bahasa yang berdampak pada tidak berkembangnya kognitif anak dan mahasiswa Tuli.</br></br>Solusi dari pemakaian SIBI yang dipaksakan ialah dengan menggunakan Bisindo (Bahasa isyarat Indonesia) yang merupakan bahasa alami yang muncul dan berkembang di komunitas Tuli. Bisindo merupakan representasi budaya Tuli sehingga sangat diperjuangkan oleh komunitas, organisasi dan aktivis Tuli. Terkait penggunaan Bisindo di satuan pendidikan, pemerintah sudah berperan dalam pendidikan Tuli dengan dikeluarkannya PP No. 13 Tahun 2020 tentang akomodasi yang layak bagi peserta didik penyandang disabilitas, khususnya untuk disabilitas rungu wicara atau Tuli yang tertera pada Pasal 15. Berikutnya Surat Edaran dari Direktorat Jendral Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus pada tanggal 23 September 2021, tentang penggunaan Bisindo secara luas di satuan pendidikan khusus komunitas tunarungu atau Tuli di lingkungan masyakrakat luas. PP No. 13 Tahun 2020 maupun surat eadaran diatas sudah sesuai dengan UU No. 8 Tahun 2016 tentang disabilitas. Namun pelaksanaanya belum berjalan sesuai dengan tujuannya. Banyak yang belum memberikan akomodasi yang layak untuk peserta didik ataupun guru yang menguasai bahasa isyarat secara kompleks. </br></br>Hal-hal yang sepatutnya calon pemimpin Bali wujudkan demi kesetaraan akses pendidikan secara mumpuni bagi peserta didik Tuli adalah:</br>1. Pemerintah wajib melakukan penyesuaian kurikulum sesuai dengan kebutuhan Tuli.</br>2. Memberikan pengenalan disabilitas Tuli kepada guru di tingkat sekolah dasar untuk menjadi pedoman agar bisa memberikan pengajaran dengan cara yang tepat. </br>3. Memberikan pelatihan peningkatan kemampuan bahasa isyarat yang kompleks dan pemahaman linguistik bahasa isyarat bagi guru.</br>Calon pemimpin Bali, mari bersama-sama atasi masalah hambatan pendidikan ini, lalu benahi segera. Kalau tidak, rantai masalah ini akan terus mengakar dan melahirkan hambatan yang semakin kompleks. Pemilu adalah ajang yang tepat untuk membenahi masalah yang sebetulnya sudah lama terjadi.</br> </br>Bapak/Ibu calon pemimpin Bali apakah anda orang yang tepat? Apakah anda mampu melakukan pendekatan dengan komunitas Tuli? Bisakah Anda memenuhi tuntutan dari masyarakat Tuli?</br></br>OM Shantih Santhi Santhi OMyarakat Tuli? OM Shantih Santhi Santhi OM)
  • Kebersihan wilayah Bali  + (Masalah sane harus di tanggapi oleh calon Masalah sane harus di tanggapi oleh calon pemimpin Bali inggih punika . sepatutnyane irage dados calon pemimpin ring Bali,mengajak masyarakat Bali untuk memilah sampah ,mangde ten ngawag ngentungan sampah demi keasrian wilayah Bali puniki sampah demi keasrian wilayah Bali puniki)
  • PIKOBET WISATAWAN ASING SANE LEMPAS SARENG TATANITI NORMA LAN TRADISI KRAMA BALI SARENG NGERUSAK CITRA PARIWISATA BALI  + (Masalah Wisatawan Asing Yang Melakukan TinMasalah Wisatawan Asing Yang Melakukan Tindakan – Tindakan Menyimpang Yang Bertentangan Dengan Norma dan Tradisi Masyarakat Serta Mencoreng Citra Pariwisata Bali</br></br> Om Swastyastu. Yang Terhormat bapak dan ibu dewan juri.Serta para permirsa yang saya cintai dan saya banggakan.</br> Yang pertama mari kita menghaturkan puja dan puji syukur kehadirat Ida Sang Hyang Widi Wasa karena atas limpahan anugrah dari beliau kita semua dapat berkumpul disini dalam acara Wikithon Partisipan Publik Bali Berorasi.Pada kesempatan yang baik ini izinkan saya menyampaikan pidato atau orasi yang berjudul “Masalah Wisatawan Asing Yang Melakukan Tindakan – Tindakan Menyimpang Yang Bertentangan Dengan Norma dan Tradisi Masyarakat Serta Mencoreng Citra Pariwisata Bali”.</br>Kita semua pasti sudah mengetahui bahwa Bali kaya akan tradisi, budaya, dan spiritual warisan leluhur yang masih terus dijaga dan dipertahankan. Faktor tersebut menjadikan Bali sebagai pilihan bagi wisatawan lokal maupun mancanegara untuk berkunjung.. Tentu hal ini dapat mendongkrak ekonomi masyarakat Bali yang sangat bergantung pada sektor pariwisata.Akan tetapi hal ini justru menjadi masalah tersendiri karena wisatawan asing yang datang ke Bali tentu membawa kebiasaan dan etika dari negaranya yang sudah tentu berbeda jauh dengan kebiasaan dan etika masyarakat Bali. </br>Seiring dengan berjalannya waktu,di wilayah perkotaan maupun berbagai pelosok daerah akhir – akhir ini,banyak ditemui berbagai macam penyimpangan norma seperti norma adat dan norma kesopanan yang dilakukan oleh oknum-oknum wisatawan terutama turis mancanegara. Hal ini membuat masyarakat Bali menjadi resah, adapun tindakan yang menyimpang tersebut dimulai dari turis asing yang membawa sepeda motor ke jalan raya secara ugal – ugalan sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan. Selain itu banyak tempat spiritual juga tak luput dari tindakan nyeleneh yang dilakukan oleh oknum wisatawan mancan negara, salah satunya yang baru – baru ini terjadi yaitu WNA asal Korea Selatan yang melakukan pengerusakan sarana upacara di Pura Goa Raja Besakih , serta banyak oknum turis yang malah duduk diatas palinggih ( bangunan suci ). Banyak wisatawan asing yang berwisata ke tempat spiritual tanpa didampingi guide ( pemandu wisata ) sehingga banyak dari mereka bertindak sembarangan.</br>Seperti kasus pada waktu lalu,yang dilakukan oleh turis asal Rusia,dimana pada saat berada di puncak gunung agung,dia bertindak tak senonoh,yang menimbulkan adanya kontra,dan juga menjadi salah satu faktor pertimbangan Pemda Bali untuk menutup akses pendakian gunung yang ada di Bali. Tindakan – tindakan menyimpang yang kini marak dilakukan oleh oknum turis asing menjadi keresahan tersendiri bagi masyarakat, hal tersebut karena dapat mencoreng citra Bali yang dikenal sebagai Pulau Dewata serta berdampak pada ekonomi masyarakat yang selama ini bergantung pada sektor pariwisata.</br>Atas berbagai permasalahan tersebut tentu siapapun yang nanti kelak terpilih sebagai pemimpin bali di 2024 mendatang, saya berharap mampu mengambil keputusan dan tindakan tegas bagi para wisatawan mancan negara yang berlibur ke Bali untuk mencegah terulang kembali tindakan – tindakan menyimpang yang meresahkan masyarakat, tanpa menyebabkan perekonomian di sektor pariwisata menjadi berkurang,mengingat perekonomian masyarakat Bali sangat bergantung di sektor pariwisata. Mari bersama wujudkan Jagad Bali yang aman dan tentram sebagai destinasi wisata dunia.an tentram sebagai destinasi wisata dunia.)
  • Tepasin luu plastik ring bali  + (Masalah yang harus ditangani oleh calon peMasalah yang harus ditangani oleh calon pemimpin Bali adalah sampah di Bali. Seperti yang kita lihat di lingkungan sekitar masih banyak ada sampah yang berserakan di jalan, di sungai, dan juga di selokan. Jika sampah di selokan tersebut tidak dibersihkan maka akan membuat selokan penuh sampah dan pada saat musim hujan akan menyebabkan banjir karena tidak ada jalan air.</br></br>Calon pemimpin Bali harus tegas kepada masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Sampah yang paling utama harus ditangani adalah sampah plastik. Sampah plastik di TPA sudah membludak. Sampah plastik tersebut jika tertanam di tanah akan membuat tanaman tidak mendapatkan air yang baik. Apalagi jika plastik tersebut dibakar maka akan menyebabkan polusi. Calon pemimpin Bali harus menangani masalah sampah ini. Mungkin pemimpin yang terpilih bisa membuat sebuah perkumpulan atau pelatihan mendaur ulang sampah plastik. Yang awalnya sampah plastik menjadi kerajinan seperti bunga dari plastik bekas, tempat pensil, pot bunga, dan yang lainnya. Kerajinan tersebut bisa dijual dan masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan bisa menghasilkan uang. </br></br>Solusi tersebut mungkin bisa membantu mengurangi sampah di Bali, dan sekaligus membantu pemerintah terkait masalah sampah. Calon pemimpin Bali harus memperhatikan lingkungan sekitar agar tetap bersih dan asri.kungan sekitar agar tetap bersih dan asri.)
  • Lingkungan dan ekonomi bali  + (Masalah yang paling mendesak di Bali saat Masalah yang paling mendesak di Bali saat ini termasuk pengelolaan lingkungan, pariwisata berkelanjutan, dan ketidaksetaraan ekonomi. Para calon pemimpin perlu fokus pada solusi yang mempromosikan pembangunan yang seimbang dan berkelanjutan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.esejahteraan masyarakat secara menyeluruh.)
  • Pariwisata dan Kebersihan Lingkungan  + (Masalah: pariwisata dan kebersihan lingkuMasalah: pariwisata dan kebersihan lingkungan</br></br>Siapa yang tidak mengenal pariwisata di Bali, seluruh dunia tau akan itu. Tetapi siapa juga yang tidak tau jika kebersihan masih menjadi masalah besar Bali di masa ini. Bali sekarang mulai tertutup sampah, sampah ada dimana mana. Semua orang membenci sampah bahkan sampai tidak ada yang memperdulikannya lagi. Kita ambil satu contoh di kawasan pantai Kuta. Pantai Kuta sudah tercatat sebagai pantai terkotor. Banyak sampah sampah yang berserakan di pantai tersebut seperti sampah plastik, ranting ranting, limbah yang terbawa ke pesisir pantai, bukan hanya pantai Kuta pantai Seminyak, Legian, dan Jimbaran juga akan kena imbas dari sampah tersebut. Jika tidak ditangani ini akan menjadi dampak buruk bagi wisatawan maupun warga warga lokal sekitar. Sesuai Peraturan Gubernur Provinsi Bali Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai. Peraturan ini harus lebih di perketat karena makin kesini semua mulai melanggarnya, Jadi harus kita antisipasi sebelum nanti akan berdampak pada perekonomian di Bali terutama sektor pariwisata. Agar Bali tetap dikenal karena Keindahannya bukan karena "SAMPAHNYA".ena Keindahannya bukan karena "SAMPAHNYA".)
  • Mario Blanco  + (Master Muda kami Mario Blanco, anak kedua Master Muda kami Mario Blanco, anak kedua dari pelukis terkenal Antonio Blanco, lahir di Ubud - Bali pada tanggal 4 Juli 1962. Ia tumbuh dikelilingi seni dan lukisan sejak kecil. Waktu Mario kecil, ayahnya mengajak ke studionya di Campuan, mengenalkan hasrat seni padanya. Mario menggambar lukisan minyak pertamanya ketika ia hanya berumur lima tahun hingga pada saat menjelang dewasa ia memilih untuk belajar seni di Universitas Udayana hingga tamat belajar.</br></br>Inspirasi seni Mario ditakdirkan berasal dari dua sumber. Ayahnya yang dari spanyol mengenalkan teknik seni eropa, dan bakat seni tradisionalnya yang diturunkan dari ibunya Ni Ronji, seorang penari Bali terkenal. Mario mengembangkan kedua hal tersebut secara intensif melalui lukisannya yang memperlihatkan secara jelas preferensinya pada gaya impresionistik romantis.</br></br>Sebagai seorang anak dari "Blanco yang tersohor", Mario harus menghadapi tantangan berat, sejalan dengan meluruhnya pengaruh seni sang ayah, bakatnya mulai tampak pada lanskap luas dimana visi pribadinya mengenai kebudayaan Bali makin berkembang.mengenai kebudayaan Bali makin berkembang.)