UPGRADE IN PROCESS - PLEASE COME BACK AT THE END OF MAY

Search by property

From BASAbaliWiki

This page provides a simple browsing interface for finding entities described by a property and a named value. Other available search interfaces include the page property search, and the ask query builder.

Search by property

A list of all pages that have property "Biography text id" with value "I Putu Sukreta Suranta lahir di Klungkung, 11 April 1938. Ia adalah seor". Since there have been only a few results, also nearby values are displayed.

Showing below up to 25 results starting with #1.

View (previous 50 | next 50) (20 | 50 | 100 | 250 | 500)


    

List of results

  • I Made "Romi" Sukadana  + (I Made “Romi” Sukadana, lahir di Denpasar,I Made “Romi” Sukadana, lahir di Denpasar, 22 Januari 1973. Dia menamatkan pendidikan seni rupa di ISI Denpasar. Sejak 1993 dia telah aktif dalam banyak pameran bersama, seperti “Horizon”, Maya Gallery, Sanur (2019), “On Fire” Kaktus Art Space, Sanur (2018), “Magic of Bali”, Ira Kitzki art Gallery, Frankfurt Germany (2014), “Hidden Code” Mayya Gallery, Frankfurt, Jerman (2013). Pameran tunggalnya, antara lain “Sides of Woman” di Paros Gallery, Sukawati, Bali (2001), “Dialogue with the Reality” di Kamandalu Resort, Ubud (2007), “Sebuah Nama” di Ten Fine Art, Sanur (2009), “Hidden Connection” di Ayucious Socialite House, Denpasar (2012), “Hidden Connection III” Tryst’s Resto Kemang, Jakarta (2013). Karya-karya Romi menunjukkan keberagaman tematik dan aliran namun selalu mengandung cita rasa tersendiri. Dia mampu melukis realis dengan baik, namun juga bisa melukis abstrak yang mengesankan.uga bisa melukis abstrak yang mengesankan.)
  • I Nengah Jati  + (I Nengah Jati lahir di Banjar Sama Undisan, Desa Jehem, Bali, 5 Oktober 1990. Buku puisinya bertajuk “Silunglung” (Pustaka Ekspresi, 2018). Karya-karyanya juga dimuat di Suara Saking Bali.)
  • I Ngurah Suryawan  + (I Ngurah Suryawan, dilahirkan di Denpasar I Ngurah Suryawan, dilahirkan di Denpasar Bali 25 Februari 1979. Pendidikan formal ditempuhnya di Jurusan Antropologi Fakultas Sastra Universitas Udayana Bali (2006) dengan skripsi berjudul “Bertutur Di Balik Senyap: Studi Antropologi Kekerasan Pembantaian Massal 1965-1966 di Kabupaten Jembrana, Bali.” Pendidikan Magister diselesaikannya di Program Magister Kajian Budaya Program Pascasarjana Universitas Udayana (2009) dengan tesis berjudul “Bara di Tepi Kuasa: Genealogi Kekerasan dan Pergolakan Subaltern di Kabupaten Buleleng Bali.” Pendidikan Doktor diselesaikan di Program Ilmu-ilmu Humaniora (Antropologi) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (2015) dan menulis disertasi yang berjudul “Siasat Elit Mencuri Kuasa Negara di Papua Barat”. Program penelitian pascadoktoral dimulainya dari tahun 2016-2017 tentang ekologi budaya orang Marori dan Kanum di Merauke, Papua dalam skema ELDP (Endangered Languages Documentation Programme) dan Australian National University (ANU). Menjadi peneliti tamu di KITLV (Koninklijk Instituut voor taal-, Land- en Volkenkunde), Universiteit Leiden 2017 – 2018 untuk menulis penelitiannya tentang terbentuknya elit kelas menengah di pedalaman Papua. Bukunya tentang Papua diantaranya adalah: Jiwa yang Patah (2014), Mencari Sang Kejora: Fragmen-Fragmen Etnografi (2015), Papua Versus Papua: Perpecahan dan Perubahan Budaya (2017), Suara-Suara yang Dicampakkan: Melawan Budaya Bisu (2017), Ruang Hidup yang Redup: Gegar Ekologi Orang Marori dan Kanum di Merauke, Papua (2018), Kitong Pu Mimpi: Antropologisasi dan Transformasi Rakyat Papua (2018), Mencari Bali yang Berubah ( 2018).(2018), Mencari Bali yang Berubah ( 2018).)
  • I Nyoman Darma Putra  + (I Nyoman Darma Putra adalah guru besar SasI Nyoman Darma Putra adalah guru besar Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia. He menyelesaikan pendidikan doktor di School of Languages and Comparative Cultural Studies, University of Queensland, tahun 2003, di mana dia juga melakukan Postdoctoral Program dari 2007-2009.</br></br>Selain mengajar sastra dan budaya di FIB Unud, Darma Putra juga mengajar bidang pariwisata di Program Magister (S2) dan Program Doktor (S3) Pariwisata Universitas Udayana. Darma pernah menjadi Ketua Program Studi S-2 Pariwisata tahun2014-Februari 2018. Minat penelitiannya meliputi sastra Indonesian, sastra Bali, dan pariwisata</br></br>Bersama Michael Hitchcock, dia menerbitkan buku Tourism, Development and Terrorism in Bali (Aldershot: Ashgate, 2007), sedangkan buku karyanya sendiri adalah s A literary Mirror; Balinese Reflections on Modernity and Identity in the Twentieth Century (Leiden: KITLV Press, 2011).</br></br>Dia menerbitkan sejumlah artikel di jurnal internasional bereputasi seperti Asian Ethnicity, Indonesia and the Malay World, Current Issues in Tourism, The Journal of Hindu Studies, and Tourism Geographies.</br></br>Sejak 2011, dia menjadi ketua editor Jurnal Kajian Bali (akreditasi Sinta-2)or Jurnal Kajian Bali (akreditasi Sinta-2))
  • I Nyoman Darma Putra  + (I Nyoman Darma Putra mengajar sastra IndonI Nyoman Darma Putra mengajar sastra Indonesia di Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Udayana (Bali) dan merupakan guru besar di School of Language and Cultures, University of Queensland. Dia adalah penulis A cermin sastra: refleksi Bali pada modernitas dan identitas di abad kedua puluh (KITLV/Brill, 2011).s di abad kedua puluh (KITLV/Brill, 2011).)
  • I Nyoman Ekaputra, S.Sos M.AP  + (I Nyoman Ekaputra S.Sos M.AP lahir pada taI Nyoman Ekaputra S.Sos M.AP lahir pada tanggal 1 Juni 1965 di Denpasar. Bertempat tinggal di Br. Pengukuh, Peguyangan Kangin, Denpasar Utara, Bali, Indonesia. Beliau berprofesi sebagai PNS juga menjadi Pemangku disalah satu pura di Peguyangan dan membantu jika ada yang membutuhkan bantuan untuk tulisan nyastra Aksara Bali serta membina anak - anak di pasraman desa. Pendidikan terakhir beliau yakni di Universitas Ngurah Rai Bali jurusan Magister Administrasi Publik.Bali jurusan Magister Administrasi Publik.)
  • I Nyoman Kaler  + (I Nyoman Kaler lahir pada tahun 1892 di DeI Nyoman Kaler lahir pada tahun 1892 di Desa Pamogan, Kecamatan Denpasar Selatan . Ayahnya I Gde Bakta adalah seorang seniman serba bisa pada zamannya. Sang ibu, Ni Ketut Taro, juga memiliki seni Kakeknya, I Gde Salin, kemudian darah ayahnya sendiri merupakan guru tari dan tabuh yang punya nama. Kaler sendiri berguru kepada kakek dan ayahnya, yang nantinya mewariskan padanya tari nandhir, baris kupu-kupu, sisia Calonarang, wayang wong, dan parwa. Kaler tak pernah mengenyam pendidikan formal, sebab seingatnya, sampai tahun 1900 di Denpasar belum dibuka sekolah-sekolah. Namun kemampuannya baik baca tulis aksara Bali maupun huruf Latin tak bisa diragukan. Kepandaian ini didapat dari pendidikan non-formal di sela-sela kesibukannya memperdalam seni tari dan tabuh. Dalam penguasaan tari dan tabuh pagambuhan ia sempat dididik oleh I Gusti Gede Candu, I Made Sariada, I Made Nyankan. semuanya dari Denpasar, dan I Made Sudana dari Tegal Taniu. Pada tahun 1918, dalam usia 26 tahun, I Nyoman Kaler memperdalam tari Legong Kraton pada gurunya, Ida Bagus Boda dari Kaliungu Klod, Denpasar. Tahun 1924 memperdalani tari dan tabuh pada Anak Agung Rai Pahang dari Sukawati. Gianyar. Kaler sangat terkesan pada gurunya yang satu ini. Cara mengajar gurunya yang luar biasa itu meinungkmkan Nyoman Kaler memahami seluk-beluk dan gerak tari dengan mendalam. Kaler pun menjadi murid kesayangan karena bakatnya yang mengagumkan. Sampai-sampai sang guru menganugerahkan seekor kuda pada murid yang rajin ini. Kaler menguasai hampir seluruh perangkat gambelan Bali dan memahami betul semua gending-gending pegongan, gender, angklung, semar pagulingan, dan sebagainya. Dari pengetahuan yang dimiliki maka Nyoman Kaler telah mulai mengajar sejak tahun 1918.ler telah mulai mengajar sejak tahun 1918.)
  • I Nyoman Loka Suara  + (I Nyoman Loka Suara adalah pelukis kelahirI Nyoman Loka Suara adalah pelukis kelahiran Bali, 13 Februari 1970. Dia menempuh pendidikan seni rupa di ISI Denpasar. Sejak 1993 aktif dalam berbagai pameran bersama, antara lain Pameran kelompok Palet di Come Out festival Australia (1998), Beijing International Art Biennale, China (2015), Asian Art Biennale II, Hongkong (2017). Dia juga terbagung dalam Komunitas Seni Rupa Militant Arts. Karya-karya Loka banyak menampilkan figur-figur berwajah murung dengan teknik distorsif. Leher figurnya dibikin panjang seperti jerapah sehingga memunculkan kesan yang unik pada lukisannya.munculkan kesan yang unik pada lukisannya.)
  • I Nyoman Mayartayasa  + (I Nyoman Mayartayasa alias Man Ata adalah I Nyoman Mayartayasa alias Man Ata adalah penulis buku cerita “Luh Ayu Manik Mas” (buku 4 – 6). Sejak kanak ia telah gemar menggambar, melukis, membuat kartun, mengarang cerita anak-anak. Ia terus mengolah bakatnya hingga kini. Ia juga membuat ilustrasi dan desain untuk buku cerita anak-anak. Ia tamatan Universitas Warmadewa, Bali.k. Ia tamatan Universitas Warmadewa, Bali.)
  • Nyoman Ngendon  + (I Nyoman Ngendon (1920-1947) adalah pelukiI Nyoman Ngendon (1920-1947) adalah pelukis yang berasal dari Banjar Dentiyis, Batuan, Sukawati, Gianyar. Dia pertama kali belajar melukis gaya wayang Kamasan dari Dewa Nyoman Mura pada tahun 1930-an awal. Dia termasuk tokoh berpengaruh dalam seni lukis Batuan dan memiliki banyak murid. Dia fasih berbahasa Melayu, Belanda, dan Inggris. Pada masa pendudukan Jepang, dia pergi ke Yogyakarya, dan bertemu dengan Soekarno, Affandi, Soedjojono, dan ikut bergabung dalam Persagi. Selain dikenal sebagai pelukis, dia adalah sosok gerilyawan di bawah pimpinan I Gusti Ngurah Rai untuk turut mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Dia ditangkap tentara Nica di Ketewel, disiksa dan dihukum mati.</br></br></br>Ngendon memang sosok pelukis Batuan yang cerdas dan sangat gelisah untuk mengembangkan diri dalam seni lukis. Selain melukis dengan gaya Batuan, Ngendon memang banyak melukis potret dengan teknik modern. Ngendon juga sosok guru melukis yang sangat idealis dan visioner. Bagi Ngendon, setiap murid harus mampu menggambar bentuk-bentuk yang berbeda, tidak hanya menjiplak hal-hal yang sudah ada. Ngendon melahirkan generasi pelukis Batuan yang mampu menggali dan mengembangkan tematik secara kuat.ali dan mengembangkan tematik secara kuat.)
  • I Nyoman Pidada  + (I Nyoman Pidada alias Dadap, lahir di SukaI Nyoman Pidada alias Dadap, lahir di Sukawati, Gianyar, Bali, 1942. Ia adalah seorang pelawak dan pemain drama gong kawakan. Ia biasa berperan sebagai punakawan bernama Dadap berpasangan dengan Kiul. Dadap sangat enerjik, sementara Kiul sangat lambat dan cenderung pemalas. Nama “Dadap” sangat populer pada masa kejayaan drama gong di Bali era 1980-an hingga 1990-an. Ia bermain drama bersama kelompok (sekaa) drama gong “Bintang Bali Timur” yang sangat terkenal pada masanya. Dengan hiasan wajah dan kostum yang khas dan lucu, lawakan dan banyolannya dalam drama gong selalu ditunggu-tunggu penggemarnya dan sangat menghibur masyarakat pada masa itu. Selain bermain drama gong, ia juga aktif dalam pertunjukan tari barong. Ia meninggal pada tanggal 30 Januari 2019 karena serangan stroke.al 30 Januari 2019 karena serangan stroke.)
  • I Nyoman Rembang  + (I Nyoman Rembang lahir di Sesetan, DenpasaI Nyoman Rembang lahir di Sesetan, Denpasar, 1931. Ia adalah seorang musisi, komposer, guru, dan pembuat gamelan. Ia termasuk komponis Bali paling berpengaruh di abad kedua puluh. Ia pernah mengajar gamelan di Summer School, Barkeley, California, Amerika selama lima bulan pada tahun 1974.</br></br>Rembang memulai karier musiknya ketika ia bergabung dengan kelompok gambuh lokal di desanya, Sesetan. Pada usia tujuh tahun, ia sudah mahir memainkan gender wayang. Pada usia delapan, ia mulai belajar memainkan gamelan Legong. Pada masa remajanya, ia mengajar gamelan Bali di Konservatorium Surakarta, Jawa Tengah. Ia juga menjadi spesialis gamelan Jawa di bawah bimbingan R.M. Yudoprawiro, seorang bangsawan istana Surakarta.</br></br>Pada tahun 1960, bersama Gubernur Bali, Ida Bagus Mantra, Rembang memelopori pembentukan Konservatif Bali. Pada 1963, Rembang mengundurkan diri dari Conservatorium Surakarta dan berkonsentrasi di Bali di mana ia mengajar di Sekolah Tinggi Musik SMKI. Dia juga sering diundang untuk mengajar di Eropa sebagai artis tamu, komposer dan pemain. </br></br>Setelah selesai sebagai guru di Sekolah Seni Denpasar pada pertengahan 1980-an, ia menciptakan Gamelan Bungbang yang fenomenal. Gamelan itu terbuat dari bambu panjang yang dapat menghasilkan nada tertentu berdasarkan panjangnya. Untuk memainkan gamelan tersebut setidaknya diperlukan 32 musisi. Gamelan tersebut sering dipentaskan di berbagai ajang kesenian, seperti Pesta Kesenian Bali.</br></br>Rembang meninggal pada tanggal 30 Agustus 2001 di kediamannya di Denpasar pada usia 71 tahun.ediamannya di Denpasar pada usia 71 tahun.)
  • I Nyoman Suprapta  + (I Nyoman suprapta lahir pada tanggal 11 noI Nyoman suprapta lahir pada tanggal 11 november 1962 beliau sudah membuat geguritab dari tahun2000 sekarang sudah menerbitkan 219 judul geguritan, karena beliau menyerahkan hidupnya untuk sastra bali beliau mendapat penghargaan sastera rancage tahun 2013 dari yayasan kebudayaan rancage, bandung dari bidang jasa. Selasa 9 april 2019 yang sudah lalu.jasa. Selasa 9 april 2019 yang sudah lalu.)
  • I Nyoman Wahyu Angga B. Santosa  + (I Nyoman Wahyu Angga B. Santosa atau bisa I Nyoman Wahyu Angga B. Santosa atau bisa dikenal sebagai Wahyu Angga beliau lahir pada tanggal 21 Mei 1997 di Denpasar. Beliau merupakan salah satu alumni dari program studi Sastra Bali angkatan 2015, ia juga merupakan pengarang dari karya sastra parwa yaitu kakawin Prapanca Suddhani. Saat ini beliau sedang melanjutkan pendidikan S2 di Pascasarjana Universitas Udayana Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Udayana Fakultas Ilmu Budaya.)
  • I Nyoman Wardi  + (I Nyoman Wardi adalah salah satu dosen di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana, Bali - Indonesia. Dia juga adalah seorang peneliti di bidang lingkungan hidup, sosial, dan budaya di Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Udayana.)
  • I Putu Agus Adnyana  + (I Putu Agus Adnyana adalah dosen pada STIEI Putu Agus Adnyana adalah dosen pada STIE Satya Dharma Indonesia dan mengajar pada program studi manajemen. Agus mendapatkan gelar magister manajemen dari Universitas Pendidikan Nasional (UNDIKNAS) pada tahun 2018 dengan tesis berjudul Peningkatan Kualitas Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa Melalui Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia Desa Tigawasa.najemen Sumber Daya Manusia Desa Tigawasa.)
  • I Putu Agus Juli Sastrawan  + (I Putu Agus Juli Sastrawan adalah seorang I Putu Agus Juli Sastrawan adalah seorang penulis dan penerjemah kelahiran Klungkung, 1993. Dia pernah menjadi pemenang kedua Festival Literasi Nasional (2016) yang diselenggarakan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Karyanya pernah masuk 10 esai terbaik mahasiswa se-Bali (2014) dan menjadi salah satu pemenang dalam lomba esai Festival Anti Korupsi (2017) yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Denpasar dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Zinenya pernah dipamerkan dalam Singapore Art Book Fair, Deszinenation; Ground Zero! (2019). Bukunya yang telah terbit antara lain Kulit Kera Piduka (2020; novel), Lelaki Kantong Sperma (2018; kumpulan cerpen). Dia juga sempat menjadi co-writer script film Lasagna; Eve without Adam, Europe on The Screen (2018). Dia sering diundang dalam berbagai festival sastra, seperti Ubud Writers and Readers Festival.seperti Ubud Writers and Readers Festival.)
  • I Putu Arya Deva Suryanegara  + (I Putu Arya Deva Suryanegara lahir di DenpI Putu Arya Deva Suryanegara lahir di Denpasar, 17 Desember 1996. Ia adalah seorang komposer internasional. Ia menamatkan SMK Negeri 3 Sukawati (KOKAR) pada tahun 2014, lulusan ISI Denpasar ini menyelesaikan pendidikan Master dalam Bidang Musik di Universite de Montreal, Kanada. Selain sebagai komposer, ia adalah Asisten Direktur Insitu Recordings; Guest Artistic Director, Guest Artistic Director Gamelan Giri Kedaton. Artikel tentang musiknya tersebar di berbagai media Insitu Recordings Magazine, Kalangwan dan La Revue Musical OICRM.</br></br>Ketertarikannya terhadap gamelan bermula Ketika ia mendapat kesempatan bermain kendang untuk persiapan lomba kendang tunggal. Pada tahun 2011, di desa asalnya, Kerobokan, ia mendirikan Sanggar Seni Naradha Gita (NAGi) - secara rutin mementaskan repertoar musik gamelan tradisional dan komposisi baru untuk gamelan. </br></br>Dalam perjalanan dan proses kreatifnya, ia telah berkolaborasi dengan beberapa komposer internasional di antaranya Evan O’Donnell, Zachary Hejny, Sarah Lecompte-Bergeron, dan lain-lain. Tahun 2019, ia berpartisipasi dalam Young Composers Show. Dalam acara itu, ia mementaskan sebuah komposisi bertajuk “On Train Jkpws” yang menampilkan kuartet suling Bali.pws” yang menampilkan kuartet suling Bali.)
  • I Putu Arya Janottama, S.Sn., M.Sn  + (I Putu Arya Janottama, S.Sn., M.Sn lahir dI Putu Arya Janottama, S.Sn., M.Sn lahir di Pujungan, Bali, 2 Oktober 1988. Saat ini ia menjadi Koordinator Program Studi Animasi dan Dosen Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar. Adapun beberapa mata kuliah yang diampu yaitu Wawasan Animasi, Produksi Animasi 2D, Editting Animatic, Multimedia dan Tipograi. Selain itu, ia juga rajin menulis perihal animasi di sejumlah jurnal ilmiah.</br></br>Ia pernah mengikuti sejumlah pameran seni, antara lain: pameran di OPUA Library University Okinawa Jepang (2016), pameran Dosen dan mahasiswa DKV ISI Denpasar bertajuk Kini Jani (2018), pameran pada Festival Seni Bali Jani yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali (2018), pameran Virtual Bertajuk Tumpah Rasa Covid 19 (2020), pameran Bali Dwipantara Adirupa (2021), dan pameran Bali Natta Bhuwana di Universitas Kristen Petra Surabaya (2022). Selain itu, ia juga pernah sebagai juri pada berbagai ajang lomba FSL2N bidang poster tingkat provinsi, juri lomba kemasan tradisional, juri lomba mewarnai, dan juri lomba poster tingkat nasional pada Festival Adikara Rupa.ngkat nasional pada Festival Adikara Rupa.)
  • I Putu Eka Prayoga,S.Pd.H.,M.Pd  + (I Putu Eka Prayoga,S.Pd.H.,M.Pd adalah satI Putu Eka Prayoga,S.Pd.H.,M.Pd adalah satu satu guru di SD Negeri 26 Pemecutan sudah mengajar sejak tahun 2018 sampai sekarang. Beliau berasal dari Desa Pakraman Ubung, Kota Denpasar dan beliau lahir pada tanggal 23 Maret 1994. Menuntut ilmu dan menyelesaikan S1 Pendidikan Agama Hindu ring IHDN Denpasar selanjutnya beliau menyelesaikan S2 Magister Pendidikan Agama Hindu di Pascasarjana IHDN Denpasar Agama Hindu di Pascasarjana IHDN Denpasar)
  • I Putu Gedé Raka Prama Putra  + (I Putu Gedé Raka Prama Putra atau yang biaI Putu Gedé Raka Prama Putra atau yang biasa dikenal dengan Tudékamatra dari karya-karyanya lahir di Gianyar, pada Selasa, 18 Désémber 1990. Walaupun masih muda, tetapi ia salah satu pengarang yang mempertahankan sastra Bali modérn. Pengarang lulusan Fakultas Ékonomi Universitas Mahéndradatta ini belajar menulis sejak masih sekolah di SMAN 1 Blahbatuh. Karangan-karangannya pernah diterbitkan di Majalah Éksprési, Majalah Satua, Bali Orti (Bali Post), Bali Post, Pos Bali, Médiaswari (Pos Bali), dan Dénpost. Bukunya yang sudah dikeluarkan adalah : </br>Padang Tuh (Puisi, 2013),</br>Belog (Kumpulan Cerita Pendek, 2014), </br>Ombak Raré Bali (Puisi, 2015). </br>Sekarang Ia bekerja sebagai wartawan di Pos Bali dan menjadi rédaktur rubrik Gema Siswa di Pos Bali.di rédaktur rubrik Gema Siswa di Pos Bali.)
  • I Putu Karang Adi Saputra  + (I Putu Karang Adi Saputra, lahir di AbiansI Putu Karang Adi Saputra, lahir di Abiansemal, 9 Juni 1985. Sejak 2003 aktif dalam sejumlah pameran bersama, antara lain pameran bersama “Maestro Seni Lukis Bali” di Bali Post, Denpasar (2007); “Kelompok 72” di Galeri Paros, Sukawati (2007), pameran “Bersama Dosen ISI Denpasar” di Neka Art Museum Ubud (2008), pameran di LV 8 Hotel bersama Sanggar Mangu Rupa Badung (2018), “Merdeka dalam Ekspresi” di Taman Budaya Bali (2019).lam Ekspresi” di Taman Budaya Bali (2019).)
  • I Putu Pradnyana Anggara  + (I Putu Pradnyana Anggara adalah seorang saI Putu Pradnyana Anggara adalah seorang sastrawan muda kelahiran Kuta, )4 Juli 2000. Saat Ini beliau beralamat di Jl. Raya Semat, Gg. Jalak Xll/7, Br. Pelambingan, Desa Tibubeneng, Kuta Utara, Badung. Beliau merupakan putra dari pasangan (ayah) I Made Widia, S.Ag , M.Si dan (ibu) Ni Wayan Murtini.</br>Adapun riwayat pendidkan beliau adalah: </br>1. TK Indraprasta Kuta</br>2. SDN 2 Tibubeneng</br>3. SMPN 1 Kuta Utara</br>4. SMAN 2 Mengwi </br>5. UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar (hingga sekarang)i Bagus Sugriwa Denpasar (hingga sekarang))
  • I Putu Sudiana Bonuz  + (I Putu Sudiana alias Bonuz adalah perupa kI Putu Sudiana alias Bonuz adalah perupa kelahiran Nusa Penida, Klungkung, Bali, 30 Desember 1972. Sejak kanak dia telah tertarik dengan seni lukis. Saat di kampungnya, dia sering diminta melukis bagian dinding perahu (jukung) nelayan. Setelah menamatkan SMP di kampung halamannya, dia melanjutkan sekolah di Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) di Batubulan, Bali. Pada tahun 1995, dia melanjutkan pendidikan seni rupanya di ISI Denpasar, hingga tamat. Selain melukis, dia juga membuat seni instalasi, bermain musik, dan menulis puisi. Bonuz telah banyak memamerkan lukisan-lukisannya yang bergaya abstrak, antara lain:</br></br></br>Solo exhibitions</br>2018 A Land to Remember. Santrian Gallery, Sanur Bali</br>2017 Tetabuhan-tatabumi, Bidadari Art Space. Mas,Ubud-Bali</br>1015 Because Life is Delicious at Kubu Art Space. Ubud.</br>2014 Magic Sound at Maya Galerry. Singapore.</br>2013 Be Happy, water color paintings at Sand Fine Art Gallery. Sanur-Bali.</br>2012 Harmony, at Rumah Seni Maestro Art Space. Sanur-Bali</br>2011 Inside of Bonuz at Tony Raka Gallery. Mas,Ubud-Bali</br>2011 Refleksi Nafas, at Hitam-Putih art Space. Sangeh-Bali.</br>2008 Pleading Life’s Tenacity at Kemang Village. Jakarta.</br>2006 Journey of the Soul at Relish Café and Pool. Jakarta.</br>2003 Esensi Abstrak at Art Centre Denpasar. Bali.</br>2003 Universal Spirit at Jenggala Keramik Jimbaran. Bali.</br>2000 Melintas Batas at Merah-Putih Forum. Denpasar Bali.</br></br></br>Selected Group exhibitions</br>2018 NU-Abstract at Langgeng Art Foundation, Jogjakarta</br>2018 B to B #2, Komaneka Gallery, Ubud Bali</br>2018 at Gedung DPR/MPR RI, Kemayoran Jakarta</br>2017 ColourFul at Hadiprana Gallery, Jakarta.</br>2017 AtUH Art the Universal Habit by Militant Arts, Santrian Gallery Sanur Bali</br>2017 B to B at Raos Gallery, Kota Batu. Malang.</br>2017 The grand opening VIP Fine Arts, Jakarta.</br>2016 Ubud Writer Bali</br>2016 Militant for Happiness at CLC. Krobokan Bali</br>2015 Violent Bali atTonyraka Gallery. Mas-Ubud Bali</br>2015 SoulScape in Progress at Bentara Budaya Bali</br>2015 Ulu Teben Militant Arts at Bentara Budaya Bali.</br>2015 Sama-sama. Indonesia, Malaysia, Philipina at Bentara Budaya Bali.</br>2014 Rel(ART)ionship at Sangkring Art Space. Jogjakarta.</br>2014 Malaysia Contenporary Art Tourism at Kuala Lumpur, Malaysia.</br>2014 Tandur: Menyemai diri at Bentara Budaya Bali.</br>2013 Encore at Maya Gallery. Singapore.</br>2013 ASIA Contemporary Art Fair at Luxe Art Musium. Singapore.</br>2013 Golden Harvest at Hadiprana Gallery. Jakarta</br>2012 An Artistic Journey at Sudamala art space. Sanur-Bali.</br>2012 Dialogue II at Gaya art space with G-13 Gallery. Sayan-Ubud, Bali</br>2012 The Journey of Gallery Hadiprana. Jakarta.</br>2011 Dialogue I at G-13 Gallery. Kuala Lumpur,Malaysia</br>2010 Return of the Abstraction atTony Raka Gallery. Mas-Ubud, Bali.</br>2010 Gerakan Abstrak Indonesia atTaman Budaya Yogyakarta.</br>2010 Behind the funny make-up at Hadiprana Gallery. Jakarta.</br></br></br>Awards</br>1999 Semi Final of The Philip Morris Art Award VI From YSRI , </br>Jakarta</br>1995, 1997, 1998 The Best Artwork from Kamasra, STSI Denpasar. Best Artwork from Kamasra, STSI Denpasar.)
  • I Putu Sukreta Suranta  + (I Putu Sukreta Suranta lahir di Klungkung,I Putu Sukreta Suranta lahir di Klungkung, 11 April 1938. Ia adalah seorang perwira tinggi angkatan darat dari Bali dan pejabat pemerintahan. Ia merupakan salah satu tokoh organisasi Parisada Hindu Dharma Indonesia dan Paguyuban Ngesti Tunggal. Setelah lulus SMA, ia melanjutkan ke Akademi Militer Nasional di Magelang. Setelah lulus, ia diangkat sebagai letnan dua pada tahun 1961. </br></br>Sepanjang karirnya di militer, ia memegang berbagai posisi strategis seperti Wakil Komandan Kontingen Garuda VII dan Asisten Operasi Kepala Staf Kodam Jaya. Ia meraih pangkat brigadir jenderal sekitar tahun 1986 dan menjadi Wakil Asisten Operasi Kepala Staf Angkatan Darat. Ia dipromosikan menjadi mayor jenderal sekitar dua tahun kemudian dan menjadi Asisten Operasi Kepala Staf Angkatan Darat pada 17 Maret 1988. Ia kemudian diangkat sebagai Komandan Sekolah Staf dan Komando ABRI pada 21 Oktober 1989. Ia digantikan dari jabatannya pada 16 April 1993 dan pensiun dari militer beberapa bulan kemudian. </br></br>Setelah pensiun dari militer, ia diangkat sebagai Inspektur Jenderal Departemen Pertahanan Keamanan pada 24 April 1993.] Pengangkatannya sebagai inspektur jenderal departemen di luar kelaziman, karena posisi ini biasanya dipegang oleh perwira militer aktif bintang tiga. Oleh karena setelah pensiun dari militer, pemerintah memutuskan untuk menaikkan pangkatnya menjadi letnan jenderal kehormatan pada 1 September 1997. Ia digantikan oleh Farid Zainuddin pada tahun 1998. </br></br>Ia kemudian diangkat oleh Presiden BJ Habibie menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) pada 13 Juni 1998 dan menjadi Wakil Ketua Komisi Kesejahteraan Rakyat di DPA. </br></br>Ia terpilih sebagai Ketua Harian Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) pada Mahasabha PHDI ke-7 yang berlangsung pada bulan September 1996. Sebelumnya, sejak tahun 1992, ia sudah mewakili PHDI di MPR. Ia juga menjadi penasehat Himpunan Pemuda Hindu Indonesia dan Prajaniti Hindu Indonesia. Selain itu, ia juga pernah menjadi anggota organisasi spiritual Paguyuban Ngesti Tunggal (Pangestu). </br></br>Ia meninggal dunia di Jakarta Selatan pada Jumat, 16 September 2022 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan. Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan.)
 (I Putu Sukreta Suranta lahir di Klungkung, 11 April 1938. Ia adalah seor)
  • I Putu Swaryandana Ichi Oka  + (I Putu Swaryandana Ichi Oka atau akrab disI Putu Swaryandana Ichi Oka atau akrab disapa Ryan tumbuh besar di Banjar Pande, Desa Sayan, Ubud. Ryan adalah seorang komposer muda yang saat ini menempuh pendidikan master di Institute Seni Indonesia, Denpasar. Komposer muda ini aktif berkesenian di Sanggar Seni Çudamani, Pengosekan, Ubud. Sebagian besar karya-karya Ryan mencerminkan gaya tradisi yang kental seperti Swasti Prapta (untuk komposisi tari) dan Sundih, namun ada bebapa karyanya yang lebih kontemporer seperti Su3lim (instrumental) dan Kalatalaraga (body music). Karya-karya Ryan dapat dinikmati di YouTube Channel : Ryan Swaryandana.ati di YouTube Channel : Ryan Swaryandana.)
  • I Putu Tangkas Adi Hiranmayena  + (I Putu Tangkas Adi Hiranmayena adalah seorI Putu Tangkas Adi Hiranmayena adalah seorang seniman dan cendekiawan Indonesia. Ketertarikan Putu berakar pada gamelan, improvisasi, dan musik metal, dengan fokus utama pada aktivitas adrenalin tinggi, perwujudan, dan teori kosmologi. Karya musiknya secara langsung menyoroti urgensi kinerja dalam kondisi fisik puncak, yang memprovokasi praksis mikro-temporalitas. Putu telah tampil dengan gamelan dan ansambel improvisasi di seluruh Amerika Serikat dan Indonesia; terakhir dengan Gamelan Pandan Arum dari Los Angeles, Gamelan Tunas Mekar di Denver, dan Sanggar Manik Galih di Bali. Ia juga bertindak sebagai direktur ansambel gamelan di Sekolah Museum San Diego serta Universitas San Diego. Putu menyandang gelar B.A. dari Universitas Colorado Colorado Springs dalam Seni Visual dan Pertunjukan dan MA dari Universitas California San Diego dalam Studi Integratif. Dia baru saja memulai gelar Ph.D. program di University of Illinois Urbana-Champaign dalam bidang etnomusikologi di mana ia berencana untuk melanjutkan studinya dalam musik baru dan gamelan.kan studinya dalam musik baru dan gamelan.)
  • I Putu Udiyana Wasista  + (I Putu Udayana Wasista adalah seorang doseI Putu Udayana Wasista adalah seorang dosen pada Program Studi Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar Bali. Udayana banyak menulis mengenai topik-topik terkait arsitektur dan eco-design yang dipublikasikan pada jurnal-jurnal ilmiah lokal maupun regional.urnal-jurnal ilmiah lokal maupun regional.)
  • I Wayan Aris Sarmanta  + (I Wayan Aris Sarmanta, lahir di Gianyar, 8I Wayan Aris Sarmanta, lahir di Gianyar, 8 April 1995. Sejak 2011 aktif berpameran, antara lain di Museum Puri Lukisan, Museum Arma, Allcaps Gallery, Bentara Budaya Bali, Titian Artspace Ubud, Paradiso Ubud, Griya Santrian Gallery, Bale Banjar Sangkring Jogja. Pada 2017 dia menggelar pameran tunggal “Rebirth” di Titian Art Space, Ubud. Dia meraih Penghargaan Nine Finalist Titian Prize 2017 dan Winner of Titian Prize 2018.rize 2017 dan Winner of Titian Prize 2018.)
  • I Wayan Arya Bisma  + (I Wayan Arya Bisma seorang musisi dan kompI Wayan Arya Bisma seorang musisi dan komposer muda yang tumbuh besar di Pujung Kelod, Sebatu, Gianyar. Saat ini Bisma masih menempuh pendidikan sarjana di Institute Seni Indonesia Denpasar. Bisma aktif sebagai penabuh dan komposer di Sanggar Seni Çudamani, Pengosekan, Ubud.i Sanggar Seni Çudamani, Pengosekan, Ubud.)
  • I Wayan Bendi  + (I Wayan Bendi, lahir tahun 1950 di Desa BaI Wayan Bendi, lahir tahun 1950 di Desa Batuan, Gianyar, Bali. Dia belajar melukis pada ayahnya, Wayan Taweng. Dia adalah salah satu ikon seni lukis gaya Batuan yang sangat popular di kalangan kolektor. Karya-karyanya sangat kuat menampilkan gaya Batuan dengan tema-tema kontemporer. Dia telah memamerkan karya-karyanya di dalam dan luar negeri, seperti Museum Rudana, ARMA, Museum Puri Lukisan, Museum Neka, Museum Fukuoka Jepang, Bentara Budaya Bali, Taman Budaya Bali, Singapura, Amerika, dan sebagainya. Ciri khas lukisannya adalah kecenderungan menggunakan warna oker dan munculnya ikon pesawat terbang dan helikopter yang berpadu dengan suasana pedesaan Bali. Dia banyak melukiskan perkembangan Bali dengan pariwisatanya yang riuh padat. Dia adalah pelukis yang sangat produktif. Prinsip hidupnya adalah melukislah terus selagi masih bernafas. Dia meninggal pada tanggal 15 Juli 2020 karena penyakit diabetes.gal 15 Juli 2020 karena penyakit diabetes.)
  • I Wayan Diana  + (I Wayan Diana, lahir di Batuan, 1977. PernI Wayan Diana, lahir di Batuan, 1977. Pernah berpameran di Museum Puri Lukisan, Museum Arma, Museum Neka, Griya Santrian Gallery, dll. Dia meraih penghargaan sebagai Finalis Jakarta Art Award (2008 dan 2010), Finalis UOB Painting Of The Year (2012, 2013, 2014). Dengan teknik melukis gaya Batuan, lukisan-lukisannya banyak menyuarakan kritik sosial.kisannya banyak menyuarakan kritik sosial.)
  • I Wayan Dibia  + (I Wayan Dibia lahir di Singapadu, Gianyar,I Wayan Dibia lahir di Singapadu, Gianyar, Bali, 12 April 1948. Sejak 1999, ia menjadi guru besar (profesor) koreografi di ISI Denpasar. Ia juga terkenal karena karyanya dalam seni tari kecak, seperti Kecak Subali dan Sugriwa (1976), Kecak Dewa Ruci (1982). Ia pernah berkolaborasi dengan Keith Terry menciptakan "The famous Body Tjak" (1990). </br></br>Sebagai seniman tari, ia sangat terkenal di tingkat internasional. Dalam bidang tari, ia menciptakan Tari Manuk Rawa bersama I Wayan Beratha tahun 1981, Tari Puspa Wresti, Tari Wirauda, dll. Ia mendapatkan anugerah seni “Padma Shri Award” (2021) dari Pemerintah India atas dedikasinya dalam menjalin karya seni antara budaya Bali dan India. Pada tahun 1969, ia pertama kali tampil di India dengan tari Hanoman.</br></br>Selain menciptakan puluhan karya seni tari, ia juga menulis sejumlah buku, di antaranya “Dramatari Gambuh dan Tari-Tarian yang Hampir Punah di Beberapa Daerah di Bali (1979), “Kecak, the Vocal Chant of Bali” (2000), “Balinese Dance, Drama, and Music: a Guide to the Performing Arts of Bali” (2012), “Tari Komunal” (2015), “Kecak: Dari Ritual ke Teatrikal” (2017), “Arja Anyar” (2017), “Tari Barong Ket: Dari Kebangkitan Menuju Kejayaan” (2018). Pada tahun 2021 ia menerbitkan lima buku puisi bertajuk “Puitika Tari”. Ia juga menulis buku puisi berbahasa Bali, antara lain berjudul “Kali Sengara”. Ia juga menulis novel tentang penari berjudul “Bintang Panggung” (2023).</br></br>Tahun 2022, ia menerima anugerah “Bali Jani Nugraha” dari Gubernur Bali. Buku puisi berbahasa Bali-nya “Kali Sengara” meraih anugerah “Rancage” dari Yayasan Kebudayaan Rancage (2023).e” dari Yayasan Kebudayaan Rancage (2023).)
  • I Wayan Gunayasa  + (I Wayan Gunayasa lahir di Desa Ulakan, ManI Wayan Gunayasa lahir di Desa Ulakan, Manggis, Karangasem pada 3 Agustus 1967. Dia seorang wiraswasta dan fotografi adalah salah satu hobinya. Dia juga terlibat dalam kegiatan sosial, misalnya untuk anak-anak disabilitas dan yatim piatu dan juga ikut dalam memerangi sampah plastik. Foto-fotonya pernah dimuat di beberapa majalah, seperti Emvee Magazine, Bali Travel dan Tropical Life. Ia juga ambil bagian dalam pameran di Mall Bali Galeria, pameran tunggal dan juga pameran bersama fotografer lain. Wayan lebih suka memotret budaya dan alam karena dengan begitu dia bisa berkeliling dan mengenal lebih dekat budaya; budaya di Bali khususnya dan alam Indonesia. Dia pernah bekerja untuk mahasiswa Norwegian yang sedang belajar di Bali tahun 1993-2014.ng sedang belajar di Bali tahun 1993-2014.)
  • I Wayan Karta (Cover)  + (I Wayan Karta atau yang akrab disapa CoverI Wayan Karta atau yang akrab disapa Cover merupakan seorang seniman sekaligus pengerajin suling yang berasal dari Banjar Pengosekan, Desa Mas, Kecamatan Ubud. Kecintaannya terhadap suling besar disebabkan karena beliau terlahir dari keluarga yang menggemari suling. Selain itu berkat ajakan seorang teman yang bernama I Nyoman Dayuh serta pengalamannya dicaci oleh sorang tak dikenal dimasa silam membuatnya semakin termotivasi menjadi seorang pemain suling handal hingga saat ini. Dalam proses belajar bermain suling terdapat beberapa orang guru yang mengajari Wayan Karta bermain suling diantaranya Pak Mangku Regig (Abian Nangka, Denpasar), Pak Rangsi (Kerta Payangan), I Made Sadra (Pinda, Blahbatuh), Cokorda Bagus (Peliatan, Ubud) dan seniman lainnya.</br>Terhitung sejak Wayan Karta berusia belasan tahun tepatnya pada tahun 1998, saat itulah beliau mulai mendalami mengenai cara pembuatan suling. I Made Sadra yang berasal dari Banjar Pinda, Kecamatan Blahbatuh merupakan gurunya dalam membuat suling khususnya dalam mencari keselarasan nada. Setelah itu, Wayan Karta melanjutkan proses belajarnya di rumah Bapak Rangsi untuk mendalami teknik pembuatan siwer suling. Setelah berselang berapa lama, Wayan Karta akhirnya memutuskan untuk menjadi pengerajin suling hingga saat ini. Suling buatannya banyak diminati oleh konsumen di Bali sekaligus di luar Bali bahkan hingga ke luar negeri diantaranya Jepang, Amerika, Jerman, Italia, Australia, dan Spanyol. Beberapa suling hasil karyanya bernama suling jungket dan suling sunari.</br>Sebagai seniman suling dan pengerajin suling Wayan Karta juga mendirikan sebuah sekaa atau sanggar suling yang bernama “Sanggar Suling Semeton Nika Manu” pada tahun 2012 serta mendapatkan ijin resmi pada tahun 2017. Selain itu dalam perjalanan karirnya, Wayan Karta juga pernah pentas di sembilan kota di Amerika bersama Sanggar Cudamani Pengosekan dalam rangka Tour Balinesse Gamelan tahun 2010, Pentas di Taman Ismail Marzuki ( Jakarta ) dalam rangka Pementasan Music Baru bersama Group Pendro Made Arnawa tahun 2010, kerap mendukung Pentas di ISI Denpasar, kerap pentas di Pesta Kesenian Bali ataupun di pura – pura yang ada di Bali serta aktif melakukan pelatihan bermain suling di beberapa tempat di Bali.bermain suling di beberapa tempat di Bali.)
  • Wayan Lotring  + (I Wayan Lotring adalah maestro gamelan palI Wayan Lotring adalah maestro gamelan palegongan. Ia lahir di Banjar Tegal, Kuta, Bali, 1887. Salah satu karyanya yang fenomenal adalah gending palegongan Layar Samah. Sekitar tahun 1906, Lotring belajar tari Nandir di Puri Blahbatuh. Nandir ini kemudian berkembang menjadi Legong. Ia mendirikan sekaa (kelompok) palegongan di Kuta. Kelompok ini melahirkan penari generasi pertama, seperti Ni Numbreg, Ni Wayan Dasni, dan Ni Wayan Kinceg. Kinceg kemudian menjadi istri Lotring dan dikarunia anak tunggal, Ni Wayan Noni. </br></br>Sekaa palegongan pimpinan Lotring ini sempat diundang pentas ke Keraton Solo (1926). Dari sinilah muncul istilah Legong Keraton. Di Solo ia sempat mengajarkan gending Goak Macok. Namun ia sendiri terinspirasi dengan gaya menabuh orang Jawa. Ia kemudian menciptakan Gonteng Jawa/Solo. </br></br>Setelah sekaa palegongan Kuta bubar pada tahun 1929, Lotring sangat sibuk mengajar tari dan tabuh di berbagai kawasan di Bali, seperti Badung, Gianyar, Tabanan, Karangasem, hingga Buleleng. Untuk itu, ia terpaksa menginap berhari-hari, berbulan-bulan, dan pergi-pulang menempuh jarak puluhan hingga ratusan kilometer dengan berjalan kaki. Ia tak cuma melatih palegongan, tapi juga angklung, gender wayang, tari joged, gandrung, hingga kekebyaran. Tak hanya seni tabuh dan tari, Lotring juga jago menembangkan kidung dan kakawin. </br></br>Pada tahun 1930-an, Lotring bertemu dan berkawan akrab dengan Collin McPhee, seorang komposer, pianis, dan penulis berkebangsaan Kanada, yang banyak meneliti tentang gamelan Bali. Mereka saling berbagi pengetahuan dan pengalaman terkait komposisi musik Bali. Lotring meninggal pada 1983.i musik Bali. Lotring meninggal pada 1983.)
  • I Wayan Mudita Adnyana  + (I Wayan Mudita Adnyana, lahir di Desa TengI Wayan Mudita Adnyana, lahir di Desa Tenganan, Karangasem, Bali, 16 September 1931. Ia ahli dalam menyalin lontar kuno, menembang kakawin, memainkan gamelan Gender dan Selonding. Ia belajar menyalin lontar dari I Gusti Bagus Sugriwa dari Singaraja pada tahun 1943. Sejak usia muda ia telah menyalin banyak lontar, antara lain lontar Bhagawad Gita, Mahabharata, Ramayana, Purusada Santa, Sutasoma, Arjuna Wiwaha, Bomantaka, Gatotkacasraya, dan sebagainya. Pada tahun 1970 ia turut membangun perpustakaan desa bernama Widhi Sastra. Pada era 1972, ia memelopori menyalin lontar berisi gambar pewayangan di Tenganan. Ia juga membuat sekaa (grup) wayang bernama Dharma Kusuma pada tahun 1980.</br></br>Salinan lontarnya banyak dikoleksi oleh kolektor dalam dan luar negeri serta pejabat negara, antara lain oleh Presiden Italia, Sandro Pertini (1983); Perdana Menteri Selandia Baru, Hellene Clark (1988); presiden Megawati Soekarno Putri (2001). Salinan lontarnya yang berjudul Kakawin Sutasoma pernah ditawar kolektor asing dengan harga ratusan juta rupiah, namun ia tidak melepaskannya. Sebab lontar kesayangannya itu akan ia wariskan kepada anak dan cucunya. </br></br>Pada tahun 1984, ia meraih Juara II Lomba Menyalin Lontar Tingkat Provinsi Bali. Tahun 1987, ia mendapatkan Penghargaan Dharma Kusuma Madya dari Gubernur Bali, Anugerah Kebudayaan dari Pemerintah Republik Indonesia (2019), Penghargaan Tingkat Internasional Bali Bhuwana Nata Kerthi dari ISI Denpasar (2023), Penghargaan Bali Kerthi Nugraha Mahottama 2024 dari Pemerintah Provinsi Bali. </br></br>Di usianya yang sangat sepuh, ia masih aktif menyalin lontar. Sehari-hari ia bisa ditemui di kediamannya di Desa Tenganan.a ditemui di kediamannya di Desa Tenganan.)
  • I Wayan Pande Sumardika  + (I Wayan Pande Sumardika adalah salah satu I Wayan Pande Sumardika adalah salah satu Sastrawan Bali. Beliau lahir di Desa Ngis, 31 Desember 1993. Beliau berasal dari Banjar Dinas Kajanan, Desa Ngis, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Beliau juga merupakan alumni Mahasiswa Program Studi Sastra Bali, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana angkatan 2012.Budaya, Universitas Udayana angkatan 2012.)
  • I Wayan Sadra  + (I Wayan Sadra lahir di Denpasar, Bali, 1 AI Wayan Sadra lahir di Denpasar, Bali, 1 Agustus 1954 dan meninggal 14 April 2011. Dia adalah seorang komposer berkelas internasional. Sejak usia muda, dia sudah menggeluti seni musik tradisi. Dia dapat memainkan gamelan hanya dengan cara sekali melihat/mendengar saja. Pada usia 11 tahun, dia bahkan sudah melatih sebuah kelompok gamelan di Puri Kendran, Gianyar. </br></br>Sadra mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Musik Konservatori Karawitan Spesialisasi Musik Tradisional Bali (1972), kemudian melanjutkan di Jurusan Seni Rupa Lembaga Kesenian Jakarta namun tidak ia tamatkan. Dia pindah ke Surakarta dan kuliah pada Jurusan Karawitan, ISI Surakarta, lalu pascasarjananya ditempuh di perguruan tinggi yang sama.</br></br>Sadra menjadi pengajar musik, terutama musik gamelan Bali di beberapa perguruan tinggi antara lain ISI Surakarta, Institut Kesenian Jakarta (1975–1978), dan di Universitas Indonesia (1978–1980). Sejak tahun 1979, ia telah membuat musik untuk konser, musikalisasi puisi, teater, ilustrasi untuk film kartun, iringan tari, dan seni instalasi. Di samping mencipta musik, ia juga menulis artikel, kritik musik untuk beberapa media massa, antara lain Kompas, Tempo, Jawa Post, Bali Post.</br></br>Tahun 1973, Sadra bergabung dengan grup Sardono W. Kusumo mementaskan Dongeng dari Dirah, dan turut serta berkeliling Eropa bersama grup ini. Tahun 1988, dia menjadi pembicara dalam Pekan Komponis Nasional di Jakarta. Tahun 1989, dia menghadiri California The Pacific Rim Festival. Tahun 1990, dia berpartisipasi dalam acara Composer to Composer di Telluride, Colorado, Amerika Serikat. Tahun 1991, dia menjadi composer-residence di Dartmouth College, Hanover, New Hampshire, Amerika Serikat. Tahun 1993, dia menjadi komposer tamu Pan Festival Pacific di Wellington, Selandia Baru. Tahun 1991, Sadra menerima penghargaan New Horizon Award dari International Society for Art Science and Technology, Berkeley, California, Amerika Serikat.</br></br>Beberapa karya musiknya diterbitkan dalam bentuk compact disc oleh Broadcasting Music Incorporation (BMI), Prog Peak Composer Collective, American Gamelan Institut (AGI), Leonardo Journal Publication dan The Japan Foundation. Karyanya antara lain Snow's Own Dream (1992) dan Interactions/New Music untuk Gamelan. Karya-karya tersebut disiarkan oleh beberapa radio di dalam dan di luar negeri, termasuk dipentaskan di beberapa negara.</br></br>Salah satu perlawanan Sadra terhadap penyeragaman selera musik adalah dengan mementaskan karyanya, Borderless, pada bulan Juli 2009 di Teater Salihara dan Pasar Minggu, Jakarta. Borderless adalah sebuah musik yang berangkat dari instrumen drum, keyboard, saksofon, flute dan bass tapi dimainkan dengan cara yang berbeda.</br></br>Karya-karya Sadra, antara lain Ludludan (1978), Snow’s Own Dream Interactions/New Music untuk Gamelan (1992), Otot Kawat Tulang Besi (1993), Oaeo (1993), Gatra Swara (1994), Mulutmu Tong Sampah (1995), Bunyi Bagi Suara yang Kalah (1997), Dialog dengan Sapi (1997), Suitasuit (1999), Borderless (2009).997), Suitasuit (1999), Borderless (2009).)
  • I Wayan Seregeg  + (I Wayan Seregeg lahir di Desa Timpag, KeraI Wayan Seregeg lahir di Desa Timpag, Kerambitan, Tabanan, 31 Desember 1940. Ia adalah penekun Sastra Jawa Kuno. Selain itu, ia juga piawai dalam mesanti (matembang lagu-lagu suci). Karena itu, ia sering diminta sebagai pembina kakawin dan seni sastra Bali. </br></br>Seregeg sering dipercaya sebagai guru penatar Bahasa Bali, serta menjadi juri dalam lomba bidang sastra Bali. Ia juga menjadi pembina sekar agung dan kekawin untuk pelajar tingkat SMA dan Porseni Pelajar. Ia juga tampil sebagai narasumber, salah satunya dalam rangka Temu Kekeluargaan dan Orientasi Studi oleh Fakultas Sastra Universitas Udayana. </br></br>Seregeg merupakan pembina Sastra Jawa Kuno di Yayasan Bangun Sastra Denpasar, serta aktif dalam organisasi sebagai Ketua Widya Sabha Kecamatan Gerokgak, Wakil Ketua Widya Sabha Kabupaten Buleleng, pendiri dan pembina Sekaa Santi Widya Sabha, dan pembina kekawin. Seregeg memang mendedikasikan hidupnya untuk aksara, bahasa dan sastra Bali. Ia menerima Penghargaan Wija Kusuma dari Pemerintah Kabupaten Buleleng, Dharma Kusuma dari Pemerintah Provinsi Bali, Penghargaan Bali Kerthi Nugraha Mahottama 2024 dari Pemerintah Provinsi Bali, dan penghargaan dari instansi lainnya. Kini, ia menetap di Gerokgak, Buleleng, Bali.i, ia menetap di Gerokgak, Buleleng, Bali.)
  • I Wayan Suartha  + (I Wayan Suartha lahir di Klungkung tahun I Wayan Suartha lahir di Klungkung tahun 1957. Pensiun sebagai guru ASN ( Aparatur Sipil Negara ) di SMA Pariwisata-PGRI Dawan, Klungkung. Setelah pensiun tahun 2017, ditugasi sebagai ketua bidang literasi di sekolah yang sama. Suartha menulis sajak sejak SMP, tetapi baru dipublikasikan tahun 1977 di sejumlah Media Massa, seperti Bali Post, Karya Bakti, Warta Mahasiswa, Nusa Tenggara, Majalah Hai, dan Merdeka. Di samping menulis sajak, Suartha juga aktif menulis cerpen, naskah drama, serta catatan kecil apresiasi sastra dan teater. Puluhan fragmennya pernah dimainkan di TVRI Stasiun Denpasar.</br></br>Sajak-sajaknya dimuat dalam sejumlah antologi bersama penyair lain, antara lain Pintu Ilalang, Spektrum, The Ginseng, Nuansa Tata Warna Batin, Antologi berbahasa Bali Pupute Tan Sida Puput, serta Klungkung Tanah Tua Tanah Cinta. Karya Sastra Sejarah berjudul Lebur Ring Klungkung dalam bentuk cerita bergambar ditulisnya bersama Ida Bagus Gde Parwita, dengan berpedoman pada Sejarah Peristiwa Puputan Klungkung. Tahun 2005 bersama I.B.G Parwita diundang membacakan sajaknya dalam Ubud Wirters and Readers Festival. Kumpulan naskah Dramanya rantai Putus terbit tahun 2012 yang mengantarkannya meraih penghargaan Widya Pataka dari Pemerintah Provinsi Bali. Suartha kini tinggal di Banjar Pekandelan Kelod, Semarapura, Klungkung.r Pekandelan Kelod, Semarapura, Klungkung.)
  • I G W Murjana Yasa  + (I. G. W. Murjana Yasa, adalah Guru Besar Madya pada Program Studi Doktor Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana, Denpasar-Bali. Penelitiannya tentang ekonomi kreatif dan pertanian, serta industri kecil dan menengah di Bali.)
  • Ibed Suryana Yuga  + (Ibed Suryana Yuga lahir di Jembrana, Bali,Ibed Suryana Yuga lahir di Jembrana, Bali, 14 Agustus 1983. Ia lulusan Progam Studi Teater ISI Yogyakarta. Ia mendirikan Kalanari Theatre Movement, sebuah lembaga pergerakan budaya melalui teater, dan menjadi sutradara dan penulis lakon di sana hingga kini. Pada 2011, Ibed menginisiasi Kalabuku, sebuah gerakan literasi teater dan seni pertunjukan melalui penerbitan buku-buku bersubjek teater dan pertunjukan. Sebagai penulis lakon teater, Ibed pernah menerima penghargaan sayembara penulisan lakon dari Federasi Teater Indonesia (2008 & 2011) serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2017). Buku kumpulan lakon teaternya yang sudah terbit berjudul Kintir (Yogyakarta, 2011) dan Janger Merah (Yogyakarta, 2021) yang diganjar Penghargaan Sastra Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, 2021. Beberapa karya lakonnya juga terkumpul dalam beberapa buku bersama, seperti Perbuatan Serong (Yogyakarta, 2011), Di Luar 5 Orang Aktor (Yogyakarta, 2013), Sepuluh Lakon Teater Indonesia 2017 (Jakarta, 2017), New Indonesian Plays (London, 2019), dan States of Crisis (Yogyakarta, 2020). Ibed telah menggelar karya-karyanya, memberikan workshop dan berkolaborasi di beberapa negara, seperti Malaysia, Singapura, Jepang, Irlandia, Inggris, dan Tiongkok.pura, Jepang, Irlandia, Inggris, dan Tiongkok.)
  • IBM Dharma Palguna  + (IBM Dharma Palguna lahir di Tabanan, 10 JaIBM Dharma Palguna lahir di Tabanan, 10 Januari 1962. Ia menyelesaikan pendidikan S1 di Universitas Udayana, kemudian melanjutkan S-2 dan S-3 di Facultiet der Leterren, Rijksuniversiteit, Leiden. Sejak remaja telah aktif menulis puisi, esai, opini, dan banyak dimuat di Bali Post. Buku-bukunya yang telah terbit, antara lain Lawat-lawat Suwung (puisi; 1995), Shiwarartri dalam Padma Purana (1997), Ida Pedanda Ngurah, Pengarang besar Bali Abad ke-19 (1998), Dharma Sunya: Memuja dan Meneliti Shiwa (1999), Cara Mpu Monaguna Memuja Shiwa (2000), Dewa Manusia Raksasa (2007), Shintany Rabbhana (novel; 2009), Lumut-Lumut Watulumbang (2011), Sekar Ura (2012), Perempuan Shakti (2014), Watulumbang Watumadeg (2014), Manusia Tattwa (2018), dll. Karya-karyanya menggambarkan penjelajahan kreatif dan perenungan mendalam terhadap kehidupan berikut dinamika sosial budaya yang lintas zaman, serta menceminkan penghayatannya yang tinggi dan tekun pada spiritualitas. Dia meninggal pada tahun 2017.ritualitas. Dia meninggal pada tahun 2017.)
  • Ida Anak Agung Gde Agung  + (Ida Anak Agung Gde Agung lahir di Gianyar,Ida Anak Agung Gde Agung lahir di Gianyar, Bali, 24 Juli 1921. Ia adalah ahli sejarah dan tokoh politik Indonesia. Di Bali ia juga berposisi sebagai Raja Gianyar menggantikan ayahnya Anak Agung Ngurah Agung. Ia meraih gelar doktor dalam bidang sejarah dari Universitas Utrecht, Belanda.</br></br>Pada 1947, ia menjadi Perdana Menteri Negara Indonesia Timur (NIT). Ia pernah menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri maupun Menteri Luar Negeri pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Dubes RI di Belgia (1951), Portugal, Prancis (1953), dan Austria.</br></br>Ia meninggal di Gianyar pada tanggal 22 April 1999. Pada tanggal 6 November 2007 berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 068/TK/Tahun 2007, ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. </br></br>Ia menulis sejumlah buku. Di antaranya adalah Twenty Years Indonesia Foreign Policy 1945-1965 (1973), Kenangan Masa Lampau: Zaman Kolonial Hindia Belanda dan Zaman Pendudukan Jepang di Bali (1993), Persetujuan Linggarjati: Prolog & Epilog (1995).ujuan Linggarjati: Prolog & Epilog (1995).)
  • Ida Ayu Wayan Arya Satyani  + (Ida Ayu Wayan Arya Satyani, akrab disapa DIda Ayu Wayan Arya Satyani, akrab disapa Dayu Ani, lahir di Denpasar, 17 September 1977. Dia adalah seorang penari, koreografer dan dosen di Institut Seni Indonesia Denpasar. Dia telah melahirkan berbagai karya tari. Dayu Ani bahkan dipercaya mengerjakan koreografi tari untuk film Sekala Niskala (Seen and Unseen) yang disutradarai Kamila Andini, termasuk teater tari The Seen and Unseen, yang melibatkan beberapa seniman lintas negara (Jepang-Australia-Indonesia) produksi bersama Performing Lines, Fourcolours, dan Komunitas Bumi Bajra. </br></br>Dayu Ani telah menekuni dunia tari sejak usia 14 tahun di Sanggar Maha Bajra Sandhi, dan hingga kini terus bergiat membina anak-anak muda di sanggar yang sekarang bernama Yayasan Bumi Bajra Sandhi itu. Seni Tari membawanya melawat ke berbagai negara dan berkolaborasi dengan seniman-seniman internasional lintas bidang. Dia pernah terlibat dalam Body Tjak The Celebration bersama Prof. Dr. I Wayan Dibia dan Keith Terry (San Francisco, 1999), koreografer untuk The Missing Sun bersama Nelson Chia (Singapura, 2000-2001), terlibat dalam Cultural Olympiad bersama Maha Bajra Sandhi (Athena, 2004). Ia juga adalah koreografer dalam program Recovery Bali yang ditampilkan di enam negara Eropa (2006).g ditampilkan di enam negara Eropa (2006).)
  • Ida Ayu Wayan Sugiantari  + (Ida Ayu Wayan Sugiantari lahir di KarangasIda Ayu Wayan Sugiantari lahir di Karangasem, Bali, 29 April 1983. Mencoba menulis puisi sejak tahun 1998 ketika duduk di bangku SMP. Pada tahun 1999-2001 saat mengenyan bangku SMA karya-karyanya sering dimuat di Bali Post Minggu. Pada tahun 2003 menamatkan pendidikan DII pada program studi PGSD IKIP Negeri Singaraja, lalu diangkat menjadi guru negeri di SDN 1 Culik pada tahun yang sama lalu 3 tahun kemudian dimutasi ke SDN 1 Manggis. Setelah 11 tahun mengajar di SDN 1 Manggis, pada April 2017 hingga sekarang dia diberikan tugas tambahan sebagai kepala sekolah di Satuan Pendidikan SDN 1 Selumbung. Dia menyelesaikan pendidikan strata satu di Universitas Dwijendra pada tahun 2008, dan menyelesaikan studi Pasca Sarjana (S2) Pendidikan Dasar, di Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) pada Agustus 2019.ikan Ganesha (Undiksha) pada Agustus 2019.)
  • Ida Bagus Aditya Putra Pidada  + (Ida Bagus Aditya Putra Pidada lahir di DenIda Bagus Aditya Putra Pidada lahir di Denpasar, 23 Juni 1996. Anak pertama dari dua bersaudara. Mengalami disabilitas netra sejak kelas 1 SMA. Menamatkan studi S1, Jurusan Ilmu Komunikasi dan Penerangan Agama di Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar pada tahun 2019. </br></br>Ia menulis puisi dan cerpen. Karya-karyanya termuat dalam buku Klungkung: Tanah Tua Tanah Cinta (Museum Gunarsa, 2016), Dua Puluh Cerita Perjalanan Terbaik (UKMP Universitas Negeri Malang, 2016), Mengunyah Geram (JKP, 2017), Saron (JKP, 2018), Sebermula adalah Bali (Kanaka Media, 2020).</br></br>Selain itu, ia kerap menjadi juara dalam lomba penulisan. Antara lain, Juara 1 Lomba Cipta Cerpen tingkat Nasional “Lautan Sastra” yang digelar SMAN 1 Denpasar (2019), Juara 2 dalam “Kumpulan 15 Cerpen Terbaik” yang digelar oleh DENUSC (2017), dan Juara 2 Lomba Penulisan Autobiografi tingkat ABK Se-Bali yang digelar Kanaditya (2020).</br></br>Ia juga menjadi salah satu penyair yang diundang dalam kegiatan Seminar Internasional Sastra Indonesia (2019). Beberapa puisinya juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Korea dan masuk dalam kumpulan puisi tingkat Internasional oleh Yayasan Bina Ilmu Bali (2021). Sembari menulis, kini ia mengelola massage clinic bernama Bali Mahasadu Refleksi dan Pijat Kesehatan. Selain itu, ia juga bekerja sebagai penyiar di Radio Publik Kota Denpasar 92, 6 FM.ar di Radio Publik Kota Denpasar 92, 6 FM.)
  • Ida Bagus Anggara  + (Ida Bagus Anggara merupakan seorang guru oIda Bagus Anggara merupakan seorang guru olahraga Sekolah Dasar yang sangat menyukai musik, olahraga, dan komedi tentunya. Memulai karir stand up comedy sejak 2019 dengan bergabung di Komunitas Standupindo Bali. Pernah mengisi acara secara ofline maupun online dengan berbagai macam latar belakang penonton, baik sebagai stand up comedian ataupun MC. Pernah menjuarai lomba stand up comedy tingkat nasional maupun lokal Bali, dan juga sebagai kontestan di program TV Nasional. Beberapa prestasi nasional telah ia raih diantaranya Finalis Liga Komunitas Kompas TV, Juara Liga Komedi Daihatsu Season, Juara Yuasa Standup Bolahraga League dan banyak lagi prestasi tingkat regional Bali yang telah ia raih. Ia juga pernah membuat show tunggalnya berjudul “Ide Bagus” pada tanggal 8 Oktober 2022 yang dihadiri oleh 100 lebih penonton. Kini selain aktif mengisi acara sebagai Stand Up Comedian, ia juga aktif menjadi MC dalam beberapa acara.uga aktif menjadi MC dalam beberapa acara.)
  • Ida Bagus Anom Suryawan  + (Ida Bagus Anom Suryawan adalah seorang pemIda Bagus Anom Suryawan adalah seorang pemahat kayu, pembuat topeng dan wayang, penari dan dalang yang diakui secara internasional. Kesuksesannya membawanya ke Amerika Serikat untuk bekerja di San Francisco Asian Art Museum dan Sante Fe Folk Art Festival. Dia telah mengadakan lokakarya pembuatan topeng, lukisan topeng, dan tarian topeng di seluruh Amerika Serikat dan dia mengadakan pameran topeng permanen di San Francisco Exploratorium.</br></br></br>Dia lahir dari keluarga pemahat kayu di Desa Mas, Ubud, Bali. Lebih dari tiga puluh tahun dia menekuni seni pahat topeng. Karya-karyanya dikoleksi oleh kolektor topeng dari berbagai negara. Dia juga menurunkan ilmu seni pahat topeng kepada siswa-siswa dari berbagai penjuru dunia. Tidak hanya itu, dia juga ahli dalam seni ukir kayu dan pembuatan wayang.dalam seni ukir kayu dan pembuatan wayang.)