UPGRADE IN PROCESS - PLEASE COME BACK AT THE END OF MAY

Difference between revisions of "Place Pura Goa Lawah"

From BASAbaliWiki
(Created page with "{{PageSponsor}} {{Place |Page Title=Pura Goa Lawah |Information about place={{Place/Information |Title of information=Pura Goa Lawah |Credit=Now! Bali Magazine |Video=https://...")
 
Line 4: Line 4:
 
|Information about place={{Place/Information
 
|Information about place={{Place/Information
 
|Title of information=Pura Goa Lawah
 
|Title of information=Pura Goa Lawah
 +
|Description of information id=Pura Goa Lawah Jika diartikan ke bahasa Indonesia dapat diambil kata “Gowa” yang berarti “gowa atau lubang” dan “Lawah” yang mempnyai arti kelelawar. Jadi bisa disimpulkan bahwa Gowa Lawah diartikan sebagai gowa kelelawar. Pura Gowa Lawah Berlokasi di desa pasinggahan kecamatan dawan kabupaten Klungkung-Bali. Berada Di pinggir utara jalan arteri antara Semarapura- Amlapura. Disebut Pura Gowa Lawah karena di Pura Goa Lawah terdapat sekumpulan kelelawar yang bergantungan di dalam goa ini. Masyarakat sekitar mempercayai bahwa Kelelawar di pura ini adalah kelelawar yang keramat. Bahkan jika ada orang yang berani menggangu ataupun sampai membunuh kelelawar di Pura Gowa Lawah ini maka akan terjadi sebuah bencana.
 +
Sejarahnya Pura Gowa Lawah ini didirikan tahun 1007 oleh seorang bijak yang agung dari Jawa, bernama Empu Kuturan, yang pergi ke Bali atas permintaan Raja Udayana dan isterinya. Mpu Kuturan yang pada saat itu datang ke Bali abad 10 yakni saat pemerintahan dipimpin Anak Bungsu adik Raja Airlangga. Airlangga sendiri memerintah di Jawa Timur. Setibanya Mpu Kuturan di Bali Mpu Kuturan menemui banyak sekali ajaran agama di Bali. Mpu Kuturan kemudian mengembangkan konsep Tri Murti dengan tujuan mempersatukan semua ajaran agama tersebut.Dengan Kedatangan Mpu Kuturan membawa perubahan yang sangat besar di Bali, terutama untuk mengajarkan masyarakat Bali tentang tata cara pemujaan terhadap Hyang Widhi
 +
yang dikenal dengan sebutan kahyangan atau parahyangan.Mpu Kuturan juga mengajarkan tentang pembuatan Kahyangan Tiga di setiap desa pakraman di Bali serta mengukuhkan keberadaan Kahyangan Jagat yang salah satunya adalah Goa Lawah.
 +
Dalam babad Siddhimantra Tatwa disebutkan ada kisah pertemuan antara Sanghyang Basuki di kawasan Besakih dengan Danghyang Siddhimantra, salah seorang keturunan Mpu Bharadah. Sanghyang Basukih yang merupakan seekor naga. Dalam mitologi Hindu, Naga Basuki merupakan salah satu dari tiga naga jelmaan dewa yang diturunkan untuk menyelamatkan bumi. Naga Basuki menjadi simbol dari keseimbangan siklus yang terjadi di alam. Air menguap dari laut dan turun ke bumi menjadi hujan di gunung (daratan) yang pada akhirnya kembali ke laut.. goa yang berada di bawah Pura Goa Raja Besakih yang konon tembus ke Gowa Lawah. Dalam hubungan ini acapkali terlihat secara samar sosok seekor naga ke luar dari Pura Gowa Lawah, menyeberang jalan lalu menuju pantai. Orang percaya itulah Sanghyang Basukih yang berdiam di goa sedang menyucikan diri, mandi ke laut. Menurut Lontar Prekempa Gunung Agung, Pura Gua Lawah merupakan representasi kepala dari Naga Basuki, sedangkan Pura Gua Raja di Kompleks Pura Besakih merepresentasikan ekornya
 +
 +
Goa dari Pura Goa Lawah ini, menurut krama Pesinggahan tembus di tiga tempat masing-masing di Gunung Agung (Goa Raja Besakih), Talibeng dan Tangkid Bangbang. Ketika Gunung Agung meletus tahun 1963, ada asap mengepul keluar dari muara goa lawah. Ini suatu bukti Goa Raja Besakih tembus Goa Lawah.
 +
 +
 +
Dalam beberapa lontar, sekilas ada yang menyimpulkan secara garis besarnya bahwa pura-pura besar yang berstatus Kahyangan jagat dan Sad Kahyangan di Bali dibangun oleh pendeta terkenal, Menurut beberapa catatan sejarah, antara lain Lontar Usana Bali dan Lontar Babad Pasek, Pura Goa Lawah didirikan sekitar abad 11 Masehi. Pura ini didirikan pada tahun 929 Saka atau 1007 Masehi
 +
 +
Diceritakan pula bahwa pada abad ke-14 Masehi, dilakukan perbaikan dan perluasan kompleks di Pura Goa Lawah ini. Menurut kepercayaan masyarakat Bali, lorong gua ini terhubung dengan mulut Gua Raja di Kompleks Pura Besakih yang berjarak sekitar 30 kilometer. Hanya saja, pada tahun 1917, lorong tersebut runtuh akibat gempa besar.
 +
 +
Pura Goa Lawah pada awalnya dirawat dan dijaga Gusti Batan Waringin atas petunjuk Ida Panataran yang merupakan putra dari Ida Tulus Dewa yang menjadi pemangku di Pura Besakih. Penunjukkan itu mengingat Goa Lawah memiliki hubungan benang merah dengan Pura Besakih. Pura Goa Lawah merupakan jalan keluar Ida Bhatara Hyang Basukih dari Gunung Agung tepatnya di Goa Raja, terutama ketika berkehendak masucian di pantai.
 
|Credit=Now! Bali Magazine
 
|Credit=Now! Bali Magazine
 
|Video=https://www.youtube.com/watch?v=chR4tuWGImA
 
|Video=https://www.youtube.com/watch?v=chR4tuWGImA

Revision as of 13:11, 1 March 2019

Name of Place
Pura Goa Lawah
Location
Reference
Lontar
    Folktales
      Biographies
        Children's Books
          Books
            Holidays and Ceremonies


              Add your comment
              BASAbaliWiki welcomes all comments. If you do not want to be anonymous, register or log in. It is free.

              Information about place


              In English

              In Balinese

              In Indonesian

              Pura Goa Lawah Jika diartikan ke bahasa Indonesia dapat diambil kata “Gowa” yang berarti “gowa atau lubang” dan “Lawah” yang mempnyai arti kelelawar. Jadi bisa disimpulkan bahwa Gowa Lawah diartikan sebagai gowa kelelawar. Pura Gowa Lawah Berlokasi di desa pasinggahan kecamatan dawan kabupaten Klungkung-Bali. Berada Di pinggir utara jalan arteri antara Semarapura- Amlapura. Disebut Pura Gowa Lawah karena di Pura Goa Lawah terdapat sekumpulan kelelawar yang bergantungan di dalam goa ini. Masyarakat sekitar mempercayai bahwa Kelelawar di pura ini adalah kelelawar yang keramat. Bahkan jika ada orang yang berani menggangu ataupun sampai membunuh kelelawar di Pura Gowa Lawah ini maka akan terjadi sebuah bencana.

              Sejarahnya Pura Gowa Lawah ini didirikan tahun 1007 oleh seorang bijak yang agung dari Jawa, bernama Empu Kuturan, yang pergi ke Bali atas permintaan Raja Udayana dan isterinya. Mpu Kuturan yang pada saat itu datang ke Bali abad 10 yakni saat pemerintahan dipimpin Anak Bungsu adik Raja Airlangga. Airlangga sendiri memerintah di Jawa Timur. Setibanya Mpu Kuturan di Bali Mpu Kuturan menemui banyak sekali ajaran agama di Bali. Mpu Kuturan kemudian mengembangkan konsep Tri Murti dengan tujuan mempersatukan semua ajaran agama tersebut.Dengan Kedatangan Mpu Kuturan membawa perubahan yang sangat besar di Bali, terutama untuk mengajarkan masyarakat Bali tentang tata cara pemujaan terhadap Hyang Widhi yang dikenal dengan sebutan kahyangan atau parahyangan.Mpu Kuturan juga mengajarkan tentang pembuatan Kahyangan Tiga di setiap desa pakraman di Bali serta mengukuhkan keberadaan Kahyangan Jagat yang salah satunya adalah Goa Lawah. Dalam babad Siddhimantra Tatwa disebutkan ada kisah pertemuan antara Sanghyang Basuki di kawasan Besakih dengan Danghyang Siddhimantra, salah seorang keturunan Mpu Bharadah. Sanghyang Basukih yang merupakan seekor naga. Dalam mitologi Hindu, Naga Basuki merupakan salah satu dari tiga naga jelmaan dewa yang diturunkan untuk menyelamatkan bumi. Naga Basuki menjadi simbol dari keseimbangan siklus yang terjadi di alam. Air menguap dari laut dan turun ke bumi menjadi hujan di gunung (daratan) yang pada akhirnya kembali ke laut.. goa yang berada di bawah Pura Goa Raja Besakih yang konon tembus ke Gowa Lawah. Dalam hubungan ini acapkali terlihat secara samar sosok seekor naga ke luar dari Pura Gowa Lawah, menyeberang jalan lalu menuju pantai. Orang percaya itulah Sanghyang Basukih yang berdiam di goa sedang menyucikan diri, mandi ke laut. Menurut Lontar Prekempa Gunung Agung, Pura Gua Lawah merupakan representasi kepala dari Naga Basuki, sedangkan Pura Gua Raja di Kompleks Pura Besakih merepresentasikan ekornya

              Goa dari Pura Goa Lawah ini, menurut krama Pesinggahan tembus di tiga tempat masing-masing di Gunung Agung (Goa Raja Besakih), Talibeng dan Tangkid Bangbang. Ketika Gunung Agung meletus tahun 1963, ada asap mengepul keluar dari muara goa lawah. Ini suatu bukti Goa Raja Besakih tembus Goa Lawah.


              Dalam beberapa lontar, sekilas ada yang menyimpulkan secara garis besarnya bahwa pura-pura besar yang berstatus Kahyangan jagat dan Sad Kahyangan di Bali dibangun oleh pendeta terkenal, Menurut beberapa catatan sejarah, antara lain Lontar Usana Bali dan Lontar Babad Pasek, Pura Goa Lawah didirikan sekitar abad 11 Masehi. Pura ini didirikan pada tahun 929 Saka atau 1007 Masehi

              Diceritakan pula bahwa pada abad ke-14 Masehi, dilakukan perbaikan dan perluasan kompleks di Pura Goa Lawah ini. Menurut kepercayaan masyarakat Bali, lorong gua ini terhubung dengan mulut Gua Raja di Kompleks Pura Besakih yang berjarak sekitar 30 kilometer. Hanya saja, pada tahun 1917, lorong tersebut runtuh akibat gempa besar.

              Pura Goa Lawah pada awalnya dirawat dan dijaga Gusti Batan Waringin atas petunjuk Ida Panataran yang merupakan putra dari Ida Tulus Dewa yang menjadi pemangku di Pura Besakih. Penunjukkan itu mengingat Goa Lawah memiliki hubungan benang merah dengan Pura Besakih. Pura Goa Lawah merupakan jalan keluar Ida Bhatara Hyang Basukih dari Gunung Agung tepatnya di Goa Raja, terutama ketika berkehendak masucian di pantai.


              Now! Bali Magazine