Difference between revisions of "Place Desa Penglipuran"

From BASAbaliWiki
Line 1: Line 1:
{{PageSponsor}}
+
{{PageSponsor
 +
|sponsor_enabled=No
 +
}}
 
{{Place
 
{{Place
 
|Page Title=Desa Penglipuran
 
|Page Title=Desa Penglipuran
|Photograph=Penglipuran gambar.jpg
+
|Photograph=20220115T180719290Z505702.jpg
 +
|Photograph reference link=https://www.marariversafarilodge.com/desa-penglipuran/
 
|Information about place={{Place/Information
 
|Information about place={{Place/Information
 +
|Title of information=A traditional village
 +
|Description of information=Desa adat (cultural villages) are distinct villages, characterized by houses that strictly adhere to traditional architecture, and the inhabitants usually perform more rituals and other social activities related to their religion, compared to the average modern individual. These kinds of villages often attract visitors who are curious about the lifestyle of older generations, although the local inhabitants have little interest in capitalizing on the potential for tourism.
 +
 +
Desa Penglipuran is one of those cultural villages. Located in Gianyar, in the gentle slopes of Mt. Batur, the village receives a daily dose of cool mountain breeze at 600 meters above sea level. If you ask the locals what the name Penglipuran means, you might receive more than one answer. Some might say it is derived from the phrase Pengeling Pura, which means to commemorate the elders. Others might say it is derived from the phrase Pelipur Lara, which means serenity, or peace obtained in solace. Both of these answers are correct as they are most probably a clever wordplay to describe the essence of the village.
 +
 +
Read more at: https://www.marariversafarilodge.com/desa-penglipuran/
 +
|Credit=https://www.marariversafarilodge.com/desa-penglipuran/
 +
}}{{Place/Information
 
|Title of information=Bangli
 
|Title of information=Bangli
 +
|Description of information=Penglipuran Village has a unique culture and architecture that blends with nature. This philosophy is implemented into three aspects, namely the Parahyangan, Pawongan and Palemahan aspects: harmonious relationship between humans and God, between humans, and humans and their environment.
 +
 +
There are environmentally friendly houses with angkul-angkul (entrance doors) made of soil and bamboo roofs, paon (traditional kitchens) whose walls are made of gedeg (woven bamboo) and bale saka enem which also has a bamboo roof.
 +
 +
To maintain the comfort and beauty of the environment, each household creates a garden in front of their house (telajakan) which is planted with a variety of flower plants and motor vehicles are prohibited in the main yard at certain hours.
 +
 +
The concept of a beautiful and natural village is the main attraction of Penglipuran Village. The wisdom of local residents regarding spatial planning patterns makes this village neat and clean. Apart from this, this village has the status of one of the Bali Aga Villages.
 
|Description of information id=Desa Penglipuran memiliki kekhasan budaya dan arsitektur yang menyatu dengan alam. Falsafah ini diimplementasikan menjadi tiga aspek yaitu aspek Parahyangan, Pawongan dan Palemahan, yaitu hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, antar sesama manusia, dan manusia dengan lingkungannya. rumah warga yang ramah lingkungan yaitu angkul-angkul (pintu masuk) yang berbahan tanah dan beratap bambu, paon (dapur tradisional) yang dindingnya terbuat dari gedeg (anyaman bambu) dan bale saka enem yang juga beratap bambu. Untuk menjaga kenyamanan dan keasrian lingkungan, masyarakat setempat membuat taman di depan rumah mereka (telajakan) yang ditanami dengan aneka ragam tanaman bunga serta adanya pelarangan masuknya kendaraan bermotor di pekarangan induk pada jam-jam tertentu.
 
|Description of information id=Desa Penglipuran memiliki kekhasan budaya dan arsitektur yang menyatu dengan alam. Falsafah ini diimplementasikan menjadi tiga aspek yaitu aspek Parahyangan, Pawongan dan Palemahan, yaitu hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, antar sesama manusia, dan manusia dengan lingkungannya. rumah warga yang ramah lingkungan yaitu angkul-angkul (pintu masuk) yang berbahan tanah dan beratap bambu, paon (dapur tradisional) yang dindingnya terbuat dari gedeg (anyaman bambu) dan bale saka enem yang juga beratap bambu. Untuk menjaga kenyamanan dan keasrian lingkungan, masyarakat setempat membuat taman di depan rumah mereka (telajakan) yang ditanami dengan aneka ragam tanaman bunga serta adanya pelarangan masuknya kendaraan bermotor di pekarangan induk pada jam-jam tertentu.
 
Konsep desa yang asri dan alami menjadi daya tarik Desa Penglipuran. Kearifan warga lokal terkait pola penataan ruang menjadikan desa ini rapi dan bersih. Selain hal tersebut, desa ini berstatus salah satu Desa Bali Aga dengan adanya kekhasan konsep kepemimpinan ulu apat.
 
Konsep desa yang asri dan alami menjadi daya tarik Desa Penglipuran. Kearifan warga lokal terkait pola penataan ruang menjadikan desa ini rapi dan bersih. Selain hal tersebut, desa ini berstatus salah satu Desa Bali Aga dengan adanya kekhasan konsep kepemimpinan ulu apat.
Line 26: Line 44:
 
}}
 
}}
 
|Topic=Tourist Destinations
 
|Topic=Tourist Destinations
|SummaryTopic=uniqquiness in penglipuran village
+
|SummaryTopic=One of the Bali Aga Villages
|SummaryTopic id=keunikan dari tempat wisata penglipuran
+
|SummaryTopic id=Salah satu Desa Bali Aga
 
|SummaryTopic ban=Desa Penglipuran sane akeh meduwe daya tarik dura jana
 
|SummaryTopic ban=Desa Penglipuran sane akeh meduwe daya tarik dura jana
 
|Linked words=Genah, Darmawisata, Desa, Desa adat, Desa dinas,
 
|Linked words=Genah, Darmawisata, Desa, Desa adat, Desa dinas,
 
}}
 
}}

Revision as of 18:08, 15 January 2022

20220115T180719290Z505702.jpg
Name of Place
Desa Penglipuran
Location
Reference
https://www.marariversafarilodge.com/desa-penglipuran/
Lontar
    Folktales
      Biographies
        Children's Books
          Books
            Holidays and Ceremonies


              Add your comment
              BASAbaliWiki welcomes all comments. If you do not want to be anonymous, register or log in. It is free.

              Information about place


              In English

              Desa adat (cultural villages) are distinct villages, characterized by houses that strictly adhere to traditional architecture, and the inhabitants usually perform more rituals and other social activities related to their religion, compared to the average modern individual. These kinds of villages often attract visitors who are curious about the lifestyle of older generations, although the local inhabitants have little interest in capitalizing on the potential for tourism.

              Desa Penglipuran is one of those cultural villages. Located in Gianyar, in the gentle slopes of Mt. Batur, the village receives a daily dose of cool mountain breeze at 600 meters above sea level. If you ask the locals what the name Penglipuran means, you might receive more than one answer. Some might say it is derived from the phrase Pengeling Pura, which means to commemorate the elders. Others might say it is derived from the phrase Pelipur Lara, which means serenity, or peace obtained in solace. Both of these answers are correct as they are most probably a clever wordplay to describe the essence of the village.

              Read more at: https://www.marariversafarilodge.com/desa-penglipuran/

              In Balinese

              In Indonesian


              https://www.marariversafarilodge.com/desa-penglipuran/


              In English

              Penglipuran Village has a unique culture and architecture that blends with nature. This philosophy is implemented into three aspects, namely the Parahyangan, Pawongan and Palemahan aspects: harmonious relationship between humans and God, between humans, and humans and their environment.

              There are environmentally friendly houses with angkul-angkul (entrance doors) made of soil and bamboo roofs, paon (traditional kitchens) whose walls are made of gedeg (woven bamboo) and bale saka enem which also has a bamboo roof.

              To maintain the comfort and beauty of the environment, each household creates a garden in front of their house (telajakan) which is planted with a variety of flower plants and motor vehicles are prohibited in the main yard at certain hours.

              The concept of a beautiful and natural village is the main attraction of Penglipuran Village. The wisdom of local residents regarding spatial planning patterns makes this village neat and clean. Apart from this, this village has the status of one of the Bali Aga Villages.

              In Balinese

              In Indonesian

              Desa Penglipuran memiliki kekhasan budaya dan arsitektur yang menyatu dengan alam. Falsafah ini diimplementasikan menjadi tiga aspek yaitu aspek Parahyangan, Pawongan dan Palemahan, yaitu hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, antar sesama manusia, dan manusia dengan lingkungannya. rumah warga yang ramah lingkungan yaitu angkul-angkul (pintu masuk) yang berbahan tanah dan beratap bambu, paon (dapur tradisional) yang dindingnya terbuat dari gedeg (anyaman bambu) dan bale saka enem yang juga beratap bambu. Untuk menjaga kenyamanan dan keasrian lingkungan, masyarakat setempat membuat taman di depan rumah mereka (telajakan) yang ditanami dengan aneka ragam tanaman bunga serta adanya pelarangan masuknya kendaraan bermotor di pekarangan induk pada jam-jam tertentu.

              Konsep desa yang asri dan alami menjadi daya tarik Desa Penglipuran. Kearifan warga lokal terkait pola penataan ruang menjadikan desa ini rapi dan bersih. Selain hal tersebut, desa ini berstatus salah satu Desa Bali Aga dengan adanya kekhasan konsep kepemimpinan ulu apat. Beberapa cinderamata dari desa ini yakni minuman loloh cemcem, loloh teleng, dan kudapan klepon.


              Sumber:

              Andriyani, Anak Agung Istri. 2017. “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Desa Wisata dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Sosial Budaya Wilayah (Studi di Desa Wisata Penglipuran Bali)”. Jurnal Ketahanan Nasional Volume 23 Nomor 1 Halaman 1-16.


              https://www.desapenglipuran.com/


              I Kadek


              In English

              In Balinese

              In Indonesian

              Penglipuran merupakan salah satu desa adat dari Kabupaten Bangli. Desa ini terkenal sebagai salah satu destinasi wisata di Bali karena warganya yang masih menjalankan dan melestarikan budaya tradisional Bali di kehidupan mereka sehari-hari. Desa Panglipuran merupakan desa wisata yang paling populer di Bali. Akan tetapi warga Penglipuran tetap menjaga budaya, tradisi dan hutan bambu mereka sesuai dengan prinsip Tri Hita Karana. Hal itu kemudian menjadi daya tarik tersendiri bagi para turis untuk berkunjung, sehingga tahun 1993 Pemerintah Bali mempromosikan Desa Penglipuran sebagai tempat tujuan wisata.

              Penglipuran pun berhasil membangun wisata yang menguntungkan warga setempat tanpa menghilangkan budaya dan tradisi mereka. Pada 1995, Desa Penglipuran mendapat penghargaan Kalpataru dari Pemerintah Indonesia atas usahanya melindungi hutan bambu di ekosistem lokal mereka. Warga Penglipuran menyadari potensi mereka dan mengaplikasikan pariwisata berbasis komunitas untuk menghindari kapitalisme pariwisata di desa mereka. Desa Panglipuran memiliki luas wilayah sekitar 112 hektare, namun hanya 9 hektare yang digunakan sebagai pemukiman warga, sedangkan sisanya adalah hutan dan tanah tegalan atau lading. Ditempat ini wisatawan akan melihat bagaimana konsep Tri Mandala diterapkan. Tri Mandala adalah konsep yang membagi desa menjadi tiga bagian: 1) Utama Mandala, yakni bagian paling suci yang terletak di bagian Utara desa di mana candi berada. 2) Madya Mandala, yaitu tempat penduduk desa hidup dan melakukan kegiatan mereka. 3) Nista Mandala, yaitu tempat pengkuburan. Desa Panglipuran menjadi salah satu wisata budaya yang wajib dikunjugi saat berlibur ke Bali. Rumah-rumah di desa ini dari Utara ke Selatan tampak indah dan unik dengan pintu masuk tradisional Bali yang dibuat mirip satu sama lain. Potensi budaya yang hingga kini masih dilestarikan di Penglipuran dalam bentuk Rumah Adat Tradisional semakin menambah kekhasan dan keeksotisan dari Penglipuran. Apa lagi Desa Penglipuran dikelilingi hutan bambu yang memberikan udara pedesaan yang sejuk dan segar dengan bunyi gesekan pohon bambu yang unik bila bersentuhan satu sama lain saat angin berhembus. Wisatawan yang datang kebanyakan ingin mengambil foto terbaik mereka ketika ada di sini. Jalan yang memecah kerimbunan hutan laksana jalan panjang bak sebuah lukisan.

              Desa ini juga menawarkan paket wisata yang terdiri dari tiga macam, di anataranya: paket 2 hari 1 malam, paket 3 hari 2 malam dan paket 4 hari 3 malam. Sementara untuk penginapan di Desa Penglipuran ada dua macam, yaitu guest house dan homestay.


              I Kadek