Desa Dalung merupakan bagian wilayah Kecamatan Kuta Utara dengan Batas-batas desa meliputi sebelah utara Desa Kelurahan Abianbase, sebelah Timur Kelurahan Sempidi dan Desa Padangsambian Kaja, sebelah Selatan Desa Kelurahan kerobokan Kaja dan Desa Tibubeneng, sedangkan sebelah barat Desa Buduk dan Desa sebagian Canggu.
Cikal bakalnya berdirinya Desa Dalung sangat erat hubungannya dengan Desa Padangluah yang merupakan bagian dari kerajaan Meliling. Kerajaan ini awalnya diperintah oleh I Gusti Gede Meliling, yang merupakan putra ke empat dari Raja ke-III Mengwi yaitu I Gusti Agung Nyoman Alangkajeng. Permasalahan perebutan tahta terjadi dan puncaknya ketika pada masa I Gusti Gede Tibung cucu dari I Gusti Gede Meliling, menjadi Yuwe Raja (raja muda) di Padangluah. Pada waktu itu terjadi kegiatan upacara berkabung (ngaben) I Gusti Gede Tegeh I putra dari I Gusti Gede Meliling dan ayah dari I Gusti Gede Tibung. Perang saudara tidak dapat dihindari. Saudara tiri I Gusti Gede Tegeh, yaitu I Gusti Gede Mangku dari Tibubeneng melakukan penyerangan terhadap Padangluah, yang menyebabkan Gugurnya I Gusti Gede Tibung di Kwanji. Wafatnya I Gusti Gede Tibung meninggalkan empat putra laki-laki. Keempat putra tersebut pergi ke Dauh Tukad Yeh Poh (sebelah barat Sungai Yeh Poh, sekarang: Banjar Kaja) bersama anggota keluarganya masing-masing. Keempat putra tersebut adalah I Gusti Gede Tegeh (III), I Gusti Nengah Tegeh, I Gusti Gede Dauh, dan I Gusti Ketut Dauh. Dari tempat ini, mereka menghitung sisa-sisa keluarga dan rakyat yang masih ada. Mereka tidak mau jauh dari Padangluah, agar dapat memantau perkembangan Padangluah dan menyelamatkan rakyatnya yang masih di Padangluah serta memerlukan pertolongan. Ternyata tempat yang paling strategis adalah Dauh Tukad Yeh Poh tersebut (sekarang Banjar Kaja, Dalung). Akhirnya diputuskan untuk tetap tinggal sementara disana sambil membangun strategi lebih lanjut. Perasaan sedih harus kehilangan rakyat, saudara, orangtua, kerabat, sahabat, dan wilayah. Keempat putra I Gusti Gede Tibung berusaha untuk meyakinkan diri dan memperkuat keyakinan tersebut untuk tidak patah semangat. Dalam suasana seperti ini muncul istilah “De Elung” atau "Da Elung" yang berarti "Jangan Patah", kemudian kata-kata itu didengungkan dari mulut kemulut keseluruh masyarakat, untuk membangun mental dan semangat. Maka muncul istilah Dalung yang kemudian menjadi nama Desa yaitu Desa Dalung. Diperkirakan terjadi antara tahun 1823-1825.
Secara Administrasi Desa Dalung dibagi menjadi 23 Banjar Dinas yang terdiri dari:
1. Banjar Dinas Tegaljaya
2. Banjar Dinas Celuk
3. Banjar Dinas Pendem
4. Banjar Dinas Gaji
5. Banjar Dinas Untal-Untal
6. Banjar Dinas Kwanji
7. Banjar Dinas Tegeh
8. Banjar Dinas Kaja
9. Banjar Dinas Cepaka
10. Banjar Dinas Lebak
11. Banjar Dinas Kung
12. Banjar Dinas Padangbali
13. Banjar Dinas Dukuh
14. Banjar Dinas Penglian
15. Banjar Dinas Pegending
16. Banjar Dinas Tuka
17. Banjar Dinas Linggabumi
18. Banjar Dinas Bhineka Nusa Kauh
19. Banjar Dinas Bhineka Nusa Kangin
20. Banajr Dinas Campaun Asri Kangin
21. Banjar Dinas Campuan Asri Kauh
22. Banjar Dinas Tegal Luwih
23. Banjar Dinas Taman Tirta
Enable comment auto-refresher