- Nama lengkap
- Putu Sudjana
- Nama Pena
- -
- Photograph by
- Link to Photograph
- Website for biography
- Tempat
- Related Music
- Related Books
- Related Scholars Articles
Biodata
In English
In Balinese
In Indonesian
Contoh karya
(1)
kita bangun mimpi
dari khayal anak anak lahir
di pantai meski kelam terasa
buih ombak teresap ke balik pasir
roda kereta kala terus bergerak memanjat langit, menyusur lembah batang batang pohon tua kulit berselimut lumut cuaca basah aku mencatat perjalanan panjang memilah kesiasiaan
mengapa setiap membangun cinta mesti memperoleh kenikmatan padahal kerinduan karena kelahiran yang mempesona
di tubuh januari tahun anjing masih terdengar gemuruh hujan desember angin dingin membeku nanah luka ah, senyum seorang ibu dan lambaian tangan kanakkanak adalah pengantar petualangan tapi penyair akan pulang pada kata kata entah di awal gerimis pada ruang yang terus menyempit bersama para petani menyiangi tanaman pijakan kaki di lumpur tanah garapan melengkingkan kebisuan lebih gemuruh dari risau sebuah pabrik menggema sampai istana para raja masa silam entah di awal kemarau bersama anak anak ayam mengorek sisa sia sia
(2) dari berjuta pagi kutemukan satu yang telah silam satu lagi silau di mata dan kita merasa bangga sebagai manusia tiap malam menyimpan kenangan dalam almari kadang mengadu pada cermin menata wajah sebab khawatir menjadi tua
ini abad kembang kertas membangun mimpi dari khayal orang orang hutan menuju rumah matahari bagi sebuah pesta pesta pesta pesta sorak sorai slogan duniawi
keindahan sunyi sudah lama terkubur ibarat laut kering dan seekor anjing melongok neteskan liur ikan ikan tinggal kerangka sedang seseorang sangat asing tersenyum bangga bagi lukisan abstrak paling istimewa
(3) ketika layar sandyakala terbentang seorang lelaki berdiri sendiri di sudut bale banjar nampak ragu memukul kentongan kematian karena matahari biasa pulang di kaki langit ufuk barat tiada nampak awan hitam pekat apa bukan karena gerhana? mencoba genggam hati nurani sebab esok masih ada upacara kelahiran
di halaman pemerajan seorang kakek membimbing cucu cucunya sujud menghadap matahari pagi menabur bunga putih kuning harum asap dupa dan bau kemenyam dibakar menembus hari depan keris pusaka ditancapkan di tanah leluhur tanah leluhur adalah sebuah keyakinan tak boleh dinistakan sebab para peladang masih mencintai desanya meski gerimis hari ini menjadi kemarau kemudian
ketika membangun mimpi dari khayal bidadari tersenyum ramah di kanvas seorang pelukis mengapa dibiarkan tertutup jamur?
Aktifkan pemuatan ulang komentar otomatis