Made Edy Arudi

Dari BASAbaliWiki
Lompat ke:navigasi, cari
1s.jpg
Nama lengkap
Made Edy Arudi
Nama Pena
Photograph by
Link to Photograph
Website for biography
Tempat
Related Music
Related Books
Related Scholars Articles


Tambahkan komentar
BASAbaliWiki menerima segala komentar. Jika Anda tidak ingin menjadi seorang anonim, silakan daftar atau masuk log. Gratis.

Biodata


In English

Made Edy Arudi is a poet and a civil servant teacher at SMP Negeri 2 Sukasada - Bali, born October 22, 1978. His poems are often published in the National Bali Post newspaper, his other works can also be read in several poetry anthologies together, such as: Klungkung: Tanah Tua Tanah Cinta (2016), Anthology of Poems of 100 Poets of the Archipelago “When the Birds Have Gone” (2016), Finding Childhood in the Body of Advice (2016), Madah Merdu Kamadhatu (2017), Ijen Valley Smile (2018), and Chewing Furious Against Corruption (2018), etc.

In Balinese

In Indonesian

Made Edy Arudi adalah penyair dan seorang guru PNS di SMP Negeri 2 Sukasada - Bali, kelahiran 22 Oktober 1978. Puisi-puisinya sering dimuat di koran Nasional Bali Post, karya-karya lainnya juga dapat dibaca di beberapa buku antologi puisi bersama, seperti: Klungkung: Tanah Tua Tanah Cinta (2016), Antologi Puisi 100 Penyair Nusantara “Ketika Burung-burung Itu Telah Pergi” (2016), Menemukan Kekanak di Tubuh Petuah (2016), Madah Merdu Kamadhatu (2017), Senyum Lembah Ijen (2018), dan Mengunyah Geram Melawan Korupsi (2018), dll.

Contoh karya

Bukan Tubuhmu
Bukan Tubuhmu

Bukan.. sama sekali bukan tubuhmu Ia kan membusuk


Tapi matahari menyala di dadamu Sebab aku numadi tubuh rembulan Perlu sedikit cahaya Karena kutuklah mesti berjalan sepanjang malam keterasingan Sahabat hanya gelap Bintang menjauh Sempurnakan kefanaan.


Bukan... sama sekali bukan tubuhmu Ia kan menua Keriput - menjadi tanah


Tapi deru ombak di dadamu Sebab nelayan yang melaut di tubuhku sering kehilangan angin Perahu tertancap di lintasan itu saja Dan aku akan mati meratapi kesepian


Sungguh bukan tubuhmu Tapi subuh di dadamu Sebab kupu-kupu bersayap pelangi sepertiku Suka berteduh di pepohonan berdaun fajar Dan setiap helai daun jatuh membelai rambut, Menenangkan raung satwa yang berumah di tubuhku


Sungguh bukan tubuhmu Maka dijiwamu yang bergetar Aku akan lepaskan ketakutan Sebelum akhirnya waktu benar-benar menjauhkanmu dari jangkauanku Dan kita tidak bisa berpeluk Meski kedua tangan ini masih bisa kurentangkan.

(2018)
Aku Sebatang Pohon
Aku Sebatang Pohon

Aku sebatang pohon Ingin menjaga musim tetap rindang Sambil menunggumu datang bersandar sampai bosan Karena di kulit tubuhku Yang pohon ini Kau pernah melemparkan sepahan kenangan; Peluh Bekas cinta Bahkan sisa rintih

Tapi tak akan terlihat Alir sungai tangis di mata sedihku Yang mulai retak ini Sebab aku sudah ditakdirkan Dengan akar untuk selalu terpancang diam Menunggu Walau kulitku mengelupas Daunku meranggas Dan dagingku membatu Menahan berabad rindu

Di usia lapukku Biarlah tetap menjadi pohon saja Menunggumu datang bersandar Sampai bosan. Hingga waktu benar-benar datang Menebang usia.

(2018)