I Ketut Suwidja

Dari BASAbaliWiki
Lompat ke:navigasi, cari
1-suwidja.jpg
Nama lengkap
I Ketut Suwidja
Nama Pena
Photograph by
Link to Photograph
Website for biography
Tempat
Singaraja
Related Music
Related Books
Related Scholars Articles


Tambahkan komentar
BASAbaliWiki menerima segala komentar. Jika Anda tidak ingin menjadi seorang anonim, silakan daftar atau masuk log. Gratis.

Biodata


In English

I Ketut Suwidja was born in Singaraja, November 20, 1939. He is a writer from Bali who writes in Balinese and Indonesian. He also wrote on palm leaves. Many of his poems have been published in the Bali Post, Karya Bakti, Nusa, etc. Also collected in a number of joint anthologies, such as “Hram” (1988). His solo poetry anthology in Balinese is “Panah Surya” (2000) published by Sanggar Buratwangi and Balai Bahasa Bali. He has won various awards, including the Listibiya Award (1982), the Bali Provincial Government Award (1998), the Bali Literature Award from the Rancage Foundation (2001). He worked at the Gedong Kertya lontar museum in Singaraja and died in 2009.

In Balinese

In Indonesian

I Ketut Suwidja, lahir di Singaraja, 20 November 1939. Dia adalah seorang sastrawan dari Bali yang menulis dalam bahasa Bali dan Indonesia. Dia juga menulis di atas daun lontar. Puisi-puisinya banyak dimuat di Bali Post, Karya Bakti, Nusa, dll. Juga terkumpul dalam sejumlah antologi bersama, seperti “Hram” (1988). Antologi puisi tunggalnya yang berbahasa Bali adalah “Panah Surya” (2000) diterbitkan oleh Sanggar Buratwangi dan Balai Bahasa Bali. Berbagai penghargaan telah diraihnya, antara lain Penghargaan Listibiya (1982), Penghargaan Pemerintah Provinsi Bali (1998), Penghargaan Sastra Bali dari Yayasan Rancage (2001). Dia pernah bekerja di museum lontar Gedong Kertya di Singaraja. Dia meninggal tahun 2009.

Contoh karya

Wajah
(catatan : generasi)

Pada sisi yang buram dilindung selungkup senja pada sisi wajah nyangkut di pohon tercerabut akar tangan tangan wajah menyusup dihimpit ketiak bukan sapa bukan maksud apa apa tak menangkap gerak, semenjak sisimu hanya secercah langkah dari bingkai penghambat yang melebar tinggi di ini alis dan mata ditambah gerak yang tercerap namun tak terbebas hasrat membahana menyayat pedalaman apa katamu aku tak ngerti keriput ini menjadi jadi kearifan senantiasa punya makna karena harapan bagi yang tiada bila sepi hampa mengibaskan seberkas lamunan pada kenyataan menoreh impian pada khayal membiaskan kecemasan dan bayangan cahaya di air tangguhkan kerinduan ruh terhadap laut yang meluapkan beribu benturan bisa jadi beribu kegemparan dan sekejap itu terjadilah sekujur injakan sembari kedinaan namun apa katamu aku tak ngerti keriput ini menjadi jadi

-singaraja November 1986-


http://karyaciptaku.blogspot.com/2011/10/sajak-i-ketut-suwidja-wajah.html

Umbu Landu Paranggi
Umbu,

Daya tangkap tak nampaklah Membawaku di bawah museleum Yang besar tak terkira Batu perkasa penyangga udara? Seraya mengamati batu batu tembok Berwarna cadas namun keras Dilepa sekian waktu berlalu Siapa jadi pengap Resah di tengah rumah Buronan kampung halaman? Menyapa Dan mengapa hatiku bicara Tanpa sepatah kata Burung burung segera menampak darat Tak mungkinbisa lewat Dalama perangkap yang menjebak Jadi pelarian di bawah kolong langit kita Seraya melumatkan diri dari masing masing kecemasan Umbu, Air tenang dan misteri tak terlupakan Kuyakinkan padamu Bahwa kau dan aku menyadari keterbatasan itu Di bawah matahari menyinarkan nyala emasnya

Tanpa bimbingan


http://penyairbali.blogspot.com/2014/09/umbu-landu-paranggi.html