I Ketut Budiana

Dari BASAbaliWiki
Lompat ke:navigasi, cari
108169868 601940580457232 7739849867647877269 n.jpg
Nama lengkap
I Ketut Budiana
Nama Pena
Photograph by
Louis Nagelkerke
Link to Photograph
Website for biography
Tempat
Ubud
Related Music
Related Books
Related Scholars Articles


Tambahkan komentar
BASAbaliWiki menerima segala komentar. Jika Anda tidak ingin menjadi seorang anonim, silakan daftar atau masuk log. Gratis.

Biodata


In English

Born into a family of master artisans in the village of Padang Tegal, Ubud in 1950 Budiana is highly skilled as a sculptor and architect, and specializes in making scared temple images, ceremonial masks and sarcophagus for ritual cremations. A former art teacher, he studied art at SSRI, the Indonesian School of Art in Denpasar and briefly with renowned Dutch painter and architect Rudolf Bonnet (1895-1978). Budiana began painting in the early 70’s and exhibiting from 1974 and has shown his work in many foreign countries while he has won a string of local and international awards. He has been active as a curator at Ubud’s Museum Puri Lukisan from 1986 – 1990 while serving in 1990 as a curator at ARMA museum, and has contributed numerous articles and essays to various publications. Budiana has regularly exhibited at Bentara Budaya Bali while also exhibiting at Bentara Budaya Jakarta and Yogyakarta.

In Balinese

In Indonesian

Contoh karya

Art Therapy with Ketut Budiana
Taksu Bali by Ketut Budiana
Tanpa suatu pergerakan bukanlah sesuatu kehidupan di dunia ini, gerakan, aktivitas adalah ciri kehidupan. kehidupan terjadi karena tidak seimbangnya enerji, yang menimbulkan sesuatu sirkulasi atau pergerakan di dunia ini, manusia memerlukan enerji atau kekuatan untuk hidup di dunia ini. Manusia mempunyai wadah untuk mengontrol energi agar tidak berlebihan dan sesuai dengan keperluan manusia itu sendiri untuk keseimbangan hidup sehingga bisa hidup harmonis antara satu dengan yang lainnya, kelompok, satu dengan kelompok yang lain, juga antar Negara, akan menjadi damai dan aman, karena saling menghargai dan saling menghormati. Untuk itulah masing masing hendaknya tahu apa yang mesti dilakukan dalam hidup ini sehingga bisa menuju kehidupan yang harmonis, damai, tentram, sejahtera.

Mengenal diri lebih mendalam tahu sang diri yang sejati melihat diri dari luar diri, melihat lingkungan kita dari luar, melihat bali dari luar bali, melihat Indonesia dari luarIndonesia atau semacam itu, membandingkan budaya sendiri dengan budaya luar diri dan seterusnya, maka optimisme atau pesimisme yang berlebihan bisa diantisipasi. Seperti menganggap diri kita paling kaya, pintar, besar, berkuasa, baik atau yang lainnya, dan sebaliknya. Dengan pertimbangan inilah saya mencoba untuk mengangkat konsep melihat diri dalam hasil karya seni. Khususnya seni rupa. Dengan melihat dan menikmati karya seni, kita bisa melihat diri kita didalam karya itu, yang seolah olah karya seni itu sebagai cermin diri penikmatnya. Yang selanjutnya bisa mengenal diri, mengontrol diri, sehingga kehidupan bisa seimbang dan harmonis, untuk menuju kebahagiaan sejati. Saya akan coba memperlihatkan hasil karya saya sehubungan dengan konsep tadi, dengan beberapa penjelasan. Orang tua Bali menyebutkan ;INGET INGET ANG RAGANE ; disini ada makna yang sangat dalam untuk mengenal sang diri sejati,tentunya dengan ajaran ajaran yang dilakoni oleh para bijaksana. Inget berarti eling,ingat dengan keberadaan diri sendiri dan belajar mengenal diri atau Raga. Dengan berkesenian salah satu cara untuk mengenal diri ,dengan berkarya,atau melakukan kegiatan berkesenian maka bisa menumbuhkembangkan rasa ,cipta dan karsa secara bersamaan dan terjadi kolerasi antara daya cipta ,dan di wujudkan secara visual,dapat dirasakan oleh sipembuat dan si penikmat,karya ini sebagai cermin bagi yang membuat atau juga si penikma.

Saya coba mengangkat sifat sifat ataupun makna yang terselubung dalam istilah tadi dengan media dan teknik yang saya miliki dalam seni lukis.

Dari Deco Ubud


https://www.youtube.com/watch?v=f_t4dIjTQv4