Ida Pedanda Gede Made Gunung (1952 – 18 Mei 2016) adalah seorang Pedanda (ulama/pendeta) Hindu dari Blahbatuh, Gianyar, Bali. Ia adalah seorang pedanda yang memiliki pandangan progresif jauh ke depan. Pedanda yang dilahirkan di Gria Gede Kemenuh Purnawati ini, seolah-olah mengubah citra Pedanda (Pendeta Hindu) dari sekadar memimpin pelaksanaan upacara, menjadi pen-Dharma Wacana.
Ia sangatlah terampil dalam menerjemahkan filsafat Agama Hindu yang rumit kepada masyarakat umum dengan bahasa yang sederhana, jelas dan lugas disertai selera humor yang tinggi. Tidak mengherankan jika ia acapkali muncul di berbagai media, baik media elektronik maupun media cetak, untuk memberikan Dharma Wacana (wejangan suci) kepada umat Hindu. Tidak hanya di Bali, ia memberikan juga dharma wacana di luar Bali, dari Pulau Jawa hingga ke Kalimantan. Selain aktif tampil di berbagai media cetak maupun elektronik, ia juga aktif menulis di dunia maya melalui situs website.
Terlahir dengan nama Ida Bagus Gede Suamem, ia menamatkan pendidikan sekolah dasar di SD Blahbatuh pada tahun 1965. Selanjutnya ia melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMPN di Gianyar sampai tamat pada tahun 1968. Kemudian ia melanjutkan pendidikan ke Taman Guru Atas di Sukawati. Ia sempat bekerja sebagai Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Gianyar tahun 1972 sampai 1974. Lalu beralih profesi menjadi guru Sekolah Dasar di Banjar Mawang, Lodtunduh, Ubud, tahun 1975 sampai 1983, kemudian pindah mengajar ke SD 3 Pering pada tahun 1983 sampai 1985. Ia ditunjuk sebagai Koordinator Penyuluh Lapangan Agama Hindu Kecamatah Blahbatuh dari 1985 sampai 1987 dan selanjutnya kembali mengajar sebagai guru di SD 7 Saba pada tahun 1987 sampai 1994. Tahun 1992 ia sempat mendapat peringkat sebagai guru teladan Kecamatan Blahbatuh.
Disela-sela kesibukannya mengajar sebagai guru, ia melanjutkan pendidikan di Institut Hindu Dharma (sekarang beralih menjadi Universitas Hindu Indonesia) hingga memperoleh gelar Sarjana Muda pada tahun 1986. Selain sebagai guru sekolah, ia juga adalah seorang pemegang sabuk hitam karate dan pernah bergabung dalam DPD Gojukai (Dewan Sabuk Hitam) tahun 1988 – 1991.
Ia mediksa atau menjadi pedanda pada tahun 1994. Sejak tahun 2002 sampai menjelang akhir hayatnya, ia menjadi dosen luar biasa di Fakultas Usada Universitas Hindu Indonesia. Ia juga dikenal sangat kritis dalam menyikapi permasalahan pelaksanaan upacara ritual Hindu di Bali, terutama Manusia Yadnya dan Pitra Yadnya, yang selama ini kerap digelar dengan megah dan banyak menghabiskan biaya.
Enable comment auto-refresher