OM Swastyastu,
Mari kita bersama-sama merenung tentang dampak paksaan penyatuan budaya dan politik, terutama dalam konteks larangan merayakan hari raya Pengrupukan di Bali saat pemilu. Pengekoran ini bisa menciptakan kemarahan dengan merugikan praktik budaya yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Jadi, sejauh mana kita harus menyerah dalam perayaan budaya demi kepentingan politik yang kerap dipertanyakan? Pemerintah, terutama pemerintahan daerah, semestinya lebih cerdas dalam memahami dan melindungi warisan budaya sebagai hak masyarakat. Hanya dengan kebijakan yang lebih bijak, mempertimbangkan nilai-nilai budaya, kita dapat menciptakan harmoni yang sejati dan kedamaian yang tulus.
Larangan terhadap budaya bersejarah bukan sekadar urusan agama atau budaya, melainkan melibatkan hak masyarakat untuk menjalankan tradisi mereka tanpa campur tangan yang mengganggu. Saya dengan tegas menekankan urgensi dialog yang tajam, penghormatan yang tegas, dan kebijakan yang penuh sarkasme untuk menanggapi isu-isu seperti larangan Pengrupukan. Hanya melalui pendekatan ini, harmoni antara budaya dan politik dapat benar-benar terwujud. Pemerintah seharusnya bukan hanya sekadar mendengarkan, tetapi juga bertindak dengan gesit demi kelangsungan warisan budaya yang sungguh berharga. Terima kasih.
OM Santhi, Santhi, Santhi OM
Enable comment auto-refresher