Gong Raja Due is an ancient orchestral set kept at Puseh Bale Agung Temple, Sepang Traditional Village, Busung Biu District, Buleleng Regency, Bali. The origins of this gambelan are unknown, but this gambelan has been performed during the annual temple ceremony at Puseh Temple since time immemorial. This ancient gambelan can only be sounded during the odalan (temple ceremony) by only eighteen selected people called Sekaa Gemblung.
The Gong Raja Due sacred orchestra consists of a pair of drums, a pair of gongs, an ancient trumpet, and an iron instrument that is tapped to determine the beat of the music. There are eighteen types of music played in this ancient orchestra. At first glance, the eighteen types of music sound the same, but can be clearly distinguished from the sound of the trumpet and the beat of the drums.
This orchestra is believed to be able to connect the human world with the invisible world, which local people know as the wong Samar world. Not only that, this orchestra is also believed to be the embodiment of the god who resides in Puseh Temple. Therefore, before this gong is played, a purification ceremony must be carried out both on the musical instruments and on the eighteen chosen people who are tasked with playing them.
Gong Raja Due adalah seperangkat orkestra kuno yang disimpan di Pura Puseh Bale Agung Desa Adat Sepang, Kecamatan Busung Biu, Kabupaten Buleleng, Bali. Asal-usul gambelan ini tidak diketahui, tetapi gambelan ini telah dipentaskan pada saat karya tahunan di Pura Puseh sejak dahulu kala. Gambelan kuno ini hanya boleh dibunyikan ketika odalan oleh hanya delapan belas orang pilihan yang disebut Sekaa Gemblung.
Orkestra sakral Gong Raja Due ini terdiri atas sepasang kendang, sepasang gong, terompet kuno, dan sebuah alat dari besi yang diketuk untuk menentukan ketukan musik. Ada delapan belas jenis musik yang dimainkan dalam orkestra kuno ini. Delapan belas jenis musik itu sepintas terdengar sama, tetapi dapat dibedakan jelas dari suara terompet dan ketukan kendangnya.
Orkestra ini dipercaya dapat menghubungkan alam manusia dengan alam tak kasat mata, yang oleh masyarakat setempat dikenal sebagai alam wong samar. Tak hanya itu, orkestra ini juga dipercaya sebagai perwujudan dari dewata yang berstana di Pura Puseh, sehingga sebelum gong ini dimainkan, sebuah upacara penyucian harus dilakukan baik terhadap alat-alat musiknya maupun terhadap kedelapan belas orang pilihan yang bertugas memainkannya.
Enable comment auto-refresher