Tradisi Siat Yeh Banjar Teba Desa Adat Jimbaran

From BASAbaliWiki
Revision as of 22:46, 13 October 2022 by Ni Komang Ayu Sri Apriani (talk | contribs) (Created page with "{{PageSponsor}} {{VisualArt |Title=Tradisi Siat Yeh Banjar Teba Desa Adat Jimbaran |Photograph=20221013T222921260Z673669.jpeg |Photograph by=ST. Bhakti Asih Banjar Teba Jimbar...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
20221013T222921260Z673669.jpeg
Title
Tradisi Siat Yeh Banjar Teba Desa Adat Jimbaran
Photo Credit/Source
ST. Bhakti Asih Banjar Teba Jimbaran
Artist / contributor
-
Genre
-
Related Place


Add your comment
BASAbaliWiki welcomes all comments. If you do not want to be anonymous, register or log in. It is free.

In English

In Balinese

In Indonesian

Tradisi Siat Yeh merupakan tradisi yang dilaksanakan sehari setelah hari Raya Nyepi (ngembak geni) oleh masyarakat Jimbaran. Trasidi ini juga dimaknai sebagai tradisi yang mempertemukan dua sumber tirta (mata air) yang berada di Desa Adat Jimbaran. Kedua sumber tirta tersebut adalah air laut di pantai segara dan air suwung (rawa). Selain kesannya mempertemukan kedua sumber air tersebut, juga mempunyai makna yang mendalam dimana tradisi Siat Yeh dalam etimologi Siat yang berarti perang merupakan makna yang pada hakekatnya manusia dalam kehidupan kesehariannya sebenarnya selalu berperang dengan dirinya sendiri atau pikiran-pikirannya sendiri antara keinginan yang baik dan tidak baik sedangkan kata Yeh berarti air merupakan sumber kehidupan manusia sehingga sumber air tersebut harus selalu dijaga dan dihormati sehingga nantinya dengan menjaga kedua sumber air tersebut, masyarakat bisa mendapatkan kemakmuran.

Pelaksanaan Tradisi Siat Yeh yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Adat Jimbaran juga sebagai perwujudan rasa syukur dan bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dimana dalam pelaksanaanya juga terdapat persembahan berupa upakara atau banten dan diiringi berbagai seni tetabuhan sebagai perwujudan seni /estetika. Tradisi Siat Yeh sebagai penglukat agung yang mengandung arti sebagai salah satu usaha membersihkan dan menyucikan diri pribadi melalui sarana berupa air tawar dan air laut, agar dapat mendekatkan diri pada Ida Sang Yang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa).

Tradisi Siat Yeh ini sudah menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) tahun 2020.