Meier meninggalkan Eropa menuju Pasifik Selatan pada usia 24 tahun. Untuk membiayai perjalanannya, ia mendirikan sebuah klub, di mana setiap anggotanya menjanjikan sejumlah uang bulanan, sebagai gantinya mereka dapat memilih salah satu lukisan Meier sekembalinya. Dia berlayar ke Papeete melalui Guadeloupe, Martinik, dan Terusan Panama, terinspirasi oleh keindahan yang dia temui, tetapi juga kecewa dengan kehadiran pengaruh Barat.
Setelah kembali sebentar ke Basel, dia pergi ke Bali di mana hidupnya berubah selamanya. Di Bali, dia menemukan kepolosan yang tidak dia temukan di Tahiti. Dia berteman dengan pelukis Jerman Walter Spies, dan kemudian pindah ke rumah bambu seniman Jerman itu. Ia menikah dengan istri Bali pertamanya pada tahun 1936. Ketika Jepang tiba di Bali pada tahun 1941, Meier mendapat izin untuk tinggal di Bali, tidak seperti temannnya Walter Spies yang menemui ajalnya di atas kapal tawanan perang yang melintasi Samudera Hindia. Sayangnya, banyak lukisannya yang hilang, beberapa diberikan kepada pelaut Jepang. Setelah perang, Meier menikah lagi, menjadi ayah seorang putri.
Setelah 15 tahun di Asia Tenggara, Meier sempat kembali ke Swiss sebentar, tapi kemudian kembali ke Bali, disusul Thailand. Pada tahun 1957, dia menikah dengan Laiad, istri ketiganya. Pada tahun 1961, Meier pindah ke Chiang Mai, Thailand Utara, di mana ia tinggal bersama Laiad di sebuah rumah jati yang indah di tepi Sungai Ping. Ia adalah seorang seniman yang produktif dan terus melukis hingga kematiannya di Thailand pada tahun 1982.
Enable comment auto-refresher