[EN] Sabha Parwa is the second of the eighteen Parwas (great chapters) of Mahabharata. Narration in Sabha Parwa begins with the invitation of the five Pandavas to Hastinapur to play dice. Hastinapur is located about 45 minutes from Delhi, so the distance is not too far. Keep in mind that all events in the Mahabharata are real. However, when the Mahabharata entered into various cultures in the world, this historical record was rewritten in the form of poetry, folktales and songs. In Indonesia itself, the Mahabharata was much changed its story to suit the interests at that time. This causes kakawin tobe unreliable as a source of history, but a literary work.
Mahabharata was written by Maharsi Krishna Dwaipayana Vyasa, the greatest and most respected sage by all Hindus.
In Sabha Parwa, the saddest story is when Drupadi, the wife of the Pandavas, was dragged into the courtroom because her husbands lost bets. When Drupadi was almost stripped naked by Dussasana, Sri Krishna, who was Lord Vishnu himself, protected her by giving a very long string of saris to cover her body.
Sabha Parwa is historical evidence that God is always present for anyone who surrenders to Him and becomes His faithful devotees.
Sabha Parwa adalah bagian kedua dari delapan belas Parwa (bab besar) Mahabharata. Narasi dalam Sabha Parwa dimulai dari diundangnya kelima Pandawa ke Hastinapura untuk bermain dadu. Hastinapura terletak sekitar 45 menit dari Delhi, sehingga jaraknya tidak terlalu jauh. Perlu diketahui bahwa segala peristiwa dalam Mahabharata adalah nyata. Namun, tatkala Mahabharata masuk ke berbagai kebudayaan di dunia, catatan sejarah ini ditulis kembali dalam bentuk puisi, syair dan lagu. Di Indonesia sendiri, Mahabharata banyak diubah ceritanya agar sesuai dengan kepentingan kala itu. Ini menyebabkan kakawin tidak dapat dijadikan sumber sejarah, namun sebuah karya sastra.
Mahabharata ditulis oleh Maharsi Krishna Dwaipayana Wyasa, maharsi terbesar dan yang paling dihormati oleh seluruh umat Hindu.
Dalam Sabha Parwa, kisah yang paling menyedihkan adalah ketika Drupadi, istri para Pandawa, diseret ke ruang sidang karena para suaminya kalah bertaruh. Tatkala Drupadi hampir ditelanjangi oleh Dussasana, Sri Krishna, yang adalah Wisnu sendiri, melindunginya dengan memberikan untaian kain sari yang amat panjang untuk menutupi tubuhnya.
Sabha Parwa adalah bukti sejarah bahwa Tuhan senantiasa hadir bagi siapa pun yang menyerahkan diri kepada-Nya dan menjadi penyembah-Nya yang setia.
Enable comment auto-refresher