UPGRADE IN PROCESS - PLEASE COME BACK MID JUNE

Property:Description id

From BASAbaliWiki
Showing 20 pages using this property.
P
Tarian kontemporer Panji Masutasoma mengisahkan tentang kebhinekaan, Bhineka Tunggal Ika. Garapan ini mengandung unsur-unsur tari Panji Gambuh gaya Budakeling, kemudian juga unsur seni Rudat dan Burdah Saren Jawa serta teks Sutasoma sebagai narasinya. Garapan ini mencoba memadukan riwayat-riwayat lama yang telah dikenal, menjadi sebuah garapan baru.  +
Panji Semirang adalah tari kreasi tradisional Bali yang termasuk jenis tari kakebyaran, yaitu tarian dengan iringan gamelan gong kebyar yang umumnya menggunakan pukulan makebyar saat mengawali tabuhan. Tarian ini diciptakan oleh I Nyoman Kaler tahun 1942, mengisahkan pengembaraan Galuh Candra Kirana yang menyamar sebagai seorang laki-laki bernama Panji Semirang untuk mencari kekasihnya Raden Panji Inu Kertapati. Tari Panji Semirang disajikan sebagai tarian tunggal bebancihan, yaitu tari dengan karakter antara laki-laki dan perempuan, halus dan lembut. Meski aslinya merupakan tari tunggal namun Panji Semirang sering dibawakan dalam bentuk drama tari yang melibatkan banyak penari. Struktur tari Panji Semirang yang berkembang di masyarakat saat ini umumnya hanya berupa nukilan dan tidak dibawakan secara lengkap. Struktur tari yang lengkap terdiri dari: (1) Papeson; (2) Ngumbang; (3) Pangecet; (4) Pangadeng/Tetangisan; (5) Ngumbang; (6) Tindak Dua; (7) Ngumbang; (8) Ocak-ocakan; (9) Ngumbang; (10) Pakahad pertama; (11) Ngumbang); (12) Pangipuk; dan (13) Pakahad kedua akhir tarian. Struktur tari yang pendek terdiri dari (1) Papeson, gerakan-gerakan yang mengawali tarian; (2) Ngumbang, gerakan peralihan ke urutan tari berikutnya dengan cara berputar ke arah belakang, membuat pola lantai angka delapan (luk penyalin), tangan kanan ditekuk sejajar dada dan tangan kiri memegang ujung kain (kancut); (3) Pangecet, gerakan dalam struktur tari yang dilakukan dalam ritme cepat; (4) Pangadeng/Tetangisan, gerakan tari yang menggambarkan kesedihan; (5) Ngumbang menuju akhir tarian. Adapun ragam gerak tari Panji Semirang sesuai urutannya terdiri dari manganjali (gaya sembah sebagai representasi cara bersembahyang orang Bali dalam kesehariannya), mungkah lawang, agem, seledet (gerakan mata ke sudut atas/samping disertai gerakan leher), luk naga satru (gerakan kedua tangan diputar ke dalam disertai pandangan mata ke arah tangan yang lebih tinggi, menggambarkan dua ekor naga yang saling berpandangan), luk nerudut, ngelier, ngileg, ngangget, ulap-ulap, agem nyigug, miles, nadab gelung, nadab pinggel, gandang arep, ombak angkel, ngeseh, nguses, ngeteb, ngumbang, luk ngelemat, ngucek, jongkok Panji Semirang, ngileg, nyalud, ngiluk, ngepel, ngeliput, tanjek ngandang, nyogok, maserod, dan nyakup bawa. Busana penari Panji Semirang terdiri dari: (1) Gelungan dengan bentuk jejateran (udeng-udengan), dibuat dari kain prada yang kemudian berkembang menggunakan kulit sapi yang diukir dan dicat prada. Ada juga modifikasi dari kain beludru yang disulam dengan benang gim; (2) Badong bundar berbahan kulit yang diukir dan diprada, atau sulaman kain beludru; (3) Tutup dada dari bahan sulaman kain beludru; (4) Gelang kana dari kulit yang diprada, dikenakan di pergelangan tangan dan sedikit di bawah pangkal lengan; (5) Sabuk dari bahan kain yang diprada; (6) Ampok-ampok, bahannya sama dengan badong; (7) Kamen (kain) prada warna hijau menjulur di samping kiri (makancut). Penari juga membawa kipas prada sebagai properti tari, yang digerakkan dengan tangan kanan dalam sikap tertentu. Aksesoris berupa bunga imitasi sandat satu atau dua buah sebagai hiasan pada gelungan. Bunga kamboja merah diselipkan di telinga kanan, sedangkan telinga kiri bunganya berwana putih. Tata rias wajah cantik dengan mempertegas raut wajah memakai kosmetik. I Nyoman Kaler yang juga ahli karawitan, menciptakan sendiri musik iringan untuk tari-tariannya. Terkadang bahkan musiknya lebih dahulu ada sebelum tariannya, seperti Tabuh Telu (Demang Miring), Kebyar Dang (Mergapati), dan Kebyar Dung (Panji Semirang) yang semuanya menggunakan gamelan gong kebyar. I Nyoman Ridet dari Kerobokan yang merupakan murid Kaler, menciptakan gending iringannya juga diawali dengan nada Dung tetapi dengan melodi yang berbeda. Pada bagian pangadeng/tetangisan dipakai melodi lagu Sriwijaya, yang mengagungkan kerajaan Sriwijaya di Palembang sebagai pusat perkembangan agama Budha di Indonesia. Jadi iringan musik tari Panji Semirang mempunyai dua versi, yaitu pada bagian papeson (awal tarian), dan pangadeng/tetangisan (penggambaran kesedihan). Musik iringan dalam tari Panji Semirang sangat mendominasi sehingga penari harus mengikuti gemelan iringan yang telah memiliki pola tertentu. Tari Panji Semirang tergolong balih-balihan, yaitu tarian yang berfungsi sebagai tontonan. Tarian sebagai sebuah tontonan harus dapat menampilkan keindahan gerak dan nilai seni yang tinggi, sehingga penonton terpuaskan serta penarinya sendiri mendapatkan kepuasan batin karena berhasil menghibur masyarakat. Tari Panji Semirang juga berfungsi sosial, dimana saat pertunjukan terjadi interaksi dan pergaulan di antara sesama seniman bahkan juga dengan penonton, sehingga memberikan dorongan solidaritas pada masyarakat penikmat yang mewujudkan rasa kebersamaan. Tari Panji Semirang juga pernah digunakan sebagai media komunikasi dan diplomasi kebudayaan. Penari pertama tari Panji Semirang sering mengadakan pertunjukan ke kota-kota besar di Jawa, bahkan melawat ke China pada tahun 1955 sebagai duta seni. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengakrabkan hubungan antar suku dan negara, serta kegiatan diplomasi.  
Pesta Kesenian Bali XLIV Tahun 2022 mengangkat tema: Danu Karthi: Huluning Amreta yang dimaknai Memuliakan Air Sumber Kehidupan. Pesta Kesenian Bali Tahun ini menampilkan 8 materi pokok yakni : Peed Aya (Pawai), Rekasadana (Pergelaran), Wimbakara (Lomba), Kandarupa (Pameran), Kriyaloka (Workshop/ Lokakarya), Widyatula (Sarasehan), dan Adi Sewaka Nugraha (Penghargaan Pengabdi Seni). PKB XLIV Tahun 2022 dirangkaikan dengan penyelenggaraan Bali World Culture Celebration (BWCC) dan Jantra Tradisi Bali, yang penyelenggaraannya dilaksanakan secara bersamaan, simultan dan konfrehensif, sehingga menjadikan gaung PKB sebagai festival budaya terbesar semakin semarak, agung dan mendunia. Bali World Cultural Celebrations (Perayaan Kebudayaan Dunia di Bali) merupakan kegiatan apresiasi budaya dalam upaya mewujudkan bali sebagai Pusat Kebudayaan Dunia (Bali Padma Bhuana). Kebesaran dan kemegahan Kebudayaan Bali kini telah mendapat pengakuan dunia sehingga melalui pintu Kebudayaan daya saing Bali dan Indonesia dapat dipertaruhkan. Jantra Tradisi Bali merupakan kegiatan apresiasi budaya untuk penguatan dan pemajuan kearifan lokal, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, pengobatan tradisional, permainan rakyat, serta olahraga tradisional. Selain itu Kandarupa (Pameran) sebagai serangkaian Pesta Kesenian Bali XLIV juga diadakan tahun ini melalui tema "DANU-HULU-MANU (Susastra Lelaku Air Cipta Rupa)" bertempat di : - Museum Puri Lukisan - Museum Neka - Gedung Kriya Taman Budaya - Museum ARMA  +
Tarian ini sebagai sebuah simbol dari Pemendak (Menjemput) Ida Betara atau keyakinan yang bersemayam dalam wujud Pralingga agar berkenan turun ke bumi memberi anugerah kedamaian, kesehatan, dan kerahayuan melalui gerak, bunyi dan sastra.  +
Pendet Swastiastu merupakan tari penyambutan dengan tabuh Jegog, gamelan bambu khas Jembrana, Bali, yang dikoreografi dalam dua bagian. Bagian 1: Untuk menyambut tamu kehormatan ketika memasuki ruang acara, dan Bagian 2: menyampaikan ucapan selamat datang dengan tarian yang gemulai diiringi tabuh Jegog dan gending yang memikat. Tari Pendet Swastiastu diciptakan oleh Deniek G. Sukarya sebagai penata kreatif dan tabuh, Putu Adi Arianto S.Sn. dan Wayan Sumindra S.Sn. sebagai penata tari dan kostum.  +
Mengenalkan pemilahan sampah sejak dini  +
Warga berkumpul di Bank Sampah untuk Menabung Sampah  +
Sosialisasi bank sampah dan pemilahan sampah kepada siswa sekolah oleh bapak perbekel desa tembok, I Dewa Komang Yudi  +
Pemilahan sampah dipandu langsung oleh Bapak Perbekel Desa Tembok, I Dw. Komang Yudi  +
Penimbangan Sampah  +
Penimbangan ecobrick  +
Di Karangasem ada salah satu seni gamelan khas dan langka yang diberi nama “Penting”. Kesenian Penting pernah mencapai masa keemasannya pada masa-masa akhir kerajaan Karangasem. Salah seorang seniman alumnus Program Studi Seni Rupa dan Desain Unud Denpasar, AA. Gede Krisna Dwipayana,S.Sn yang tinggal di Puri Kaleran Karangasem mengungkapkan, Penting sudah muncul di Karangasem sejak jaman penjajahan Belanda. Tepatnya pada saat Pemerintah Belanda menyelenggarakan sebuah perhelatan kesenian yang diberi nama Ngeraja Kuning, semacam pawai kesenian, mirip Pesta Kesenian Bali, yang ditujukan untuk menghormati Ratu Belanda. Kesenian Penting juga pernah dipentaskan pada saat Raja Karangasem menyelenggarakan Karya Ligia tahun 1930 bersama kesenian Rebana dan Tari Rodat. Sampai pada era tahun 1980-an kesenian ini masih mudah dijumpai dalam bentuk perorangan maupun sekaa dan pernah beberapa kali tampil di televisi dan PKB. Namun setelah beberapa tahun pementasan Penting mulai jarang, karena kebanyakan tokoh-tokohnya meninggal dunia. Penting adalah alat musik yang tergolong sapta nada sehingga dapat memainkan lagu-lagu baik dengan dasar pelog maupun selendro, bahkan gabungan diantara keduanya. Penting dapat memainkan gending-gending pegongan, peangklungan dan pejogedan, dan dapat difungsikan dalam berbagai upacara yadnya. Cara memainkan alat ini yaitu dengan menggesek/menyentil berbalas naik dan turun secara berulang-ulang pentang (dawai) menggunakan alat yang disebut pengotek (vics) yang terbuat dari kulit penyu atau lembu. Untuk menghasilkan nada yang diinginkan harus menekan pengonjet/pekocet (tuts) terlabih dahulu. Ketika pertama kali diciptakan, alat ini hanya bisa dimainkan dengan duduk bersila yang diletakkan di atas kedua paha. Tapi kini setelah diinovasi alat ini bisa dimainkan sambil berjalan kaki. Dahulu sejak diciptakannya gamelan Penting hanya dimainkan tersendiri, tapi kini, bisa dimainkan secara barungan (group) seperti yang dilakukan oleh Seke Penting Merdu Komala (salah satu komunitas seni yang aktif melestarikan instrument Penting) yaitu dilengkapi dengan 1 buah rebab, 1 buah gong pulu, 2 buah kendang (lanang- wadon), 1 buah cengceng, 4 buah suling, 1 buah kajar/tawa-tawa, 1 buah kempul, 1 buah kemong dan sendon serta 7 buah Penting. Sekaa Merdu Komala ini pernah berkolaborasi dengan alat music slonding dan gerantang, bahkan tidak menutup kemungkinan untuk berkolaborasi dengan alat gamelan yang lain.  
Purna Sasi adalah lagu berbahasa Jawa kuno (Kawi). Purna sasi berarti "bulan sempurna" dan berisi pujian kepada sinar bulan purnama yang menyejukkan.  +
Tari Puspa Mekar merupakan tarian penyambutan ciptaan Guruh Soekarno Putra dan A.A. Gd. Oka Dalem pada tahun 1982. Guruh Soekarno Putra terinspirasi dari adegan rebong pada wayang kulit Bali dan tari kakan-kakan pada Parwa yang menggambarkan putri nan elok, serta sifat kewanitaan yang lembut seperti bunga saat mekar. Pada beberapa bagian tari puspa mekar terdapat perpaduan antara gerakan Jawa dan Bali yang sangat anggun dan berwibawa selayaknya seorang putri.  +