UPGRADE IN PROCESS - PLEASE COME BACK MID JUNE

Property:Description id

From BASAbaliWiki
Showing 20 pages using this property.
L
Legong Somia mengisahkan tentang sejarah spiritual mengenai keberadaan dari burung bangau atau kokokan di Desa Bedulu, Ubud. Dikisahkan bahwa pada tahun 60an ketika terjadi tragedi kemanusiaan di Indonesia, Desa Bedulu melakukan suatu upacara keagamaan agar jiwa-jiwa yang meninggal dalam tragedi yang terjadi di banyak desa di Bali termasuk di Bedulu bisa lebur dan menyatu dengan Sang Pencipta. Maka ketika upacara tersebut dilaksanakan, tiba-tiba hadir puluhan bahkan ratusan burung bangau yang sampai saat ini banyak menghuni pepohonan yang ada di Bedulu. Rakyat di sana percaya bahwa burung-burung tersebut merupakan perwujudan dari jiwa-jiwa yang kini telah tenang berkat diadakannya upacara 'nyomya' atau penyucian jiwa-jiwa yang diadakan di Desa Bedulu. Burung-burung ini juga dianggap pembawa berkah, sehingga keberadaannya sangat dilindungi di Desa Bedulu.  +
⏤  +
M
Tari Mabuang Mulan Daha merupakan jenis tarian sakral dari Tenganan Pegringsingan di Desa Tenganan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Propinsi Bali. Tari ini ditarikan oleh para gadis yang sudah melalui proses upacara menjadi Daha. Tarian yang termasuk dalam kategori Tari Wali ini adalah tarian upacara untuk menuangkan air nira. Tari ini dibawakan oleh gadis-gadis daha sebagai tanda kehormatan terhadap Ida Sang Hyang Wisi Wasa. Dipertunjukan sore hari pada sasih sambah atau sasih kelima dengan disesuaikan pada perhitungan kalender di Tenganan Pegringsingan. Tari Mabuang Mulan Daha adalah bagian penting dari Upacara Ngusaba Sambah yang diadakan setahun sekali selama satu bulan penuh. Dikatakan bahwa ritual tersebut merupakan hari wafatnya Bhatara Indra. Sedangkan Tarian Mabuang Mulan Daha difungsikan sebagai pengiring kepergiannya ke surga. Ini juga berarti upacara belum bisa dianggap selesai tanpa dipertunjukannya tarian ini. Dalam buku “Karangasem dengan Desa-desa Adatnya” karya Dewa Gede Raka disebutkan bahwa terdapat dua jenis Tari Abuang (Mabuang) yakni Tari Mabuang dan Mabuang Kala. Tari Mabuang merujuk pada tari oleh para daha pada sasih kasa (bulan satu) di depan Bale Agung pada upacara Sabah di Subak-subak Daha. Sedangkan Tari Mabuang Kala ditarikan oleh para teruna di Bale Patemu pada Upacara Sabah di bulan ke lima atau Sasih kelima, tepatnya dimalam hari. Istilah “Mabuang” dimaknai sebagai menuangkan air nira (tuak), “Mulan” berarti Asal, sedangkan kata “Daha” berarti Gadis yang telah dibuatkan upacara. Adapun Ngusaba Sambah adalah upacara besar Dewa Yadnya yang terjadi setiap setahun sekali di Desa Tenganan Pegringsingan. Gamelan Sebagai Pengiring Tarian Tari Mabuang Mulan Daha dalam pertunjukannya diiringi dengan Gambelan Selonding dan Gambelan Gambang yang mana kedua Gamelan tersebut hanya dikeluarkan untuk upacara-upacara tertentu. Jika merujuk pada buku Panitithalaning Pegambuhan, kedua gambelan pengiring tari Mabuang Mulan Daha ini termasuk pada Golongan Tua. Gambelan Selonding diletakkan di bale Petemu Kajam, Tengah dan Kelod. Gambelan ini memakai tiga gending yaitu: Gending Pategak untuk menyemarakkan suasana, Gending Geguron sebagai pembuka upacara, dan Gending-gending untuk mengiringi tarian. Sedangkan Gambelan Gambang yang ada di Bale Agung, memakai gending Panji Marga. Jenis-jenis instrumen yang mengiringi tari terdiri dari: • Gong dua buah, masing-masing terdiri dari empat bilah jadi jumlahnya ada delapan. • Kempul, masing-masing terdiri dua buah terdiri dari empat bilah jadi jumlahnya delapan. • Peenem satu buah yang terdiri dari empat bilah. • Peteduh satu buah yang tyerdiri dari empat bilah. • Nyangnyang alit satui buah yang bterdiri dari delapan bilah. • Nyangnyag ageng satu bilah yang terdiri dari delapan bilah dan satu buah ceng-ceng. Gerak Tari Mabuang Mulan Daha Tari Mabuang Mulan Daha memiliki komposisi tari yang terhubung erat dengan faktor iringan. Dalam hal ini terdapat beberapa frasa diantaranya : • Frasa pertama dimulai dengan gending petegak pertanda berkumpulnya para daha. • Frasa kedua dilanjutkan dengan gending Geguron daha-daha tersebut natagang, medauhan base. • Frasa ketiga gending Ijang-ijang Kesumba dimulai, para daha satu-persatu berdiri membelakangi Bale Petemu menghadap ke Timur dan maju selangkah dengan merentangkan kedua tangannya. Adapun langkah terakhir dari para daha tersebut adalah meayunan. Sebagai salah satu tarian kuno, Mabuang Mulan Daha hadir dengan gerakan yang sangat sederhana namun penuh dengan rasa pengabdian kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa. Mula-mula kedua tangan direntangkan kesamping kanan dan kiri sejajar dengan posisi badan menghadap ke depan. Badan diputar seperempat lingkaran ke samping kiri diikuti dengan gerakan tangan merentang dengan tangan kiri dibawa kebelakang dan tangan kanan kedepan. Arah badan kesamping kiri membentuk sudut seperempat lingkaran diikuti dengan kaki kiri silang di belakang kaki kanan. Kemudian badan diputar seperempat lingkaran menghadap ke samping kanan dengan tangan kiri di bawa kedepan dan tangan kanan di bawa kebelakang. Gerakan ini diikuti dengan kaki kanan silang di belakang kaki kiri, dilakukan berulang-ulang sampai gending itu selesai. Busana Tari Mabuang Mulan Daha • Hiasan Kepala : Memakai pusungan Blesot (cara memakainya seperti pusung Gonyer. Pada bagian tengah rambut diangkat kemudian dimasukkan ke kiri di bawah rambut yang telah diangkat tadi sehingga rambut itu seperti terurai dibawa ke depan bahu. Tetapi pada bagian pangkal rambut masih melekat pada bagian tengah rambut yang terangkat tadi). Memakai hiasan satu tangkai bunga emas, porosan base dan subeng emas. • Hiasan Muka : Hiasan muka sangat sederhana. Biasanya menggunakan bedak dan lipstik, namun terkadang ada yang sama sekali tidak memakainya dan cukup dengan mencuci muka saja. Disini make up tidak mutlak harus dipakai, yang diutamakan adalah rasa pengabdian kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa. Dalam hal tata busana, penari menggunakan tapih (kain dalam berwarna bebas), kain sutra, anteng gringsing, sabuk dan gelang daha. Semua perlengkapan dibebankan kepada masing-masing penari. Busana tersebut disimpan dengan baik dan dapat dipergunakan lagi setiap upacara Ngusaba Sambah se-tahun sekali.  
⏤  +
⏤  +
"Mata Surya" Aku hanya satu, tidak ada duanya Bangkit setiap hari walau jarang yang memperhatikan Terus beredar walau tidak ada yang menyadari Selalu bercahaya walau diacuhkan Biarlah semua bekerja dibawah cahayaku Merangkai hari - harinya Menepuh jalan kehidupannya Aku melihat semua,mendengar semua Namun aku tetap diam tanpa kata, karena tugasku hanyalah menerangi Hingga nanti tiba waktunya tiba untuk keperaduan dan kembali lagi memberikan harapan yang baru Akulah matahari  +
Lagu mejangeran adalah lagu daerah Bali yang telah terkenal ke mancanegara. Lagu ini mengisahkan seorang gadis menawan yang sedang memetik bunga. Lagu ini juga dinyanyikan dalam tarian pergaulan di Bali yaitu tari janger.  +
Dalam projek ini, banyak sekali pesan-pesan yang bisa kita ambil. seperti contoh, membuat lukisan yang walaupun hanya terbuat dari plastik, tetapi bisa dijadikan barang yang berguna dan bernilai tinggi.  +
Tari Merak Angelo terinspirasi dari keindahan dan keunikan dari burung merak. Tarian ini mengimplementasikan gerak gerik burung merak jantan yang seringkali memamerkan keindahan bulu ekornya untuk menarik perhatian merak betina. Kostum dan tata rias tarian ini juga menampilkan keelokan burung merak, mulai dari pemilihan warna kostum, gelungan dan asesoris yang dipakai oleh penari. Tarian ini diciptakan oleh I Ketut Rena dan telah banyak dipentaskan di berbagai acara dan festival.  +
Dalam lagu Mulih, Navicula mengangkat situasi dan kondisi pandemi. Lagu ini menceritakan bagaimana susahnya masyarakat Bali akibat pandemi, hingga akhirnya harus mulih atau pulang kembali hidup di desa menjadi petani.  +
Musik puisi ini berjudul Suryak Siu yang dibawakan oleh anak-anak dari Komunitas Sastra Lentera. Dibina oleh Ida Abgus Pawanasuta, komunitas ini berhasil menampilkan musikalisasi puisi yang sangat indah. Dinyanyikan oleh Sinta dan Dayu Tri dan alat musik dimainkan oleh Ryan dan Tjok Mas, penampilan mereka sangat menghibur semua orang di tengah pandemi covid 19.  +
N
The video and this work were made in SMP Dwijendra Denpasar on September 20, 2021, involved 3 people, namely Satya, Kirana, and Ayu. From the video and the work that we made, we recycled organic and inorganic waste and also revived the Balinese economy by making handicrafts from waste that had a sale value. As we know Bali being a tourism island, the lack of community initiatives to reduce and recycle the use of organic and inorganic waste, can lead to the accumulation of waste. By recycling organic and inorganic waste into handicrafts that are more useful and have a selling value, it will simultaneously preserve nature, especially Bali.  +
Tabuh telu lelambatan pepanggulan ini diciptakan oleh seniman alam I Nyoman Suryadi yang berasal dari Desa Celuk, Sukawati. Ngulat Sari terdiri dari dua kata 'ngulit' dan 'sari'. Ngulit memiliki makna menguliti/mengupas/mencari, sedangkan sari berarti inti/jati diri/identitas diri. Dalam garapan ini komposer berusaha untuk menggunakan berbagai sudut pandang melodi, intonasi ruang dan waktu untuk mewujudkan suatu keindahan yang bermartabat dengan tetap menggunakan pola tradisi di dalam hiasan kekinian.  +
P
Pesta Kesenian Bali 2022 mengambil tema “Danu Kerthi – Huluning Amreta”, Memuliakan Air Sumber Kehidupan” dan berlangsung selama 1 bulan penuh di Art Centre Denpasar. Tahun ini melibatkan 16.150 seniman dan 200 sanggar, sekaa dan komunitas seni. Materi pokok adalah Peed Aya (Pawai), Rekasadana (Pergelaran), Utsawa (Parade), Wimbakara (Lomba), Kandarupa (Pameran), Kriyaloka (Lokakarya), Widyatula (Sarasehan), dan Adi Sewaka Nugraha (Penghargaan Pengabdi Seni). Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian secara resmi melepas Peed Aya (Pawai) Pesta Kesenian Bali ke-44 tahun 2022 pada Minggu, 12 Juni 2022 di depan Monumen Perjuangan Rakyat Bali Bajra Sandhi Renon Denpasar.  +
⏤  +