Berita bohong atau hoax tak lepas dari perbincangan masyarakat Indonesia. Bahkan media massa pun turut memberikan perhatian, karena tugas pun turun memberi perhatian , karena tugas media salah satunya adalah melurusnya berita yang tidak sesuai fakta.
Sepanjang 2020 dan awal tahun 2021 ini, hoax seputar Covid-19 banyak diulas oleh media. Berdasarkan data dari masyarakat anti fitnah Indonesia (Mafindo ), sejak Juni 2020 terjadi kenaikan hoax terkaint Covid-19.
Kaitanya dengan hoax soal Covid-19, Kementrian Pemberdayaan Perempuan menyatakan, peerempuan lebih banyak terpapar hoax selama pandemic Covid-19.Berdasarkan data kemen PPPA, kasus hoax meningkat sebesar 17 persen.
Dalam webinar dengan tema “Kiat Menjadi Bijak Menghadapi Informasi Hoaxs di Massa Pandemi Covid-19’’ pada 22 Agustus 2020 yang dilangsir dari http://aptika.kominfo.go.id/.
Senada dengan kemen PPPA , ketua presidium Mafindo, Septiaji Eko Nugroho, dalam webinar Perempuan Periksa Fakta pada 23 Desember 2020 mengatakan bahwa perempuan adalah pihak yang aktif yang menyebarkan hoax khususnay isu tentang kesehatan.
Khalayak Aktif, berdasarkan hal tersebut dapat disimpulakan bahwa perempuan dalam konteks Covid-19 berperan penting dalam menyebarkan berita benar. Pemilihan informasi yang benar dan tidak tentunya tidak mudah bagi setiap perempuan. Perempuan menjadi khalayak aktif. Dalam melakukan pemilihan informasi hal ini berkaitan dengan literasi media.
Kaitannya dengan peran perempuan dalam menangkal hoax Covid-19 penulis menempatkan perspektif khalayak aktif sebagai analisis. Data di lapangan menyatakan bahwa kaum perempuan lebih menggunakan emosinya dalam menanggapi pesan
Menanggapi Secara Bijak, melalui perspektif khalayak aktif kini, perempuan diharapkan mampu menanggapi pesan dengan bijak. Perempuan perlu membacanya dulu dengan seksama. Setelah itu perlu melakukan analisis pesan dengan berbagai cara. Perempuan bisa melakukan cek kebenaran salah satunya dengan mengakses situs cekfakta.com, media online arus utama, Google News Initiative dan internews. Cara-cara tersebut adalah upaya sederhana yang bisa dilakukan oleh kaum perempuan sebagai agen kebenaran.
Disisi lain, perspektif khalayak aktif mensyaratkan perempuan juga sebagai agen aktif dalam memproduksi pesan. Perempuan adalah agen utama dalam gerakan media di Indonesia. Perempuan diharapkan dalam menggali potensi dalam dirinya untuk terus memberdayakan diri. Dengan demikian, perempuan tak lagi menjadi korban diskriminasi baik oleh media maupun masyarakat.
Enable comment auto-refresher