Hinduism and tolerance of religious life

From BASAbaliWiki
Revision as of 08:52, 10 February 2023 by Aryalawamanuaba (talk | contribs) (Edited automatically from page Intercultural Hinduism and tolerance of religious life.)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
0
Vote
Title (Indonesian)
Hindu dan toleransi kehidupan beragama
Title (Balines)
Hindu lan toleransi ring agama
Original title language
Indonesian
Photo Reference
Fotografer
Photograph credit
Religion or culture
Category
SMA (high school)
Author(s) / Contributor(s)
  • GUSTI NGURAH CAHYA PUTRA MAHARDIKA
Institution / School / Organization
SMA NEGERI 1 GIANYAR
Related Places
    Wikithon competition
    Harmony


    Add your comment
    BASAbaliWiki welcomes all comments. If you do not want to be anonymous, register or log in. It is free.

    What can we do to maintain religious harmony?

    Videos

    Description


    In English

    In Balinese

    In Indonesian

    Om Swastyastu. Om Awighnamastu Namo Sidham. Om Anobadrah Kratavo Yantu Visvatah. Om Sidhirastu Tat Astu Astu Swaha

    Umat sedharma yang berbahagia. Mimbar Hindu kali ini membahas dharmawacana tentang ‘Kebhinekaan dan Toleransi Kehidupan Beragama (Pluralisme)’

    Kebhinekaan dan Toleransi Kehidupan Bergama tidak akan pernah lepas dalam kehidupan beragama di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negeri ini sangat majelmuk, terdiri dari ribuan pulau, suku, adat, dan budaya. Oleh karena itu, perlu ada pemahaman tentang pluralisme.

    Pluralisme berasal dari Bahasa Inggris: Pluralism yang terdiri dari dua suku kata Plural yang berarti beragam, dan isme yang berarti paham. Jadi Pluralisme adalah beragam pemahaman atau macam-macam paham. Bila dikaitkan dengan Pluralisme Hindu dapat diartikan beragam pemahaman atau cara pandang Hindu terhadap praktik ajaran Agama Hindu itu sendiri.

    Umat sedharma yang berbahagia. Kita patut bersyukur karena umat Hindu dikenal sangat menjujung tinggi perbedaan. Hindu mengajarkan Desa, Kala, dan Patra yang diwariskan dari generasi ke generasi.

    Pada masa Kerajaan Majapahit, sat Hindu masih menjadi agama mayoritas, masyarakat dari berbagai agama dapat hidup berdampingan. Sebab, mereka memakai semboyan atau sesanti puja karya Empu Tantular yang tertulis dalam Swastikarana: 81: “Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa” (berbeda-beda tetapi tetap satu dan tidak ada dharma yang kedua).

    Lantas, bagaimanakah pandangan Hindu terhadap keberagaman itu sendiri. Pemujaan tidak bisa diseragamkan karena adat dan budaya yang berbeda. Dalam Kitab Suci Bhagawad Gita IV. 11 disebutkan: Ye yatha mam prapadyante. Tams tathaiva bhajamy aham. Mama vartmanuvartante. Manusyah partha sarvasah. (Bagaimanapun (jalan) manusia mendekati-Ku, Aku terima, wahai Arjuna. Manusia mengikuti jalan-Ku pada segala jalan)

    Jadi dari sloka tersebut dapat dipahami bahwa Sang Hyang Widhi tidak pernah membedakan jalan atau cara yang kita lakukan untuk memuja-Nya. Sang Hyang Widhi akan menerima semua itu. Sloka ini mengajarkan umat Hindu untuk melihat perbedaan atau kebhinekaan sebagai sesuatu yang selalu ada di dunia ini atau sering kita sebut Rwa Bhineda.

    Inilah yang mendasari walaupun pemeluk agama Hindu berbeda suku dan budaya, namun tetap satu. Hindu tidak anti terhadap perbedaan, baik secara kebudayaan, adat-istiadat, dan dalam ritual (upacara dan upakara). Kita tetap memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Inilah maksud dari Kebhinekaan atau Pluralisme Hindu,.

    Dalam Chandogya Upanisad juga disebutkan: Om Tat Sat Ekam Ewa Adwityam Brahman (Hyang Widhi haya satu, tak ada duanya dan maha sempurna). (Swastikarana:104). Jadi kita perlu menyadari bahwa Hyang Widhi hanyalah satu tidak ada duanya dan Maha Sempurna yang meresapi setiap insan di alam semesta ini.

    Umat sedharma yang berbahagia. Sebagai umat Hindu, marilah kita bersama menjunjung tinggi kebhinekaan, sehingga kehidupan beragama akan sangat toleran baik dengan sesama Hindu maupun dengan umat agama lainnya. Bukankah bunga di taman tidak akan tampak indah jika hanya terdiri dari saju jenis dan warna bunga saja. Namun, jika banyak warna dan jenisnya, maka akan tampak lebih indah. Sama halnya dengan Indonesia yang sangat beragam.

    Demikian dharmawacana kali ini. Suro Diro Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti. Saya akhiri dengan Puja Parama Santhi. Om Santhi SanthI Santhi Om