This paper intends to critically analyze the Bali’s family planning discourse that was launched by the Governor of Bali in June 2019, which gave rise to pros and cons in the community. State hegemony through the national KB program 'Two Enough Children' is seen to have weakened the demographic position of the ethnic Balinese on the one hand and the dominance of the migrant population on the other. The purpose of this study is to explain how ideological interests, political interests of identity, and cultural romanticism operate and contest in the discourse of Bali’s family planning in Bali. Using the critical discourse analysis method this study found that Bali's family planning discourse involves the contestation of local, national, and global ideologies. His conclusion was that in the contestation the practice of identity politics and the manipulated of cultural romanticism by subjects and actors took place in the dialectics of competition and positioning between Balinese and migrant populations.
Panyuratan puniki maduwe tatujon angulati sekadi teleb pangerencana kulewarga ring Bali sane kamedalang olih Gubernur Bali rikala sasih Juni 2019, sane ngawetuang makudang patungkas setuju kalawan tan setuju ring para krama. Tetuwek Keluarga Berencana KB Nasional sane mamuatang Dua Anak Cukup ketampen sekadi mangawinang mapakirang posisi demografi manusa Bali tur nincapang posisi demografi krama tamiu. Tatujon pangulatian puniki tan sios mangda prasida mitatasang sapunapi minakadi motif idiologi,motif politik identitas lan romantisme budaya mapengrabda mewastu kedadosang pabligbagan pangerencana kulewarga ring Bali. Ngawigunayang analisa diskusi kritis , pangulatian puniki mitatasang inggian babaosan pangerencana kulewarga ring Bali kesarengin antuk pabligbagan idiologi lokal, nasional lan global. Pidagingnyane ring pabligbagan inucap kawentenan praktek politik identitas lan romantisme budaya olih subyek lan pelaku ngawetuang kompetisi dialektika manusa Bali lan I krama tamiu.
Paper ini bertujuan untuk menganalisa secara kritis program perencaan keluarga di Bali yang diluncurkan oleh Gubernur Bali pada Juni 2019, yang memunculkan sejumlah pro dan kontra di masyarakat. Hegemoni sistem Keluarga Berencana (KB) nasional yang menekankan pada “Dua Anak Cukup” dipandang telah melemahkan posisi demografis etnis Bali di satu sisi, dan menguatkan posisi demografis pendatang di sisi lain. Tujuan dari studi ini adalah untuk menjelaskan bagaimana motif ideologis, motif politik identitas, serta romantisme budaya bekerja dan dibahas di dalam diskusi tentang perencanaan keluarga di Bali. Menggunakan critical discourse analysis (analisa diskusi kritis), studi ini menemukan bahwa diskusi tentang perencanaan keluarga di Bali melibatkan perdebatan ideologi lokal, nasional, dan global. Kesimpulannya adalah bahwa dalam perdebatan dimaksud, praktek politik identitas dan romantisme budaya yang termanipulasi oleh subyek dan pelaku terjadi di dalam kompetisi dialektika dan menempatkannya diantara populasi orang Bali dan migran.
Enable comment auto-refresher