How to reduce waste at school canteen? Post your comments here or propose a question.

An attitude of Concern and Responsibility Towards Ukrainan Refugees

20220606T145416566Z165281.jpg
0
Vote
Title (Other local language)
Photograph by
Author(s)
Reference for photograph
https://www.schengenvisainfo.com/news/what-asylum-procedures-should-ukrainian-refugees-follow-to-remain-in-luxembourg/
Subject(s)
    Reference
    Related Places
    Ukraina, ,Indonesia,Bali
    Event
    Related scholarly work
    Reference
    "Alasan Banyak Warga Indonesia Dukung Invasi Rusia" -CNN Indonesia
    Competition
    Pengungsi


    Add your comment
    BASAbaliWiki welcomes all comments. If you do not want to be anonymous, register or log in. It is free.

    What is your attitude and responsibility to refugees who come to your area because of a conflict such as what's happening in Ukraine?

    Description


    In English

    In Balinese

    In Indonesian

    Sikap Peduli dan Tanggung Jawab Terhadap Pengungsi Ukraina

    Konflik tak berkesudahan antara Rusia dan Ukraina semakin memanas. 3 bulan lebih sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022 lalu mengakibatkan ribuan warga sipil menjadi korban luka bahkan meninggal. Pada akhirnya banyak warga yang memutuskan untuk mengungsi ke luar Ukraina demi keselamatan mereka. Warga sipil Ukraina hilir mudik meninggalkan tanah kelahirannya demi mencari tempat aman bagi keberadaan mereka. Dilansir AFP, Jumat, 13 Mei 2022, sebanyak 6.029.705 orang telah meninggalkan Ukraina pada 11 Mei. Jumlah pengungsi yang terus bertambah setiap harinya membuat banyak negara yang membuka akses dan siap menerima kedatangan warga Ukraina. Mengutip laporan VOA Indonesia, Kamis, 20 April 2022, mayoritas pengungsi Ukraina mencari perlindungan di negara-negara tetangganya di Eropa, di mana mereka mendapat perlindungan sementara dan berbagai macam layanan. Negara negara tersebut di antaranya : Polandia, Rumania, Moldova, Hungaria, Slowakia, dan Rusia.

    Memutuskan berada di luar negara kebangsaan pasti bukan hal mudah. Mereka harus merelakan tempat tinggal, perkerjaan, harta benda, dan apapun yang dimiliki sebelumnya. Memulai semuanya dari awal sembari menunggu kepastian berakhirnya perang yang tak kunjung datang. Sepertinya terdengar sangat memprihatinkan bukan? Meski bukan tujuan utama pengungsi Ukraina, tidak sedikitnya beberapa warga Ukraina datang ke Indonesia. Tetapi sangat disayangkan, dilihat dari respon warganet Indonesia terhadap topik topik tentang Ukraina di internet, mereka terlihat seperti menolak dan acuh terhadap Ukraina dan pro Rusia. Peneliti Studi Rusia dan Eropa Timur di Hubungan Internasional (HI) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Radityo Dharmaputra mengatakan percakapan media sosial di Indonesia terkait invasi Rusia-Ukraina didominasi para simpatisan Rusia. Radityo mengatakan publik cenderung mendukung invasi Rusia karena beberapa variabel. Pertama, keberpihakan politik masyarakat Indonesia yang anti-Amerika dan anti-barat. Sentimen anti-Amerika tumbuh karena agresi Amerika di negara-negara Timur Tengah, saat masa War on Terror atau 'perang melawan terorisme' sejak September 2001 lalu. Masyarakat kemudian menganggap siapapun yang berseberangan dengan Amerika, maka dia lah yang harus dibela. Dalam konteks invasi Rusia-Ukraina, masyarakat seolah cepat mengambil kesimpulan untuk mendukung Rusia karena berseberangan dengan AS. Selain itu Radit berasumsi bahwa warganet Indonesia cenderung melihat sosok Putin memiliki citra yang sama seperti Presiden Pertama RI Soekarno, serta tokoh militer Prabowo Subianto, diduga masyarakat Indonesia melihat sosok Putin lebih gagah dan tegas ketimbang Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang merupakan mantan komedian. Minimnya informasi serta sentimen agama juga menjadi alasan netizen lebih pro Rusia.

    Menurut sudut pandang saya, sikap warganet yang sok tahu ini mulai meresahkan dan memalukan nama negara di mata warganet negara lain. Tak padang bulu, mereka akan menghujat, memperolok, dan menghina warga sipil Ukraina dengan komentar komentar buruk di media sosial. Mereka merasa seperti memiliki kehendak atas tindakan mereka. Tindakan pemerintahan Ukraina maupun Rusia tidak ada hubungannya dengan tindakan warga sipil dari negara tersebut. Masalah politik tidak bisa dilibatkan dengan masalah kemanusiaan. Hak asasi manusia masih ada dan harus tetap berjalan. Sudah sangat menderita keadaan yang dialami warga Ukraina akibat perang di tanah kebangsaannya yang tak kunjung berhenti dan semakin banyak memakan korban korban tak berdosa. Kita harus bisa membalikkan posisi dan berpikir “Bagaimana jika kita ada di posisi yang sama? Maukah mereka membantu?”. Bayangkan seandainya kita yang menghadapi masalah yang sama seperti mereka, apakah kita tidak perlu bantuan orang lain? Mampukah kita bertahan hidup tanpa uluran tangan dari negara lain? Agaknya tidak. Oleh sebab itu, apabila saya menjadi pemimpin di tempat tinggal saya (Bali) saya ingin dan akan memberi fasilitas tempat tinggal dan layanan kesehatan gratis untuk pengungsi yang datang. Tidak perlu mewah, sederhana dan layak saja pasti sudah sangat membantu bagi orang yang benar benar membutuhkan. Jika ada pengungsi yang hendak menumpang di rumah kita, etisnya kita merangkul mereka sebisa kita. Karena sekecil apapun tindakan membantu kita, akan sangat berharga bagi mereka yang membutuhkan. Untuk kedepannya, diharapkan warganet lebih memilih berpikir dan memahami konteks masalah terlebih dahulu sebelum menulis komentar di internet maupun bertindak di dunia nyata.