Perbedaan adalah hal yang wajar , karena kita memang di lahirkan dengan perbedaan. Dalam bingkai negara kesatuan, kita berbeda wilayah, bahasa, adat, suku, ras bahkan keyakinan. Namun perbedaan itu tidak mesti dipertentangkan.
Demikian halnya moderansi beragama, bagaimana kita dapat beragama dengan jalan tengah, tidak memaksakan apa yang kita yakini kepada orang lain. Tidak beragama dengan kekerasan menganggap diri paling benar dengan menyalahkan orang lain. Dengan pemahaman moderansi beragama, kita berupaya menciptakan keharmonisan. Sebab pada dasarnya dalam ajaran Hindu, manusialah yang bertanggung jawab atas keharmonisan dunia sebagaimana yang tersurat dalam sarasamuscaya 2, sebagai berikut :
Risakwehning sarwa bhuta, iking janma wwang juga wenang gumawagaken ikang subhasubhakarma, kuneng panentasakena ring subhakarma juga ikang asubhakarma phlaning dadi wwang.
Artinya:
Diantara semua makhluk hidup, hanya yang di lahirkan menjadi manusia sajalah, yang dapat melaksanakan perbuatan baik ataupun buruk; leburlah ke dalam perbuatan baik segala perbuatan yang buruk itu ; demikianlah gunanya (pahalanya) menjadi manusia. Sarasamuscaya juga menginginkan kita bahwa kelebihan yang di miliki oleh manusia bukanlah hanya suatu kebanggan semata, namun adalah sebuah tanggung jawab. Selanjutnya salah satu bait ke kawin Nitisastra mengatakan bagaimana bahayanya manusia jika tidak mempertanggung jawabkan keutamaanya sebagai manusia, sebagai berikut :
Maksi kasirsa tandasika wisya tan ana len, Mritcika puca buntutika wisya katinengetaken, Sarpa ri danta rakwa wisa huntunika ta ya waneh, Durjana sarwa sandinika wisya mapepekingawak.
Artinya :
Kelabang hanya menyimpan racun pada kepalanya. Kalajengking menyimpan racun pada ekornya, begitu pula dengan ular menyimpan racun pada taringnya. Sedangkan durjana manusia yang jahat , semua bagian tubuhnya beracun.
Manusia yang tidak bertanggung jawab dengan kelebihanya, di katakan semua bagian tubuhnya "beracun", dapat membahayakan orang lain. Dengan otaknya mereka bisa membuat strategi mengadu domba, merekayasa kasus, menjatuhkan orang lain. Dengan mulutnya mereka bisa memfitnah , menjelekkan orang lain. Dengan tangan dia bisa memukul. Dengan kaki mereka bisa menendang .
Enable comment auto-refresher