Bungkung - Pendahulan
Mendongeng Bali “Ni Bawang teken Ni Kesuna”
Om Swastiastu. Saya bersama teman-teman akan..sekarang akan menyampaikan…akan..cerita “Ni Bawang teken Ni Kesuna”.
Diceritakan sepasang suami istri, konon mempunyai dua orang anak perempuan. Anak yang sulung bernama Ni Bawang, yang bungsu bernama Ni Kesuna. Sepasang suami istri tersebut konon tinggal di desanya. Sehari-hari pekerjaan mereka sebagai buruh di sawah.
Kedua anak tersebut kelakuannya saling bertolak belakang, berbeda bagaikan bumi dengan langit. Tabiat Ni Bawang berlawanan sekali dengan Ni Kesuna, berbeda seperti air bersanding dengan api. Ni Bawang anak yang rajin, pintar bekerja membantu orang tuanya. Pintar juga ia bertutur kata, tidak pernah namanya ia berbicara yang buruk-buruk. Rajin ia mempelajari hal-hal yang menjadi tugas anak perempuan. Bersama ibu bekerja di dapur, menyiapkan canang, tidak pernah malu dengan ajaran agamanya. Berbeda sekali dengan saudaranya Ni Kesuna. Ni Kesuna anak yang suka berbohong, malas bekerja, pintar sekali memfitnah. Itulah sebab ibunya selalu mempercayai laporan Ni Kesuna yang mengatakan Ni Bawang mencuci di sungai, bercakap-cakap dengan jejaka.
Suatu hari, saat itu, sebenarnya Ni Bawang baru selesai menumbuk padi, lalu mandi sambil membawa tempayan untuk mencari air. Karena mempercayai omongan Ni Kesuna, di sana Ni Bawang lantas dipukuli, disiram dengan air panas, dan disuruh pergi.
Ni Bawang lantas pergi sambil menangis sesenggukan. Sesudah jauh dari rumah, konon sampailah ia di sungai, bertemu dengan burung merbah kuning. Di sana burung merbah kuning kasihan dengan hal yang menimpa Ni Bawang. Ni Bawang diberikan bekal emas-emasan berupa pupuk (hiasan di ubun-ubun untuk bayi), giwang, kalung, cincin, gelang, serta kain sutra. Tidak mungkin Ni Bawang punya pakaian yang bagus-bagus seperti itu. Ia tinggal di rumah neneknya.
Ia tidak pernah pulang ke rumah orang tuanya. Konon diceritakan sekarang Ni Kesuna berjumpa kakaknya, berpakaian bagus-bagus. Lantas ia bertanya dari mana mendapatkan pakaian seperti itu. Sesudah diberitahu oleh Ni Bawang, di sana lantas keluar keinginan Ni Kesuna yang terlampau tamak. Ingin memiliki pakaian dan perhiasan yang mewah seperti yang dimiliki kakaknya. Oleh karena itu, lalu Ni Kesuna memberitahu ibunya untuk memukulinya agar sampai babak belur. Sesudah dipukuli, lantas ia menangis tersedu-sedu, bertemu dengan burung merbah kuning.
Diceritakan kini burung merbah kuning mematuk badan Ni Kesuna dan mengisinya dengan segala macam binatang kecil-kecil. Sesampainya di rumah, di sana lalu segala binatang/serangga kecil-kecil tersebut yang mempermainkan Ni Kesuna hingga mengorbankan nyawanya. Itulah upah anak yang suka berbicara sombong mengandung kebohongan. Senantiasa senang memfitnah teman, pasti membuahkan pahala yang tidak baik. Datanglah gagak riuh berkicau, cerita pendek sudah selesai.