Wayan Beratha lahir di Banjar Belaluan, Denpasar, 14 Februari 1926. Dia menetap di Banjar Abiankapas Kaja, Denpasar. Sejak kecil Beratha telah bersentuhan dengan gamelan Bali. Sang kakek, I Ketut Keneng (1841-1926) adalah seorang seniman karawitan dan pagambuhan yang sohor pada zamannya. Bakatnya terasah melalui binaan sang ayah, I Made Regong. Selain berguru pada ayahnya, Beratha juga menimba ilmu dari sejumlah tokoh seni, di antaranya Ida Bagus Boda dari Kaliungu tentang karawitan dan tari palegongan, mendalami tari klasik dan Gong Kebyar dari I Nyoman Kaler, serta mempelajari tari jauk dari I Made Grebeg.
Tahun 1957, ia mendirikan sekaa (kelompok) gong Sad Merta di Banjar Belaluan. Ia juga mengajar tari dan tabuh. Ia sangat terbuka terhadap seni kerawitan Bali. Tahun 1957 – 1959, ia melakukan pembauran warna gamelan yang meretas sifat kedaerahan. Sebagai seorang seniman, ia sangat produktif menciptakan tari dan tabuh kreasi baru. Ia sudah menciptakan sekitar 20 karya tari, gending, dan sendratari, antara lain Sendratari “Jayaprana”, Tabuh “Gesuri”, Sendratari “Ramayana”, Sendratari “Maya Denawa”, Instrumentalia “Palgunawarsa”, yang mendapat penghargaan tertinggi dalam Festival Gong Kebyar seluruh Bali.
Sepanjang tahun 1956 hingga 1999, ia mengunjungi lebih dari 35 negara, antara lain Prancis, Iran, India, Australia, Jerman Barat, Italia, Jepang, China, Amerika, dll. Tahun 1972 ia mendapatkan Anugerah Seni Nasional dari Pemerintah RI. Sebelumnya ia juga memperoleh Anugerah Dharma Kusuma dari Gubernur Bali. Ia meninggal pada tanggal 10 Mei 2014.
Nothing was added yet.
Enable comment auto-refresher