UPGRADE IN PROCESS - PLEASE COME BACK AT THE END OF MAY

Search by property

From BASAbaliWiki

This page provides a simple browsing interface for finding entities described by a property and a named value. Other available search interfaces include the page property search, and the ask query builder.

Search by property

A list of all pages that have property "Word example text id" with value "Guna: Kalau kendala-kendala atau masalah-masalah kalau orang mengukir itu, apa saja biasannya, Pak? Ketut: E…selesai mengukir kan biasanya..kalau….mm…kalau…....modal biasanya…,kalau..kalau..kalau mau jual atau memborong itu kan.., kalau saya itu biasannya modal, dengan…apa namanya… sepeda motor itu harus..harus punya kalau.. kalau..kalau pulang-pergi jauh-jauh itu.". Since there have been only a few results, also nearby values are displayed.

Showing below up to 28 results starting with #1.

View (previous 50 | next 50) (20 | 50 | 100 | 250 | 500)


    

List of results

  • Mapanganggo  + (“Help..help….please!” Bule itu berteriak-t“Help..help….please!” Bule itu berteriak-teriak kebingungan sembari tolah-toleh meminta tolong. Dari atas motor, Luh Ayu Manik melihat penjambret itu lari menuju ke barat. Seketika Luh Ayu Manik menyuruh tukang ojek yang ditumpanginya untuk berhenti. Luh Ayu Manik berubah wujud menjadi Luh Ayu Manik Mas dengan mahkota emas, berbusana serba emas. Larinya kencang sekali saat mengejar si penjambret. Keduanya lalu berkelahi di tengah jalan. Banyak orang yang menonton kejadian itu, sampai jalanan macet total. kejadian itu, sampai jalanan macet total.)
  • Magelung  + (“Help..help….please!” Bule itu berteriak-t“Help..help….please!” Bule itu berteriak-teriak kebingungan sembari tolah-toleh meminta tolong. Dari atas motor, Luh Ayu Manik melihat penjambret itu lari menuju ke barat. Seketika Luh Ayu Manik menyuruh tukang ojek yang ditumpanginya untuk berhenti. Luh Ayu Manik berubah wujud menjadi Luh Ayu Manik Mas dengan mahkota emas, berbusana serba emas. Larinya kencang sekali saat mengejar si penjambret. Keduanya lalu berkelahi di tengah jalan. Banyak orang yang menonton kejadian itu, sampai jalanan macet total. kejadian itu, sampai jalanan macet total.)
  • Bangkiangne  + (“Ibu dimana? Kenapa belum menjemput saya?”“Ibu dimana? Kenapa belum menjemput saya?” Demikian ia menelepon ibunya. </br>“Tungguh sebentar Luh Cantik, Ibu masih jualan”</br>“Saya pulang sendiri ya, Bu? Menumpang ojek daring?”</br>“Iya-ya, boleh juga, tetapi baik-baik ya nak, jika ojek daring itu lelaki, janganlah kamu memeluk pinggangnya, tas gendongmu letakkan di antara punggung ojek daring dengan dadamu.”</br>“Siap Komandaaan!!!”</br>“Laksanakan.” Seperti itu kata ibunya sambil menutup telepon.ti itu kata ibunya sambil menutup telepon.)
  • Gambelan  + (Gamelan yang berada di Banjar Tengah bernama gamelan Semara Pagulingan.)
  • Tukang cukur  + (“Itu pertanda bahwa ulat tersebut tidak tahu tukang cukur atau salon.)
  • Tadah Kala  + (“Jangan kemana-mana jika sudah petang, nanti dimangsa bhuta kala (sejenis makhluk halus)”, begitu nenek saya memberi tahu.)
  • Japi  + (“Jangan seperti ini ayah, saya tidak mau! “Jangan seperti ini ayah, saya tidak mau! “</br>Ujar dewa ayu ratih dengan tegas kepada mertuanya yang kian merangsek disampingnya.</br>“Tidak apa apa ayu, apalagi suamimu sudah lama pergi. Saya yang akan menjaga ayu,’’</br>“walaupun demikian jangan berpikiran yang tidak pantas terhadap saya,’’</br>“saya hanya minta, ayu peduli dengan keinginan saya”</br>“Tidak ayah, jangan! Ini salah, tidak benar!”</br>“Kalau sudah berdua, tidak ada yang tak benar”</br>Laki laki yang berusia kurang lebih lima puluh tahun itu menarik nafas panjang, memperhatikan perempuan yang menunduk bersimbah air mata tanpa suara. Perempuan yang merupakan menantunya itu telah mencuri hatinya sampai setiap malam dia tak bisa tidur nyenyak…i setiap malam dia tak bisa tidur nyenyak…)
  • Nguntul  + (“Jangan seperti ini ayah, saya tidak mau! “Jangan seperti ini ayah, saya tidak mau! “</br>Ujar dewa ayu ratih dengan tegas kepada mertuanya yang kian merangsek disampingnya.</br>“Tidak apa apa ayu, apalagi suamimu sudah lama pergi. Saya yang akan menjaga ayu,’’</br>“walaupun demikian jangan berpikiran yang tidak pantas terhadap saya,’’</br>“saya hanya minta, ayu peduli dengan keinginan saya”</br>“Tidak ayah, jangan! Ini salah, tidak benar!”</br>“Kalau sudah berdua, tidak ada yang tak benar”</br>Laki laki yang berusia kurang lebih lima puluh tahun itu menarik nafas panjang, memperhatikan perempuan yang menunduk bersimbah air mata tanpa suara. Perempuan yang merupakan menantunya itu telah mencuri hatinya sampai setiap malam dia tak bisa tidur nyenyak…i setiap malam dia tak bisa tidur nyenyak…)
  • Kaliwat  + (“Jika tidak karena kepingin sekali dengan tuak, lebih baik aku tidur saja di rumah,” kata I Wayan Geris-Geris.)
  • Dot  + (I Luh: Iya, saya juga ingin belajar. Dewi: Nah, itu betul, agar I Luh juga tahu cara memanen padi.)
  • Kuuk  + (“Kuuk, sedang apa di sana?”, begitu Wayan berteriak dari jauh.)
  • Robrobin  + (“Naungi hidup orang yang tidak punya” begitu perkataan kakek kepada saya.)
  • Risebin  + (“Sakit hati saya mendengar perkataannya yang seperti itu, tidak mau tau akan saya sakiti orang itu dengan kekuatan jahat !” begitu kata Jero Gede.)
  • Matunjel  + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
  • Keslametan  + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
  • Nganikaang  + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
  • Pangajah-ajah  + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
  • Plastike  + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
  • Awanane  + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
  • Iragane  + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
  • Tunjel  + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
  • Sesai  + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
  • Klasak-klisik  + (“Wéé, Luh! Bangun, bangun.” Luh Ayu Manik “Wéé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik tidak bergerak, seperti terlalu lelapnya ia tertidur. Wayan kembali menepuk punggungnya. </br>“Wééé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik baru merasa ada orang yang menepuk punggungnya, saat itu ia lalu perlahan bangun sambil mengusap-usap matanya. Luh Ayu Manik terkejut melihat teman-temannya ada di hadapannya. Dilihatnya teman sekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.ekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.)
  • Ngucek-ngucek  + (“Wéé, Luh! Bangun, bangun.” Luh Ayu Manik “Wéé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik tidak bergerak, seperti terlalu lelapnya ia tertidur. Wayan kembali menepuk punggungnya. </br>“Wééé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik baru merasa ada orang yang menepuk punggungnya, saat itu ia lalu perlahan bangun sambil mengusap-usap matanya. Luh Ayu Manik terkejut melihat teman-temannya ada di hadapannya. Dilihatnya teman sekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.ekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.)
  • Ngedigin  + (“Wéé, Luh! Bangun, bangun.” Luh Ayu Manik “Wéé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik tidak bergerak, seperti terlalu lelapnya ia tertidur. Wayan kembali menepuk punggungnya. </br>“Wééé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik baru merasa ada orang yang menepuk punggungnya, saat itu ia lalu perlahan bangun sambil mengusap-usap matanya. Luh Ayu Manik terkejut melihat teman-temannya ada di hadapannya. Dilihatnya teman sekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.ekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.)
  • Leplepne  + (“Wéé, Luh! Bangun, bangun.” Luh Ayu Manik “Wéé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik tidak bergerak, seperti terlalu lelapnya ia tertidur. Wayan kembali menepuk punggungnya. </br>“Wééé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik baru merasa ada orang yang menepuk punggungnya, saat itu ia lalu perlahan bangun sambil mengusap-usap matanya. Luh Ayu Manik terkejut melihat teman-temannya ada di hadapannya. Dilihatnya teman sekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.ekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.)
  • Di arepne  + (“Wéé, Luh! Bangun, bangun.” Luh Ayu Manik “Wéé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik tidak bergerak, seperti terlalu lelapnya ia tertidur. Wayan kembali menepuk punggungnya. </br>“Wééé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik baru merasa ada orang yang menepuk punggungnya, saat itu ia lalu perlahan bangun sambil mengusap-usap matanya. Luh Ayu Manik terkejut melihat teman-temannya ada di hadapannya. Dilihatnya teman sekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.ekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.)
  • Maklisikan  + (“Wéé, Luh! Bangun, bangun.” Luh Ayu Manik “Wéé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik tidak bergerak, seperti terlalu lelapnya ia tertidur. Wayan kembali menepuk punggungnya. </br>“Wééé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik baru merasa ada orang yang menepuk punggungnya, saat itu ia lalu perlahan bangun sambil mengusap-usap matanya. Luh Ayu Manik terkejut melihat teman-temannya ada di hadapannya. Dilihatnya teman sekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.ekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.)
  • Ajaka  + (Guna: Kalau kendala-kendala atau masalah-mGuna: Kalau kendala-kendala atau masalah-masalah kalau orang mengukir itu, apa saja biasannya, Pak?</br>Ketut: E…selesai mengukir kan biasanya..kalau….mm…kalau…....modal biasanya…,kalau..kalau..kalau mau jual atau memborong itu kan.., kalau saya itu biasannya modal, dengan…apa namanya… sepeda motor itu harus..harus punya kalau.. kalau..kalau pulang-pergi jauh-jauh itu.. kalau..kalau pulang-pergi jauh-jauh itu.)
  • Ajaka  + (Guna: Kalau kendala-kendala atau masalah-mGuna: Kalau kendala-kendala atau masalah-masalah kalau orang mengukir itu, apa saja biasannya, Pak?</br>Ketut: E…selesai mengukir kan biasanya..kalau….mm…kalau…....modal biasanya…,kalau..kalau..kalau mau jual atau memborong itu kan.., kalau saya itu biasannya modal, dengan…apa namanya… sepeda motor itu harus..harus punya kalau.. kalau..kalau pulang-pergi jauh-jauh itu.. kalau..kalau pulang-pergi jauh-jauh itu.)
  • Ngadep  + (Guna: Kalau kendala-kendala atau masalah-mGuna: Kalau kendala-kendala atau masalah-masalah kalau orang mengukir itu, apa saja biasannya, Pak?</br>Ketut: E…selesai mengukir kan biasanya..kalau….mm…kalau…....modal biasanya…,kalau..kalau..kalau mau jual atau memborong itu kan.., kalau saya itu biasannya modal, dengan…apa namanya… sepeda motor itu harus..harus punya kalau.. kalau..kalau pulang-pergi jauh-jauh itu.. kalau..kalau pulang-pergi jauh-jauh itu.)
  • Ngadep  + (Guna: Kalau kendala-kendala atau masalah-mGuna: Kalau kendala-kendala atau masalah-masalah kalau orang mengukir itu, apa saja biasannya, Pak?</br>Ketut: E…selesai mengukir kan biasanya..kalau….mm…kalau…....modal biasanya…,kalau..kalau..kalau mau jual atau memborong itu kan.., kalau saya itu biasannya modal, dengan…apa namanya… sepeda motor itu harus..harus punya kalau.. kalau..kalau pulang-pergi jauh-jauh itu.. kalau..kalau pulang-pergi jauh-jauh itu.)
  • Ngajag  + (Guna: Kalau kendala-kendala atau masalah-mGuna: Kalau kendala-kendala atau masalah-masalah kalau orang mengukir itu, apa saja biasannya, Pak?</br>Ketut: E…selesai mengukir kan biasanya..kalau….mm…kalau…....modal biasanya…,kalau..kalau..kalau mau jual atau memborong itu kan.., kalau saya itu biasannya modal, dengan…apa namanya… sepeda motor itu harus..harus punya kalau.. kalau..kalau pulang-pergi jauh-jauh itu.. kalau..kalau pulang-pergi jauh-jauh itu.)
  • Ngajag  + (Guna: Kalau kendala-kendala atau masalah-mGuna: Kalau kendala-kendala atau masalah-masalah kalau orang mengukir itu, apa saja biasannya, Pak?</br>Ketut: E…selesai mengukir kan biasanya..kalau….mm…kalau…....modal biasanya…,kalau..kalau..kalau mau jual atau memborong itu kan.., kalau saya itu biasannya modal, dengan…apa namanya… sepeda motor itu harus..harus punya kalau.. kalau..kalau pulang-pergi jauh-jauh itu.. kalau..kalau pulang-pergi jauh-jauh itu.)
  • Ajawera  + ("Ajawéra pingitakena" mungkin adalah kata yang umum diketahui oleh orang yang suka membaca lontar.)
  • Kenken  + ("Bagaimana, coba sampaikan kepada ayahandamu dengan baik-baik!")
  • Ka  + ("Bu, sekarang saya jadi pergi ke Klungkung")
  • Baris  + ("Dengan mahkota kulit berbentuk gunung, ke"Dengan mahkota kulit berbentuk gunung, keris, dan sehelai kain emas penutup tubuh kecilnya, penari baris tunggal membentuk sosok yang menarik. Siaga mencari musuh-musuh khayalan, matanya melirik tajam, ke atas dan bawah, ke kiri dan ke kanan. Ragam tari ini secara abstrak dan realistis menunjukkan keberanian prajurit muda."tis menunjukkan keberanian prajurit muda.")
  • Tabuh rah  + ("Dengan yang akan diadakan pada hari Pagerwesi ini, diteruskan dengan tabuh rah.")
  • Telahang  + ("Habiskan saja makanan itu" begitu kata ibu kemarin malam)
  • Runti  + ("Jahit baju saya yang robek itu dengan tangan !”, begitu kata Pak Wayan.)
  • Seken  + ("Jika mencari suami, cari yang benar-benar sayang dengan Ayu" begitu sang ibu memberi petuah sembari memasak di dapur.)
  • Pait  + ("Kopi pahit saja, Dinda, Kakak dibuatkan. Itu di senyum Adinda, ambil gulanya". Wuih, apa geregetmu? Kamu tahu apa geregetku? Apa? Kemarin aku menyanyi. Terus bagaimana? Tidak dibayar!)
  • Caratan  + ("Luh, kalau ke pasar ingat beli cerek tiga buah di dagang gerabah".)
  • Manresti  + ("Menurut kepercayaan masyarakat Hindu Bali"Menurut kepercayaan masyarakat Hindu Bali, prosesi kremasi, atau ngaben, merupakan salah satu pijakan terpenting dalam kehidupan spiritual seseorang. Melalui proses kremasilah jiwa seseorang dilepaskan dari jasmaninya, hingga mencapai surga untuk bereinkarnasi."ingga mencapai surga untuk bereinkarnasi.")
  • Ngaben  + ("Menurut kepercayaan masyarakat Hindu Bali"Menurut kepercayaan masyarakat Hindu Bali, prosesi kremasi, atau ngaben, merupakan salah satu pijakan terpenting dalam kehidupan spiritual seseorang. Melalui proses kremasilah jiwa seseorang dilepaskan dari jasmaninya, hingga mencapai surga untuk bereinkarnasi."ingga mencapai surga untuk bereinkarnasi.")
  • Lambihang  + ("Nggak bisa dipanjangin sedikit celananya,"Nggak bisa dipanjangin sedikit celananya, Luh? Risih sekali mata Ibu melihatnya. Itu bekas bisulmu di bokongmu kelihatan!" Měn Sribek marah melihat anaknya berpakaian tidak pantas sekali. Celana pendek sepaha, baju singlět ketat tipis seperti saringan santan, payudaranya I Luh terlihat tumpah. Kalau sebatas di dalam rumah, ia tidak akan mengurusinya. Duh... ini keterlaluan mau pergi keluar. Terlalu seperti dicungkil rasanya mata ibunya melihatnya. Baca selengkapnya di http://dictionary.basabali.org/Lambihang_-_Pendahulanionary.basabali.org/Lambihang_-_Pendahulan)
  • Nyuh gading  + ("Saya pohon kelapa kuning. Dapat digunkan "Saya pohon kelapa kuning. Dapat digunkan obat penyucian segala macam kotoran secara spirit.</br>Karana sya adalah penjelmaan Sang Brahma_Pemebersih secala bentuk ketidaksucian, dicarnpurbunga tanjung, bunga widuri, pada bagian mulutkclapa ditulisi dengan aksara Batara Siwa. Jika adaorang kena kutukan dewa, saya berhak menyucikankembali, bcgitu pula sakit lepra. Sebelunn disucikantidak dapat disembuhkan dengan pengobatan."idak dapat disembuhkan dengan pengobatan.")
  • Pungkusan  + ("Siapa nama panggilannya sekarang pakde? Saya tidak mendengar kabarmu ternyata sudah mempunyai seorang anak" tanya Ketut pada teman lamanya)
  • Percayain  + ("Tolonglah percaya pada saya" begitu kata I Made di depan rumahnya)
  • Uber  + ((Ha ha ha kena tembak!!!) Dulu anak-anak (Ha ha ha kena tembak!!!)</br>Dulu anak-anak bermain perang-perangan memakai tulup, saling kejar di luar rumah hingga berkeringat bersama teman-temannya …</br></br>(Seraaaaang…lawan! Jangan dibiarkan kendor.)</br>Anak-anak zaman sekarang asyik menunduk memegang gadget, bermain sendiri tidak peduli dengan teman…bermain sendiri tidak peduli dengan teman…)
  • Ngorok  + ((Pepatah) Menusuk ikan teri (ikan kecil ke(Pepatah) Menusuk ikan teri (ikan kecil kecil dari laut yang biasanya dijual kering atau asin). Jika Anda menusuknya, itu tidak mengeluarkan darah. Ungkapan ini mengacu tentang seseorang yang melakukan sesuatu yang tidak menghasilkan apa yang dia ingin capai. Terutama digunakan jika seorang pria menikahi wanita kurus yang kemudian tidak memiliki bayi karena dia tidak memiliki energi yang kuat. Pria itu kecewa pada wanita itu. Biasanya mengacu pada makhluk hidup, bukan benda atau ide. pada makhluk hidup, bukan benda atau ide.)
  • Capung  + ((Peribahasa) Artinya, orang yang tidak tekun bekerja, sebentar bekerja di sini sebentar bekerja di sana)
  • Sau  + ((Peribahasa) Jaring ikan yang sangat rapat(Peribahasa) Jaring ikan yang sangat rapat, keranjang ikan yang longgar. Artinya jika seorang nelayan menangkap banyak ikan di jaring yang ditenun halus dan kemudian menaruhnya di keranjang anyaman yang kasar, mereka semua akan melarikan diri; jadi ini merujuk pada seseorang yang menghasilkan banyak uang tetapi menghabiskannya dengan cepat; terkadang 'jalane' atau 'pencare' diganti dengan 'saune'; ini adalah jaring lempar bundar, vs. sau, yang merupakan jaring segitiga., vs. sau, yang merupakan jaring segitiga.)
  • Iab  + ((orang) Seumur saya banyak yang sudah bersekolah.)
  • Iaban  + ((orang-orang) sebaya (seumur) dengan I Made sudah semuanya bersekolah.)