UPGRADE IN PROCESS - PLEASE COME BACK AT THE END OF MAY

Property:Place information text id

From BASAbaliWiki
Showing 20 pages using this property.
B
Bentara Budaya Bali (BBB) adalah sebuah tempat berkesenian yang berlokasi di Jl. Profesor Ida Bagus Mantra No.88A, Ketewel, Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali 80237, Telepon: (0361) 294029. BBB berdiri pada tanggal 9 September 2009 dan merupakan bagian dari Kompas-Gramedia. Kegiatan yang sering digelar oleh BBB antara lain pameran lukisan, pementasan seni, diskusi buku, pemutaran film. Info lebih lanjut: http://www.bentarabudaya.com/  +
Besakih terkenal dengan nama Mother Temple of Bali dan sederhanaya sebagai pura yang paling utama di pulau ini. Sebenarnya pura ini terdiri dari beberapa pura yang dibangun di wilayah yang sangat luas tepat di sebelah selatan Gunung Agung.  +
Lokasi tempat wisata Relief Bebitra Gianyar terletak di Banjar Roban, Desa Bebitra, Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Bali. Dari pusat Kota Gianyar kira-kira Anda dapat menempuh perjalanan kurang lebih sekitar 2,5 km dengan kendaraan bermotor. Perkiraan Asal Usul Pertapaan Gunung Kawi Bebitra Menurut tokoh-tokoh adat, konon pertapaan Gunung Kawi Bebitra atau Relief Bebitra merupakan peninggalan dari Desa Peling dengan pimpinannya yang bernama Mas Pahit dengan patihnya Wedang Serawah. Mas Pahit merupakan pimpinan yang bijaksana dan selalu melakukan musyawarah ketika memutuskan permasalahan. Beliau juga memiliki istri-istri yang cantik yang siap mendampinginya. Suatu ketika Wedang Serawah menyukai salah satu istri Mas Pahit. Hubungan terlarang tesebut membuat Mas Pahit dan Wedang Serawah bekelahi. Meski Wedang Serawah sudah melarikan diri, namun Mas Pahit dapat menemukannya. Ketika menemukannya beliau membunuh Wedang Serawah. Setelah beberapa lama peninggalan patihnya tersebut, kerajaan tersebut mengalami kemunduran dengan munculnya berbagai masalah seperti wabah penyakit hingga terjadi serangan oleh tentara gaib ke desa. Konon, pertapaan Gunung Kawi Bebitra tersebut merupakan tempat dimana Mas Pahit menenangkan diri dari permasalahan yang menimpanya.  +
Bitera adalah kelurahan yang berada di kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar.  +
Bukit Campuhan atau lebih dikenal dengan Bukit Cinta Ubud  +
Bukit Campuhan terletak di sebelah barat Puri Ubud, tepatnya di jalan Bangkiang Sidem, Kabupaten Gianyar. Bukit Campuhan ini tidak terpisah dari salah satu pura di Ubud, yaitu Pura Gunung Lebah. Gunung lebah itu sendiri memiliki makna bukit kecil yang berada di lembah. Selain itu Bukit Campuhan ini berada diantara dua aliran sungai di Ubud Bali, yaitu sungai Oos dan sungai Cerik.  +
Kabupaten Buleleng terletak di Bali bagian utara dan ibu kotanya adalah Singaraja. Sejarah Kabupaten Buleleng bermula saat Ki Gusti Ngurah Panji Sakti mendirikan kerajaan Buleleng di tahun 1600an. Sebelumnya wilayah Buleleng dikenal dengan nama Den Bukit. Buleleng adalah nama istana yang dibangun Panji Sakti pada 30 Maret 1604 di tengah tegalan jagung gambal yang disebut buleleng. Selanjutnya istana itu disebut Singaraja yang berarti “tempat singgah sang raja”. Kemudian Pemerintah Kabupaten Buleleng menetapkan 30 Maret 1604 sebagai hari lahirnya kota Singaraja. Sedangkan nama Buleleng adalah nama asli jagung gambal atau jagung gambah yang banyak ditanam oleh penduduk pada waktu itu. Kabupaten Buleleng dikenal sebagai penghasil pertanian terbesar di Bali dengan produksi salak bali dan jeruk keprok Tejakula. Kabupaten Buleleng berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Selat Bali di sebelah barat, Karangasem di sebelah timur, dan Kabupaten Jembrana, Bangli, Tabanan serta Badung di sebelah Selatan. Di Buleleng juga terdapat tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi, seperti: Danau Buyan, Danau Tamblingan dan Danau Beratan yang merupakan tiga danau kembar yang terbentuk di dalam sebuah kaldera besar; pantai Lovina dengan lumba-lumba dan dolphinya yang jinak; pulau Menjangan dengan keindahan bawah lautnya dan berbagai macam objek wisata alam yang ada di Buleleng. https://bulelengkab.go.id/  +
Bumi Perkemahan ini berada di desa Blahkiuh Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung, sekitar 19 Km dari Kota Denpasar dan sekitar 2 Km ke arah Barat dari jalan raya Denpasar-Petang. Bumi perkemahan ini selain dipakai untuk perkemahan, biasanya juga digunakan sebagai tempat penelitian karya ilmiah. Lokasi bumi perkemahan ini dekat dengan obyek-obyek wisata lain seperti Taman Ayun, Sangeh, Taman Mumbul.  +
Desa Bungaya Kangin adalah salah satu desa hasil pemekaran dari Desa Bungaya di mana sekarang Desa Bungaya terbagi menjadi 2 (dua) desa Dinas yaitu Desa Bungaya dan Desa Bungaya Kangin. Desa Bungaya Kangin didukung oleh 4 Banjar dinas dan 5 banjar Adat. Namun demikian, Desa Bungaya dan Desa Bungaya kangin masih menjadi 1 Desa Adat di mana segala kegiatan agama dan adat istiadat masih menjadi tanggung jawab bersama.  +
Desa Bunutin adalah desa Bali Aga yang terletak di sisi barat kaldera Batur, Kintamani. Desa ini terkenal dengan upacara Ngodog dan Neduh.  +
C
Tersembunyi di balik hotel-hotel di jalan utama Ubud, Anda akan menemukan Campuhan Ridge Walk yang indah, yang harus dilihat ketika mengunjungi kota Ubud. Jalan setapak yang agak pendek, tetapi sangat menguntungkan, akan membawa Anda naik dan turun bukit di sepanjang sawah dan pohon palem, tempat yang sempurna untuk melarikan diri dari hiruk pikuk Ubud. Dalam beberapa tahun terakhir Campuhan Ridge Walk dengan cepat menjadi salah satu tempat paling populer untuk dikunjungi di Ubud, jadi meskipun panorama pendakian yang indah setiap saat sepanjang hari, kami menyarankan Anda untuk datang saat matahari terbit untuk menghindari keramaian dan nikmati kedamaian serta ketenangan lokasi ini. Hanya berjalan kaki singkat dari pusat Ubud dan menyaksikan matahari terbit di sini akan menjadi awal yang sempurna untuk hari Anda menjelajahi Ubud. Ingin menambahkan perjalanan indah ini ke rencana perjalanan Anda sendiri? Teruskan membaca untuk mengetahui semua yang perlu Anda ketahui tentang Campuhan Ridge Walk!  +
Vihara Buddha Kuno yang dibangun pada abad ke-10 di Pulau Bali, Indonesia. Ini adalah tempat yang besar terdiri dari 5 area utama. Dibangun oleh Raja Anak Wungsu, putra bungsu dan Putra Mahkota dari Raja Udayana Warmadewa yang terkenal dan Ratu Gunapriya Dharmapatni dari Kerajaan Bali kuno. Nama asli tempat ini adalah Katyagan Amarawati [Biara Amarawati], tetapi pada abad ke-16 namanya berubah menjadi Candi Gunung Kawi [Kuil Gunung Penyair]... Ini mulai dibangun sebagai Vihara Buddha pada tahun 989 M oleh Raja Udayana dan Ratu Gunapriya Dharmapatni. Ketika Raja dan Ratu meninggal [Ratu Gunapriya Dharmapatni tahun 1007 M dan Raja Udayana tahun 1011 M] "monumen" mereka berdua berada di Banu Wka [sekarang Pura Mangening]. Kemudian pada tahun 1049 M, Raja Anak Wungsu memindahkan "monumen" ibunya Ratu Gunapriya Dharmapatni ke Mpungkwing Kutihanar [sekarang Pura Bukit Dharma Durga Kutri]. Pembangunan vihara terus dibangun sampai selesai oleh Raja Anak Wungsu. Ada pejabat Kerajaan Bali yang bertugas mengurus, memelihara dan membiayai vihara yaitu “Samgat Wilang Petapan”. Ketika Raja Anak Wungsu meninggal, "monumen" di Candi Gunung Kawi sebenarnya adalah untuk Raja Anak Wungsu dan lainnya.  +
Candi Tebing terletak di wilayah Desa Adat Tambahan, Desa Jehem, Tembuku,Bangli, Bali. Candi ini berjarak kurang lebih 7 km arah timur kota Bangli. Candi Tebing ini mirip dengan candi di gunung Kawi di Tampaksiring Gianyar.Oleh Masyarakat sekitar candi ini diduga merupakan tempat pertapaan di masa lalu.Situasi alam disekitar candi masih sangat alami dan terdapat banyak sumber mata air alami yang mengalir turun ke sungai cahi yang ada di bawahnya. salah satu mata air tersebut berbentuk unik menyerupai kemaluan wanita.  +
Candi Tebing Tegallinggah merupakan salah satu tinggalan arkeologi yang tedapat di Dusun Tegallinggah, Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali.Candi Tebing ini merupakan tinggalan yang terletak paling selatan dari beberapa tinggalan di sepanjang Tukad (Sungai) Pakerisan. Dimulai dari Pura Pegulingan, Pura Tirta Empul, Pura Mangening, Pura Gunung Kawi, Candi Tebing Krobokan, Pura Pengukur-Ukuran, Pura Subak Bubugan, dan Candi Tebing Tegallinggah.Kompleks pertapaan ini ditemukan oleh Mr. Krijgsman pada tahun 1952 ketika masih menjabat Kepala Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional Bali.Berjarak kurang lebih 30 km dari pusat Provinsi Bali, 5 km dari pusat Kota Gianyar.Secara umum Candi Tebing Tegallinggah ini memiliki batas-batas antara lain di bagian utara berbatasan dengan lahan kosong berupa aliran sungai dan wilayah tebing, di sebelah timur berbatasan dengan lahan kosong yang dimanfaatkan untuk ladang, sedangkan di sebelah barat berbatasan langsung dengan area yang dijadikan tempat budidaya perikanan (kolam pancing) dan selatan berbatasan dengan lahan kosong berupa aliran sungai dan wilayah tebing.  +
30 Mei 2021 Candi Tebing Tegallinggah - Gianyar Praktek Lapangan Memurnikan Dan Memberkahi Semua Alam Dan Semua Mahluk : Alam Bawah, Alam Tengah, Alam Atas MERAWAT TEMPAT SUCI DENGAN INDAH Cara merawat tempat suci agar tetap menjadi sumber kedamaian yang tidak pernah kering. [1]. Sesekali ijinkan tempat suci jauh dari doa banyak manusia yang penuh keinginan duniawi dan ambisi, serta jauh dari banyak manusia yang hatinya diliputi ketakutan, yang akan mengotori kedamaian tempat suci. [2]. Jangan pernah datang ke tempat suci dengan membawa ketakutan. Hal itu tidak saja membayakan diri sendiri, tapi juga mengotori tempat suci. Datanglah ke tempat suci dengan membawa hati yang indah tekad belas kasih untuk kebahagiaan semua mahluk. Penuhi hati dengan keikhlasan. Karena keikhlasan adalah kekuatan yang sangat menyempurnakan. [3]. Hidupkan dupa wangi aroma kayu suci, disertai mengisinya dengan kekuatan pemurnian. Untuk memberkahi semua mahluk, untuk memurnikan energi-energi negatif, serta untuk menerangi seluruh kegelapan [keinginan, ambisi, perkelahian] yang dibawa banyak manusia ke tempat suci. [4]. Bersihkan tempat suci dengan menggunakan tirtha [air suci]. Usahakan dilakukan oleh orang yang hatinya bersih dari ketakutan dan keserakahan. [5]. Ucapkan doa-doa agar semua mahluk bahagia bebas derita. Doakan di tempat suci agar seluruh alam bahagia.  +
Dahulu, Candidasa dikenal sebagai Teluk Kehen. Namun, sejak daerah ini dibuka menjadi obyek wisata bernama Candidasa pun mulai digunakan. Candidasa merupakan salah satu kawasan pariwisata yg dikembangkan mulai tahun 1983. Salah satu cerita yang menjadi mitos tentang keberadaan Pura Candidasa yang berkembang dan diyakini oleh masyarakat setempat adalah Arca Dewi Hariti yg terletak pada sebuah relung di bagian bawah tebing bukit. Konon dikisahkan bahwa Dewi Hariti pada mulanya adalah seorang yaksa dalam Agama Budha yang gemar memakan daging anak-anak. Namun setelah mendapat pencerahan ajaran Agama Budha, Sang Dewi kemudian bertobat dan berbalik menjadi pelindung dan penyayang anak-anak.  +
Patung Catur Muka didirikan pada tahun 1973 oleh seorang seniman Bali bernama I Gusti Nyoman Lempad yang berasal dari Desa Ubud. Patung ini memiliki ketinggian 9 meter. Posisinya sendiri menghadap ke empat penjuru mata angin yakni Timur, Barat, Selatan dan Utara. Melewati Catus Pata patung Catur Muka Denpasar, akan tampak sebuah jam lonceng peninggalan Belanda tahun 1930. Peninggalan penjajahan Belanda menyebutkan perempatan ini dengan Perempatan Lonceng. Ketika penataan mulai dibuat maka pada tahun 1970an dibangunlah sebuah patung Catur Muka dengan pemaknaan tempat tersebut merupakan Catus Pata Utama yang merupakan letak poros dari keberadaan Kota.  +
Celukanbawang atau Celukan Bawang adalah desa di kecamatan Gerokgak, Buleleng, Bali, Indonesia. Desa ini memiliki rata-rata ketinggian 50 meter dari permukaan laut. Celukan Bawang adalah desa pesisir pantai yang berupa Celuk sehingga sangat potensial dijadikan pelabuhan laut di kabupaten Buleleng. Di ujung pantai celukan bawang terdapat monumen perjuangan dari kapten wiroka.  +
Desa Pakraman bernama Desa Culidra yang merupakan sempalan atau bagian dari Desa Pakraman Datah. Dari kata Culidra inilah berkembang menjadi Culik.  +
D
Desa Dalung merupakan bagian wilayah Kecamatan Kuta Utara dengan Batas-batas desa meliputi sebelah utara Desa Kelurahan Abianbase, sebelah Timur Kelurahan Sempidi dan Desa Padangsambian Kaja, sebelah Selatan Desa Kelurahan kerobokan Kaja dan Desa Tibubeneng, sedangkan sebelah barat Desa Buduk dan Desa sebagian Canggu. Cikal bakalnya berdirinya Desa Dalung sangat erat hubungannya dengan Desa Padangluah yang merupakan bagian dari kerajaan Meliling. Kerajaan ini awalnya diperintah oleh I Gusti Gede Meliling, yang merupakan putra ke empat dari Raja ke-III Mengwi yaitu I Gusti Agung Nyoman Alangkajeng. Permasalahan perebutan tahta terjadi dan puncaknya ketika pada masa I Gusti Gede Tibung cucu dari I Gusti Gede Meliling, menjadi Yuwe Raja (raja muda) di Padangluah. Pada waktu itu terjadi kegiatan upacara berkabung (ngaben) I Gusti Gede Tegeh I putra dari I Gusti Gede Meliling dan ayah dari I Gusti Gede Tibung. Perang saudara tidak dapat dihindari. Saudara tiri I Gusti Gede Tegeh, yaitu I Gusti Gede Mangku dari Tibubeneng melakukan penyerangan terhadap Padangluah, yang menyebabkan Gugurnya I Gusti Gede Tibung di Kwanji. Wafatnya I Gusti Gede Tibung meninggalkan empat putra laki-laki. Keempat putra tersebut pergi ke Dauh Tukad Yeh Poh (sebelah barat Sungai Yeh Poh, sekarang: Banjar Kaja) bersama anggota keluarganya masing-masing. Keempat putra tersebut adalah I Gusti Gede Tegeh (III), I Gusti Nengah Tegeh, I Gusti Gede Dauh, dan I Gusti Ketut Dauh. Dari tempat ini, mereka menghitung sisa-sisa keluarga dan rakyat yang masih ada. Mereka tidak mau jauh dari Padangluah, agar dapat memantau perkembangan Padangluah dan menyelamatkan rakyatnya yang masih di Padangluah serta memerlukan pertolongan. Ternyata tempat yang paling strategis adalah Dauh Tukad Yeh Poh tersebut (sekarang Banjar Kaja, Dalung). Akhirnya diputuskan untuk tetap tinggal sementara disana sambil membangun strategi lebih lanjut. Perasaan sedih harus kehilangan rakyat, saudara, orangtua, kerabat, sahabat, dan wilayah. Keempat putra I Gusti Gede Tibung berusaha untuk meyakinkan diri dan memperkuat keyakinan tersebut untuk tidak patah semangat. Dalam suasana seperti ini muncul istilah “De Elung” atau "Da Elung" yang berarti "Jangan Patah", kemudian kata-kata itu didengungkan dari mulut kemulut keseluruh masyarakat, untuk membangun mental dan semangat. Maka muncul istilah Dalung yang kemudian menjadi nama Desa yaitu Desa Dalung. Diperkirakan terjadi antara tahun 1823-1825. Secara Administrasi Desa Dalung dibagi menjadi 23 Banjar Dinas yang terdiri dari: 1. Banjar Dinas Tegaljaya 2. Banjar Dinas Celuk 3. Banjar Dinas Pendem 4. Banjar Dinas Gaji 5. Banjar Dinas Untal-Untal 6. Banjar Dinas Kwanji 7. Banjar Dinas Tegeh 8. Banjar Dinas Kaja 9. Banjar Dinas Cepaka 10. Banjar Dinas Lebak 11. Banjar Dinas Kung 12. Banjar Dinas Padangbali 13. Banjar Dinas Dukuh 14. Banjar Dinas Penglian 15. Banjar Dinas Pegending 16. Banjar Dinas Tuka 17. Banjar Dinas Linggabumi 18. Banjar Dinas Bhineka Nusa Kauh 19. Banjar Dinas Bhineka Nusa Kangin 20. Banajr Dinas Campaun Asri Kangin 21. Banjar Dinas Campuan Asri Kauh 22. Banjar Dinas Tegal Luwih 23. Banjar Dinas Taman Tirta