Difference between revisions of "Place Desa Penglipuran"
From BASAbaliWiki
Line 7: | Line 7: | ||
|Photograph reference link=https://www.marariversafarilodge.com/desa-penglipuran/ | |Photograph reference link=https://www.marariversafarilodge.com/desa-penglipuran/ | ||
|Information about place={{Place/Information | |Information about place={{Place/Information | ||
− | |||
|Description of information=Desa adat (cultural villages) are distinct villages, characterized by houses that strictly adhere to traditional architecture, and the inhabitants usually perform more rituals and other social activities related to their religion, compared to the average modern individual. These kinds of villages often attract visitors who are curious about the lifestyle of older generations, although the local inhabitants have little interest in capitalizing on the potential for tourism. | |Description of information=Desa adat (cultural villages) are distinct villages, characterized by houses that strictly adhere to traditional architecture, and the inhabitants usually perform more rituals and other social activities related to their religion, compared to the average modern individual. These kinds of villages often attract visitors who are curious about the lifestyle of older generations, although the local inhabitants have little interest in capitalizing on the potential for tourism. | ||
Line 15: | Line 14: | ||
|Credit=https://www.marariversafarilodge.com/desa-penglipuran/ | |Credit=https://www.marariversafarilodge.com/desa-penglipuran/ | ||
}}{{Place/Information | }}{{Place/Information | ||
− | |||
|Description of information=Penglipuran Village has a unique culture and architecture that blends with nature. This philosophy is implemented into three aspects, namely the Parahyangan, Pawongan and Palemahan aspects: harmonious relationship between humans and God, between humans, and humans and their environment. | |Description of information=Penglipuran Village has a unique culture and architecture that blends with nature. This philosophy is implemented into three aspects, namely the Parahyangan, Pawongan and Palemahan aspects: harmonious relationship between humans and God, between humans, and humans and their environment. | ||
Line 34: | Line 32: | ||
|Credit=I Kadek | |Credit=I Kadek | ||
}}{{Place/Information | }}{{Place/Information | ||
− | |||
|Description of information id=Penglipuran merupakan salah satu desa adat dari Kabupaten Bangli. Desa ini terkenal sebagai salah satu destinasi wisata di Bali karena warganya yang masih menjalankan dan melestarikan budaya tradisional Bali di kehidupan mereka sehari-hari. Desa Panglipuran merupakan desa wisata yang paling populer di Bali. Akan tetapi warga Penglipuran tetap menjaga budaya, tradisi dan hutan bambu mereka sesuai dengan prinsip Tri Hita Karana. Hal itu kemudian menjadi daya tarik tersendiri bagi para turis untuk berkunjung, sehingga tahun 1993 Pemerintah Bali mempromosikan Desa Penglipuran sebagai tempat tujuan wisata. | |Description of information id=Penglipuran merupakan salah satu desa adat dari Kabupaten Bangli. Desa ini terkenal sebagai salah satu destinasi wisata di Bali karena warganya yang masih menjalankan dan melestarikan budaya tradisional Bali di kehidupan mereka sehari-hari. Desa Panglipuran merupakan desa wisata yang paling populer di Bali. Akan tetapi warga Penglipuran tetap menjaga budaya, tradisi dan hutan bambu mereka sesuai dengan prinsip Tri Hita Karana. Hal itu kemudian menjadi daya tarik tersendiri bagi para turis untuk berkunjung, sehingga tahun 1993 Pemerintah Bali mempromosikan Desa Penglipuran sebagai tempat tujuan wisata. | ||
Penglipuran pun berhasil membangun wisata yang menguntungkan warga setempat tanpa menghilangkan budaya dan tradisi mereka. Pada 1995, Desa Penglipuran mendapat penghargaan Kalpataru dari Pemerintah Indonesia atas usahanya melindungi hutan bambu di ekosistem lokal mereka. Warga Penglipuran menyadari potensi mereka dan mengaplikasikan pariwisata berbasis komunitas untuk menghindari kapitalisme pariwisata di desa mereka. | Penglipuran pun berhasil membangun wisata yang menguntungkan warga setempat tanpa menghilangkan budaya dan tradisi mereka. Pada 1995, Desa Penglipuran mendapat penghargaan Kalpataru dari Pemerintah Indonesia atas usahanya melindungi hutan bambu di ekosistem lokal mereka. Warga Penglipuran menyadari potensi mereka dan mengaplikasikan pariwisata berbasis komunitas untuk menghindari kapitalisme pariwisata di desa mereka. | ||
Line 43: | Line 40: | ||
|Credit=I Kadek | |Credit=I Kadek | ||
}} | }} | ||
− | |Topic=Tourist Destinations | + | |Topic=Kabupaten Bangli, Tourist Destinations |
|SummaryTopic=One of the Bali Aga Villages | |SummaryTopic=One of the Bali Aga Villages | ||
|SummaryTopic id=Salah satu Desa Bali Aga | |SummaryTopic id=Salah satu Desa Bali Aga |
Revision as of 08:09, 14 February 2022
- Name of Place
- Desa Penglipuran
- Location
- Reference
- https://www.marariversafarilodge.com/desa-penglipuran/
- Lontar
- Folktales
- Biographies
- Children's Books
- Books
- Holidays and Ceremonies
Information about place
In English
In Balinese
In Indonesian
I Kadek
Enable comment auto-refresher