BASAbaliWiki:About

The printable version is no longer supported and may have rendering errors. Please update your browser bookmarks and please use the default browser print function instead.

Masalah Penyesuaian Diri Peserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja)

Persoalan krusial yang dihadapi peserta didik usia sekolah menengah (remaja) dalam kehidupan sehari-hari dan yang menghambat penyesuain diri adalah masalah hubungan remaja dengan orang dewasa, terutama orangtua. Perkembangan penyesuaian diri remaja sangat bergantung pada sikap orang tua dan suasana psikologi dan sosial dalam kehidupan keluarga. Penolakan orang tua terhadap anaknya dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu: a. Penolakan mungkin merupakan penolakan tetap sejak awal, di mana orang tua merasa tidak sayang kepada anaknya, karena berbagai sebab, mereka tidak menghendaki kelahirannya. Menurut Boldwyn yang dikutif oleh Zakiah Drajat (1983): “Bapak yang menolak anaknya berusaha menundukkan anaknya dengan kaidah-kaidah kekerasan, karena itu ia mengambil ukuran kekerasan, kekejaman tanpa alasan nyata.” b. Penolakannya dalam bentuk pura-pura tidak tahu keinginan anaknya. Hasil dari kedua penolakan ini adalah remaja tidak dapat menyesuaikan diri, cenderung untuk menghabiskan waktunya di luar rumah. Disamping itu, sikap orang tua yang memberikan perlindungan yang berlebihan juga berakibat tidak baik. Remaja yang mendapatkan perhatian dan kasih saying secara berlebihan akan menyebabkan ia tidak dapat hidup mandiri. Ia selalu mengharapkan bantuan dan perhatian orang lain dan ia berusaha menarik perhatian mereka, serta beranggapan bahwa perhatian seperti itu adalah haknya. Sikap orang tua yang otoriter, yang memaksakan otoritasnya kepada remaja, juga akan menghambat proses penyesuaian diri mereka. Remaja akan berani melawan atau menentang orang tuanya. Pada gilirannya ia cenderung akan bersifat otoriter terhadap teman-temannya dan bahkan menentang otoritas orang dewasa, baik di sekolah maupun di masyarakat. Masalah penyesuaian diri yang dihadapi remaja dapat berasal dari keretakan keluarga atau akibat over proteksi. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa remaja yang hidup di dalam rumah tangga yang mengalami keretakan, mengalami masalah emosi, tampak padanya ada kecenderungan yang besar untuk marah, suka menyendiri, di samping kurang kepekaan terhadap penerimaan sosial dan kurang mampu menahan diri serta lebih gelisah dibandingkan dengan remaja yang masih hidup dalam rumah tangga yang wajar. Terbukti pula kebanyakan anak-anak yang dikeluarkan dari sekolah karena tidak dapat menyesuaikan diri adalah mereka yang datang dari rumah tangga yang mengalami keretakan.