UPGRADE IN PROCESS - PLEASE COME BACK AT THE END OF MAY

Search by property

From BASAbaliWiki

This page provides a simple browsing interface for finding entities described by a property and a named value. Other available search interfaces include the page property search, and the ask query builder.

Search by property

A list of all pages that have property "Word example text id" with value "Kemarin Made mendapatkan juara 2 lomba masatua di desanya, kemudian dipuji oleh orang tuanya.". Since there have been only a few results, also nearby values are displayed.

Showing below up to 26 results starting with #1.

View (previous 50 | next 50) (20 | 50 | 100 | 250 | 500)


    

List of results

  • Bayune  + (“Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, “Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, apakah kamu sudah merasa takut? Ke sana kamu sekarang, teleponlah Dewamu minta pertolongan, sudah tidak bisa lagi menolongmu sekarang,” kata raksasa itu lagi. Luh Ayu Manik saling pandang dengan Ayu Kinandari, bibirnya yang merah digigitnya tanda ia juga takut. Dua orang perempuan muda itu lalu saling berpegangan tangan.n muda itu lalu saling berpegangan tangan.)
  • Awake  + (“Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, “Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, apakah kamu sudah merasa takut? Ke sana kamu sekarang, teleponlah Dewamu minta pertolongan, sudah tidak bisa lagi menolongmu sekarang,” kata raksasa itu lagi. Luh Ayu Manik saling pandang dengan Ayu Kinandari, bibirnya yang merah digigitnya tanda ia juga takut. Dua orang perempuan muda itu lalu saling berpegangan tangan.n muda itu lalu saling berpegangan tangan.)
  • Betarane  + (“Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, “Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, apakah kamu sudah merasa takut? Ke sana kamu sekarang, teleponlah Dewamu minta pertolongan, sudah tidak bisa lagi menolongmu sekarang,” kata raksasa itu lagi. Luh Ayu Manik saling pandang dengan Ayu Kinandari, bibirnya yang merah digigitnya tanda ia juga takut. Dua orang perempuan muda itu lalu saling berpegangan tangan.n muda itu lalu saling berpegangan tangan.)
  • Telpun  + (“Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, “Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, apakah kamu sudah merasa takut? Ke sana kamu sekarang, teleponlah Dewamu minta pertolongan, sudah tidak bisa lagi menolongmu sekarang,” kata raksasa itu lagi. Luh Ayu Manik saling pandang dengan Ayu Kinandari, bibirnya yang merah digigitnya tanda ia juga takut. Dua orang perempuan muda itu lalu saling berpegangan tangan.n muda itu lalu saling berpegangan tangan.)
  • Magelung  + (“Help..help….please!” Bule itu berteriak-t“Help..help….please!” Bule itu berteriak-teriak kebingungan sembari tolah-toleh meminta tolong. Dari atas motor, Luh Ayu Manik melihat penjambret itu lari menuju ke barat. Seketika Luh Ayu Manik menyuruh tukang ojek yang ditumpanginya untuk berhenti. Luh Ayu Manik berubah wujud menjadi Luh Ayu Manik Mas dengan mahkota emas, berbusana serba emas. Larinya kencang sekali saat mengejar si penjambret. Keduanya lalu berkelahi di tengah jalan. Banyak orang yang menonton kejadian itu, sampai jalanan macet total. kejadian itu, sampai jalanan macet total.)
  • Palaibne  + (“Help..help….please!” Bule itu berteriak-t“Help..help….please!” Bule itu berteriak-teriak kebingungan sembari tolah-toleh meminta tolong. Dari atas motor, Luh Ayu Manik melihat penjambret itu lari menuju ke barat. Seketika Luh Ayu Manik menyuruh tukang ojek yang ditumpanginya untuk berhenti. Luh Ayu Manik berubah wujud menjadi Luh Ayu Manik Mas dengan mahkota emas, berbusana serba emas. Larinya kencang sekali saat mengejar si penjambret. Keduanya lalu berkelahi di tengah jalan. Banyak orang yang menonton kejadian itu, sampai jalanan macet total. kejadian itu, sampai jalanan macet total.)
  • Mapanganggo  + (“Help..help….please!” Bule itu berteriak-t“Help..help….please!” Bule itu berteriak-teriak kebingungan sembari tolah-toleh meminta tolong. Dari atas motor, Luh Ayu Manik melihat penjambret itu lari menuju ke barat. Seketika Luh Ayu Manik menyuruh tukang ojek yang ditumpanginya untuk berhenti. Luh Ayu Manik berubah wujud menjadi Luh Ayu Manik Mas dengan mahkota emas, berbusana serba emas. Larinya kencang sekali saat mengejar si penjambret. Keduanya lalu berkelahi di tengah jalan. Banyak orang yang menonton kejadian itu, sampai jalanan macet total. kejadian itu, sampai jalanan macet total.)
  • Gambelan  + (Gamelan yang berada di Banjar Tengah bernama gamelan Semara Pagulingan.)
  • Ateha  + (“Made di mana, Bu? Jadi ke Badung?” tanya I Wayan. “Lah, sudah diantar oleh ayahnya!” begitu jawab Ibu.)
  • Robrobin  + (“Naungi hidup orang yang tidak punya” begitu perkataan kakek kepada saya.)
  • Risebin  + (“Sakit hati saya mendengar perkataannya yang seperti itu, tidak mau tau akan saya sakiti orang itu dengan kekuatan jahat !” begitu kata Jero Gede.)
  • Iragane  + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
  • Matunjel  + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
  • Pangajah-ajah  + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
  • Awanane  + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
  • Sesai  + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
  • Tunjel  + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
  • Nganikaang  + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
  • Keslametan  + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
  • Plastike  + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
  • Di arepne  + (“Wéé, Luh! Bangun, bangun.” Luh Ayu Manik “Wéé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik tidak bergerak, seperti terlalu lelapnya ia tertidur. Wayan kembali menepuk punggungnya. </br>“Wééé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik baru merasa ada orang yang menepuk punggungnya, saat itu ia lalu perlahan bangun sambil mengusap-usap matanya. Luh Ayu Manik terkejut melihat teman-temannya ada di hadapannya. Dilihatnya teman sekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.ekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.)
  • Klasak-klisik  + (“Wéé, Luh! Bangun, bangun.” Luh Ayu Manik “Wéé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik tidak bergerak, seperti terlalu lelapnya ia tertidur. Wayan kembali menepuk punggungnya. </br>“Wééé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik baru merasa ada orang yang menepuk punggungnya, saat itu ia lalu perlahan bangun sambil mengusap-usap matanya. Luh Ayu Manik terkejut melihat teman-temannya ada di hadapannya. Dilihatnya teman sekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.ekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.)
  • Leplepne  + (“Wéé, Luh! Bangun, bangun.” Luh Ayu Manik “Wéé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik tidak bergerak, seperti terlalu lelapnya ia tertidur. Wayan kembali menepuk punggungnya. </br>“Wééé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik baru merasa ada orang yang menepuk punggungnya, saat itu ia lalu perlahan bangun sambil mengusap-usap matanya. Luh Ayu Manik terkejut melihat teman-temannya ada di hadapannya. Dilihatnya teman sekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.ekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.)
  • Ngucek-ngucek  + (“Wéé, Luh! Bangun, bangun.” Luh Ayu Manik “Wéé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik tidak bergerak, seperti terlalu lelapnya ia tertidur. Wayan kembali menepuk punggungnya. </br>“Wééé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik baru merasa ada orang yang menepuk punggungnya, saat itu ia lalu perlahan bangun sambil mengusap-usap matanya. Luh Ayu Manik terkejut melihat teman-temannya ada di hadapannya. Dilihatnya teman sekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.ekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.)
  • Maklisikan  + (“Wéé, Luh! Bangun, bangun.” Luh Ayu Manik “Wéé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik tidak bergerak, seperti terlalu lelapnya ia tertidur. Wayan kembali menepuk punggungnya. </br>“Wééé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik baru merasa ada orang yang menepuk punggungnya, saat itu ia lalu perlahan bangun sambil mengusap-usap matanya. Luh Ayu Manik terkejut melihat teman-temannya ada di hadapannya. Dilihatnya teman sekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.ekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.)
  • Ngedigin  + (“Wéé, Luh! Bangun, bangun.” Luh Ayu Manik “Wéé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik tidak bergerak, seperti terlalu lelapnya ia tertidur. Wayan kembali menepuk punggungnya. </br>“Wééé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik baru merasa ada orang yang menepuk punggungnya, saat itu ia lalu perlahan bangun sambil mengusap-usap matanya. Luh Ayu Manik terkejut melihat teman-temannya ada di hadapannya. Dilihatnya teman sekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.ekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.)
  • Ajuma  + (Kemarin Made mendapatkan juara 2 lomba masatua di desanya, kemudian dipuji oleh orang tuanya.)
  • Ajuma  + (Kemarin Made mendapatkan juara 2 lomba masatua di desanya, kemudian dipuji oleh orang tuanya.)
  • Ajawera  + ("Ajawéra pingitakena" mungkin adalah kata yang umum diketahui oleh orang yang suka membaca lontar.)
  • Telahang  + ("Habiskan saja makanan itu" begitu kata ibu kemarin malam)
  • Pait  + ("Kopi pahit saja, Dinda, Kakak dibuatkan. Itu di senyum Adinda, ambil gulanya". Wuih, apa geregetmu? Kamu tahu apa geregetku? Apa? Kemarin aku menyanyi. Terus bagaimana? Tidak dibayar!)
  • Percayain  + ("Tolonglah percaya pada saya" begitu kata I Made di depan rumahnya)
  • Ngorok  + ((Pepatah) Menusuk ikan teri (ikan kecil ke(Pepatah) Menusuk ikan teri (ikan kecil kecil dari laut yang biasanya dijual kering atau asin). Jika Anda menusuknya, itu tidak mengeluarkan darah. Ungkapan ini mengacu tentang seseorang yang melakukan sesuatu yang tidak menghasilkan apa yang dia ingin capai. Terutama digunakan jika seorang pria menikahi wanita kurus yang kemudian tidak memiliki bayi karena dia tidak memiliki energi yang kuat. Pria itu kecewa pada wanita itu. Biasanya mengacu pada makhluk hidup, bukan benda atau ide. pada makhluk hidup, bukan benda atau ide.)
  • Capung  + ((Peribahasa) Artinya, orang yang tidak tekun bekerja, sebentar bekerja di sini sebentar bekerja di sana)
  • Sau  + ((Peribahasa) Jaring ikan yang sangat rapat(Peribahasa) Jaring ikan yang sangat rapat, keranjang ikan yang longgar. Artinya jika seorang nelayan menangkap banyak ikan di jaring yang ditenun halus dan kemudian menaruhnya di keranjang anyaman yang kasar, mereka semua akan melarikan diri; jadi ini merujuk pada seseorang yang menghasilkan banyak uang tetapi menghabiskannya dengan cepat; terkadang 'jalane' atau 'pencare' diganti dengan 'saune'; ini adalah jaring lempar bundar, vs. sau, yang merupakan jaring segitiga., vs. sau, yang merupakan jaring segitiga.)
  • Bangkung  + ((Sebuah pepatah). Diseret oleh induk babi.(Sebuah pepatah). Diseret oleh induk babi. Dalam bentuk pasif kalimat ini Menjadi: Paida teken bangkung, tetapi disingkat dalam entri ini. Ini merujuk pada seorang pria yang tinggal bersama istrinya di rumah keluarganya, bukan di rumahnya sendiri, seperti kasus normal.di rumahnya sendiri, seperti kasus normal.)
  • Celepuk  + ((Suara) burung kedasih seperti menangis, disertai oleh suara burung hantu)
  • Iab  + ((orang) Seumur saya banyak yang sudah bersekolah.)
  • Iaban  + ((orang-orang) sebaya (seumur) dengan I Made sudah semuanya bersekolah.)
  • Ikuh  + ((pepatah) Kepalanya terlalu longgar, tetap(pepatah) Kepalanya terlalu longgar, tetapi ekornya tidak pas.</br>Mengatakan seseorang yang berjanji untuk banyak membantu, tetapi siapa yang benar-benar bekerja sehingga dia sendiri dapat untung, yaitu seseorang yang melakukan sesuatu karena dia membutuhkan sesuatu untuk dirinya sendiri, bukan karena dia ingin membantu orang lain.ukan karena dia ingin membantu orang lain.)
  • Cakup  + (..., Tangannya terkatup, seperti orang mamusti (sikap tangan tertentu))
  • Empan  + (1. Apa yang digunakan sebagai umpan memancing? 2, Dimana mencari umpan? 3. Ada orang menjual umpan?)
  • Es doger  + (1. Dimana membeli es doger? 2. Es doger isinya bermacam-macam. 3. yang menjual es doger adalah orang Jawa.)
  • Entil  + (1. Setiap Ulian (4 hari setelah) Galungan, orang-orang di Desa Batungsel membuat entil. 2. Rapi caranya membawa. 3. Nyenyak sekali tidur bayinya.)
  • Mayuda  + (114 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal114 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 20 September 1906, rakyat Bali di kerajaan Badung, yang sekarang berlokasi di tengah kota Denpasar ini berperang, mempertaruhkan jiwa dan raga melawan pasukan Belanda. Banyak orang yang gugur di peperangan. Sudah pasti, setelah perang itu Bali menjadi hening dan sunyi tanpa suara. Tetapi, apa sebenarnya penyebab perang tersebut?, apa sebenarnya penyebab perang tersebut?)
  • Lintang  + (114 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal114 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 20 September 1906, rakyat Bali di kerajaan Badung, yang sekarang berlokasi di tengah kota Denpasar ini berperang, mempertaruhkan jiwa dan raga melawan pasukan Belanda. Banyak orang yang gugur di peperangan. Sudah pasti, setelah perang itu Bali menjadi hening dan sunyi tanpa suara. Tetapi, apa sebenarnya penyebab perang tersebut?, apa sebenarnya penyebab perang tersebut?)
  • Ngetohang  + (114 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal114 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 20 September 1906, rakyat Bali di kerajaan Badung, yang sekarang berlokasi di tengah kota Denpasar ini berperang, mempertaruhkan jiwa dan raga melawan pasukan Belanda. Banyak orang yang gugur di peperangan. Sudah pasti, setelah perang itu Bali menjadi hening dan sunyi tanpa suara. Tetapi, apa sebenarnya penyebab perang tersebut?, apa sebenarnya penyebab perang tersebut?)
  • Kenyem  + ( :Kopi pahit saja, Dinda, Kakak dibuatkan. Itu di senyum Adinda, ambil gulanya". Wuih, apa geregetmu? Kamu tahu apa geregetku? Apa? Kemarin aku menyanyi. Terus bagaimana? Tidak dibayar! )
  • Calonarang  + (A: Swastiastu, Swastiastu! Woe, woe!! B: KA: Swastiastu, Swastiastu! Woe, woe!!</br>B: Kenapa???</br>A: Ke sini, dong!</br>B: Ke mana?</br>A: Menonton Calonarang!</br>B: Di mana ada Calonarang siang-siang?</br>A: Ya, ke sini saja!</br>B: Tunggu sebentar, Bro!! ……………………………</br>B: Bro, mari!</br>A: He, kenapa sampai sungguh-sungguh memakai "kamen"?</br>B: Katanya menonton calonarang!</br>A: Ya, orang nontonnya di sini!!lonarang! A: Ya, orang nontonnya di sini!!)
  • Kasokong  + (Acara ini didukung oleh warga desa.)
  • Bicak  + (Ada banyak bekas kaki di rumah Pak Made.)
  • Baus  + (Ada banyak tanaman perdu di rumah Made.)