UPGRADE IN PROCESS - PLEASE COME BACK AT THE END OF MAY

Search by property

From BASAbaliWiki

This page provides a simple browsing interface for finding entities described by a property and a named value. Other available search interfaces include the page property search, and the ask query builder.

Search by property

A list of all pages that have property "Description id" with value "Warga berkumpul di Bank Sampah untuk Menabung Sampah". Since there have been only a few results, also nearby values are displayed.

Showing below up to 26 results starting with #1.

View (previous 50 | next 50) (20 | 50 | 100 | 250 | 500)


    

List of results

  • Rejang Sari  + (Tari rejang sari adalah tari bebali yang bTari rejang sari adalah tari bebali yang bisa dipentaskan ketika ada upacara keagamaan, maupun sebagai bentuk hiburan. Rejang ini termasuk ke dalam jenis tarian baru yang bisa ditarikan oleh remaja maupun perempuan dewasa. Ketika ditarikan oleh remaja, pakaian yang digunakan cenderung lebih bervariasi, dengan menggunakan bebed sebagai tutup dada dan gelungan rejang, sedangkan jika ditarikan oleh perempuab dewasa (biasanya oleh ibu-ibu), penari hanya menggunakan baju kebaya dan kamen seragam.menggunakan baju kebaya dan kamen seragam.)
  • Tari Rejang Seregan  + (Tari Rejang Seregan merupakan tari sakral Tari Rejang Seregan merupakan tari sakral sebagai pemuput upacara keagamaan (ditarikan saat upacara di pura telah usai). Tarian ini hanya ditarikan di beberapa pura yang berada di Desa Adat Katung, Bangli sebagai tari wali pada upacara “Ngusaba Ngina”. Tarian ini biasanya ditarikan oleh Jero mangku istri dan diikuti oleh para dulu istri/peduluan istri (sesuai ulu apad), prajuru dan diikuti kembali oleh para deha dengan gerakan sederhana namun memiliki makna spiritual yang tinggi.amun memiliki makna spiritual yang tinggi.)
  • Rejang Taksu Buana  + (Tari Rejang Taksu Bhuwana diciptakan oleh Guru Ghanta dan ditarikan pertama kali pada saat piodalan di Pura Taksu Bhuwana Taman Bukit Pengajaran, Sidemen, Karangasem)
  • Sanghyang Dedari  + (Tari Sakral Sanghyang Dedari yang ada di GTari Sakral Sanghyang Dedari yang ada di Geriana Kauh merupakan satu-satunya tari Sanghyang yang masih rutin dipentaskan setahun sekali, tari sakral Sangyang Dedari sudah mendapatkan pengakuan dari UNESCO sebagai warisan budaya dunia yang hampir punah. </br></br>Tarian sakral ini dipentaskan menjelang Embud Padi “Mase” (padi yang ditanam setahun sekali tanpa didahului oleh tanaman apapun) jenis padi yang ditanam pun berbeda yakni jenis Padi “Taun” yang sangat langka memiliki ciri-ciri khusus sperti bijinya lebih besar.</br></br>Menjelang dilaksanakannya tradisi Tari sangyang Dedari dan Sanghyang Jaran Gading ini terlebih dahulu dilakukan prosesi “matur piuning” di 10 pura yang ada dalam lingkungan desa seperti, Pura Puseh, Pure Pejenengan, Pura Bale Agung, Prapatan, pura Dalem, Kuburan Sanghyang dan lainnya.</br></br>Tari Sanghyang Dedari ini dipentaskan oleh anak-anak perempuan dari desa Geriana Kauh yang masih suci dan belum pernah mengalami menstruasi. Sementara, Tari Sanghyang Jaran Gading dipentaskan oleh laki-laki itupun oleh “pekayuan” Ide sanghyang Jaran Gading jumlahnya tidak bisa ditentukan. </br></br>Sanghyang Dedari dipentaskan pada melam hari sekitar puku 20.00 WITA di areal Catus Pate tanpa iringan instrumen gambelan hanya menggunakan tembang atau nyanyian khusus disebut “gending Sanghyang” yang dinyanyikan oleh 12 orang krama Desa Geriana Kauh. </br></br>Hiasan penari pun tidak boleh memakai emas dan sejenisnya. Penari harus memakai bunga alami seperti jepun dan sandat.</br></br>Untuk alur tarian Sanghyang Dedari dan sanghyang Jaran Gading terlebih dulu dilaksanakan prosesi “mekukup” (ngerauhang Ide sanghyang) setelah itu penari akan mengalami “kerauhan” kemudian penari akan bergerak menari secara tidak sadar mengikuti alunan nyanyian Sanghyang, jika tembangnya mengarahkan naik, maka sanghyang Dedari akan naik keatas bambu yang khusus disiapkan untuk prosesi Sanghyang Dedari.</br></br>Sedangkan untuk pementasan tari Sanghyang Jaran Gading dilaksanakan pada tempat yang berbeda yaitu di depan Pura Pejenengan Desa Geriana Kauh. Tarian Sanghyang Jaran Gading dipentaskan oleh laki-laki yang di pilih secara “niskala” oleh Ide Sanghyang Jaran Gading. Jumlahnya pun tidak bisa ditentukan tergantung “pekayunan Ide”.</br></br>Pada prosesi pementasan tarian Sanghyang Jaran Gading, juga dilaksankan ritual “mekukup” setelah “Ide Ngerauhin” penari akan berlarian di areal pementasan dengan mengikuti alunan Gending Sanghyang. Di tengah-tengah pementasan, penari Jaran Gading yang sudah “kerauhan” akan berlarian melewati bara api yang sudah disiapkan khusus dari “sambuk” (batok kelapa) oleh masyarakat Geriana Kauh.</br></br>Tujuan utama dilaksanakannya tradisi sanghyang ini adalah untuk memohon berkah, kemakmuram, dan keselamatan khususnya untuk seluruh masyarakat Geriana Kauh.nya untuk seluruh masyarakat Geriana Kauh.)
  • Sanghyang Penyalin  + (Tari Sanghyang Penyalin merupakan tarian tTari Sanghyang Penyalin merupakan tarian tradisional yang sakral, dan sering dipentaskan pada saat tilem keenam atau bulan Desember setiap tahun. Umumnya tarian ini dipakai sebagai jawaban pertanda alam oleh masyarakat karena tarian ini bertujuan untuk menyeimbangkan Tri Hita Karana, yaitu menyeimbangkan hubungan manusia dengan manusia, dengan alam, dan dengan Tuhannya. Di samping itu, akhir-akhir ini tarian Sanghyang Penyalin fungsinya telah meluas dapat juga dipakai sebagai daya tarik wisata kaitannya dengan agrowisata yang kini dikembangkan di kawasan wisata Panca Sari Buleleng. Prosesi Tari Sanghyang Penyalin adalah penyalin (rotan) yang dipakai alat menari dihias terlebih dahulu, diisi bunga dan di sela-sela bunga diisi krincingan (lonceng) kemudian diupacarai selanjutnya baru ditarikan. Pada saat ditarikan penyalin tersebut berbunyi karena dihias dengan lonceng.but berbunyi karena dihias dengan lonceng.)
  • Tari Sekar Jepun  + (Tari Sekar Jepun merupakan ikon tari dari Tari Sekar Jepun merupakan ikon tari dari Kabupaten Badung, Bali. Tari sekar jepun di ciptakan oleh Ida Ayu Wimba Ruspawati, SST., M.Sn dan komposisi musiknya diciptakan oleh I Wayan Widia, S.SKar. Tari sekar jepun mengisahkan tentang keindahan bunga jepun atau bunga kemboja dengan berbagai corak warna dan bentuk.</br></br>Bunga jepun adalah salah satu jenis bunga yang amat penting bagi orang Bali karena banyak digunakan sebagai sarana upakara dan sebagai sarana persembahyangan bagi Umat Hindu. Bunga jepun memiliki aroma yang harum dan memiliki warna yang beragam, mulai dari putih, merah, ungu dan kuning. Di Bali pohon ini dapat ditemukan di setiap rumah orang Bali, sering menghiasi jalanan-jalanan desa maupun perkotaan. </br></br>Di Kabupaten Badung sendiri pohon jepun sangat mudah ditemui disepanjang jalan, saat pohon ini berbunga akan tampak keindahan dan keasrian daerah ini, sehingga Sekar Jepun dijadikan maskot Kabupaten Badung.r Jepun dijadikan maskot Kabupaten Badung.)
  • Tari Sisia  + (Tari Sisia adalah bagian dari pementasan Calonarang. Tarian ini mengisahkan para murid atau sisia Rangda Ing Jirah ketika mereka belajar ilmu kaguragan.)
  • Tari Oleg Tamulilingan Ngisep Sari  + (Tari Tamulilingan Ngisep Sari adalah tariaTari Tamulilingan Ngisep Sari adalah tarian duet yang diciptakan oleh I Ketut Mario pada tahun 1952 di Desa Peliatan. Beliau adalah seorang maestro tari Bali yang terkenal karena karya tarinya yang luar biasa. Mario mengajak I Wayan Sukra, ahli tabuh dari Marga Tabanan untuk membuat iringan musiknya. Selain itu dilibatkan pula tiga orang pakar tabuh Gong Peliatan dalam menggarap gending oleh yaitu Gusti Kompyang, A.A Gde Mandera, dan I Wayan Lebah. </br></br>Konsep saling ketergantungan dalam kehidupan menginspirasi tarian ini dimana keindahan bunga menarik lebah untuk mengumpulkan nektar dan sebaliknya lebah akan membantu menyerbuki bunga. Simbiosis ini menunjukkan hubungan saling menjaga dalam siklus yang mengandung cinta kasih antar makhluk hidup. Style tari oleg yang jarang dipertunjukkan ini pernah diajarkan di Sanggar Seni Çudamani pada tahun 2014 oleh penari asli (Alm) Ni Gusti Ayu Raka Rasmi yang pada saat itu di usianya yang 70-an, masih merupakan penari yang memukau dan guru yang berdedikasi.ri yang memukau dan guru yang berdedikasi.)
  • Tari Tani  + (Tari Tani Bali diciptakan oleh I Wayan BerTari Tani Bali diciptakan oleh I Wayan Beratha pada tahun 1957. Tarian ini muncul bersamaan dengan Tari Tenun (Tari Tenun) dan Tari Nelayan (Tari Memancing) pada era 1950-an. Tari Tani menampilkan kehidupan sehari-hari masyarakat Bali, khususnya aktivitas petani di Bali.</br></br>Tari Tani biasanya dibawakan secara berkelompok oleh penari pria dan wanita. Gerakan-gerakan dalam tarian ini menggambarkan aktivitas para petani mulai dari menyiapkan lahan, menanam benih, hingga merawat tanamannya. Tarian ini memang menyuguhkan gerakan yang indah dan anggun.</br></br>Pada era 1960-an, tiga tarian (tani/bertani, menenun, dan memancing) muncul karena pengaruh sosialisme dan menjadi standar saat itu. Kemudian pada tahun 1965, situasi politik tidak stabil dan ketiga tarian ini langsung kehilangan penikmat.</br></br>Bagaimanapun, ketiga tarian ini tetap menjadi penanda yang berbeda dari waktu penting dalam sejarah modern Indonesia dan hari ini dilakukan hanya untuk tujuan estetika semata.</br></br>Kostum dan tata rias memainkan peran penting dalam seni pertunjukan. Keharmonisan dan keindahan warna semakin mempercantik tampilan tarian selama pertunjukan.</br></br>Pria. Dalam Tani (tarian pertanian), penari pria menggunakan kostum seperti: hiasan kepala (udeng), badong, tutup dada, sabuk stagen, gelang kana, ampok-ampok dan kamen (sarung) dengan motif prada.</br></br>Perempuan. Sedangkan penari wanita menggunakan “Lelunakan” atau penutup kepala di bagian atasnya. Lelunakan merupakan pengembangan dari tengkuluk, berupa selendang dengan motif hias. Pada bagian atasnya, selendang lelunakan membungkus rambut, dibentuk sedemikian rupa, dihiasi dengan gonjer (bunga emas), bunga sandat, dan bunga merah.</br></br>Di bagian bawah, penari wanita menggunakan tapih, kamen (sarung), dan sabuk stagen yang dibalut dari pinggang hingga dada. Pada bagian luarnya dibalut selendang berwarna dengan hiasan motif prada.endang berwarna dengan hiasan motif prada.)
  • Tari Tedung Sari  + (Tari Tedung Sari memanfaatkan properti payung (tedung) dalam tariannya. Dalam msyarakat Bali tedung memiliki fungsi yang cukup signifikan dalam berbagai upacara, yaitu melindungi dan menghormati.)
  • Telek Jumpai  + (Tari Telek merupakan kesenian tradisional Tari Telek merupakan kesenian tradisional yang diperkirakan mulai berkembang sekitar tahun 1935 sampai sekarang. Tari ini dijadikan sebagai pelengkap upacara keagamaan di pura-pura lingkungan masyarakat Jumpai. Tari Telek ini pun mempunyai hubungan yang sangat erat dengan keberadaan Barong Ket dalam pementasannya. </br></br>Keberadaan Topeng Telek di desa Jumpai ini menjadi sebuah warisan turun temurun dari para masyarakat sebelumnya di Desa Jumpai.</br>Tari ini dipentaskan setiap lima belas hari sekali, yaitu setiap Kajeng Kliwon dan piodalan di pura-pura yang ada di Desa Jumpai. Ketika Tari ini tidak ditarikan di waktu-waktu tersebut dipercaya akan terjadi mala petaka seperti adanya wabah penyakit bahkan dapat menyebabkan kematian. Akibat hal itu masyarakat Desa Jumpai menyepakati bahwa tarian tersebut harus terus ditarikan diwaktu-waktu tersebut. Semenjak kesepakatan tersebut dibuat angka kematian menjadi berkurang.</br></br>Perkembangan selanjutnya, tarian ini tidak hanya di pentaskan dilingkungan Desa Jumpai melainkan juga dipentaskan ditempat lain asalkan tempat tersebut memungkinkan. Jika Tari Telek dipentaskan bersama dengan Barong Ket, maka harus memakai kalangan (panggung) karena barong tersebut dikeramatkan oleh masyarakat Jumpai.sebut dikeramatkan oleh masyarakat Jumpai.)
  • Truna Jaya  + (Tari Trunajaya adalah salah satu tarian krTari Trunajaya adalah salah satu tarian kreasi baru Bali, tepatnya dari Kabupaten Buleleng, Bali Utara. Seni tari ini semula diciptakan pada tahun 1915 oleh Pan Wandres dalam bentuk Kebyar Legong, kemudian disempurnakan kembali oleh I Gede Manik.</br></br>Tari Trunajaya atau juga Terunajaya lebih menggambarkan gerak-gerik pemuda yang beranjak dewasa, sangat emosional dimana tingkah lakunya yang senantiasa berusaha memikat hati wanita.</br>Meskipun disebut sebagai penggambaran seorang pemuda, tari ini dikategorikan dalam tari putra keras yang umumnya ditarikan oleh penari putri.</br></br>Tari Trunajaya termasuk tari hiburan yang pertunjukannya bisa di mana saja. Termasuk di halaman pura, lapangan, panggung tertutup atau terbuka, ataupun di tempat-tempat selain itu.</br>Awalnya, tari ini adalah tari tunggal yang juga termasuk “tari babancihan” karena menghadirkan karakter antara laki-laki dan perempuan. Namun seiring perkembangannya, Tari Trunajaya ada juga yang dibawakan oleh lebih dari satu penari.</br>Dalam hal durasi, tari ini sangat fleksibel bisa pendek atau panjang. Durasi tarian terpendek umumnya berkisar 11 menit dari awal hingga akhir.</br></br>Dalam sejarahnya, Tari Trunajaya tidak terlepas dari Tari Kakebyaran yang berhubungan erat dengan kebyar. Disebut seperti itu, karena bukan hanya diiringi oleh Gamelan Gong Kebyar, namun gerakannya pun sangat dinamis dan bernafaskan kebyar.</br></br>Para penari Trunajaya menggunakan rias wajah putra halus. Menggunakan rias pentas eyeshadow berwarna kuning, merah dan biru serta pemakaian alis yang agak tinggi dari riasan tari putri serta menggunakan tali kidang. Ciri khas lain dari tari bebancihan ini juga terlihat dari segi kostum, penari memakai kamen atau kancut berwarna ungu prada dengan motif wajik. Dipakaikan seperti pemakaian kain bebancihan pada umumnya yaitu ada sisa kamen di sebelah kiri yang nantinya akan dipakai sebagai kancut, selain itu penari juga memakai udeng yang khas, garuda mungkur (dibagian belakang), satu bunga sandat, bunga kuping (bunga merah dan bunga putih), serta rumbingunga merah dan bunga putih), serta rumbing)
  • Wiranjaya  + (Tari Wiranjaya diciptakan oleh I Putu SumiTari Wiranjaya diciptakan oleh I Putu Sumiasa seniman asal Bali Barat pada tahun 1957. Tari Wiranjaya tergolong dalam tari androgini/bebancihan yang diciptakin sebagai pesaing dari tari Truna Jaya. Sebelum tahun 1965 tarian ini bernama Kebyar Buleleng Dauh Njung, awal mula tarian ini diciptakan karena seniman Pan Wandres telah lebih dulu menciptakan Kebyar Buleleng Dangin Njung yaitu Terunajaya. Kedua karya ini merupakan bentuk persaingan oleh dua seniman besar Buleleng. </br></br>Namun setelah 1965, tari ini dikembangkan lagi oleh Putu Sumiasa lalu diberu judul Wiranjaya. Tari Wiranjaya mengisahkan dua putra Pandu yaitu Nakula dan Sahadewa dari epos Mahabharata yang sedang belajar memanah di Pasraman yang dipimpin oleh Bhagawan Tamba Petra.</br></br>Perkembangan tari Wiranjaya sangat pesat karena tarian ini amat energik dengan gerak dinamis yang indah sehingga membuat para penari atau pencinta seni sangat mengapresiasi tarian Wiranjaya.eni sangat mengapresiasi tarian Wiranjaya.)
  • Kenapa Legong JAPATWAN  + (Tari ‘Kenapa Legong’ Japatwan adalah karyaTari ‘Kenapa Legong’ Japatwan adalah karya koreografer perempuan Bali yang begitu luar biasa Ida Ayu Wayan Arya Satyani. Karya ini diciptakan sebagai wujud kekagumannya pada penciptaan tari legong, baik pada kerumitan tekniknya atau pada kelanggengan yang ditawarkan oleh tarian legong yang kekal. Karya tari Japatwan sekaligus menjadi jalan Dayu Ani untuk bertanya kembali pada proses penciptaan yang telah dilalui. Sekaligus jalan untuk merealisasikan impian tentang jelajah tubuh. Sejauh mana penjelajahan tubuh dapat dilakukan, bagaimana tubuh menghormati jiwa dan raganya, mengarungi keharuan atau menyikapi belenggu, mempertanyakan tradisi ataukah modern, tak menilai gender laki-laki ataukah perempuan, karena menari itu bukan tentang gender, tapi dia adalah jiwa. Jiwa yang tampil melalui tubuh, entah dia lelaki, perempuan, untuk membawakan karakter yang sebenarnya.</br></br>Japatwan terinspirasi dari geguritan teks Japatwan yang mengisahkan petualangan Gagak Turas dan Japatwan saat menyusul Ratnaningrat ke Siwa Loka, Japatwan pun menjabarkan hakekat sastra dalam kehidupan manusia. Pengetahuan (jnana) yang patut dibadankan agar senantiasa bertemu karma baik. Awal kisah perjalanan itu adalah rasa kehilangan Japatwan yang ditinggalkan oleh Ratnaningrat, istrinya tercinta "sakeng ngredani". Ratnaningrat adalah anugrah dari Dewa Indra yang rupanya diutus untuk menguji kepandaian Japatwan dalam melaksanakan kemampuan dan pengetahuannya mengenai “keluar masuknya jiwa dalam tubuh, jalan menuju kamoksan (pembebasan)”. </br></br>Dalam hitungan tujuh hari setelah masa sukacita pernikahan, Ratnaningrat kembali ke Indraloka, konon untuk ngayah ngelegong. Dalam lantunan gaguritan, dan nuansa musik kendang palegongan, semoga tarian sederhana ini mendapat setetes keindahan dari kemahaindahan kisahnya yang telah dituangkan oleh para sastrawan dalam naskah-naskah gaguritan.a sastrawan dalam naskah-naskah gaguritan.)
  • Legong Kuntir  + (Tarian ini didasarkan pada kisah dua bersaTarian ini didasarkan pada kisah dua bersaudara, Raja – Subali dan Sugriwa, yang berubah menjadi kera. Sebelumnya Subali dan Sugriwa memiliki nama Arya Bang dan Arya Kuning serta seorang adik perempuan bernama Dewi Anjani. Suatu hari ayahnya memberikan gelang kepada masing-masing Arya Bang dan Arya Kuning serta cupu manik (sebuah cermin sakti yang bisa memperlihatkan masa lalu, masa kini dan masa depan) kepada Dewi Anjani. </br></br>Mereka hidup dalam damai hingga keduanya menginginkan cupu manik yang dimiliki oleh Dewi Anjani. Keduanya memperebutkan cupu manik, dan merampas dengan paksa. Melihat kejadian tersebut ayahnya menjadi sangat marah kepada kedua putranya dan melemparkan cupu manik hingga ke dasar kolam. Akhirnya kedua putra tersebut berebut untuk menyelam dan mencari cupu manik tersebut hingga ke dasar kolam namun akhirnya gagal. Tapi apa yang terjadi, setelah mereka berdua keluar dari dasar kolam wajah kedua putranya tersebut berubah menjadi kera.ua putranya tersebut berubah menjadi kera.)
  • Legong Jobog  + (Tarian ini didasarkan pada kisah dua bersaTarian ini didasarkan pada kisah dua bersaudara, Raja – Subali dan Sugriwa, yang berubah menjadi kera. Keduanya hidup dalam damai hingga keduanya menginginkan ilmu hitam yang dibawa oleh Dewi Anjani. Ayah Dewi Anjani melemparkan sihir ini ke sungai yang mengubah manusia menjadi kera. Subali dan Sugriwa tidak menyadarinya melompat ke sungai dan menjelma menjadi kera. Tidak saling mengenal, mereka berkelahi. Tidak ada saudara yang memenangkan pertarungan tetapi akhirnya mereka saling mengenali dan diliputi kesedihan.a saling mengenali dan diliputi kesedihan.)
  • Pendet Pemendak  + (Tarian ini sebagai sebuah simbol dari Pemendak (Menjemput) Ida Betara atau keyakinan yang bersemayam dalam wujud Pralingga agar berkenan turun ke bumi memberi anugerah kedamaian, kesehatan, dan kerahayuan melalui gerak, bunyi dan sastra.)
  • Tari Gadung Kasturi  + (Tarian ini terinspirasi dari keindahan bunTarian ini terinspirasi dari keindahan bunga gadung kasturi. Gerakan-gerakan tarian mengekspresikan kelembutan dan keharuman bungan gadung kasturi. Penari juga memakai kostum dengan warna-warna cerah bertujuan untuk menjiwai keindahan bunga gadung kasturi.k menjiwai keindahan bunga gadung kasturi.)
  • Kebyar Duduk  + (Tarian Kebyar Duduk diciptakan oleh maestrTarian Kebyar Duduk diciptakan oleh maestro tari I Ketut Mario pada tahun 1925, menjadi satu tarian repertoar Bali yang secara teknis paling menantang, gerakannya terinspirasi oleh alam dan menghubungkan penari dengan Bumi. Dijiwai dengan elemen kehalusan, ketepatan dan kekuatan yang luar biasa, tarian ini merupakan cerminan dari jalan kemanusiaan kita sendiri yang mencari keseimbangan antara maskulin / feminin; kekuatan / kelembutan; keberanian / kehati-hatian. Kemampuan penari solo untuk mencocokkan dan mengimbangi bahkan melebihi musik yang kuat dari gamelan lengkap adalah salah satu aspek yang paling menuntut dan mengesankan dari tarian ini. menuntut dan mengesankan dari tarian ini.)
  • Panji Masutasoma  + (Tarian kontemporer Panji Masutasoma mengisTarian kontemporer Panji Masutasoma mengisahkan tentang kebhinekaan, Bhineka Tunggal Ika. Garapan ini mengandung unsur-unsur tari Panji Gambuh gaya Budakeling, kemudian juga unsur seni Rudat dan Burdah Saren Jawa serta teks Sutasoma sebagai narasinya. Garapan ini mencoba memadukan riwayat-riwayat lama yang telah dikenal, menjadi sebuah garapan baru.elah dikenal, menjadi sebuah garapan baru.)
  • Rejang Ngunda  + (Tarian Rejang Ngunda menjadi ritual wajib Tarian Rejang Ngunda menjadi ritual wajib dalam pelaksanaan odalan di Pura Puseh, Desa dan Bale Agung, di Desa Cempaga Buleleng. Makna dari tarian ini sebagai wujud syukur para warga desa yang diwakili berbagai keturunan dadia dari Desa Cempaga.</br></br>Pada akhir tarian para penari menjadi kerauhan (trance) dan menuju Bale Panjang, gerak tubuh lebih dinamis tanpa kontrol, dan satu penari mulai berpindah ke salah satu orang suci yang duduk di Bale Panjang seolah mereka mentransfer energi.</br></br>Tarian ini memberikan kesan mendalam pada siapa saja yang memperoleh kesempatan menyaksikan secara langsung.eh kesempatan menyaksikan secara langsung.)
  • Legong Markandeya Lango  + (Tarian yang diciptakan oleh salah satu koreografer muda asal Ubud Gede Agus Krisna Dwipayana atau lebih akrab disapa Gede Krisna mengisahkan tentang perjalanan spiritual dari Rsi Markandeya ke tanah Bali.)
  • Garuda Wisnu Kencana  + (The Garuda Wisnu Kencana tells about the sThe Garuda Wisnu Kencana tells about the struggle of Lord Vishnu (Dewa Wisnu) who is assisted by the Garuda bird as his mount to seize Tirta Amerta (water of life) against the power of giants. Through a very deadly war, Tirta Amerta can be seized by The Lord Vishnu. The Tirta Amerta then is used to maintaining life.a Amerta then is used to maintaining life.)
  • NGOLAH LELUU KADADOSANG PIRANTI SANE MABUAT ANGGEN NGARDI JAGAT INDONESIA BERSIH SAKING SAMPAH  + (The video and this work were made in SMP DThe video and this work were made in SMP Dwijendra Denpasar on September 20, 2021, involved 3 people, namely Satya, Kirana, and Ayu. From the video and the work that we made, we recycled organic and inorganic waste and also revived the Balinese economy by making handicrafts from waste that had a sale value. As we know Bali being a tourism island, the lack of community initiatives to reduce and recycle the use of organic and inorganic waste, can lead to the accumulation of waste. By recycling organic and inorganic waste into handicrafts that are more useful and have a selling value, it will simultaneously preserve nature, especially Bali.aneously preserve nature, especially Bali.)
  • Cerita Perjalanan Luh Ayu Manik Mas Pahlawan Putri Bali  + (Tiba-tiba angin berhembus kencang di kamarTiba-tiba angin berhembus kencang di kamar 21. Buku yang sedang dibaca Luh Ayu Manik dengan teman-temannya tiba-tiba bergetar dan terbang. Dari buku yang kotor, rusak, dan robek itu keluar raksasa-raksasa yang wajahnya seram. Semua hendak lari, tetapi hanya bisa diam tanpa bisa bergerak seperti patung. I Wayan dan I Made ingin berteriak keluar. Namun, bibir mereka terkatup tidak mampu bicara. bibir mereka terkatup tidak mampu bicara.)
  • Wayang Arja  + (Wayang arja adalah sebuah wayang ciptaan bWayang arja adalah sebuah wayang ciptaan baru yang diciptakan pada tahun 1975 oleh dalang I Made Sidja dari desa Bona, atas dorongan almarhum I Ketut Rindha. Permunculan wayang ini banyak dirangsang oleh kondisi kehidupan Dramatari Arja yang ketika itu memprihatinkan, didesak oleh Drama Gong. Walaupun masih tetap mempertahankan pola pertunjukan wayang tradisional Bali, Wayang Arja menampilkan lakon-lakon yang bersumber pada cerita Panji (Malat).</br></br>Dalam Wayang Arja, peran utama yang memegang pokok cerita adalah tentang kerajaan-kerajaan yang terbagi dalam sisi "kanan" dan "kiri". Kerajaan-kerajaan yang terangkum dalam sekutu "kanan" antara lain adalah seperti Daha, Koripan, Singasari, dan Gegelang, sementara pihak "kiri"-nya adalah Lasem Metaum, Pajang Mataram, Cemara, dan Pajarakan.</br></br>Dalam wayang ini plot dramatik disusun hampir sama dengan yang terdapat di dalam Dramatari Arja. Oleh sebab itu pertunjukan Wayang Arja berkesan pagelaran Arja dalam bentuk Wayang Kulit. Pertunjukan Wayang Arja melibatkan sekitar 12 orang pemain yang terdiri dari:</br></br>• 1 orang dalang</br>• 2 orang pembantu dalang</br>• 9 orang penabuh Gamelan Gaguntangan yang berlaras pelog dan slendro.</br></br>Di antara lakon-lakon yang biasa ditampilkan antara lain adalah:</br></br>• Waringin Kencana</br>• Klimun Ilang Srepet Teka</br>• Pakang Raras</br>• Banda Kencana</br></br>Kekhasan pertunjukan Wayang Arja terasa pada seni suara vokalnya yang memakai tembang-tembang macapat yang biasa dipergunakan dalam pertunjukan Dramatari Arja. Juga, bentuk wayangnya menirukan tokoh-tokoh utama dalam Arja dengan segala atributnya. Wayang Arja kurang begitu populer di Bali, walaupun dalang yang biasa membawakan wayang ini terdapat hampir di seluruh Bali.ayang ini terdapat hampir di seluruh Bali.)
  • Wayang Beber "Joko Kembang Kuning"  + (Wayang beber adalah seni pertunjukan wayanWayang beber adalah seni pertunjukan wayang yang penyajiannya diwujudkan dalam bentangan kertas atau kain bergambar dengan stilisasi wayang (kulit) disertai narasi oleh seorang dalang. Pertunjukan wayang beber muncul dan berkembang di Jawa bagian Wengker (sekarang Ponorogo dan Pacitan) pada masa pra-Islam karena Ponorogo masa itu sudah dapat membuat Daluwang atau kertas Ponoragan, tetapi terus berlanjut hingga masa kerajaan-kerajaan Islam (seperti Kesultanan Mataram). Cerita yang ditampilkan diambil dari Mahabharata maupun Ramayana. Setelah Islam menjadi agama utama di Jawa, cerita-cerita Panji lebih banyak yang ditampilkan.erita Panji lebih banyak yang ditampilkan.)
  • Wayang Kulit Calonarang Lakon Dyah Ratna Cempaka Gadang  + (Wayang Calonarang juga sering disebut sebaWayang Calonarang juga sering disebut sebagai Wayang Leyak, adalah salah satu jenis wayang kulit Bali yang dianggap angker karena dalam pertunjukannya banyak mengungkapkan nilai-nilai magis dan rahasia pangiwa dan panengen. Wayang ini pada dasarnya adalah pertunjukan wayang yang mengkhususkan lakon-lakon dari ceritera Calonarang. Sebagai suatu bentuk seni perwayangan yang dipentaskan sebagai seni hiburan, wayang Calonarang masih tetap berpegang pada pola serta struktur pementasan wayang kulit tradisional Bali (Wayang parwa).</br>Pagelaran wayang kulit Calon arang melibatkan sekitar 12 orang pemain yang terdiri dari:</br>• 1 orang dalang</br>• 2 orang pembantu dalang</br>• 18 orang penabuh</br>• 5gerong/sendor</br></br>Di antara lakon-lakon yang biasa dibawakan dalam pementasan wayang Calonarang ini adalah:</br>• Katundung Ratnamangali</br>• Bahula Duta</br>• Pangesengan Beringin</br>• legu gondong</br>• ratu gede mecaling</br>• ki balian batur</br>• kawisesan i basur</br>• ajian paksa bairawa (mpu barang)</br>• kautus rarung</br></br>Kekhasan pertunjukan wayang Calonarang terletak pada tarian sisiya-nya dengan teknik permainan ngalinting dan adegan ngundang-ngundang di mana sang dalang membeberkan atau menyebutkan nama-nama mereka yang mempraktikkan pangiwa. Hingga kini wayang Calonarang masih ada di beberapa Kabupaten di Bali walaupun popularitasnya masih di bawah wayang Parwa.opularitasnya masih di bawah wayang Parwa.)
  • Wayang Golek "Bahrata Yudha"  + (Wayang golek adalah wayang yang dibuat darWayang golek adalah wayang yang dibuat dari kayu, dan berbentuk 3 dimensi. Nama golek berasal dari serapan bahasa Jawa, yaitu nggoleki. Maksudnya adalah diharapkan setelah menonton wayang, penonton bisa mencari (nggoleki) intisari atau inti dari cerita</br>Wayang Golek merupakan salah satu dari ragam kesenian wayang, yang berasal dari masyarakat Sunda. </br></br>Wayang golek adalah wayang yang dibuat dari kayu, dan berbentuk 3 dimensi. Nama golek berasal dari serapan bahasa Jawa, yaitu nggoleki. Maksudnya adalah diharapkan setelah menonton wayang, penonton bisa mencari (nggoleki) intisari atau inti dari cerita.</br> </br>Pertunjukan seni wayang golek merupakan seni pertunjukan teater rakyat yang banyak dipagelarkan. Selain berfungsi sebagai pelengkap upacara selamatan atau ruwatan, pertunjukan seni wayang golek juga menjadi tontonan dan hiburan dalam perhelatan tertentu.</br></br>Sejak 1920-an, selama pertunjukan wayang golek diiringi oleh sinden. Popularitas sinden pada masa-masa itu sangat tinggi sehingga mengalahkan popularitas dalang wayang golek itu sendiri, terutama ketika zamannya Upit Sarimanah dan Titim Patimah sekitar tahun 1960-an.</br></br>Wayang golek saat ini lebih dominan sebagai seni pertunjukan rakyat, yang memiliki fungsi yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat lingkungannya, baik kebutuhan spiritual maupun material.</br></br>Hal demikian dapat kita lihat dari beberapa kegiatan di masyarakat misalnya ketika ada perayaan, baik hajatan (pesta kenduri) dalam rangka khitanan, pernikahan dan lain-lain adakalanya diriingi dengan pertunjukan wayang golek. diriingi dengan pertunjukan wayang golek.)
  • Wayang Golek "MahabharataːBahrata Yudha"  + (Wayang golek adalah wayang yang dibuat darWayang golek adalah wayang yang dibuat dari kayu, dan berbentuk 3 dimensi. Nama golek berasal dari serapan bahasa Jawa, yaitu nggoleki. Maksudnya adalah diharapkan setelah menonton wayang, penonton bisa mencari (nggoleki) intisari atau inti dari cerita</br>Wayang Golek merupakan salah satu dari ragam kesenian wayang, yang berasal dari masyarakat Sunda. </br></br>Wayang golek adalah wayang yang dibuat dari kayu, dan berbentuk 3 dimensi. Nama golek berasal dari serapan bahasa Jawa, yaitu nggoleki. Maksudnya adalah diharapkan setelah menonton wayang, penonton bisa mencari (nggoleki) intisari atau inti dari cerita.</br> </br>Pertunjukan seni wayang golek merupakan seni pertunjukan teater rakyat yang banyak dipagelarkan. Selain berfungsi sebagai pelengkap upacara selamatan atau ruwatan, pertunjukan seni wayang golek juga menjadi tontonan dan hiburan dalam perhelatan tertentu.</br></br>Sejak 1920-an, selama pertunjukan wayang golek diiringi oleh sinden. Popularitas sinden pada masa-masa itu sangat tinggi sehingga mengalahkan popularitas dalang wayang golek itu sendiri, terutama ketika zamannya Upit Sarimanah dan Titim Patimah sekitar tahun 1960-an.</br></br>Wayang golek saat ini lebih dominan sebagai seni pertunjukan rakyat, yang memiliki fungsi yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat lingkungannya, baik kebutuhan spiritual maupun material.</br></br>Hal demikian dapat kita lihat dari beberapa kegiatan di masyarakat misalnya ketika ada perayaan, baik hajatan (pesta kenduri) dalam rangka khitanan, pernikahan dan lain-lain adakalanya diriingi dengan pertunjukan wayang golek. diriingi dengan pertunjukan wayang golek.)
  • Wayang Lemah  + (Wayang lemah dibeberapa tempat juga disebuWayang lemah dibeberapa tempat juga disebut dengan Wayang Gedog. Wayang lemah dikatagorikan sebagai Wayang Wali yaitu kesenian sakral yang menyertai upacara keagamaan. Wayang lemah adalah salah satu dari tiga macam wayang yang disakralkan di Bali. Tiga wayang sakral tersebut adalah Wayang Sapu Leger, Wayang Suddhamala dan Wayang Lemah. </br></br>Wayang lemah dipentaskan tanpa mempergunakan layar atau kelir dan lampu blencong. Dalam memainkan wayangnya, dalang menyandarkan wayang-wayang pada seutas benang putih (benang tukelan) sepanjang sekitar satu sampai satu setengah meter yang direntang susun tiga dengan masing-masing berisi 11 uang kepeng atau pis bolong satakan (uang kepeng berjumlah 200 keping). Benang ini diikatkan pada batang kayu dapdap yang dipancangkan pada batang pisang (gedebong) di kedua sisi dalang. Gamelan pengiringnya adalah gender wayang yang berlaras slendro (lima nada).</br></br>Wayang lemah atau wayang gedog ini dapat dipentaskan pada siang, sore atau pada saat upacara keagamaan berlangsung. Pendukung pertunjukan wayang ini adalah yang paling kecil, 3 sampai 5 orang, yang terdri dari seorang dalang, dan satu atau dua pasang penabuh gender wayang. Sebagai kesenian upacara, pertunjukan wayang lemah biasanya mengambil tempat di sekitar tempat upacara dengan tidak mempergunakan panggung pementasan yang khusus.</br></br>Lakon yang dibawakan pada umumnya bersumber dari cerita Mahabharata yang disesuaikan dengan jenis dan tingkatan upacara yang diiringinya. Jika pertunjukan itu dilakukan pada upacara Dewa Yadnya, maka lakon cerita diambil dari kisah yang menceritakan upacara, misalnya Kunti Yadnya. Tapi bila pertunjukan dilangsungkan pada upacara Bhuta Yadnya, maka lakon ceritanya adalah Bima Dadi Caru, yaitu cerita ketika Bhima mengorbankan dirinya sebagai caru kepada Raksasa Baka.</br></br>Sedangkan jika pertunjukan berlangsung pada upacara Pitra Yadnya, maka lakon yang disajikan adalah Bima Swarga atau cerita lain yang mengisahkan perjalanan roh ke surga. Jika pertunjukan itu diadakan untuk Upacara Manusa Yadnya, maka lakon yang digunakan dalang adalah cerita yang mengisahkan perkawinan, misalnya perkawinan Arjuna-Subadra, atau perkawinan Abimanyu-Uttari.</br></br>Biasanya, pertunjukan wayang Lemah dimulai bersamaan dengan diawali pemujaan oleh Pandita (pemimpin upacara agama Hindu). Demikian pula akhir pertunjukan akan ditutup jika pandita sudah mengakhiri pemujaan. Durasi pementasan Wayang lemah pada umumnya singkat sekitar 1 sampai 2 jam.da umumnya singkat sekitar 1 sampai 2 jam.)
  • Wayang Parwa  + (Wayang Parwa adalah Wayang kulit yang membWayang Parwa adalah Wayang kulit yang membawakan lakon - lakon yang bersumber dari wiracarita Mahabrata yang juga dikenal sebagai Astha Dasa Parwa. Wayang Parwa adalah Wayang Kulit yang paling populer dan terdapat di seluruh Bali. Wayang Parwa dipentaskan pada malam hari, dengan memakai kelir dan lampu blencong dan diiringi dengan Gamelan Gender Wayang.</br></br>Walaupun demikian, ada jenis Wayang Parwa yang waktu penyelenggaraannya tidak harus pada malam hari. Jenis itu adalah Wayang Upacara atau wayang sakral, yaitu Wayang Sapuh Leger dan Wayang Sudamala. Waktu penyelenggaraannya disesuaikan dengan waktu upacara keseluruhan.</br></br>Wayang Parwa dipentaskan dalam kaitannya dengan berbagai jenis upacara adat dan agama walaupun pertunjukannya sendiri berfungsi sebagai hiburan yang bersifat sekuler. Dalam pertunjukannya, dalang Wayang Parwa bisa saja mengambil lakon dari cerita Bharata Yudha atau bagian lain dari cerita Mahabharata. Oleh sebab itu jumlah lakon Wayang Parwa adalah paling banyak.</br></br>Di antara lakon-lakon yang umum dipakai, yang diambil dari kisah perang Bharatayudha adalah:</br>• Gugurnya Bisma</br>• Gugurnya Drona</br>• Gugurnya Abhimanyu / Abimanyu</br>• Gugurnya Karna</br>• Gugurnya Salya</br>• Gugurnya Jayadrata</br></br>Lakon - lakon terkenal sebelum Bharatayudha misalnya:</br>• Sayembara Dewi Amba</br>• Pendawa - Korawa Aguru</br>• Pendawa - Korawa Berjudi</br>• Sayembara Drupadi</br>• Lahirnya Gatotkaca</br>• Aswameda Yadnya</br>• Kresna Duta</br>• Matinya Supala</br>• Dan lain-lain.</br></br>Wayang Parwa biasanya didukung oleh sekitar 7 orang yang terdiri dari:</br>• 1 orang dalang</br>• 2 orang pembantu dalang</br>• 4 orang penabuh gender wayang (yang memainkan sepasang pemade dan sepasang kantilan)</br>Durasi pementasannya lebih panjang daripada Wayang lemah yakni berkisar antara 3 sampai 4 jam.emah yakni berkisar antara 3 sampai 4 jam.)
  • Wayang Sapuh Leger  + (Wayang Sapuh Leger merupakan sebuah drama Wayang Sapuh Leger merupakan sebuah drama ritual dengan sarana pertunjukan wayang kulit yang bertujuan untuk membersihkan atau menyucikan diri seseorang akibat tercemar atau kotor secara rohani.</br></br>Di Bali hingga kini diyakini bahwa anak yang lahir pada wuku Wayang patutlah melakukan upacara lukatan atau pembersihan yang disebut sapuh leger. Hal ini dimaksudkan agar terhindar dari kejaran Kala dan tak ditimpa malapetaka.</br></br>Dikisahkan dua orang putra Bhatara Siwa atau Bhatara Guru memiliki otonan yang sama yaitu sama-sama lahir pada Wuku Wayang. Mereka berdua bernama Bhatara Kala dan Sang Hyang Rare Kumara. Jauh sebelum Rare Kumara lahir, Dewa Siwa pernah memberikan ijin kepada Bhatara Kala untuk menadah atau memangsa makhluk yang memiliki otonan sama dengannya.</br></br>Oleh karena adiknya sendiri memililiki otonan yang sama, Bhatara Kala meminta ijin kepada Dewa Siwa untuk memangsa Rare Kumara. Namun, Kala diminta menunggu agar adiknya tersebut besar. Karena Siwa takut putranya dimangsa, maka dikutuklah Rare Kumara sehingga tak pernah dewasa. </br></br>Setelah dirasanya adiknya sudah dewasa, Kala menemui Rare Kumara dan bermaksud memangsanya. Namun atas perintah Dewa Siwa, Rare Kumara diminta untuk berlari menuju ke Kerajaan Kertanegara.</br></br>Mengerahui adiknya lari, Kala mengejarnya. Ia mencium tapak kaki Rare Kumara dan mengikutinya dan dilihatlah sang adik berlari. Setelah bersembunyi di beberapa tempat yaitu rimbun bambu buluh, di balik kayu bakar, dan tungku perapian, Rare Kumara pun sampai di Kertanegara.</br></br>Kertanegara digempur oleh Bhatara Kala, dan Rare Kumara berlari hingga saat malam ia sampai di tempat pertunjukan wayang. Oleh dalang wayang, Rare Kumara diminta bersembunyi di resonator gamelan gender.</br></br>Saking laparnya, Kala datang ke tempat pertunjukan wayang dan memakan sesajinya. Melihat hal itu, dalang menegur Kala agar mengembalikan sesaji yang telah dimakannya. Karena terpojok, Kala pun berhutang pada dalang dan kepada dalang itu, ia berikan mantra magis. Mantra itu membuat dalang bisa membebaskan semua makhluk hidup dari kekotoran.</br></br>Dalang kemudian menghaturkan sesaji sebagai pengganti anak yang dilahirkan Tumpek Wayang, sehingga selamatlah Rare Kumara. Rare Kumara pun dibawa kembali ke kahyangan oleh Dewa Siwa.</br></br>Begitulah kisah ringkas yang melatarbelakangi dilaksanakannya Sapuh Leger pada anak yang lahir wuku Wayang. Kisah ini diambil dari Lontar Kidung Sapuh Leger.ni diambil dari Lontar Kidung Sapuh Leger.)
  • Wayang Wong Lakon Gathotkaca Winisuda  + (Wayang wong (berasal dari bahasa Jawa: waWayang wong (berasal dari bahasa Jawa: wayang wong, yang berarti 'wayang orang') adalah wayang yang dimainkan dengan menggunakan orang sebagai tokoh dalam cerita wayang tersebut. Wayang wong diciptakan oleh Sultan Hamangkurat I pada tahun 1731.</br></br>Sesuai dengan nama sebutannya, wayang tersebut tidak lagi dipergelarkan dengan memainkan boneka-boneka wayang (wayang kulit yang biasanya terbuat dari bahan kulit kerbau ataupun yang lain), akan tetapi menampilkan manusia-manusia sebagai pengganti boneka-boneka wayang tersebut. Mereka memakai pakaian sama seperti hiasan-hiasan yang dipakai pada wayang kulit. Supaya bentuk muka atau bangun muka mereka menyerupai wayang kulit (kalau dilihat dari samping), sering kali pemain wayang wong ini diubah/dihias mukanya dengan tambahan gambar atau lukisan.</br></br>Cerita-cerita yang diangkat dalam wayang wong berbasis pada duel epik cerita kolosal yaitu Mahabharata dan Ramayana. Hal yang menarik dari pertunjukan wayang wong ini adalah adanya tari kolosal atau individu per pemain di setiap jeda cerita. Selain itu wayang wong juga menampilkan tokoh punakawan sebagai pencair suasana yang merupakan penggambaran keadaan kawulo alit atau masyarakat secara umum dan abdi dalem.</br></br>Wayang Wong lakon Gathotkaca Winisuda menceritakan kisah Raden Gathotkaca dari lahir hingga diwisuda menjadi raja di kahyangan dengan nama Kacanegara.</br></br>Cerita bermula saat peristiwa lamaran Batari Wilutama oleh raja sakti mandraguna Prabu Pracona dari Kerajaan Gilingwesi di Kahyangan Jonggringsaloka. Hal ini menjadikan Batara Guru khawatir akan keadaan di Kahyangan. Batara Narada dan Batara Indra lantas diutus menemui Raden Wijasena untuk meminta bayinya. Jabang bayi akan dipersiapkan menjadi “jago” dewata untuk mengusir musuh.</br></br>Bayi laki-laki Raden Wijasena dengan Dewi Arimbi telah dibawa oleh Batara Narada dan Batara Indra. Namun ternyata, tali pusar sang bayi belum putus. Batara Guru kemudian mengeluarkan pusaka senjata Konta guna memotong tali pusar bayi Tetuka tersebut. Sebuah keajaiban terjadi, senjata Konta merasuk ke perut bayi. Jabang bayi lalu dimasukkan ke kawah Candradimuka, kemudian para dewa kahyangan juga diminta untuk memasukan senjata pusakanya ke dalam kawah. Keajaiban kembali terjadi, bayi tersebut muncul dari kawah dalam keadaan sehat dan gagah.</br></br>Batara Guru memerintahkan Batara Narada untuk membawa bocah Tetuka ke medan laga (repat kepanasan), menemui Sekipu yang menjadi utusan Prabu Pracona. Tak lama kemudian di repat kepanasan, Batara Narada bersama Tetuka menemui Sekipu, dengan berujar apabila Sekipu bisa mengalahkan Jabang Tetuka, maka Batari Wilutama dapat diboyong oleh Prabu Pracona. Alih-alih kalah, badan Tetuka justru semakin tinggi dan perkasa, hingga akhirnya Sekipu tewas di tangan Tetuka besar.</br></br>Di Gilingwesi, Prabu Pracona menunggu raksasa Sekipu yang menjadi duta ke kahyangan untuk melamar Batari Wilutama. Namun, Prabu Pracona dikagetkan dengan hadirnya Ki Togog dan Sarawita yang melaporkan bahwa Sekipu telah tewas di tangan kesatria Tetuka. Kemarahan Sang Prabu tak terbendung, Prabu Pracona beserta bala tentaranya menuju ke Kahyangan untuk membalas dendam kepada para dewa. Peperangan pun tak terelakan antara prajurit Kerajaan Gilingwesi melawan para dewa yang dibantu Pandawa.</br></br>Tetuka yang juga bernama Gatotkaca turut berperang melawan Prabu Pracona, hingga akhirnya Prabu Pracona kalah. Kemenangan Gatotkaca atas Prabu Pracona menjadi sebuah kebanggaan para Pandawa. Gatotkaca, putra Raden Wijasena dengan Dewi Arimbi, dapat mendarmabaktikan perjuangannya kepada para dewata. Atas jasa besar Gatotkaca, dia mendapat anugerah dari Batara Guru dan diwisuda menjadi raja di Kahyangan dengan nama “KACANEGARA”.aja di Kahyangan dengan nama “KACANEGARA”.)
  • Wayang Wong  + (Wayang Wong adalah salah satu tari teater Wayang Wong adalah salah satu tari teater klasik Bali yang semua penarinya memakai topeng. Wayang Wong di Pura Taman Pule, desa Mas-Ubud, mementaskan lakon Ramayana dengan tokoh utama Rama dan sepasukan monyet bersiap merebut kembali istrinya Dewi Sita.</br></br>Pura Taman Pule adalah sebuah Pura di desa Mas, Ubud di Bali. Tari topeng ini unik dan hanya ditampilkan di Pura ini. Itu tidak dilakukan di luar wilayahnya. Seperangkat topeng tokoh-tokoh dari epos Ramayana dan Mahabharata disimpan di Pura. Tidak ada yang bisa mengatakan secara pasti dari mana topeng ini berasal. Tidak ada catatan pasti tentang pemahat topeng atau bagaimana mereka bisa disimpan di Kuil. Informasi itu mungkin telah hilang akibat konflik atau perang dalam sejarah. ..</br></br>Keramat Wayang Wong Pura Taman Pule erat kaitannya dengan ritual upacara di Pura. Itu juga dianggap 'Pemuput Karya'. Tarian tersebut menandakan bahwa upacara yang dilakukan di Pura sudah selesai. Tarian serupa lainnya adalah Tari Topeng Sidakarya.rupa lainnya adalah Tari Topeng Sidakarya.)
  • Wayang Wong Tejakula  + (Wayang Wong di Desa Tejakula, Buleleng sudWayang Wong di Desa Tejakula, Buleleng sudah mendapatkan pengakuan UNESCO sebagai warisan budaya tak benda. Wayang Wong adalah kesenian topeng kuno yang berasal dari abad pertengahan. Di Tejakula sendiri, pakem Wayang Wong memakai tokoh-tokoh Ramayana. Ada pula wayang wong jenis lain yang disebut Wayang Parwa.</br>Kesenian Wayang Wong di Desa Tejakula termasuk dalam kesenian sakral yang hanya dipentaskan pada waktu-waktu tertentu. Topeng-topeng Wayang Wong ini adalah topeng-topeng berusia lebih dari tiga abad yang semuanya berjumlah 175 topeng. Semua topeng itu disimpan di Pura Pamaksan, Tejakula.</br></br>Kapan pun ada piodalan di Pura Kahyangan Tiga, Pura Pamaksan, Pura Ratu Gede Sambangan dan Pura Dangka (beberapa pura kuno di Tejakula), tarian Topeng Wayang Wong ini akan dipentaskan. Para penari Wayang Wong dipilih secara turun-temurun berdasarkan garis keturunan.</br></br>Anda juga dapat menyaksikan pementasan Wayang Wong ini di luar hari-hari suci. Akan tetapi, topeng yang digunakan dalam pementasan ini adalah topeng duplikat, bukan topeng asli yang disucikan.</br></br>Pementasan Wayang Wong ini biasanya dilakukan pada hari raya Galungan atau pada hari piodalan pura setempat. Pada saat itu, warga perantau biasanya pulang kampung sehingga pementasan Wayang Wong yang sakral ini akan ditonton banyak orang. Karena Pementasan ini adalah gabungan dari kesenian Parwa dan Gambuh dari abad pertengahan, bahasa yang digunakan adalah bahasa Kawi dan Sanskerta.igunakan adalah bahasa Kawi dan Sanskerta.)
  • Tari Kreasi Laku  + (“Laku”: perilaku aktif seseorang; arah ya“Laku”: perilaku aktif seseorang; arah yang menunjukkan permintaan. Ini juga menggambarkan aura ketersediaan. Ini adalah karya baru yang disusun sebagai tarian selamat datang yang mewujudkan gagasan perubahan. Gerakan-gerakan simultan mengikuti dan berangkat dari musik tersebut secara bersamaan, namun berbeda dengan tarian tradisional “penyambutan” yang cenderung kompak, dalam Lelaku, gerakan dinamis dan asimetris menjadi hal yang biasa. Ketika popularitas perjalanan menjadi normal, bagaimana perilaku manusia berubah? Bagaimana kita menyambut orang-orang yang mengganggu ruang kita? Apakah umat manusia berubah seiring dengan sumber daya apa yang tersedia? Jawabannya terletak pada penjajaran co-motion.bannya terletak pada penjajaran co-motion.)
  • Srengenge  + (“SRENGENGE” “SRENGENGE” </br> Dengung pagi diawali pada cahaya pertama dini hari</br>Menggeliat gelisah menyambut kala yang mulai berdetak</br>Duhai yang agung, dalam gerak mata cepat mencari</br></br>Jemari menerka mimpi yang tlah usai, menggugat ingatan yang kian palsu</br>Langkah jejak seberkas </br></br>Anggun membelah riak </br></br>Di antara terik, aku kembali mengingat masa kanak</br>Pekik jerit, lelah peluh keceriaan semata</br></br>Biarlah denting risau itu mengantarku penghujung senja</br>Merah emas Sang Mata Hari, jemputku kembali alam mimpiang Mata Hari, jemputku kembali alam mimpi)
  • Bapang Barong  + (⏤)
  • Catur Guru  + (⏤)
  • Bajra  + (⏤)
  • Hyang  + (⏤)
  • Kangkat  + (⏤)
  • Kembang Kuning  + (⏤)
  • Baris Cang Long Leng  + (⏤)
  • Fragmen Tari Dasa Muka Antaka  + (⏤)
  • Mesolah Sandaran Taman Sari, Sanur  + (⏤)
  • Palawakya  + (⏤)
  • Gamelan Gambang Tenganan  + (⏤)
  • Bangun Anyar  + (⏤)