UPGRADE IN PROCESS - PLEASE COME BACK AT THE END OF MAY

Search by property

From BASAbaliWiki

This page provides a simple browsing interface for finding entities described by a property and a named value. Other available search interfaces include the page property search, and the ask query builder.

Search by property

A list of all pages that have property "Biography text id" with value "Made Astika lahir di Karangasem-Bali, 13 Mei 1983. Studi S1 di IKIP Nege". Since there have been only a few results, also nearby values are displayed.

Showing below up to 25 results starting with #1.

View (previous 50 | next 50) (20 | 50 | 100 | 250 | 500)


    

List of results

  • Rio Helmi  + (Lahir pada 1954 dari ayah yang seorang dipLahir pada 1954 dari ayah yang seorang diplomat berkebangsaan Indonesia dan ibu berkebangsaan Turki, fotografer dan penulis Rio Helmi telah mengambil gambar tentang Asia dan menulis sejak tahun 1978. Hasil karyanya bisa dilihat di majalah-majalah, karya dokumenter, serta lebih dari 20 buku fotografi dalam format besar. Pameran foto tunggal Rio sudah diadakan di Bali, Jakarta, Madrid, Miyazaki, Palo Alto, San Francisco, dan Sydney. Hasil karyanya juga sudah menjadi koleksi pribadi di berbagai belahan dunia, seperti London, Roma, Boston, Washington and Tokyo. Rio sudah tinggal di Bali selama lebih dari tiga dekade, dan fasih dalam lima bahasa. Ia menulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris, serta memiliki blog tentang berbagai topik, termasuk untuk the Huffington Post, dan situs web ubudnowandthen.com yang ia dedikasikan untuk kampung halamannya, Ubud. Ia juga menjadi moderator di sesi panel dan mengadakan wawancara publik dalam Ubud Writers and Readers Festival, yang kini menjadi ajang tahunan dengan reputasi internasional. Buku terbaru Rio adalah sebuah portofolio restropeksi tentang Bali dalam 30 tahun terakhir yang berjudul “Book Memories of the Sacred” yang diluncurkan pada awal Oktober 2010. Rio adalah pengarang dari “Travels on Two Wheels, a Broader Perspective of Bali,” sebuah seri panorama elektrik yang diambil dalam perjalanan sekitar 30.000 kilometer menggunakan sepeda motor mengelilingi Pulau Bali.akan sepeda motor mengelilingi Pulau Bali.)
  • Efektivitas Public Figure & Pelatihan untuk Masyarakat Dalam Meningkatkan Pariwisata di Bali  + (Langkah kreatif harus dilakukan pemerintahLangkah kreatif harus dilakukan pemerintah guna membangkitkan sektor pariwisata di Bali. menurut saya langkah awal yang harus segera diambil adalah memberikan ruang kepada alam-alam di Bali untuk dilakukan Konservasi, mengingat pada masa pandemi ini adalah kesempatan untuk membuat alam kembali merekah. langkah kedua, pemerintah harus lebih peduli lagi terkait pembersihan sampah-sampah di are pantai-pantai dan tempat-tempat pariwisata di Bali guna mewujudkan konservasi yang baik. Langkah berikutnya adalah membuat suatu konten yang memberikan infomasi terkait sektor-sektor pariwisata di bali yang belum banyak masyrakat tahu. berikan konten mengenai pariwisata bali yang menginduk pada budaya bali karena budaya bali merupakan salah satu yang terkenal sampai tingkat internasional. menurut saya Pariwisata Budaya Bali harus lebih diperluas lagi dengan syarat-syarat ketat demi menjaga kelestarian alam dan budaya itu sendiri. caranya, dengan mendatangkan publik figure yang mempunyai sebuah power positif dalam menyuguhkan konten untuk masyarakat luas.</br></br>Namun, sebelum itu dilaksanakan Pemerintah diharapkan dapat memberikan seminar untuk para masyarakat Bali yang sudah bergerak dan membantu dalam sektor Pariwisata di Bali. Hal ini untuk mencegah adanya ketidakpahaman dalam penerapan sektor wisata pada masa pandemi Covid-19. Dan langkah yang satu ini juga bisa dijadikan sebagai wadah dalam gotong-royong mewujudkan impian bersama untuk membangkitkan kembali Pariwisata di bali saat kini dan nanti...</br></br>Mengingat era digital telah mempermudah kita dalam membuat konten dan menjadikan konten tersebut sebagai media dalam promosi. Dan, Era digital telah banyak melahirkan Publik figure yang lebih kreatif dalam memberikan konten bermanfaat. Oleh karena itu berkerjasama dengan Publik Figure dan masyarakat Bali yang bergerak dalam pariwisata adalah langkah yang harus dicoba dan direalisasikan dalam membangkitkan sektor pariwisata di Bali oleh Pemerintah.</br></br>Tapi tentu, Konservasi alam harus lebih diutamakan demi memberikan pengalaman estetik pada setiap turis dalam negeri atau asing ketika berpariwisata/bepergian di Bali.ng ketika berpariwisata/bepergian di Bali.)
  • Partisipasi Untuk Meningkatkan Pariwisata Bali.  + (langkah-langkah yang harus dilakukan saat langkah-langkah yang harus dilakukan saat ini dan nanti tentang apa yang perlu dilakukan untuk membangkitkan pariwisata di Bali di kala pandemi. Yaitu dengan wajib vaksin yang merupakan salah satu upaya wujud mendukung pemulihan pariwisata di Bali, membangun spirit dan komitmen bersama seluruh stakeholder pariwisata bali dalam kembangkitkan kembali sektot pariwisata dikala pandemi covid-19 dengan menerapkan secara sungguh sungguh disiplin protokol kesehatan untuk mengembalikan kepercayaan dunia. tidak hanya itu saja, diharapkan bagi pemerintah untuk pemulihan pariwisata di Bali diperlukan beberapa tahapan, seperti yang saya ketahui dan pernah saya baca pertama dengan meningkatkan domestik market. Kedua membuka esensial bussines travel, agar membuka penerbangan internasional karena dirasa Bali sudah siap menerima kedatangan internasional.ah siap menerima kedatangan internasional.)
  • Dadalan Sejarah Wangunan Monumen Perjuangan Rakyat Bali  + (LATAR BELAKANG DIDIRIKANNYA MONUMEN PERJUALATAR BELAKANG DIDIRIKANNYA MONUMEN PERJUANGAN RAKYAT BALI</br> </br>Perjuangan dalam merebut kemerdekaan dari penjajah Belanda terjadi hampir di seluruh wilayah Republik Indonesia. Tekanan dan penindasan yang dilakukan secara sewenang-wenang oleh pihak Belanda telah memunculkan berbagai pemberontakan di beberapa wilayah kerajaan maupun kesultanan yang berada di bawah kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia. Namun dengan mudah pemberontakan tersebut dapat dipadamkan oleh pihak Belanda dengan siasat devide et impera yaitu dengan memecah belah kekuatan kerajaan atau kesultanan dengan taktik mengadu domba diantara keluarga raja dengan raja, raja dengan rakyat, dan rakyat dengan rakyat.</br>Namun pengalaman perang yang cukup panjang serta semakin banyaknya pemuda Indonesia yang dapat mencapai pendidikan tinggi telah membangkitkan semangat persatuan dan kesatuan dari berbagai lapisan masyarakat dan suku bangsa yang ada di Indonesia dalam mengusir penjajah. Persatuan dan kesatuan tersebut telah dirintis oleh para pemuda dari berbagai daerah di Indonesia, yang akhirnya pada tanggal 28 Oktober 1928 dicetuskan dalam pernyataan Sumpah Pemuda. Pernyataan itu diikuti oleh organisasi pemuda dari berbagai pulau dan suku di Indonesia antara lain Jong Java, Jong Pasundan, Jong Minahasa, Jong Ambon, Jong Celebes (Sulawesi), Jong Madura, Jong Sumatranen, Jong Batak, telah melahirkan gagasan pembentukan Jong Indonesia yang mewadahi semua suku di Indonesia.</br>Gema Sumpah Pemuda tersebut telah membangkitkan pula berbagai organisasi kepemudaan di Indonesia. Salah satu organisasi terkenal antara lain adalah Sarekat Islam, yang semula sebagai gerakan agama semata, kemudian berkembang menjadi gerakan rakyat pertama di Indonesia, selanjutnya muncul juga partai Indische Partij yang bererak di bidang politik. Pada saat itu di pulau Jawa bermunculan tokoh-tokoh nasionalis seperti dr, Soetomo, HOS Cokroaminoto, Suwardi Suryaningrat (Ki Hadjar Dewantoro), Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, Agus Salim, Soekarno, Muhammad Hatta, dan sebagainya. Kepeloporan mereka akhirnya juga memberikan inspirasi bagi daerah-daerah lain untuk berbuat yang sama yakni menggalang persatuan dan kesatuan dalam mengusir penjajahan Belanda, salah satunya adalah perjuangan yang dilakukan oleh rakyat Bali.</br>Pulau Bali merupakan salah satu basis perjuangan melawan Belanda, antara lain yang terkenal adalah Perang Jagaraga tahun 1848-1849 di Buleleng, Perang Kusamba tahun 1849, Perlawanan Rakyat Banjar tahun 1868, Perang Puputan Badung tahun 1906 yang dilancarkan oleh Raja Badung, Puputan Klungkung tahun 1908 dan juga Perang Puputan Margarana di Desa Marga, Tabanan yang dilakukan oleh Letkol I Gusti Ngurah Rai beserta Laskar Ciung Wanara yang telah melakukan perang habis-habisan (Puputan) melawan Belanda pada tahun 1946.</br>Perjuangan tersebut meninggalkan kenangan yang mendalam bagi rakyat Bali, sehingga untuk mengenang jasa-jasanya didirikanlah monumen, nama jalan, nama lapangan terbang, dan sebagainya. Pemberian penghargaan atas jasa Beliau tersebut semata-mata karena Beliau telah memberikan tauladan kepada generasi muda dalam perjuangan membela kemerdekaan yang dilakukan tanpa pamrih. Perhatian pemerintah terhadap jasa para pejuang di Bali diwujudkan dengan dibangunnya sebuah monumen agung yang berlokasi di area Niti Mandala, Denpasar dikenal dengan nama Monumen Perjuangan Rakyat Bali.</br>Apa yang disajikan di dalam monumen ini, adalah untuk mengenang kembali seluruh perjuangan para pahlawan Bali sebelum maupun setelah kemerdekaan, diharapkan pula bahwa monumen ini juga akan memberikan manfaat dalam upaya meningkatkan apresiasi generasi muda dalam menghayati nilai-nilai patriotik yang ditunjukkan oleh para pahlawan yang telah mengorbankan seluruh jiwa dan raganya dalam membela harga diri dan martabat bangsanya tanpa pernah mengharapkan balas jasa.</br>Yang membanggakan dari pembuatan desain Monumen Perjuangan Rakyat Bali ini adalah seorang generasi muda bernama Ida Bagus Gede Yadnya yang pada waktu itu statusnya masih mahasiswa pada jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Denpasar. Beliau berhasil memenangkan dan menjadi juara dalam sayembara pembuatan desain Monumen Perjuangan Rakyat Bali yang dilakukan pada tahun 1981 dengan menyisihkan para arsitek seniornya yang ada di Bali.</br>Setelah diadakan penyempurnaan rancangan dan gambar, pada bulan Agustus 1988 melalui anggaran Pemerintah Daerah Propinsi Bali dilakukan peletakan batu pertama, sebagai tanda dimulainya pembangunan monumen. Setelah melalui berbagai hambatan dan cobaan karena terjadi depresiasi uang Rupiah di tahun 1997, akhirnya monumen ini dapat diselesaikan juga pada tahun 2001. Setelah itu, pembanguan masih dilanjutkan dengan pembuatan diorama yang menggambarkan sejarah kehidupan orang Bali dari masa ke masa. Selain diorama juga dibangun pertamanan untuk menambah keasrian dan kenyamanan monumen ini, yang secara keseluruhan dapat diselesaikan pada tahun 2003.</br></br>Pada tanggal 14 Juni 2003, bersamaan dengan Pembukaan Pesta Kesenian Bali ke- 25 tahun 2003, Presiden RI Megawati Soekarnoputri telah berkenan meresmikan Monumen Perjuangan Rakyat Bali. Sejak saat itu monumen telah dapat dikunjungi oleh masyarakat umum.</br>. </br>MAKSUD DAN TUJUAN DIBANGUNNYA MONUMEN PERJUANGAN RAKYAT BALI</br></br>Maksud pembuatan diorama yang mengisahkan tentang perjuangan rakyat Bali adalah untuk merekonstruksi kembali peristiwa-peristiwa sejarah penting yang pernah terjadi di Bali, sehingga apa yang tersirat didalamnya akan lebih mudah diapresiasikan oleh generasi muda.</br></br>Tujuannya adalah untuk mengabadikan jiwa perjuangan rakyat Bali dari masa ke masa dan mewariskan semangat patriotisme dalam wujud rela berkorban, cinta tanah air, cinta persatuan dan kesatuan, cinta perdamaian, kebersamaan kepada generasi penerus bangsa, dan yang utama adalah tetap menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).</br>.</br>DASAR FALSAFAH MONUMEN PERJUANGAN RAKYAT BALI</br>Monumen ini merupakan perwujudan dari Lingga dan Yoni. Lingga adalah Lambang Purusa (pria), sedangkan Yoni adalah Lambang Pradana (wanita). Pertemuan antara kedua unsur tersebut merupakan simbol kesuburan dan kesejahteraan. Selain falsafah Lingga-Yoni. Monumen ini juga dilandasi oleh falsafah kisah Pemutaran Mandara Giri (Gunung Mandara) di Ksirarnawa (Lautan Susu). Kisah ini bersumber dari Kitab Adi Parwa yaitu parwa pertama dari epos Mahabharata. Diceritakan bahwa para Dewa dan Daitya/Raksasa mencari Tirta Amertha (air kehidupan abadi) dengan jalan memutar Gunung Mandara di Ksirarnawa.</br>Adapun pelaksanaan pemutaran Gunung Mandara (Mandara Giri) diatur sebagai berikut.</br>1. Kura- Kura (Akupa) sebagai Dasar Gunung Mandara.</br>2. Naga Besuki sebagai Tali Pengikat dan Pemutar Gunung.</br>3. Para Dewa memegang ekor naga dan para daitya memegang bagian kepala, sedangkan pada bagian atas dari gunung duduk Dewa Ciwa.</br>Setelah bekerja dengan susah payah memutar gunung mandara maka berturut-turut keluar: Ardha Candra (bulan sabit), Dewi Sri dan Laksmi, Kuda Ucaisrawah (kuda terbang), Kastuba Mani (pohon kebahagiaan), dan yang terakhir keluar Dewi Dhanwantari yang membawa Tirta Amertha. Kisah mencari air Amertha inilah yang kemudian direfleksikan pada wujud monumen ini, dengan penjelasan sebagai berikut:</br>1. Guci Amertha disimbolkan dengan Swamba (periuk) yang terletak pada ujung atas monumen.</br>2. Ekor Naga Basuki diwujudkan di dekat periuk.</br>3. Kepala Naga diwujudkan pada Kori Agung.</br>4. Bedawang Nala (Akupa) sebagai landasan monumen terletak pada pinggiran telaga dan kepalanya pada Kori Agung.</br>5. Ksirarnawa (lautan susu) sebagai kolam yang mengelilingi monumen.</br>6. Gunung Mandara (Mandara Giri) sebagai Bentuk keseluruhan bangunan monumen.</br></br>Secara filosofis, para penggagas monumen ini berkeinginan memberi pesan kepada generasi muda bahwa perjuangan untuk mencapai suatu keberhasilan hanya dapat dilakukan dengan kerja keras, tekun, ulet, dan gotong royong seperti yang dikisahkan ketika para Dewa dan Daitya secara bersama-sama mencari kehidupan abadi.</br>Lambang lain yang menggambarkan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) yang terdapat dalam bangunan ini adalah denah bangunan yang berbentuk segi 8 dan bunga teratai yang berdaun delapan. Teratai berdaun delapan disebut Asta Dala sebagai lambang kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa yang disebut Asta Aiswarya, yaitu:</br>1. Anima : sifat yang halus bagaikan kehalusan atom.</br>2. Lagima : sifat yang ringan bagaikan ether.</br>3. Mahima : sifat yang maha besar mengisi semua tempat.</br>4. Prapti : sifat mencapai segala tempat yang dikehendaki</br>5. Prakamya : segala kehendak tercapai olehNya.</br>6. Isitawa : sifat merajai segala-galanya dan paling utama.</br>7. Wasitwa : sifat yang paling berkuasa.</br>8. Yatrakama Wasayitwa : tidak dapat ditentang sifat dan kodratNya.</br>Lambang yang menggambarkan nilai kejuangan dan jiwa nasionalisme dari monumen ini adalah jumlah anak tangga Kori Agung (pintu utama) berjumlah 17 buah, Tiang Agung yang terdapat dalam gedung berjumlah 8 buah, dan tinggi monumen dari dasar sampai puncak 45 meter. Sehingga apabila angka-angka tersebut dirangkai, maka tersusun angka 17, 8 dan 45 yang menunjukkan tanggal, bulan dan tahun Proklamasi Kemerdekaan RI yaitu 17 Agustus 1945.masi Kemerdekaan RI yaitu 17 Agustus 1945.)
  • How to avoid sexual abuses in Bali's educational communities?  + (Lihat komentar dari fitur What'sUp kami di tautan ini: https://dictionary.basabali.org/Question_How_to_avoid_sexual_abuses_in_Bali%27s_educational_communities%3F)
  • What can you set as an example from Bung Karno in this millenial era?  + (Lihat komentar dari fitur What'sUp kami di tautan ini: https://dictionary.basabali.org/Question_What_can_you_set_as_an_example_from_Bung_Karno_in_this_millenial_era%3F)
  • How should billboards be regulated to save the environment?  + (Lihat komentar dari fitur What'sUp kami di tautan ini: https://dictionary.basabali.org/Question_How_should_billboards_be_regulated_to_save_the_environment%3F)
  • What could we do to reduce traffic jams?  + (Lihat komentar dari fitur What'sUp kami di tautan ini: https://dictionary.basabali.org/Question_What_could_we_probably_do_to_reduce_traffic_jam%3F)
  • What do you think about the new facilities at Besakih Temple?  + (Lihat komentar dari fitur What'sUp kami di tautan ini: https://dictionary.basabali.org/Question_What_do_you_think_about_the_new_facilities_at_Besakih_Temple%3F)
  • How to reduce waste at school canteen?  + (Lihat komentar dari fitur What'sUp kami di tautan ini: https://dictionary.basabali.org/Question_How_to_reduce_waste_at_school_canteen%3F)
  • How can the government best promote literacy in Bali?  + (Lihat komentar dari fitur What'sUp kami di tautan ini: https://dictionary.basabali.org/Question_How_can_the_government_best_promote_literacy_in_Bali%3F)
  • How should we respond to Russian Villages in Bali?  + (Lihat komentar dari fitur What'sUp kami di tautan ini: https://dictionary.basabali.org/Question_Russian_Village_in_Bali,_how_should_we_get_cope_with_it%3F)
  • Many foreign tourists have violated Nyepi regulations in Bali. What should we do?  + (Lihat komentar dari fitur What'sUp kami di tautan ini: https://dictionary.basabali.org/Question_Many_foreign_tourists_have_violated_Nyepi_regulations_in_Bali._What_should_we_do%3F)
  • In your opinion, what impacts will the massive construction of large malls have on the local Balinese community?  + (Lihat komentar dari fitur What'sUp kami di tautan ini: https://dictionary.basabali.org/Question_In_your_opinion,_what_impact_will_the_massive_construction_of_large_malls_have_on_the_local_Balinese_community%3F)
  • How can the ocean be used to help our economy in an environmentally sustainable way?  + (Lihat komentar dari fitur What'sUp kami di tautan ini: https://dictionary.basabali.org/Question_How_can_the_ocean_be_used_to_help_our_economy_in_an_environmentally_sustainable_way%3F)
  • Lilik Mulyadi  + (Lilik Mulyadi lahir di Bogor, 23 Agustus 1Lilik Mulyadi lahir di Bogor, 23 Agustus 1961. Menulis puisi sejak 1978 dan banyak dimuat di Bali Post dan beberapa media luar Bali. Sering memenangkan lomba penulisan puisi tingkat lokal dan nasional. Puisinya juga terangkum dalam Lukisan Magis Tanah Bali, Dendang Denpasar Nyiur Sanur, Klungkung: Tanah Tua, Tanah Cinta, dll. Buku puisi tunggalnya: Jatijagat Pedukuhan Puisi Magis (2017). Dia berprofesi sebagai hakim dan banyak menulis buku tentang hukum.kim dan banyak menulis buku tentang hukum.)
  • Lina Pratica Wijaya  + (Lina Pratica Wijaya (Lina PW), lahir di DeLina Pratica Wijaya (Lina PW), lahir di Denpasar, 12 Juni 1989 silam. Ia lulusan Sastra Inggris Universitas Udayana, Bali. Ketika kuliah ia aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan, sempat memimpin Majalah Kanaka di Fakultas Sastra dan aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Udayana. Selain rajin menulis cerpen, esai, laporan jurnalistik, ia juga menyukai diving (menyelam) dan fotografi. Ia pernah meraih Juara I Lomba Resensi Kompas, dan Juara I Lomba Esai Tata Ruang Bali. Ia sempat belajar bahasa Inggris di Kansas, Amerika, dengan beasiswa IELSP tahun 2012. Ia juga konsen dalam pendidikan. Ia sempat mengajar di sebuah Sekolah Dasar di Manyamba, Majene, Sulawesi Barat. Beberapa cerpennya dimuat di Kompas dan masuk dalam Pilihan Cerpen Kompas tahun 2017, 2019, dan 2021. Cerpen Kompas tahun 2017, 2019, dan 2021.)
  • Listya Wahyuni  + (Listya Wahyuni, lahir di Denpasar, 1 MaretListya Wahyuni, lahir di Denpasar, 1 Maret 1984. Menamatkan pendidikan seni rupa di ISI Denpasar. Sejak 2004 aktif dalam berbagai pameran bersama, antara lain “Dunia Baru” di Bentara Budaya Bali (2016), “Masa Subur” di Karja Art Space, Ubud (2018), “Eruption” di Galeri Raos, Batu, Malang (2019). Karyanya pernah menjadi finalis UOB Painting Of The Year (2013). Dia tergabung dalam Komunitas Militant Arts.a tergabung dalam Komunitas Militant Arts.)
  • Wijaya Test  + (Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adLorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis aute irure dolor in reprehenderit in voluptate velit esse cillum dolore eu fugiat nulla pariatur. Excepteur sint occaecat cupidatat non proident, sunt in culpa qui officia deserunt mollit anim id est laborum.ficia deserunt mollit anim id est laborum.)
  • Luh Mira Puspita  + (Luh Mira Puspita adalah dosen di program studi Ilmu Keperawatan, Universitas Udayana. Puspita meraih gelar master di bidang keperawatan dari Universitas Gajah Mada pada tahun 2015.)
  • Luh Putu Kirana Pratiwi  + (Luh Putu Kirana Dewi adalah dosen tetap paLuh Putu Kirana Dewi adalah dosen tetap pada Program Studi Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas Mahasaraswati Denpasar. Kirana Dewi bergelar Magister Agribisnis yang diperoleh dari Universitas Udayana pada tahun 2017. Selain mengajar, Kirana juga aktif melakukan publikasi di bidang pertanian dan keterkaitannya dengan sektor-sektor lain seperti pariwisata dan pembangunan berkelanjutan. pariwisata dan pembangunan berkelanjutan.)
  • Made Adnyana Ole  + (Made Adnyana Ole lahir di Tabanan, kini tiMade Adnyana Ole lahir di Tabanan, kini tinggal di Singaraja, Bali, sembari mengelola Mahima Institute Indonesia yang bergerak di bidang pendidikan seni dan budaya. Puisi dan cerpennya dimuat di berbagai media seperti Bali Post, Jawa Pos, Horison, dan Kompas. Buku kumpulan puisi tunggalnya “Dongeng dari Utara” (2014). Buku kumpulan cerpen tunggalnya, “Padi Dumadi” (2007) dan “Gadis Suci Melukis Tanda Suci di Tempat Suci” (2018). Sejumlah cerpennya masuk dalam buku Cerpen Pilihan Kompas.ya masuk dalam buku Cerpen Pilihan Kompas.)
  • Made Agus Janardana  + (Made Agus Janardana, S.Pd., Gr., M.Kom. alMade Agus Janardana, S.Pd., Gr., M.Kom. alias Made Oplas adalah pencipta atau creartor karya seni kreatif Wajah Plastik yang sekaligus penulis buku "Wajah Plastik; A Pigment of Imagination" (2023). Agus Janar sapaannya, lahir di Kota Singaraja, Buleleng, Bali, pada 23 Januari 1990. Pria asal Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan ini terhitung sebagai anak muda yang energinya berlebih. Orang orang mengenalnya sebagai sosok kreatif, selalu memiliki sejuta ide kreatif terlebih karena ia merupakan seorang desainer. Sejak memperkenalkan karya "Wajah Plastik"-nya, Agus Janar semakin terkenal. Ia bahkan sering diundang untuk memberikan workshop Wajah Plastik. Wajah Plastik serasa sudah menjadi warisan dalam hidupnya. Baginya, berbagi atau berbuat baik adalah misi hidupnya selanjutnya. Debut menulisnya diawali dengan menulis konten pada websitenya. Selain itu, yang membuatnya semakin suka menulis adalah membuat puisi dan kemudian dijadikan lagu.membuat puisi dan kemudian dijadikan lagu.)
  • Made Aripta Wibawa  + (Made Aripta Wibawa, lahir di Singaraja, 3 Made Aripta Wibawa, lahir di Singaraja, 3 Maret 1965. Sejak SMA telah menyukai kegiatan sastra dengan menulis puisi dan prosa. Ketika kuliah di Fakultas Hukum Universitas Mataram, NTB, ia makin suntuk menggauli dunia sastra. Dia ikut mendirikan Sanggar Sastra Mataram dan Himpunan Penulis, Penyair dan Pengarang Nusantara (HP3N) bersama seorang inisiator dan pendirinya, Putu Arya Tirtawirya. Ketika di Mataram pula ia sering jadi juri lomba baca puisi dan cerpen di Radio Suta Remaja, Sinta Rama dan Rinjani bersama kakaknya, Agoes Andika As. Puisi-puisi Aripta pernah dimuat di koran Bali Post, Nusa Tenggara, Bali Post, Karya Bakti, Simponi, Swadesi dan Merdeka. Ia juga aktif menulis di bulletin HP3N. Kini ia menjadi dosen di Universitas Bali Dwipa.a menjadi dosen di Universitas Bali Dwipa.)
  • Made Astawa  + (Made Astawa alias Dollar adalah pelukis keMade Astawa alias Dollar adalah pelukis kelahiran Gianyar, 22 Agustus 1972. Dia pernah sekolah seni di SMSR Denpasar. Sejak 2001 terlibat dalam banyak pameran bersama, seperti pameran di Tony Hogart Australia (2012), pameran MilitanArt “Land Remember “ di Santrian Galeri Sanur, Bali (2017), pameran bersama “nir (maya) rupa “ di Lv8 Resort Hotel Berawa, Badung, Bali (2018). Karya-karyanya cenderung bercorak abstrak dengan mengeksplorasi ikon-ikon kebalian. Selain sebagai pelukis, dia juga mengelola Griya Santrian Gallery dan Kaktus Art Gallery di Sanur.n Gallery dan Kaktus Art Gallery di Sanur.)
 (Made Astika lahir di Karangasem-Bali, 13 Mei 1983. Studi S1 di IKIP Nege)
  • Made Astika  + (Made Astika lahir di Karangasem-Bali, 13 MMade Astika lahir di Karangasem-Bali, 13 Mei 1983. Studi S1 di IKIP Negeri Singaraja mengambil Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah. Semasa kuliah, sempat menjadi Ketua HMJ Jurdik BSID 2005/2006 dan Wakil Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni periode 2004/2005. Pun dipercayai menjadi Koordinator IMABSII (Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia se-Indonesia) untuk Wilayah Bali tahun 2005/2006. Menempuh studi S2 Ilmu Sastra, Universitas Gadjah Mada Tahun 2011. Tulisan-tulisan kecilnya dimuat di harian Bali Post dan Bali Orti. Sejumlah bukunya yang telah terbit adalah Sastra Lisan: Teori dan Penerapannya (Buku Ajar), Genre Teks (Buku Ajar), Sebelum Hari Jadi Menang (Antologi Prosa Liris), Historia Senja (Antologi Puisi) dan beberapa karya dalam antologi puisi bersama. Kini, ia mengajar di Universitas Pendidikan Ganesha, sekaligus menjadi Koordinator Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.di Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.)
  • Made Budhiana  + (Made Budhiana lahir di Denpasar, Bali, 27 Made Budhiana lahir di Denpasar, Bali, 27 Maret 1959. Dia belajar seni lukis di ISI Yogyakarta. Dia telah memamerkan karya-karyanya di berbagai Negara, seperti Jerman, Switzerland, Singapura, Malaysia, Australia, dan Belanda. Pernah berpameran tunggal di The Northern Territory Museum of Arts and Sciences, Darwin, Australia (1989), Cemeti Modern Art Gallery, Yogyakarta (1989), Bali Hilton, Nusa Dua (1991), Ganesha Gallery, Jimbaran (1998), dan Sika Gallery, Ubud (2001). Dia pernah meraih beragam penghargaan, di antaranya “Best Painting Bali Art Award” (1997), “Pratisara Affandi Adhi Karya” dari ISI Yogyakarta (1985 and 1986), dan sebagainya. Karya-karya Budhiana cenderung abstrak dengan memainkan garis dan warna yang penuh dengan sentuhan perasaan. Selain melukis, dia juga memiliki perhatian pada seni sastra, teater, dan musik.atian pada seni sastra, teater, dan musik.)
  • Made Degur  + (Made Degur lahir di Guwang, Sukawati, GianMade Degur lahir di Guwang, Sukawati, Gianyar, Bali, 1924. Ia adalah seorang pematung kawakan pada zamannya. Karya-karyanya banyak dikoleksi oleh kolektor dalam dan luar negeri. Tematik karyanya meliputi kisah pewayangan (Ramayana dan Mahabarata), kehidupan sehari-hari, figur manusia, dan sebagainya. Ia meninggal pada tahun 2009. Bakat seni patungnya menurun pada anaknya, I Wayan Pudja, yang terkenal dengan patung-patung bertema Garuda Wisnu Kencana. Cucunya, Ketut Windu, juga meneruskan tradisi seni patung dalam keluarganya.kan tradisi seni patung dalam keluarganya.)
  • Made Duatmika  + (Made Duatmika, lahir di Jembrana, 19 Mei 1Made Duatmika, lahir di Jembrana, 19 Mei 1970. Dia adalah pelukis lulusan ISI Denpasar. Karyanya pernah meraih Philip Morris Art Award (1998). Sejak mahasiswa, ia rajin mengikuti pameran bersama. Di antaranya adalah pameran “Angkatan 93” di Taman Budaya Bali (1996), Pameran Philip Morris Indonesia Awards di Jakarta (1998), Pameran Bersama di Gallery Hendra di Prana, Jakarta (2010), dll. Ia adalah anggota komunitas seni rupa Militanarts. Karya-karyanya cenderung menyuguhkan suasana sosial yang didominasi warna-warna cerah. sosial yang didominasi warna-warna cerah.)
  • Made Edy Arudi  + (Made Edy Arudi adalah penyair dan seorangMade Edy Arudi adalah penyair dan seorang guru PNS di SMP Negeri 2 Sukasada - Bali, kelahiran 22 Oktober 1978. Puisi-puisinya sering dimuat di koran Nasional Bali Post, karya-karya lainnya juga dapat dibaca di beberapa buku antologi puisi bersama, seperti: Klungkung: Tanah Tua Tanah Cinta (2016), Antologi Puisi 100 Penyair Nusantara “Ketika Burung-burung Itu Telah Pergi” (2016), Menemukan Kekanak di Tubuh Petuah (2016), Madah Merdu Kamadhatu (2017), Senyum Lembah Ijen (2018), dan Mengunyah Geram Melawan Korupsi (2018), dll.ngunyah Geram Melawan Korupsi (2018), dll.)
  • Made Galung Wiratmaja  + (Made Galung Wiratmaja adalah pelukis kelahMade Galung Wiratmaja adalah pelukis kelahiran Sukawati, Gianyar, Bali, 31 Mei 1972. Dia menamatkan pendidikan seni rupa di PSSRD Universitas Udayana. Sejak 1993 dia rajin menampilkan karyanya dalam banyak pameran bersama, seperti pameran “Retrospektif” di Bentara Budaya Bali (2018). Pameran tunggalnya adalah “Silent Nature” di Ganesha Gallery, Jimbaran (2007) dan “Landscapes” di Griya Santrian Gallery, Sanur (2006). Dia pernah meraih penghargaan dari Yayasan Seni Rupa Indonesia (2000), Museum Der Weltkulturen Jerman (2006) dan Mandiri Art Award (2015). Karya-karya Galung cenderung memadukan corak abstrak dan figuratif dengan permainan warna yang menawan.ratif dengan permainan warna yang menawan.)
  • Made Geremboeang  + (Made Geremboeang lahir di Mas, Ubud, Bali,Made Geremboeang lahir di Mas, Ubud, Bali, 1912. Ia meninggal tahun 1985. Ia adalah seorang pematung tersohor pada zamannya. Ia terlibat dalam gerakan Pita Maha pada era 1930-an. Menurut Rudolf Bonnet, salah seorang pendiri Pita Maha, Geremboeng adalah pemahat paling kreatif yang mencoba gaya baru. Ia memulai karirnya sebagai pembuat topeng, kemudian patung. Tema-tema patungnya berupa figur ibu dan anak, orang tua duduk, musisi, dan lain-lain. Patung-patung Geremboeang sangat langka dan mahal harganya.emboeang sangat langka dan mahal harganya.)
  • Made Gunawan  + (Made Gunawan adalah pelukis kelahiran ApuaMade Gunawan adalah pelukis kelahiran Apuan, Tabanan, Bali, 14 Juli 1973. Dia adalah lulusan seni rupa ISI Denpasar. Karya-karya mutakhirnya yang bercorak dekoratif banyak berbicara tentang ekologi yang dikaitkan dengan konsep Tri Hita Karana, hubungan harmoni manusia dengan Tuhan, dengan sesama manusia, dengan alam (hewan dan tumbuhan).</br></br></br>Sejak 1995, Gunawan aktif terlibat dalam pameran bersama, baik di dalam maupun luar negeri. Sementara itu, sejak 1999, dia telah menggelar pameran tunggal. Antara lain Pameran Sketsa dan Lukisan “Nungkalik” di rumah kos, pameran di Galery Hadiprana Jakarta (2002), “Perempuan” di Jenggala Keramik Jimbaran Bali, “Melody & Beauty From the Paradise Island di Galery Hadiprana Jakarta (2004), pameran di Montiq Galery Jakarta (2007), pameran “ Third Solo Exhibition” di Galery Hadiprana Jakarta (2008), pameran di Art Village Gallery Malaysia (2009), Tree Of Life di Hadiprana Gallery Jakarta (2014), “Garis Bali “ di AMBIENTE Jakarta (2015), Tree of Life at Hadiprana Gallery Jakarta (2018).</br></br>Gunawan juga membuat beberapa karya performing art. Antara lain, “Kursi Emas” yang dipentaskan di Taman Budaya Bali (1997). Tahun 2000, Wayang Seni Rupa Ngaben Budaya Kekerasan Kembali Ke Kosong di lapangan parker Universitas Udayana. Wayang Seni Rupa Ngaben Budaya Kekerasan Kembali Ke Kosong di Mal Ciputra Semarang Indonesia. Tahun 2001, pementasan Siluet Perempuan Kolaborasi di STSI Denpasar.</br></br></br>Penghargaan yang telah diraih Gunawan dalam seni rupa adalah Sketsa Terbaik dari STSI Dps (1997), Sepuluh Besar Karya Seni Terbaik dari STSI Dps (2001), Sebagai pemrakarsa Lukisan 1000 kotak ( Perempuan & Bunga) dari Museum Rekor Indonesia (2003).n & Bunga) dari Museum Rekor Indonesia (2003).)
  • Made 'Kaek' Dharma Susila  + (Made Kaek dengan Kata-Katanya Sendiri,.. sMade Kaek dengan Kata-Katanya Sendiri,.. sebuah biografi..Seorang seniman kontemporer yang bermukim di Banjar Palak Sukawati Bali. Lulusan hukum dan seniman otodidak. Made Kaek adalah pilar kreatif dengan kontribusi penting bagi lanskap seni rupa kontemporer Indonesia.</br></br>Kutipan "Latar Belakang dan Pendidikan</br></br>Di sekolah menengah, saya suka menggambar dan melakukan hal-hal seperti membuat seni dinding. Saya belajar di sekolah menengah biasa. Ketika tiba waktunya untuk melanjutkan studi, saya disarankan untuk pergi ke Yogyakarta untuk mengambil jurusan hukum. Jadi saya lakukan. Di Yogya saya menemukan bahwa hukum sedikit bertentangan dalam hidup saya. Mungkin dengan karakter dan persepsi saya. Tapi saya juga berpikir itu bisa menjadi sesuatu yang baik dalam hidup saya dan melanjutkan studi hukum.</br></br>Bisa dibilang saya pergi ke Yogya untuk belajar hukum tetapi di Yogya saya menjadi seniman. Saya bertemu Nyoman Gunarsa.. dia tinggal di dekat kampus dan kami sering bertemu di rumahnya. Banyak tempat berkumpulnya mahasiswa ISI Bali. Saya akan mengatakan bahwa saya menemukan diri saya yang sebenarnya di sana. Itu adalah proses yang panjang, melalui dua ekstrem. Di satu sisi, ada hukum dan di sisi lain ada seni."</br></br>Baca artikel selengkapnya tentang Made Kaek</br></br>https://sawidji.com/about-sawidji/artists-sawidji-gallery/made-kaek/sawidji/artists-sawidji-gallery/made-kaek/)
  • Made Karyana  + (Made Karyana, lahir di Batuan, Sukawati, GMade Karyana, lahir di Batuan, Sukawati, Gianyar, 28 Januari 1981. Dia menamatkan pendidikan seni di ISI Denpasar. Sejak 2005 dia rajin terlibat dalam pameran bersama, seperti Tanda Dalam Jejak, Dewangga Gallery Ubud (2006), Pameran bersama kelompok “PIJAR” di Santrian Gallery Sanur (2011), Pameran bersama Baturulangun di Museum ARMA Ubud (2012), Pameran bersama Baturulangun di Museum Puri Lukisan Ubud (2015), Pameran bersama “Amasing Think” di LV 8 Canggu (2016). Lukisan-lukisannya dibuat dengan teknik tradisional gaya Batuan, namun dengan tema-tema kekinian.a Batuan, namun dengan tema-tema kekinian.)
  • Made Kenak Dwi Adnyana  + (Made Kenak Dwi Adnyana, lahir di KintamaniMade Kenak Dwi Adnyana, lahir di Kintamani, 10 Mei 1985. Dia menamatkan pendidikan seni rupa di ISI Yogyakarta. Berbagai pameran bersama pernah diikutinya. Antara lain, pameran “One step Back” di Sono Budoyo Museum, Jogjakarta (2018), "Abstract is...?" di Bentara Budaya Bali (2017), Legenda Nusantara di KOI Galeri Kemang,Jakarta (2016), “Dari Masa ke Rasa” di ORASIS Galeri Surabaya (2015), ARTE Indonesia Art Festival 2014, di JCC Jakarta. Dia menerima penghargaan Jakarta International Art Award Nominee (2010) dan Sketsa Terbaik Angkatan 2004 dari ISI Yogyakarta. Karya-karyanya cenderung menampilkan abstraksi-abstraksi alam dengan pewarnaan yang khas.abstraksi alam dengan pewarnaan yang khas.)
  • Made Mantle Hood  + (Made Mantle Hood adalah profesor etnomusikMade Mantle Hood adalah profesor etnomusikologi, Ketua Institut Pascasarjana Etnomusikologi dan Direktur Pusat Penelitian Musik Asia-Pasifik di Universitas Seni Nasional Tainan, Taiwan (TNNUA). Beliau menjabat sebagai Ketua (2021-2025) kelompok studi ICTM PASEA. Jabatan sebelumnya adalah di Universiti Putra Malaysia (2012–2018), Melbourne University, Australia (2011–2012) dan Monash University, Australia (2005–2011). Penelitiannya saat ini meliputi ontologi suara, vokalisasi yang terancam punah, sistem tuning/laras serta musik dan keadilan sosial. Saat ini ia adalah peneliti utama dalam proyek yang didanai Kementerian Sains dan Teknologi Taiwan, 'Towards the Sustainability of Vocal Heritage di Filipina, Malaysia, dan Indonesia' (2019–2021). Ia adalah penulis 'Triguna: A Hindu-Balinese Philosophy for Gamelan Gong Gede Music' (2010) dan co-editor Music: Ethics and the Community (2015).or Music: Ethics and the Community (2015).)
  • Made Monog  + (Made Monog lahir di Banjar Kedaton, DenpasMade Monog lahir di Banjar Kedaton, Denpasar, 17 Juli 1920. Ia adalah seniman tari dan dramatari. Namanya dikenal lewat perannya sebagai Walunateng Dirah dalam dramatari Calonarang. Ia sangat piawai dan berkharisma saat memerankan tokoh legendaris itu. Ia juga piawai dalam menari Baris dan Arja.</br></br>Minat Monog pada dunia seni telah tumbuh sejak kanak-kanak. Ia belajar menari Baris pada Guru Sriada di Banjar Gemeh, Denpasar. Ia juga belajar pada Pekak Kredek (ayah Prof. Dr. I Made Bandem) dan Made Kengguh asal Singapadu, Gianyar. Namun sebelum itu, ia telah menguasai tari kecak saat bergabung dengan Sekaa Janger Banjar Kedaton.</br></br>Setelah belajar tari Baris dan Penasar, ia pun menekuni dramatari Calonarang yang tergolong sakral dan angker. Seorang penari Calonarang tak cukup hanya mengandalkan kepiawaian menari secara fisik, tapi juga ketangguhan batin. Seorang penari Calonarang harus mampu lolos dari ujian gaib dan ilmu hitam. Terlebih lagi bila penari Calonarang memerankan tokoh-tokoh penting, seperti Pandung, Dirah, Rangda.</br></br>Semangat ngayah (bakti) dan kearifan hidup dalam berkesenian sering ditularkannya kepada murid-muridnya yang tersebar di berbagai daerah di Bali. Monog selalu berpesan kepada generasi penerus kesenian Bali agar berkesenian dengan dasar bakti. Bali agar berkesenian dengan dasar bakti.)
  • Made Muliana  + (Made Muliana alias Bayak adalah perupa konMade Muliana alias Bayak adalah perupa kontemporer Indonesia yang berasal dari Bali. Dia lahir di Gianyar, 27 Juni 1980. Dia menempuh pendidikan seni rupa di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar pada 1999 hingga 2005. Selain melukis di kanvas, dia juga membuat mural, menggelar seni pertunjukan, bermain musik, dan aktif dalam gerakan penyelamatan lingkungan. Sebagai salah satu bentuk kepeduliannya pada lingkungan, dia banyak mengolah sampah plastik menjadi karya seni rupa. </br></br>Bayak telah banyak menggelar pameran seni rupa, baik di dalam maupun luar negeri. Pameran tunggalnya, antara lain Art For Artists Sake (Sika Gallery Ubud, 2008), Artists Don’t Lies (Griya Santrian Gallery Sanur, 2012), Plasticology Reissue (Arys Warung Ubud, 2013).</br></br>Penghargaan seni rupa yang pernah diraihnya, antara lain: Top 20 Finalist of Nokia Art Award 2000, Top 20 Finalist of Nokia Art Award 2001, Finalis Bazaar Art Award 2010, Top 20 Sovereign Art Price 2013 at Espace Louis Vuitton Singapore.ce 2013 at Espace Louis Vuitton Singapore.)
  • Made Panti Geg  + (Made Panti Geg lahir di Banjar Panti, SanuMade Panti Geg lahir di Banjar Panti, Sanur, Denpasar, 17 Juli 1905. Ia menekuni seni patung sejak 1935. Ia adalah seorang pematung kaliber nasional dan internasional. Ia meninggal pada tanggal 12 Juni 1987.</br></br>Panti lahir dari keluarga seniman. Kedua orang tuanya adalah seniman dan pembuat payung (pajeng) tradisional pada zaman Kerajaan Badung. Pada mulanya Panti bekerja sebagai petani. Kemudian menemukan dan menggali bakatnya dalam seni patung dengan berguru kepada Anak Agung Made Gede dari Jeroan Grenceng di Banjar Grenceng, Denpasar. </br></br>Panti terkenal dengan patung-patung realis sosok tokoh nasional dan internasional, seperti Mahamat Gandhi, Rabindranath Tagore, Jendral Gatot Subroto, Jendral Soekamto, seniman tari Mario. Namun ia juga menggarap patung-patung bertema kehidupan sehari-hari. Presiden Pertama RI, Soekarno, sering memesan patung kepada Made Panti untuk pajangan istana kepresidenan, seperti Istana Merdeka, Istana Tampaksiring, Istana Bogor. Dalam proses pembuatannya hampir semua patung itu meniru model orang yang diambilnya dari para kenalan, sanak keluarganya, atau tetangganya sendiri. </br></br>Karya Made Panti yang monumental dan mendapat pujian dari Soekarno adalah patung Gajah Mada yang dipasang di Pusat Pendidikan dan Latihan Brigade Mobile (Brimob) di Watukosek, Porong, Jawa Barat. Patung setinggi 6 meter dan lebar 4 meter itu diresmikan oleh Soekarno tahun 1959.r itu diresmikan oleh Soekarno tahun 1959.)
  • Made Rema  + (Made Rema lahir di Desa Mas, Ubud, 1945. IMade Rema lahir di Desa Mas, Ubud, 1945. Ia adalah seorang pematung. Ia belajar seni patung pada Ida Bagus Nyana dan Ida Bagus Tilem. Sebagai seorang pematung, jiwa Rema sudah menyatu dengan kayu. Ia selalu memikirkan kayu bahkan terbawa-bawa hingga ke alam mimpi. Ia berusaha menemukan rahasia apa yang diberikan kayu untuk diwujudkan menjadi patung. Itu yang membuat karya-karya Rema terasa berjiwa, terkesan hidup. Itu pula yang menyebabkan karya-karya Rema banyak diminati dan dikoleksi kolektor mancanegara. Rema telah memamerkan karya-karyanya di dalam dan luar negeri. Misalnya pameran bersama "Leha-lehah" di Bidadari Art Gallery, Mas-Ubud, Bali." di Bidadari Art Gallery, Mas-Ubud, Bali.)
  • Made Somadita  + (Made Somadita lahir di Tabanan, Bali, Mei Made Somadita lahir di Tabanan, Bali, Mei 1982. Ia lulusan Institute Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Kegemarannya melukis telah tumbuh sejak kanak-kanak. Karya-karyanya pernah ditampilkan dalam pameran bersama maupun tunggal. Pameran tunggalnya antara lain “Animals in Love”, Valentine Willie Fine Art, The Chedi, Ubud, Bali (2002), “Sketsa Drawing, Animal in Love”, Paros Gallery, Sukawati, Bali (2006), “Natural Beauty #1” di Ganesha Gallery, Four Season Resort, Jimbaran, Bali (2012). Sedangkan pameran bersama yang pernah diikutinya antara lain “Di Persimpangan”, Museum of Fine Art and Ceramic, Jakarta (2013), “Kita, ECCA Galery, Manila, Pilipina (2012), Pameran Berdua ‘’Wild Journey”, Pongnoi Community Art Space, Chiang Mai, Thailand (2012), “Tomorrow Maybe, Aleaaa, Coletive, Beudoulin, Reunion, France (2011), “Entitas Nurani II”, Art Centre, Bali (2011), “Super Hero”, Hanna Art Space, Ubud, Bali (2010), “Encounter”, Hanna Art Space, Ubud, Bali (2009), “ART Malaysia”, Mid Valley Exhibiton Centre, Kualalumpur (2008), “Wajah-Wajah”, Universitas Passau, German (2007), “Back to the Nature”, Retro Fine Art, Sanur, Bali (2005), “Enemy”, Gallery Sembilan Ubud Bali (2004), “Girgirmanuk”, Hotel Radin, Sanur, Bali, (2003).rmanuk”, Hotel Radin, Sanur, Bali, (2003).)
  • Made Sugianto  + (Made Sugianto lahir di Tabanan, Bali, 19 AMade Sugianto lahir di Tabanan, Bali, 19 April 1979. Dia menulis sastra berbahasa Bali dan Indonesia. Pada 2009 dia mendirikan penerbit Pustaka Ekspresi yang banyak menerbitkan buku-buku sastra berbahasa Bali dan Indonesia. Selain itu dia juga membuat majalah Ekspresi, Kukuh TV, dan menjadi wartawan.</br></br>Karya-karyanya yang telah terbit, antara lain Bikul (2010), Preman (2010), Sundel Tanah (2010), Bunga Valentine (2011), Sentana (2011), Meong Garong (2012), Sing Jodoh (2013), Sentana Cucu Marep (2014), Ratna Tribanowati (2014), Ki Baru Gajah (2015). Pada 2012 dia meraih Hadiah Sastra Rancage untuk bidang jasa pengembangan sastra Bali modern dan 2013 untuk novel berbahasa Bali berjudul Sentana.</br></br>Kini dia mengabdi di desanya di Kukuh, Marga, Tabanan, sebagai perbekel (lurah). Marga, Tabanan, sebagai perbekel (lurah).)
  • Made Sukada  + (Made Sukada, lahir di Denpasar, 23 April 1Made Sukada, lahir di Denpasar, 23 April 1938. Selain sebagai sastrawan dan penulis, ia adalah dosen Bahasa dan Sastra Indonesia di Fakultas Sastra (kini FIB) Universitas Udayana, Bali. Ia adalah tamatan pascasarjana Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (1982). Ia telah menulis sastra sejak SMP, dimuat di berbagai media cetak lokal dan nasional, seperti Bali Post, Kompas, dll. Buku-bukunya yang telah terbit adalah Beberapa Aspek tentang Sastra (1987), Pembinaan Beberapa Kritik Sastra Indonesia: Masalah Sistematika Analisis Struktur Fiksi (1987 dan 1991), Sebuah Ilusi (puisi; 1971), Matahari Pagi yang Hilang (esai; 1971), Perkembangan Sastra Nasional di Bali (1972), Sekelumit tentang Drama (1973), dan sebagainya. Ia pernah menjadi ketua Lembaga Seniman Indonesia-Bali (Lesiba). Selain itu, ia juga pernah bekerja sebagai redaktur budaya Harian Suluh Marhaen (kini Bali post).aya Harian Suluh Marhaen (kini Bali post).)
  • Made Susanta Dwitanaya  + (Made Susanta Dwitanaya, lahir di TampaksirMade Susanta Dwitanaya, lahir di Tampaksiring, 22 Juli 1987. Menempuh pendidikan seni rupa di Undiksha, Singaraja. Mulai menulis dan mengurasi pameran seni rupa sejak masa kuliah pada 2009. Kemudian pada 2013 dia bergabung dalam Gurat Institute, sebuah lembaga independent yang bergerak di bidang kuratorial., riset, dan pendokumentasian seni rupa dan budaya visual di Bali. Hingga kini aktif mengurasi sejumlah pameran seni rupa, antara lain pameran seni rupa Megarupa (2019). Bersama Gurat Institute dia terlibat dalam penulisan beberapa buku tentang seni rupa, seperti Lempad for the World (2014). Pada tahun 2017 dia menjadi salah satu penulis seri buku pusaka seni rupa tentang enam seniman Indonesia yang digagas Dirjen Kesenian Kamendikbud Indonesia.gas Dirjen Kesenian Kamendikbud Indonesia.)
  • Made Taro  + (Made Taro lahir di Bali dan selalu menyukaMade Taro lahir di Bali dan selalu menyukai cerita tradisional, permainan, dan lagu anak-anak. Dia telah menjadi story teller sejak 1973 dan telah tampil di Indonesia, Darwin, Pretoria dan di Ubud Writers’ and Readers’ Festival.</br>Made Taro sangat bersemangat untuk mempromosikan permainan tradisional dan percaya bahwa terlibat dalam permainan tersebut mengajarkan anak-anak pelajaran berharga seperti kesabaran, menghormati orang lain dan menjauhkan mereka dari masalah. Selama 35 tahun terakhir ia telah menjalankan Kukuruyuk, sebuah kelompok anak-anak berusia 8 – 12 tahun, di mana ia mendidik anak-anak melalui cerita dan permainan tradisional seperti gasing (pemintalan atas) dan mecungklik (permainan dengan bambu). Made telah bekerja dengan anak-anak kurang mampu dan kurang mampu di seluruh Indonesia. Made percaya bahwa bermain itu penting bagi anak-anak, dan karena itu ia memasukkan permainan dan permainan dalam pertunjukan Storytelling-nya. Sesi mendongengnya juga mencakup nyanyian dan iringan perkusi tradisional. Ia telah menulis lebih dari 30 buku tentang permainan tradisional, lagu anak-anak, dan cerita rakyat. Sebagai penerima banyak penghargaan sebagai guru, pelestari budaya, pendongeng dan penulis yang luar biasa, ia baru-baru ini dianugerahi Anugerah Kebudayaan (Medali Kebudayaan) yang bergengsi dari Presiden Republik Indonesia pada tahun 2009.</br>https://sisf.bookcouncil.sg/2012/pages/storyteller-made.html</br></br>Pada 2019, di usianya yang ke-80, ia menerima Lifetime Achievement Award dari Ubud Writers and Readers Festival.rd dari Ubud Writers and Readers Festival.)
  • Made Wianta  + (Made Wianta adalah seorang perupa berkelasMade Wianta adalah seorang perupa berkelas internasional yang lahir di Apuan, Tabanan, Bali, 20 Desember 1949. Dia adalah lulusan ISI Yogyakarta. Pada tahun 1976, ia belajar seni Eropa ke Brussels, Belgia, sembari mengunjungi galeri-galeri dan museum kesenian. Karya-karyanya telah dipamerkan di berbagai negara, antara lain Amerika, Perancis, Belanda, Italia, Singapura, dan sebagainya. Karya-karyanya berjumlah ribuan, berupa sketsa, drawing, grafis, lukisan, patung, bahkan puisi-rupa. Sebagian dari karya tersebut didokumentasikan dalam beberapa buku, di antaranya adalah “Made Wianta” (1990), “Made Wianta: Universal Balinese Artist” (1999), “Made Wianta: Art and Peace” (2000), “Wild Dogs in Bali: The Art of Made Wianta” (2005). Made Wianta meninggal pada tanggal 13 November 2020.a meninggal pada tanggal 13 November 2020.)
  • Michael White (Made Wijaya)  + (Made Wijaya lahir dengan nama Michael WhitMade Wijaya lahir dengan nama Michael White di Sydney, Australia. Dia tiba di Bali pada tahun 1973, setelah melompat dari kapal dan berenang ke darat di tengah hujan badai. Seorang mahasiswa arsitektur, pertama-tama ia bermaksud kunjungan itu sebagai istirahat sejenak dari studinya, tetapi ketertarikannya dengan budaya dan tradisi Bali yang kaya membuatnya pindah dengan keluarga Brahman di Bali Selatan. Setelah berbagai pekerjaan mengajar tenis dan bahasa Inggris, bekerja sebagai pemandu wisata dan jurnalis foto, ia mulai berkontribusi pada buku panduan sebelum diminta untuk mendesain taman Oberoi Bali yang legendaris.</br>Lebih dari 600 taman kemudian, Wijaya adalah perancang taman tropis terkenal di dunia yang perusahaannya, P.T. Wijaya Tribwana International, memiliki tim pengrajin dan "komando taman" yang beranggotakan 500 orang. Dia melakukan perjalanan antara pangkalannya di Bali dan Singapura, India, Spanyol, Maroko, Hawaii, Australia, dan Meksiko untuk menenun sihirnya.</br></br>Sebagai otoritas yang diakui di taman tropis dan arsitektur Asia Tenggara, ia telah menerbitkan lima buku, The Complete Stranger in Paradise; Arsitektur Bali: Menuju Ensiklopedia; Desain Taman Tropis (Archipelago Press dan Wijaya Words, 1999); Di Rumah di Bali (Abbeville Press, 2000); dan Arsitektur Bali – Buku Sumber Bentuk Tradisional dan Modern (Archipelago Press dan Wijaya Words, 2002). Dia juga berkontribusi pada Tropical Asian Style dan merupakan penulis utama buku panduan saku ke Bali.</br></br>Kolom tanda tangannya "Stranger in Paradise–Diary of an expatriate in Bali" di (www.strangerinparadise.com) dan majalah bulanan Hello Bali dan Jakarta Post untuk lebih tepatnya) dan majalah "Poleng" dan juga sangat dicintai di seluruh negeri</br></br>Made Wijaya meninggal dunia pada 28 Agustus 2016.jaya meninggal dunia pada 28 Agustus 2016.)
  • Made Wiradana  + (Made Wiradana lahir di Denpasar, 27 OktobeMade Wiradana lahir di Denpasar, 27 Oktober 1968. Dia tamatan Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia, Yogyakarta. Sejak 1989 dia telah menggelar pameran bersama di dalam maupun luar negeri. Sedangkan pameran tunggalnya, antara lain “Imajinasi Purba” (Yogyakarta, 1999), “Bentuk-bentuk Purba” (The Chedi, Ubud, 2000), “Deklarasi Seni Akhir 2001” (ARMA Museum, Ubud, 2001), “Kanvas itu Bulat” (Mon Décor Gallery, Jakarta, 2003), “Global Convention on Peace”(Asoka Hotel, Belgia, 2004), “Art of Wiradana” (Bidadari Gallery, Ubud, 2005), “Bali is My Life” (2006), “Eksodus Binatang” (Srissasanti Gallery, Jakarta, 2009), “Enjoy” (Ambiente Gallery, Jakarta, 2010), “Sensibility Line” (Griya Santrian Gallery, Sanur, 2018).ne” (Griya Santrian Gallery, Sanur, 2018).)
  • I Wayan Langgeng  + (Mangku Bajra bernama asli I Wayan LanggengMangku Bajra bernama asli I Wayan Langgeng, lahir di Sanur Kaja, 1 Juli 1963. Ia adalah seorang pemangku yang bertugas memimpin dan menuntaskan (memuput) upacara Panca Yadnya. Sebelum menjadi mangku, ia pernah menjadi guru bahasa Bali dan Agama Hindu di sebuah SD di Sanur. Pada masa remajanya, ia suka bermain teater atau drama dan menulis puisi. Puisi-puisinya pernah dimuat di Bali Post Minggu. Selain itu, ia juga gemar menulis lontar. Karena kegemarannya menulis dan membaca lontar, ia paham tentang ilmu pengobatan tradisional Bali (usada). Selain menjadi mangku, ia adalah pinisepuh adat di Sanur Kaja.u, ia adalah pinisepuh adat di Sanur Kaja.)